TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pengelolaan Dana Desa: Studi Kasus pada Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung Tahun 2016

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA PENGELOLAAN DANA DESA (Studi Kasus pada Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung Tahun 2016)

Oleh: ELLYAS EDY HARYONO NIM : 232013228 TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2018

HALAMAN MOTTO “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

(Filipi 4:6)

“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak”

(Mazmur 37:5)

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harap an.” (Yeremia 29:11)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan

kepadaku.” (Filipi 4:13)

“Orang yang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar dan bangkit ketika mereka jatuh.”

(Khalil Gibran)

ABSTRACT

The government's commitment in realizing a clean and corruption-free administration state by establishing a Government Internal Control System as well as to achieve effective, efficient, transparent and accountable state finance management, must exercise control over the administration of government activities. The implementation of accountability principles in reporting Village Fund and its transparency is expected to be compliance by the village government in managing the Village Fund starting from the stage of planning to its budgeting. This is because up to now the management of the Village Fund is not in accordance with the provisions set by the government. The purpose of this study is to analyze the internal control of village government in the use of the Village Funds in the year 2016. The object of this research is the Government which is located in Ngipik Village, Pringsurat Subdistrict, Temanggung District, Central Java. This study used primary data obtained directly from the source by means of observation and structured interviews of Ngipik Village Government Officials (Village Chief, Head of General Financial Affairs, Head of General Development Affairs, and the Village Representative Agency). The Secondary data are obtained from other third parties or literature, documentation, reference books, Laws, and electronic media. Data analysis method in this research was descriptive with qualitative approach. The results show that the Government Internal Control System’s implementation in the management of Village Funds and the practice of village development are implemented in accordance with the applicable regulations, carried out with openness and accountability, and invites local villagers to participate in the village development using the 2016 village funds.

Key Words: Government Internal Control System (SPIP), Village Fund, transparency, accountability.

SARIPATI

Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi dengan membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) sebagaimana untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntable wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Penerapan prinsip akuntabilitas pelaporan dana desa dan transparansi diharapkan akan terjadi kepatuhan di pemerintah desa dalam mengelola dana desa mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran. Sebab selama ini pengelolaan dana desa tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengendalian internal pemerintah desa dalam penggunaan Dana Desa tahun 2016. Objek dalam penelitian ini adalah Pemerintah yang berkedudukan di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara observasi dan wawancara terstruktur kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik (Kepala Desa, Kaur Keuangan, Kaur Pembangunan, dan BPD. Data sekunder yang diperoleh dari pihak ketiga atau literature, dokumentasi, buku-buku referensi, Undang-Undang, dan media elektronik. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam pengelolaan Dana Desa dan pelaksanaan pembangunan desa telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, melaksanakan dengan keterbukaan dan akuntanbel, serta mengajak masyarakat desa setempat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa menggunakan dana desa tahun 2016.

Kata kunci : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dana desa, transparansi, akuntabilitas.

KATA PENGANTAR

Penelitian yang berjudul “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pengelolaan Dana De sa” ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan yang mungkin akan ditemukan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segenap kritikan, masukan, saran, dan koreksi yang membangun dari pembaca.

Semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan dorongan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan pengembangan penelitian serupa di kemudian hari.

Salatiga, 30 Januari 2018

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur atas berkat Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat kepada penulis, sehingga akhirnya kertas kerja atau tugas akhir ini dapat selesai dengan baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga tanpa campur tangan Tuhan Yesus Kristus dan peran berbagai pihak semua ini tidak akan terjadi. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini turut serta memberikan bantuan, motivasi, dan dukungan hingga selesainya Tugas Akhir ini :

1. Keluarga terkasih Ibu Yohana Edy Sri Yuwati, S.Th, Bapak Budiyono, S.Pd, kakak kandung dan saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Dosen wali studi sekaligus pembimbing Bapak Paskah Ika Nugroho, SE. M.Si. CPSAK, CMA, QIA. Terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, saran, kesabaran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang baik selama penulis berkuliah.

4. Sahabat selama kuliah Rafli, Christina, Atika, Rosa, Jein, Tyar, Wening, Adit, Gamal, Panji, Thoif yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam aktifitas kuliah selama di UKSW.

5. Team Ekonomi Basketball Club (EBC) dan rekan-rekan yang tergabung baik pelatih, pemain dan pengurus yang banyak memberikan pengalaman dalam pengembangan diri penulis selama kuliah.

6. Teman-teman Gereja Isa Almasih Magelang yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

7. Kepada seluruh Aparatur Pemerintah Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung yang telah bersedia menjadi objek penelitian penulis dengan wawancara secara langsung sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan baik.

Dan untuk seluruh pihak yang telah membantu hingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati dan melimpahkan kemurahan-Nya.

Ellyas Edy Haryono

Daftar Tabel

Tabel 1. Roadmap pengalokasian Dana Desa Tahun Anggaran 2015-201 9 ……………………………………...

2 Tabel 2. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat ………………………………

19 Tabel 3. Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian Intern Dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 ………...

41

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Laporan Realiasasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat Tahun 2016……

51 Lampiran 2. Laporan Biaya Pembangunan Desa Tahun 2016 .......

52 Lampiran 3. Pedoman Pengelolaan Dana Transfer Kabupaten T emanggung ………………………………………….

52 Lampiran 4. Monografi Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat ……

53 Lampiran 5. Bukti Fisik Pelaksanaan Pembangunan Dana Desa ...

53 Lampiran 6. Papan Informasi dan Transparansi Pembangunan Desa ……………………………………………….

54

Daftar Gambar

Gambar 1. Bagan Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngipik ………………………………………………………

18 Gambar 2. Kantor Pemerintah Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat …………………………………………….

55 Gambar 3. Tempat Penyimpanan Dokumen Desa Ngipik, Kecamatan Pring surat …………………………………………….

56 Gambar 4. Kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrembangdes) Tahun 2016 ……………………………..

57

PENDAHULUAN

Desa secara formal diakui didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas- batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Otonomi diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk digunakan secara luas, nyata dan bertanggung jawab berdasarkan prinsip transparansi (keterbukaan) dan akuntabilitas (bertanggung jawab). Pemerintah daerah tidak akan kuat dan otonomi tidak akan bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat lokal jika tidak ditopang dengan transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan responsivitas (Subroto, 2009).

Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-Undang No.6 Tahun 2014 disahkan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki keistimewaan, yaitu desa akan mendapatkan dana milyaran rupiah secara langsung berdasarkan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3 menyebutkan Alokasi Dana Desa minimal akan digelontorkan secara langsung kepada desa sebanyak 10% dari dana perimbangan yang akan diterima oleh Kabupaten/Kota. Jadi setiap tahun desa akan menerima dana milyaran rupiah untuk kemajuan desa.

Wakil Ketua Pansus RUU Desa, Budiman Sudjatmiko, menyatakan jumlah 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus . “Sepuluh persen bukan diambil dari dana transfer daerah,” kata Budiman. Artinya dana sekitar Rp 104,6 triliun ini dibagi sekitar 7200 desa. Sehingga total Rp 1,4 milyar per tahun per desa tetapi akan disesuaikan geografis, jumlah penduduk, dan jumlah kemiskinan. Dana desa diajukan desa melalui Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) yang anggotanya merupakan wakil dari pendidik desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Tabel 1 Roadmap Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015-2019

Dana Desa (miliyar)

Dana Desa Ditambah dana

Lain (miliyar) Jatah per Desa (juta)

Sumber : kementrian keuangan,metrotvnews.com,2016 Dari Roadmap alokasi dana desa sendiri tahun anggaran 2015-2019, dana desa

tahun 2015-2016 meningkat sebesar 6,5% tahun 2016-2017 meningkat sebesar 4,7% tahun 2017-2018 meningkat sebesar 1,7% dan tahun 2018-2019 meningkat sebesar 3,5%. Dari tabel diatas menurut informasi dari Kementrian Keuangan menunjukkan jumlah alokasi dana desa terus meningkat dari tahun-ketahun. Tahun 2016, menurut informasi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dana desa dialokasikan sebesar 46,9 triliun (Kompas, 28 April 2016). Namun, salah satu isu yang menjadi perhatian adalah banyaknya kejadian yang terkait dengan kegagalan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan bisnis pemerintah, seperti terjadinya korupsi, penggelapan, dan penyalahgunaan pajak (Rizal, 2013).

Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi dengan membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Adanya pengendalian intern dapat menjadi dasar kebijakan dan prosedur untuk meminimalkan risiko, serta alat untuk antisipasi terhadap ketidaksesuaian atau celah pelanggaran dilingkup pemerintahan dan mewujudkan pelaksanaan anggaran secara tertib dan teratur. Sehingga lebih menjamin pencapaian tujuan dan keandalan dalam pelaporan keuangan serta mampu memberikan keyakinan masyarakat desa bahwa penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tepat sasaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosalinda (2014) tentang pengelolaan alokasi dana desa (ADD) dalam menunjang pembangunan pedesaan menunjukan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh Rosalinda (2014) tentang pengelolaan alokasi dana desa (ADD) dalam menunjang pembangunan pedesaan menunjukan bahwa

1. Asas merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama untuk setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa Minimal

2. Asas adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi secara proporsional untuk setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa Proporsional.

Penelitian yang dilakukan oleh Susilo, (2006), meneliti tentang Formula Alokasi Dana Desa (ADD), yang menyimpulkan bawa ketimpangan fiskal yang terjadi termasuk kategori rendah dan terdapat selisih kurang sebesar 2,4% dari jumlah dana yang seharusnya ditransfer ke desa melalui APBD. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Susilo, (2007) yang meneliti ketimpangan fiskal antar desa dan formulasi Alokasi Dana Desa ( ADD) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan penerimaan ADD masing-masing desa antara pendistribusian ADD dengan simulasi pendistribusian ADD.

Desa Ngipik terletak diwilayah Kecamatan Pringsurat yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik merupakan desa dengan kondisi keterbatasan sarana dan prasarana di Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik masih membutuhkan sarana dan prasarana fisik dalam menunjang kesejahteraan masyarakat desa dan untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan biaya. Pada tahun 2015 Desa Ngipik telah mendapatkan bantuan Dana Desa, tetapi ditahun tersebut tidak dilakukan pembangunan apapun dikarenakan ada gangguan faktor alam dan pada akhir tahun 2015 terjadi pergantian kepala desa dan baru disahkan pada pertengahan tahun 2016. Sehingga pembangunan desa baru berjalan ditahun 2016. Salah satu program pemerintah Kabupaten Temanggung dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakatnya yaitu dengan memberikan dana berupa Dana Desa. Penelitian pengelolaan Dana Desa di Desa Ngipik ini memfokuskan pada sistem pengendalian internal pemerintah pada pengelolaan Dana Desa tahun 2016.

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang diteliti adalah bagaimana penerapan sistem pengendalian internal pemerintah pada pengelolaan Dana Desa di Desa Ngipik, Kec. Pringsurat, Kab. Temanggung? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengendalian internal pemerintah desa dalam penggunaan Dana Desa tahun 2016.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Instansi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan

bagi Pemerintahan di Desa Ngipik untuk lebih meningkatkan adanya sistem pengendalian internal didalam pengelolaan Dana Desa yang dimulai dari tahap perencanaan dan penganggaran Dana Desa dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengawasi dan memberikan evaluasi untuk menghindari kendala-kendala kedepannya.

2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan, informasi

dan pengetahuan kepada peneliti selanjutnya mengenai pengelolaan Dana Desa yang diawali dengan tahap perencanaan dan penganggaran.

3. Bagi masyarakat Desa Ngipik, Kec. Pringsurat, Kab. Temanggung

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan Dana Desa dengan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk kemajuan potensi Desa Ngipik.

TELAAH LITERATUR Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat. Dana Desa diberikan dengan mengganti program pemerintah yang dulunya disebut PNPM.

Pemberian Dana Desa merupakan wujud pemenuhan hak desa dalam rangka penyelenggaraan otonomi desa. Pengalokasian dana desa diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pembangunan kesejahteraan desa melalui peningkatan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Keberhasilan pengelolaan Dana Desa sangat tergantung oleh berbagai faktor antara lain kesiapan aparat pemerintah desa sebagai pelaksanaan di lapangan, optimalisasi peningkatan implementasi SAP di tingkat desa sehingga perlu sistem pertanggungjawaban pengelolaan Dana Desa yang dapat memenuhi prinsip kepatuhan akuntabilitas keuangan daerah.

Sasaran Dana Desa adalah seluruh desa yang masih teringgal dan minimnya infrastruktur. Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik. Maka pemberian kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana- prasarana yang memadai diperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa.

Pengelolaan Dana Desa harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari Dana Desa harus melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh, dan untuk rakyat.

2. Seluruh kegiatan dan penggunaan Dana Desa dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi, teknis dan hukum.

3. Dana Desa harus digunakan dengan prinsip hemat, terarah dan terkendali.

4. Jenis kegiatan yang akan didanai melalui Dana Desa diharapkan mampu untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, 4. Jenis kegiatan yang akan didanai melalui Dana Desa diharapkan mampu untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar,

5. Dana Desa harus dicatat didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Dengan adanya desentralisasi dan otonomi desa maka desa memerlukan pembiayaan untuk menjalankan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Dana Desa, yaitu :

1. Dana Desa bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.

2. Azas dan prinsip pengelolaan Dana Desa yaitu transparan, akuntabel, dan partisipatif. Hal ini berarti harus dikelola dengan mengedepankan keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus melibatkan peran serta aktif segenap masyarakat setempat.

3. Dana Desa merupakan bagian yang integral atau satu kesatuan dari APBDes mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporannya.

4. Meskipun pertangungjawaban Dana Desa integral dengan APBDes, namun tetap diperlukan pelaporan atas kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari anggaran Dana Desa secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan Dana Desa. Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDes, hal ini sebagai bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi bagi Pemda.

5. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan Dana Desa dibentuk Tim Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan kewajiban sesuai tingkatan dan wewenangnya.

Dana Desa secara internal dilaksanakan oleh Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa, serta masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial terhadap pelaksanaan Dana Desa serta aparat pengawas internal kecamatan yang merupakan pengawasan umum terhadap penyelenggaraan pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN dengan luasnya lingkup kewenangan desa dan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan Dana Desa, maka penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN dengan luasnya lingkup kewenangan desa dan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan Dana Desa, maka penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas

Undang-Undang No.60 Tahun 2014 menjelaskan bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan mendapatkan dana sebesar 10% dari APBN. Dimana dana tersebut tidak akan melewati perantara. Dana tersebut akan langsung sampai ke desa. Tetapi jumlah nominal yang diberikan kepada masing-masing desa berbeda tergantung dari geografis desa, jumlah penduduk, dan angka kematian. Alokasi APBN yang sebesar 10% saat diterima oleh desa akan menyebabkan penerimaan desa yang meningkat. Penerimaan desa yang meningkat ini tentunya diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban dari desa. Laporan pertanggungjawaban itu berpedoman pada Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Hal mendasar yang harus dilakukan aparatur desa adalah membuat perencanaan berjangka menengah/panjang dengan memfokuskan pada satu atau dua program/kegiatan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi masyarakat utamanya kelompok masyarakat menengah kebawah, selain tetap melaksanakan program/kegiatan lain yang bersifat jangka pendek.

Pengelolaan Dana Desa

Secara spesifik untuk pengelolaan Dana Desa Tahun 2016 diatur secara rinci dalam PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa :

Tahap Penganggaran dan Pengalokasian

Perhitungan rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara merata dan berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula. Tata cara penganggaran Dana Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Rincian Dana Desa yang telah disetujui menjadi dasar penganggaran Dana Desa yang tercantum dalam Undang-Undang mengenai APBN. Pengalokasian Dana Desa setiap kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dana Desa Kab/Kota = Alokasi Dasar kab/kota + Alokasi Formula kab/kota.

Besaran Alokasi Dasar setiap kabupaten/kotayang besarannya 10% dari anggaran Dana Desa dihitung dengan bobot sebagai berikut: 25% untuk jumlah penduduk, 35% Besaran Alokasi Dasar setiap kabupaten/kotayang besarannya 10% dari anggaran Dana Desa dihitung dengan bobot sebagai berikut: 25% untuk jumlah penduduk, 35%

Penganggaran kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam APBDes yang pembiayaannya bersumber dari Dana Desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa. Selanjutnya guna mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, maka pada setiap pelaksanaan kegiatan fisik Dana Desa wajib dilengkapi dengan Papan Informasi Kegiatan yang dipasang di lokasi kegiatan

Tahap Penyaluran

Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke RKD. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut: tahap 1 pada bulan April sebesar 40%, tahap 2 pada bulan Agustus sebesar 40%, dan tahap 3 sebesar 20%. Penyaluran Dana Desa dari Kabupaten (RKUD) ke Desa (RKD) dilaksanakan oleh bupati/walikota setelah Kepala Desa menyampaikan peraturan Desa mengenai APBDes kepada Bupati yang dilakukan paling lambat pada bulan Maret. Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi pengunaan Dana Desa setiap tahun kepada Menteri Direktur Jendral Perimbangan Keuangan dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Gubernur yang dilakukan paling lambat Minggu keempat bulan Maret tahun anggaran berikutnya.

Tahap Penggunaan

Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa berpedoman pada teknis yang ditetapkan oleh bupati/walikota mengenai kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa. Pelaksanaan kegiatan diutamakan dilakukan secara swakelola dengan menggunakan sumber daya/bahan baku lokal dan diupayakan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat.

Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak termasuk dalam prioritas penggunaan Dana Desa setelah mendapat persetujuan dari bupati/walikota tetapi dengan catatan pengalokasian Dana Desa untuk kegiatan yang menjadi prioritas telah terpenuhi. Kepala Desa bertanggungjawab atas penggunaan Dana Desa dan Pemerintah daerah dapat melakukan pengawasan penggunaan Dana Desa.

Tahap Pelaporan

Pelaporan salah satu unsur yang tidak dapat ditinggalkan dalam sistem pengelolaan keuangan. Laporan mengenai pengelolaan keuangan desa dilaksanakan oleh Kepala Desa sebanyak dua kali yakni laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya dan Laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahap I.

Laporan realisasi pelaksanaan Dana Desa tersebut disampaikan kepada Bupati/Walikota. Laporan realisasi pelaksanaan Dana Desa pada semester pertama paling lambat disampaikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan Juli tahun berjalan sedangkan laporan realisasi penggunaan Dana Desa paling lambat disampikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Selain itu juga disampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir tahun anggaran dan pada akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota. Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.

Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa

Evaluasi terhadap tata cara pembagian dan penetapan rincian Dana Desa setiap Desa oleh kabupaten/kota dilakukan untuk memastikan pembagian Dana Desa setiap Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Evaluasi terhadap realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa dilakukan untuk mengetahui realisasi penggunaan Dana Desa.

Sementara itu Bupati/Walikota mengagendakan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi SiLPA Dana Desa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Dana Desa). Jika ditemukan SiLPA lebih dari 30% maka Bupati/Walikota akan meminta penjelasan kepada Kepala Desa tentang SiLPA tersebut dan meminta pengawas fungsional daerah untuk melakukan pemeriksaan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Pemerintah telah banyak mengeluarkan berbagai bentuk sistem yang seluruhnya berakhir pada tujuan untuk mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan tentu memiliki kegiatan yang cukup banyak dan sangat luas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan hingga evaluasi. Maka untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan pemerintah Pemerintah telah banyak mengeluarkan berbagai bentuk sistem yang seluruhnya berakhir pada tujuan untuk mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan tentu memiliki kegiatan yang cukup banyak dan sangat luas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan hingga evaluasi. Maka untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan pemerintah

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu sistem yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pengendalian pada sektor internal pemerintah. Disamping itu terdapat sistem lainnya adalah Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sedangkan Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan lembaga peradilan lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-u ndangan.”

Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara. Melihat pentingnya peran SPIP dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik maka pimpinan instansi/organisasi harus dapat menjadikan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menjadi tanggung jawab bersama tidak hanya pada unit kerja terkecil tapi hingga kepada masing-masing individu.

Selain itu perlu diingat bahwa SPIP bukan hanya upaya membentuk mekanisme administratif saja tetapi juga upaya melakukan perubahan sikap dan perilaku. Peraturan yang ada bukan merupakan akhir namun merupakan awal dari langkah perbaikan. Oleh karena itu implementasi SPIP sangat bergantung kepada komitmen, teladan pimpinan dan niat baik dari seluruh elemen dan pejabat dan pegawai instansi pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diterapkan karena melihat kondisi birokrasi di Indonesia seperti maraknya tindakan korupsi, pelayanan kepada publik yang belum memadahi, dan penggunaan anggaran yang belum optimal.

Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:

1. Lingkungan pengendalian.

2. Penilaian risiko.

3. Kegiatan pengendalian.

4. Informasi dan komunikasi.

5. Pemantauan pengendalian intern. Komponen yang ada pada sistem pengendalian intern pemerintah merupakan

bentuk komponen sistem pengendalian intern yang diadopsi dari COSO. Oleh COSO, lima komponen sistem pengendalian intern dijelaskan menurut Peraturan Pemerintah No.

60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern sebagai berikut:

Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara keseluruhan lingkungan organisasi sehingga dapat menimbulkan perilaku positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang sehat.

Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:

1. Penegakan integritas dan nilai etika

2. Komitmen terhadap kompetensi

3. Kepemimpinan yang kondusif

4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia

7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

Penilaian risiko

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini memberikan penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko meliputi:

1. Identifikasi Risiko Pimpinan instansi pemerintah menggunaan metodologi identifikasi risiko yang

sesuai untuk tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan yang komprehensif.

2. Analisis Risiko Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak risiko terhadap

pencapaian tujuan instansi pemerintah. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara

mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal serta menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan analisis resiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.

Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkat kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Tujuan Instansi Pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan Instansi Pemerintah tersebut wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya pimpinan Instansi Pemerintah perlu menetapkan strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen yang terintegrasi dengan rencana penilaian risiko.

Begitupula dengan tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah.

2. Saling melengkapi, saling menunjang dan tidak bertentangan satu dengan lainnya.

3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah.

4. Mengandung unsur kriteria pengukuran.

5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup.

6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

Kegiatan pengendalian

Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.

Kegiatan pengendalian meliputi:

1. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan.

2. Pembinaan sumber daya manusia.

3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi.

4. Pengendalian fisik atas aset.

5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kerja.

6. Pemisahan fungsi.

7. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting.

8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian.

9. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatatannya.

10. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

Selain itu, kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko dan disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah. Kebijakan dan prosedur dalam kegiatan pengendalian harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan tersebut, sehingga untuk menjamin kegiatan pengendalian masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan maka harus dievaluasi secara teratur.

Informasi dan komunikasi

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Berkaitan dengan pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan secara efektif, dengan cara sebagai berikut:

1. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.

2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

Pemantauan

Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah untuk memastikan apakah sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan. Unsur ini mencakup penilaian desain dan operasi pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius terhadap kegiatan pemantauan atas pengendalian intern dan perkembangan misi organisasi. Pengendalian yang tidak dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh yang buruk dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan menjadi lebih efektif apabila seluruh pegawai perlu mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat toleransi risiko dan tanggung jawab masing-masing. Dalam menerapkan unsur SPIP, setiap pimpinan Instansi Pemerintah bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik detail untuk menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk memastikan bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah.

Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan SPIP dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian

a) Pemantauan atau Evaluasi Terpisah. Proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

b) Tindak Lanjut. Rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan

dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu yang telah ditetapkan.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010) berpendapat bahwa, desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau obyek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan.

Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian adalah Pemerintah yang berkedudukan di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah sebagai pelaksana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Pengelolaan Dana Desa.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara observasi dan wawancara terstruktur kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik (Kepala Desa, Kaur Keuangan, Kaur Pembangunan) mengenali Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Dana Desa di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Wawancara berisi tentang membandingkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 dengan pengelolaan Dana Desa tahun 2016.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga atau literature, dokumentasi, tulisan-tulisan sebagai pembanding dari data yang diperoleh yaitu buku-buku referensi, Undang-undang, dan Media elektronik.

Teknik Analisis Data

Sugiyono (2007: 244) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan analisis data adalah proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara dan catatan kecil di lapangan.

Pada tahapan pengujian keabsahan data dengan cara menganalisis Unsur Sistem Pengendalian Internal Desa Ngipik berdasarkan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 dengan melakukan wawancara kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik berkaitan dengan sistem pengendalian intern Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung secara langsung di lapangan dan menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Ngipik

Desa Ngipik merupakan Desa yang terletak di jalan Raya Ngipik no.2 Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik secara geografis terletak diwilayah Kecamatan Pringsurat yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung berbatasan dengan wilayah Barat dengan Kecamatan Pringsurat - Gowak, Wilayah Utara dengan Kecamatan Pingit - Klepu, Sebelah Timur Kabupaten Magelang dan Sebelah Selatan dengan Kabupaten Magelang – Ds. Rejosari. Luas wilayah Desa Ngipik 307 Ha, meliputi 8 dusun, yaitu Dusun Krajan 1, Krajan 2, Gedompon 1, Gedompon 2, Dempel, Gedipan, Kutan, dan Nglarangan dengan jumlah 7 RW dan 16 RT. Jumlah perangkat dikantor Pemerintahan Desa Ngipik berjumlah 14 perangkat yang terdiri dari kepala desa, sekertaris desa, kasi pemerintahan, kasi kesejahteraan rakyat, kasi pembangunan, kaur umum, kaur keuangan, dan 7 kepala dusun.

Dari sisi keyakinan, Desa Ngipik terdapat 2 keyakinan yaitu muslim dan non muslim (nasrani) sehingga terdapat 2 tempat ibadah yaitu Masjid dan Gereja. Jumlah penduduk akhir tahun 2016 yaitu 3786 jiwa dan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 1120. Jumlah penduduk laki-laki 1883 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1903 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Ngipik bekerja sebagai petani, terutama petani kopi dan jagung. Dalam mengelola segala aktivitas desa, berikut susunan organisasi Pemerintah Desa Ngipik.

Gambar 1 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA NGIPIK BPD KEPALA DESA LPM ADHITYA WISNU W SEKRETARIS DESA ENDI SULISTYO KASI PEMERINTAHAN KASI PEMBANGUNAN KASI KESRA KAUR KEUANGAN KAUR UMUM

EKA BAYU AMININ

MUJIONO

P. SUDIYATI

SRI YULIANI

Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Desa Ngipik (RKPDes) Tahun 2016 Dalam prakteknya, Pengelolaan keuangan Pemerintah Desa Ngipik membuat

Dana Desa 2016 dan APBDes setiap tahun anggarannya sesuai dengan Permendagri No 113 Tahun 2014. Tetapi pada penelitian ini lebih fokus pada sistem pengendalian intern pemerintah yang diterapkan untuk program Dana Desa tahun 2016. Hal ini terbukti dengan Dana Desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa Ngipik. Setiap tahun dana desa yang didapat dan dianggarakan berbeda berdasarkan sesuai penggunaannya. Dimulai dari musyawarah dusun (MusDus), musyawarah desa (MusDes) lalu sampai dengan pelaksanaan Pemerintah Desa Ngipik selalu mengawal kegiatan pembangunan fisik dengan baik.

Dana Desa yang diterima bersumber dari pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dana Desa yang diterima untuk memenuhi kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Desa, Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Setiap anggaran harus dirinci sehingga dapat memberikan informasi yang detail. Informasi yang diberikan itu bersifat detail untuk pembaca/pengguna Dana Desa tersebut khususnya masyarakat Desa Ngipik agar dapat memahami dengan mudah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari struktur Dana Desa tahun 2016 yang telah didapat peneliti secara langsung di Kantor Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Ngipik

1 Pendapatan Desa

Pendapatan Asli Desa 47.425.000

Pendapatan Transfer : Dana Desa

Bagian dari Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah 17.714.000 Alokasi Dana Desa (ADD)

319.917.400 Bantuan Keuangan APBD Provinsi

5.000.000 Bantuan Keuangan APBD Kabupaten

Pendapatan Lain - lain PENDAPATAN DESA

2 Belanja Desa

Program Penyelenggaraan Pemerintah Desa 372.241.303 Program Pembangunan Desa

735.643.731 Program Pembinaan Kemasyarakatan Program Pemberdayaan Masyarakat

JUMLAH BELANJA 1.132.758.875

SURPLUS/DEFISIT

3 PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan 10.726.159 Pengeluaran Pembiayaan Sumber: Kantor Desa Ngipik, 2017(diolah)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pendapatan dan belanja Desa Ngipik pada tahun 2016 sebagian besar keuangan desa digunakan untuk Pembangunan Desa.

Pengalokasian Dana Desa di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung

Tahap Pengalokasian Dana Desa merupakan bantuan yang bersumber dari APBN untuk pembangunan desa yang terutama untuk membiayai kegiatan pembangunan infrastruktur, penyelenggaraan pemerintah, pembinaan kemasyarakatan dan Tahap Pengalokasian Dana Desa merupakan bantuan yang bersumber dari APBN untuk pembangunan desa yang terutama untuk membiayai kegiatan pembangunan infrastruktur, penyelenggaraan pemerintah, pembinaan kemasyarakatan dan

Sedangkan pada Pelaporan Dana Desa, Pemerintah Desa Ngipik wajib melaporakan realisasi penggunaan Dana Desa kepada Pemerintah Kabupaten Temanggung. Setelah itu Pemerintah Kabupaten Temanggung akan melaporkan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Realisasi Penggunaan yang dikirimkan kepada Pemerintah Pusat.

Untuk menetapkan pengelolaan Dana Desa diperlukan adanya landasan hukum. Landasan hukum yang digunakan sebagai pedoman di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung :

1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

4. PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

5. Peraturan Bupati Temanggung Nomor 65 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Transfer Ke Desa Kabupaten Temanggung Tahun 2017

Dalam pengelolaan Dana Desa, Pemerintah Desa Ngipik selalu berpedoman dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dimana jangka waktunya adalah 5 tahun. Selain berpedoman kepada RPJM juga berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD) yang berjangka 1 tahun. Oleh karena itu RKPD adalah rincian dari RPJM. Berdasarkan RKPD, Pemerintah Desa Ngipik akan menyusun APBDes yang didalamnya juga terdapat Dana Desa. Dalam pengelolaan Dana Desa difokuskan untuk pembangunan infrastruktur untuk menunjang mobilitas dan kemajuan Desa Ngipik.

Ditahun 2016, Pemerintah Desa Ngipik mengalokasikan Dana Desa sebesar Rp. 612.643.000 untuk pembangunan infrastruktur Desa di 3 titik, yaitu pengaspalan dan Ditahun 2016, Pemerintah Desa Ngipik mengalokasikan Dana Desa sebesar Rp. 612.643.000 untuk pembangunan infrastruktur Desa di 3 titik, yaitu pengaspalan dan

Diawali dengan musyawarah yang melibatkan Pemerintah Desa Ngipik, kelembagaan, tokoh masyarakat setempat, dan tim pengawas khusus membentuk suatu tim dan melaksanakan pembangunan secara swakelola. Pembangunan dengan Dana Desa melibatkan masyarakat Dusun setempat sehingga masyarakat mempunyai andil dalam pembangunan tersebut.

Analisis Sistem Pengendalian Intern pada Pengelolaan Dana Desa di Pemerintah Desa Ngipik

Lingkungan Pengendalian

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25