Naskah Kawruh Landheyan (Suatu Tinjauan Filologis)

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

Nama : Wakhid Ariyanto

NIM : C 0106057

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Naskah

Kawruh Landhdeyan (Suatu Tinjauan Filologis)” adalah betul-betul karya

sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan

karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukan dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 2012

Wakhid Ariyanto

iv

commit to user

MOTTO

1. Golèk sampurnaning urip lahir batin lan golèk sampurnaning pati.

Terjemahan : sudah menjadi kewajiban manusia untuk mencari

kesejahterakan hidup di dunia dan akhrat.

2. Kawula mung saderma, mobah- mosik kersaning hyang sukmo.

Terjemahan : lakukan yang kita bisa , setelahnya serahkan kepada Tuhan.

( filosofis Jawa)

commit to user

 Bapak dan Ibu.

 Adik- adik

 Sahabat-sahabatku.

 Almamater tercinta

vi

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian

ini. Penelitian ini berjudul ” Naskah Kawruh Landheyan” (Suatu Tinjauan

Filologis)”. Penelitian ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

melengkapi gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daera, Fakultas Sastra dan Seni

Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari semangat, doa, bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra

dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

4. Dra. Hartini, M.Hum. selaku koordinator bidang Filologi, Jurusan Sastra

Daerah untuk Daerah Jawa, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas

Sebelas Maret sekaligus pembimbing II yang selalu memberikan motivasi,

pengarahan, dan mendorong penulis hingga terselesaikannya ini skripsi ini.

5. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar

memberikan pengarahan kepada penulis hingga penulis selesai dalam

menyusun skripsi.

vii

commit to user

memberikan pengarahan dari semester 1 hingga penulis menyelesaikan studi.

7. Seluruh Dosen Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas maret Surakarta yang telah memberikan berbagai macam

ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi

ini dan bekal yang sangat bermanfaat untuk nantinya.

8. Staf dan Karyawan di Fakultas Sastra dan Seni Rupa umumnya dan Jurusan

Sastra Daerah khususnya, atas bimbingan dan arahan selama penyelesaian

studi.

9. Kepala dan Staf Perpustakaan Fakultas Sasta dan Seni Rupa dan Perpustakaan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak membantu penulis

memberikan kemudahan dalam pelayanan pada penyelesaian skripsi ini.

10. Kepala Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Kasunanan Surakarta

Hadiningrat, yang berkenan memberikan sebagian besar data penelitian ini.

11. Bapak, Ibu, Adik terima kasih atas cinta yang tulus serta doanya.

12. Sahabat-sahabat satu angkatan Sastra Daerah 2006, terima kasih atas

dukungan dan semangatnya.

13. Teman-temanku bidang Filologi 2006, Ajik, Bangkit, Dhora, Erna, Septi,

Wini, cuwik, Inal, Enic, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian.

14. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak membantu terhadap

terselesaikannya penulisan karya tulis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penelitian ini masih

banyak kekurangan karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan

viii

commit to user

demi sempurnanya penelitian ini.

Surakarta, 2012

Wakhid Ariyanto

ix

commit to user

D. Tentang Landheyan ..................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................26

A. Bentuk dan Jenis Penelitian .....................................................26

B. Sumber Data dan Data .............................................................26

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................27

D. Teknik Analisis Data................................................................28

BAB IV KAJIAN FILOLOGIS dan PEMBAHASAN ISI......................... 30

A. Kajian Filologis .......................................................................30

1. Deskripsi Naskah ...............................................................30

2. Kritik Teks, Suntingan Teks, dan Aparat Kritik ................37

3. Terjemahan………………………………………………. 53

B. Pembahasan Isi.........................................................................65

1. Jenis Landheyan .................................................................65

2. Alat- Alat Untuk Membuat Landheyan .............................66

3. Cara Membuat Landheyan ………………………………. 67

4. Makna Filosofis Bentuk Landheyan dan Kayu- Kayu Yang

Dapat Dibuat Landheyan ……………………………...... .70

5. Daftar Glusari Teks Kawruh Landheyan ………………… 73

BAB V PENUTUP .....................................................................................77

1. Simpulan ............................................................................77

2. Saran...................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................79

LAMPIRAN…………………………………………………………………. 81

xi

commit to user

Table 1 Daftar Lacuna Teks Kawruh Landheyan………………………… 36

Tabel 2 Daftar Adisi Teks Kawruh Landheyan………………………….. 37

xii

commit to user

(…^…) : Tanda diakritik yang menjelaskan vokal “e” pepet, contoh pada

kata l ẽmẽs „l ẽmas฀.

`…) : Tanda diakritik yang menjelaskan vokal “e” pada kata ak ẻh

‘ banyak ฀.

[ 1,2,3,.dst ] : Nomor kritik teks pada kata yang terdapat kesalahan.

[1,2,3,dst] : Adalah untuk menunjukkan pergantian lembar halaman teks.

Cm : Centi Meter

Hal : Halaman

No : Momor

xiii

commit to user

Wakhid Ariyanto. C 0106057. 2011. Kawruh Landheyan (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah untuk Daerah Jawa Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Penelitian terhadap naskah Kawruh Landheyan berdasarkan dua alasan yaitu segi filologis maupun segi isi. Dari segi filologis mengidentifisikan adanya konvensi penulisan yang baru dan terdapat varian di Naskah Kawruh Landheyan. Dari segi isi karena isi yang menarik yang membahas tentang cara pembuatan Landheyan, alat- alat yang digunakan, sampai jenis- jenis Landheyan. Permasalahan yang dibahas dalam permasalahan ini yaitu: 1) Bagaimanakah bentuk suntingan teks naskah Kawruh Landheyan yang bersih dari kesalahan sesuai cara kerja filologi? 2) Bagaimanakah deskripsi cara pembuatan landheyan sesuai teks naskah Kawruh Landheyan ? Tujuan penelitian ini adalah 1) Menentukan bentuk suntingan teks Kawruh Landheyan yang bersih dari kesalahan. 2) Mendeskripsikan cara pembuatan landheyan sesuai teks naskah

Kawruh Landheyan ?

Metode penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research ). Ada dua jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah haskah Kawruh Landheyan dengan teknik pengumpulan datanya dengan metode studi pustaka (libralan dry research) teknik berikutnya yaitu teknik fotografi digital tanpa blitz. Data sekunder berupa hasil wawancara,

ensiklopedi, buku dan artikel yang membahas tentang Landheyan, data sekunder diperoleh dengan melakukan wawancara, membaca buku dan artikel. Analisis data menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan

kesimpulan.

Hasil dari analisis secara filologis didapat 1) Suntingan teks Kawruh Landheyan dalam penelitian pada ini ialah suntingan teks yang bersih dari kesalahan sesuai cara kerja filologi. 2) Kawruh Landheyan berisi tentang cara pembuatan Landheyan , alat- alat yang digunakan, dan jenis- jenis Landheyan . cara pembuatan Landheyan dimulai dari pemilihan kayu yang baik, kemudian dibuat persegi empat, lalu persegi delapan, dan dibuat bulatan, setelah itu mulai dibentuk Landheyan yang diinginkan. Untuk alat- alat yang digunakan seperti

pethel, pasah, gergaji, bor manual, kikir, amplas, sampai dengan balok kayu untuk meluruskan Landheyan yang bengkok. Jenis- jenis Landheyan meliputi bentuk

ngusus, ngadhal meteng, ngebung, dan ngelabu.

xiv

commit to user

ABSTRAK

Wakhid Ariyanto. C 0106057. 2011. Kawruh Landheyan (An Evaluation of Philologists). Skripsi. Major of Art for Java Faculty of Letters and Fine Arts

Sebelas Maret University

Research of Kawruh Landheyan text based on two reasons there are, first is existence of study by philologist and also study of context of Kawruh Landheyan text. Second reason is interesting content which study about the way of making Landheyan, appliances to be used and the type of Landheyan. The problem which discuss in this research there are 1) How to form the copied text of Kawruh Landheyanwhich clear of mistake according to the way of philology activity 2) How to describe the way of making Landheyan according to copied text of Kawruh Landheyan? Target of this research are 1) Determine the form of text edition of Kawruh Landheyan which clear of mistake 2) Describe the way of

making Landheyan according to copied text of Kawruh Landheyan. Research method which is used is descriptive research qualitative. Research type which is used is research library. There are two types of data in this research; there are primary data and secondary data. Primary data is done by libralan dry research method; the next technique is digital photography technique without blitz. Secondary data obtain by interview, reading book and article. Analyzing data use three components, there are reducing data, presenting data and

taking the conclusion.

The result of analysis by philologist there are 1) Edition text with correction of mistake which pursuant to elementary directive of linguistics include spelling of Java language which is completed, structure, and sentence context and the other considerations according to habit of text and researcher interpretation, so the text which edition considered to be the text which similar with the first text and also clear of mistake 2) Text of Kawruh Landheyan contain about way of making Landheyan, appliances to be used, the types of Landheyan. Until the woods which

can used to make Landheyan.

xv

commit to user

Wakhid Ariyanto. C 0106057. 2011. Kawruh Landheyan (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah untuk Daerah Jawa Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Panalitèn dhumatêng naskah Kawruh Landheyan kanthi cara kalih pêrkawis inggih saking segi filologis saha segi isi. Saking segi filologis amargi wontênipun konvensi panulisan enggal saha wontênipun varian ing naskah Kawruh Landheyan. Saking segi isi amargi isi ingkang ngrêmênakên ingkang ngrêmbag babagan tata cara damêl Landheyan, pirantos- pirantos ingkang dipun-

ginakakên, ngantos jênisipun Landheyan. Pêrkawis ingkang dipunrêmbag saklêbêtipun pêrkawis punika inggih: 1) Kados pundi wujud suntingan teks Kawruh Landheyan ingkang têbih saking kalêpatan jumbuh kalihan cara kêrjaning fillogi? 2) Kados pundi trêp- trêpanipun adamêl Landheyan ingkang cocok kalihan teks Kawruh Landheyan? tujuan panalitèn inggih punika: 1) Hanêntokakên wujud suntingan teks Kawruh Landheyan ingkang rêsik saking kalêpatan. 2) Nyariyosakên trêp- trêpanipun damêl Landheyan ingkang sami

kalihan teks naskah Kawruh Landheyan.

Wujud panalitèn ingkang dipun- ginakakên inggih punika panalitên deskriptif kualitatif. Jinising panalitèn ingkang dipun- ginakakên inggih punika panêlitian pustaka ( library research) . Wontên kalih jinis data wontên ing panalitèn menika data primer kalihan sekunder. Data primer inggih menika naskah

Kawruh Landheyan, ingkang pam ê ndh ê ting data kanthi metode panalitênan pustaka ( Libralan dry researchi ) , sêlajêngipun kanthi cara fotografi digital mbotên ngginakakên blitz . Data sekunder menika asiling wawan pangandikan kalihan nara sumber, ensiklopedi, buku saha artikel ingkang bahas babagan Landheyan. Data sekunder mênika pikantuk saking wawan pangandikan, maos buku kalihan artikel. Analising data ngginakakên tiga bab inggih mênika reduksi

data, sajian data, lan anyimpulkakên pêrkawis.

Asil saking analisis kanthi cara filologi inggih punika: 1) Suntingan teks Kawruh Landheyan wontên ing panalitèn inggih mênika suntingan teks ingkang rêsik saking kalêpatan cocok kalihan cara kerja filologi. 2) Naskah Kawruh Landheyan nyariosakên cara adamêl Landheyan, pirantos- pirantos ingkang dipun ginakaken, saha jênis-jênising Landheyan. Cara damêl Landheyan dipunwiwiti saking pamilihing kajêng ingkang sahê, sêlajêngipun dipun damêl sêgi sêkawan, sêgi wolu, dipun damêl gilig, sêlajêngipun dipun damêl Landheyan ingkang dipun kêrsani. Pirantosipun kados, pêthèl, pasah, gorok, jara, kikir, amplas, saha dhalangan. Jênising Landheyan untawisipun wujud ngusus, ngadhal mêtêng,

ngêbung, saha ngêlabu.

xvi

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesa dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Oleh karena itu, untuk memahami kebudayaan suatu bangsa dengan baik, informasi-informasi dari masa lalu mutlak diperlukan. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa hal yang masih tersisa dari masa lalu seperti cerita-cerita lisan, benda-benda (artefak) dan tulisan-tulisan. Salah satu informasi penting berupa tulisan adalah naskah-naskah lama. Sebagai salah satu peninggalan tertulis, naskah lama menyimpan informasi dari masa lampau yang lebih banyak jika dibandingkan dengan peninggalan berwujud benda.

Naskah kuna merupakan salah satu sumber informasi kebudayaan daerah masa lampau yang sangat penting. Pemeliharaan naskah lama sangat penting karena sastra lama yang ruang lingkupnya amat luas dapat merupakan sumber yang tak ternilai bagi pengertian terhadap berbagai aspek kebudayaan yang pada hakikatnya bersumber pada kebudayaan tradisional (Achadiati Ikram, 1997: 29). Berdasar fakta tersebut, penelitian dalam rangka penentuan naskah asli perlu dilakukan sebagai upaya penyelamatan terhadap peninggalan sejarah. Pengetahuan mengenai naskah dan seluk beluknya dipelajari dalam ilmu filologi. Kegiatan filologi yang menitik beratkan kepada bacaan yang rusak disebut dengan filologi tradisional (W. Hendrosaputra, Sisyono EW, 1997: 2).

Girardet-Soetannto (1964: 64) mengelompokkan naskah kuna menjadi empat jenis, yaitu:

commit to user

a) Kronik, legenda, dan mite: Di dalamnya termasuk naskah-naskah: (1) babad, (2) pakem, (3) wayang purwa, (4) menak, (5) panji, (6) pustakaraja, dan (7) silsilah;

b) Agama, filsafat dan etika; Didalamnya termasuk naskah-naskah yang mengandung unsure-unsur: (1) hinduisme-budhisme, (2) islam, (3) mistik jawa, (4) Kristen, (5) magic dan ramalan, dan (6) sastra wulang.

c) Peristiwa keraton, hukum, peraturan-peraturan.

d) Buku teks dan penuntun, kamus, ensiklopedi tentang linguistik, obat- obatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, masak-memasak dan sebagainya.

Dari berbagai naskah terdapat naskah Landheyan. Berdasarkan pengelompokan tersebut naskah Landheyan termasuk dalam kelompok d. Naskah Landheyan ini merupakan naskah yang menjelaskan tentang berbagai jenis ‘landheyan’. Kata ‘landheyan’ dalam bahasa Jawa diartikan sebagai gagang keris

dan gagang tombak. Sedangkan menurut (Bambang Harsrinuksmo. 2008: 256)

Landheyan artinya adalah pegangan atau gagang. Dalam naskah ini ‘landheyan’

yang dimaksud adalah gagang tombak. Dalam naskah ini dijelaskan cara pembuatan gagang tombak, beserta peralatan dan bahan yang digunakan. Ketertarikan penulis pada naskah landheyan di karenakan berbagai hal, yaitu:

1. Landheyan merupakan salah satu alat tradisional atau produk peninggalan yang merupakan kekayaan khasanah ilmu pengetahuan masyarakat terdahulu.

2. Berdasarkan sejarahnya, landheyan memiliki fungsi tertentu sebagai berikut:

1. Jaman Nabi : untuk perang, dan untuk tandha melaksanakan sholat dhuha.

2. Jaman kerajaan : untuk perang dan berburu.

3. Jaman sekarang : digunakan untuk koleksi, dan untuk melestarikan budaya.

commit to user

Menurut data yang diperoleh, sampai saat ini belum banyak kajian yang meneliti naskah landheyan, sehingga dengan keistimewaan yang dimiliki landheyan , penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh mengenai naskah landheyan .

Secara umum, berdasarkan wawancara, berikut penjelasan mengenai landheyan . Landheyan adalah tangkai tombak atau gagang tombak.

1. Kayu- kayu untuk membuat landheyan.

1. Kayu mentaos : dengan ciri- ciri ulet dan lentur

2. Kayu Jati : dengan cirri- cirri lurus, mudah dikerjakan, ulet, dank eras.

3. Kayu cendana : Kayu cendana disebut mustikanya kayu, dengan memiliki ciri- cirri wangi atau harum, lurus, dan keras.

4. Kayu Kemuning : dengan cirri- cirri keras, doreng, dan berserat bagus.

5. Kayu Tima : memiliki bobot yang ringan dibandingkan dengan yang lain.

2. Bentuk atau jenis- jenis.

1. Ngusus : yaitu Landheyan yang bagian pangkal sampai ujungnya besarnya sama.

2. Ngebung : yaitu Landheyan yang bagian pangkalnya besar lalu mengecil sampai ujung.

3. Nglabu : yaitu Landheyan yang bagian tengahnya mengembung.

4. Landheyan variasi sekarang dimana terdapat ornament di bagian atas dan bawahnya.

3. Alat- alat untuk membuat landheyan.

1. Gergaji.

2. Pasah.

3. Bubut manual.

4. Pisau kecil (wali) (pongot).

5. Patah.

4. Langkah- langkah membuat landheyan.

commit to user

1. Mencari kayu yang lurus.

2. Kayu yang diperoleh di bentuk persegi empat.

3. Kemudian dibentuk persegi delapan.

4. Kemudian mengarah ke bulat atau di ambil kebulatannya.

5. Bagian- bagian landheyan. Pada dasarnya Landheyan terbagi menjadi tiga yaitu ujung, tengah, dan bawah.

1. Tunjung : yaitu ornament bawah dan atas Landheyan berupa kuningan.

2. Cincin : cincin di ikat dengan benang, kemudian di beri cincin lagi, kemudian di serlak. Hal seperni ini merupakan produk lama.

6. Pemilihan kayu. Untuk membuat Landheyan memilih kayu yang ulet, lentur, dan tuwa.

7. Ukuran landheyan. Pada dasarnya ukuran landheyan tergantung dengan pemakai, akan tetapi

memiliki aturan bahwa Landheyan memiliki panjang harus di atas kepala. Hal tersebut diuraikan karena untuk membuat Landheyan tidak dapat di ukur dengan hitungan, akan tetapi semuanya di ukur dengan perasaan berdasarkan karya.

panjangnya antara

60cm,90cm,120cm,180cm,2m,2,5m,3m. sedangkan diameternya bekisar 3- 3,5 cm.

Langkah awal penelitian naskah Landheyan ialah menginventarisasi keberadaan naskah tersebut dari berbagai catalog, yaitu :

1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet-Sutanto, 1983)

commit to user

2. Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A Preliminary Descriptive Catalogus Level I and II (Nancy K. Florida, 1996)

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sana Budaya Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3B (Fakultas sastra Universitas Indonesia, 1998)

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Lindstay, Jennifer, 1994)

6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta

7. Daftar Naskah Perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta dan

8. Daftar Naskah Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta ditemukan tiga naskah yang berisi tentang Landheyan, yaitu:

1. Kawruh Landheyan. Naskah dengan no KS 235 SMP 121/23 (Nancy K. Florida, 1993:148). 530 Ra (katalog lokal). Selanjutnya disebut dengan naskah

A.

2. Bab Saradunipun Jejeran. Naskah dengan no KS 234.2 SMP 121/22 (Nancy K. Florida, 1993: 148). M472/XIV (katalog lokal). Selanjutnya disebut dengan naskah B.

3. Kawruh Ukuripun Landheyan, Ukuripun Dhuwung, Anutut Kewan, Ukuring Griya. Naskah dengan no KS 236 SMP 121/24 (Nancy K. Florida, 1993:148). 343 Ra (katalog lokal). Selanjutnya disebut dengan naskah C.

Ketiga naskah tersebut tersimpan pada Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Kasunanan Surakarta.

Naskah yang sudah berhasil dikumpulkan, dideskripsikan. Naskah A yang berjudul Kawruh Landheyan dengan no KS 235 SMP 121/23 (Nancy K. Florida, 1993:148). 530 Ra (katalog lokal) merupakan naskah yang berbentuk gancaran (prosa). Naskah yang terdiri dari 35 halaman tersebut memiliki keadaan yang

commit to user

sangat baik dan isinya masih utuh. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Baru ragam Krama. Huruf yang digunakan dalam penulisan serat ini adalah huruf jawa carik. Ukuran huruf sedang dengan tulisan miring ke kanan dan menggantung. Warna tinta yang digunakan adalah hitam. Jarak antara huruf sedan, sedangkan jarak antara baris renggang. Pemakaian tanda baca menggunakan adeg-adeg sebagai penanda awal paragraf. Naskah ini dikarang oleh M. Ng. Karyabuntara.

Isi naskah ini meliputi macam-macam landheyan beserta tata cara pembuatan landheyan. Seluruhnya terdiri dari 9 bab, yaitu:

a) Nama kayu bahan pembuat landheyan

b) Macam-macam landheyan beserta ukurannya

c) Bentuk landheyan

d) Alat-alat yang digunakan untuk membuat landheyan

e) Langkah-langkah membuat landheyan

f) Bagian-bagian landheyan

g) Pengambilan kayu dari hutan

h) Pengolahan kayu

i) Ukuran landheyan

Naskah B yang berjudul Bab Saradunipun Jejeran, dengan no KS 234.2 SMP 121/22 (Nancy K. Florida, 1993: 148). M472/XIV (katalog lokal) merupakan bagian naskah bendel yang berjudul Kawruh Kawontênanipun Mranggi, dengan no KS 234.0 SMP 121/22(Nancy K. Florida, 1993: 148). Naskah ini terdiri dari 12 halaman ayang berisi tentang gambar ilustrasi alat- alat pertukangan di halaman 1, 2, 4,5 ,7 , dan halaman 8, gambar Warangka pada halaman 3, 9, dan halaman 10- 17. dan Landheyan pada halaman 6. Dalam catalog telah di jelaskan naskah ini merupakan naskah salinan.

Naskah C yang berjudul Kawruh Ukuripun Landheyan, Ukuripun Dhuwung, Anutut Kewan, Ukuring Griya dengan no KS 236 SMP 121/24 (Nancy K. Florida, 1993:148). 343 Ra (katalog lokal). Nahkah ini terdiri dari 7 lembar halan teks, yang terdiri dari 4 sub judul yaitu: a). Kawruh Ukuripun Landheyan pada lembar ke 1, bait 1 yang terdiri dari 6 baris. b). Ukuripun Dhuwung pada lembar 1- 2 yang

commit to user

terdiri dari 17 baris. c). Anutut Kewan pada lembar 2- 3 yang terdiri 12 baris,dan d). Ukuring Griya pada lembar 3- 7 yang terdiri dari 50 baris.

Berdasarkan deskripsi ketiga naskah dapat diketahui bahwa naskah A memiliki isi yang paling utuh dan lengkap. Selain itu pada naskah B terdapat keterangan bahwa naskah tersebut menyalin dari Kanjeng Pangeran Arya Hadiwijaya. Keterangan ini dapat dilihat pada halaman terakhir:

Gambar 1 :

‘rampungipun nêdhak ing dinten senen kaliwon tanggal kaping 19 Jumadilakir alip. 1859. Utawi kaping 3 Desember 1928. Ingkang nyerat Widasupama.’

Sedangkan naskah C dieliminasi dikarenakan isi yang sangat sedikit dan tidak dapat digunakan sebagai perbandingan. Isi pada bagian Ukuripun Landheyan hanya terdiri dari 6 baris, yang berisi mengenai ukuran landheyan sebesar satu kepal tangan.

commit to user

Gambar 2 :

Sumber: Naskah C hal I

Berdasarkan hal tersebut naskah A dipilih sebagai naskah yang paling baik di bandingkan naskah B dan naskah C, sedangkan naskah B dieliminasi dikarenakan naskah tersebut tidak memiliki infomasi tentang landheyan, dan merupakan naskah salinan, sehingga tidak relevan dengan penelitian ini. Naskah

C dieliminasi dikarenakan naskah tersebut tidak layak dijadikan sumber data. Untuk penelitian selanjutnya hanya akan dilakukan pada naskah A. Pemilihan naskah Kawruh Landheyan sebagai bahan penelitian adalah

berdasarkan 2 hal, yaitu segi filologis dan segi isi. Segi filologis mengidentifikasikan adanya konvensi penulisan yang baru dalam naskah tersebut,

yaitu adanya penulisan tanda petik dua ( II ) sebagai keterangan kata yang

mengisyaratkan sama dengan kata di atasnya. Salah satunya tampak pada gambar berikut:

commit to user

Gambar 3 : konvensi tanda petik dua ( “)

Sumber: naskah A hal 34

Konvensi dengan penggunaan tanda petik dua ( II ) tersebut biasanya

ditemui dalam konvensi penulisan pada teks yang ditulis dengan huruf latin, yang mengidentikkan sebuah kata dengan kata di atasnya. Konvensi penulisan dengan huruf latin, sangat jelas karena sistem penulisanya terpisah antara satu kata

dengan kata yang lain, maka ketika tanda petik dua ( II ) tersebut ditempatkan pada

konvensi latin akan mudah diidentifikasi untuk merujuk pada kata di atasnya. Di lain pihak, konvensi penulisan dengan huruf Jawa tidak ditulis dengan kata per

kata, sehingga jika tanda petik dua ( II ) tersebut ditempatkan pada teks dengan

huruf Jawa diperlukan identifikasi tersendiri untuk mengetahui kata apa yang dirujuk dari tanda petik dua ( II ) tersebut.

Selain itu dalam penulisan naskah Kawruh Landheyan juga terdapat penggunaan tanda titik dua /:/ sebagai penunjuk keterangan.

commit to user

Gambar 4 : penggunaan tanda titik dua ( : )

Sumber: naskah Kawruh Landheyan hal 12

Tanda /:/ sebagai penanda keterangan untuk menjelaskan poin di atasnya Penggunaan angka Romawi dan angka Arab juga sering digunakan di dalam penulisan naskah ini. Akan tetapi penomoran halaman menggunakan angka jawa. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

commit to user

Gambar 5 : penggunaan angka Jawa, Arab, dan Romawi

Sumber: naskah A hal 2 Keterangan:

2 : angka Jawa (digunakan sebagai penomoran halaman) 6,7,8,9 : angka Arab (digunakan sebagai nomor urut penjelasan/ isi )

I : angka Romawi (digunakan sebagai penanda sub bab) Selain varian yang tersebut di atas, ditemukan pula varian lain baik berupa suku kata, kata, kelompok kata, maupun kalimat yang dapat dikelompokkan menjadi :

1. Lacuna, bagian yang terlampaui atau kelewatan, baik suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat.

commit to user

Gambar 6 : lacuna

Sumber: naskah Kawruh landheyan hal 8

puni

seharusnya punika

salêtipun

seharusnya salêbêtipun

Gambar 7 : lacuna

Sumber: naskah Kawruh Landheyan hal 26

wiwitan

seharusnya wit-witan

2. Adisi, bagian yang kelebihan atau penambahan baik suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat.

Gambar 8 : adisi

Sumber: naskah Kawruh Landheyan hal 33 waosipun katêpusakên dhaêeng landheyan ing ingkang badhe dipun… kata ing tidak perlu digunakan

commit to user

Kajian isi dilakukan untuk menguraikan hal-hal mengenai landheyan, yaitu mulai dari pemilihan kayu yang layak untuk dijadikan landheyan sampai pada proses pembuatan landheyan. Seluruhnya terdiri dari 9 bab, yaitu nama kayu bahan pembuat landheyan, macam-macam landheyan beserta ukurannya, bentuk laandheyan , alat-alat yang digunakan untuk membuat landheyan, langkah-langkah membuat landheyan, bagian-bagian landheyan, pengambilan kayu dari hutan, pengolahan kayu, ukuran landheyan.

Dalam pengungkapan kajian isi digunakan wawancara dan teori mendasar mengenai landheyan. Wawancara dilakukan terhadap informan yang bergelut dalam bidang landheyan, sedangkan teori yang digunakan untuk mengungkap isi ialah teori/ pustaka yang menjelaskan mengenai landheyan, seperti Ensiklopedi dan buku- buku mengenai landheyan.

B. Batasan Masalah

Berbagai bentuk permasalahan dalam Kawruh Landheyan memungkinan naskah tersebut dapat diteliti dari berbagai sudut pandang. Untuk itu diperlukan perbatasan masalah untuk mencegah melebarnya pembahasan. Batasan masalah tersebut lebih ditekankan pada dua kajian utama, yakni kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis digunakan untuk mengupas permasalahan seputar uraian- uraian dalam naskah melalui cara kerja filologis, sedangkan kajian isi berfungsi untuk mengungkapkan isi yang terkandung dalam Kawruh Landheyan.

C. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk suntingan teks naskah Kawruh Landheyan yang bersih dari kesalahan sesuai cara kerja filologi?

commit to user

2. Bagaimanakah deskripsi cara pembuatan landheyan sesuai teks naskah Kawruh Landheyan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan bentuk suntingan teks Kawruh Landheyan yang bersih dari kesalahan.

2. Mendeskripsikan cara pembuatan landheyan sesuai teks naskah Kawruh Landheyan ?

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat praktis dan teoritis, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Memperkaya penerapan teori filologi terhadap naskah.

b. Menambah kajian terhadap naskah Jawa lama yang belum banyak terungkap isinya.

c. Memberikan kontribusi dan membantu peneliti selanjutnya yang relevan untuk mengkaji lebih lanjut naskah Kawruh Landheyan khususnya dan naskah Jawa lama pada umumnya dari berbagai disiplin ilmu.

2. Manfaat Praktis

a. Menyelamatkan naskah Kawruh Landheyan dari kerusakan dan hilangnya data dalam naskah tersebut.

commit to user

b. Mempermudah membaca naskah huruf Jawa bagi yang belum bisa membaca sehingga mempermudah pemahaman isi yang terkandung di dalam teks Kawruh Landheyan, sekaligus memberikan informasi kepada generasi penerus tentang ajaran yang terkandung di dalamnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang hendak dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat panelitian dan sistematika penelitian.

Bab II Kajian Teoretis Menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dan atau yang digunakan untuk mengungkap kajian yang hendak dilakukan, yaitu kajian filologi dan kajian isi. Teori-teori tersebut diantaranya; pengertian filologi, objek filologi, dan cara kerja filologi dan teori-teori yang berhubungan dengan isi teks, yaitu tentang ajaran kepemimpinan.

Bab III Metodologi Penelitian Bab ini menguraikan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan

commit to user

Pembahasan diawali dengan pembasan kajian filologi dan dilanjutkan dengan pembahasan kajian isi, kemudian dianalisis sesuai dengan metode analisis data.

Bab V Penutup Berisi simpulan dan saran, sebagai bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu Philos yang berarti “senang” dan Logos yang berarti “pembicaraan” atau “ilmu”. Jadi filologi berarti “senang berbicara”, yang kemudian berkembang menjadi “senang belajar”, “senang kepada ilmu”, “senang kepada tulisan- tulisan”, dan kemudian “senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi” seperti karya-karya sastra (Siti Baroroh Baried, et. al. 1994 : 2). Dalam perkembangannya, istilah filologi mengalami perubahan dan perkembangan. Menurut Edward Djamaris (2002: 2), filologi adalah ilmu yang objek penelitiannya naskah- naskah lama. Sedangkan menurut Achadiati Ikram ( 1980: 1), filologi dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari segala segi kehidupan di masa lalu seperti yang di temukan dalam tulisan. Didalamnya tercakup bahasa, sastra, adat istiadat, hukum, dan lain segalanya.

Di Indonesia yang dalam sejarahnya telah banyak dipengaruhi oleh bangsa Belanda, maka arti filologi mengikuti penyebutan yang ada di negeri Belanda, ialah suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya.

B. Objek Filologi

Objek penelitian filologi terdiri dari dua hal yakni naskah dan teks. ( Edward Djamaris: 2002). Siti Baroroh Baried, dkk mengemukakan bahwa filologi mempunyai obyek penelitian yaitu naskah dan teks. Dalam filologi istilah teks menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak, sedangkan naskah merupakan sesuatu yang konkret (1985: 3-4). Semua bahan tulisan tangan disebut naskah (handschrift atau manuschrift), sedangkan teks adalah kandungan atau muatan naskah berupa abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja dan memuat

commit to user

berbagai ungkapan pikiran serta perasaan penulis yang disampaikan kepada pembacanya.

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja penelitian filologi menurut Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), terdiri atas penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah, observasi pendahuluan, penentuan naskah dasar, transliterasi naskah, dan penerjemahan teks. Sedangkan menurut Edwar Djamaris, langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian filologi meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, singkatan naskah dan transliterasi naskah (1977: 23). Cara tersebut digunakan apabila peneliti menemukan naskah jamak atau naskah yang lebih dari satu. Karena Kawruh Landheyan merupakan naskah tunggal, maka langkah kerja penelitian filologi ini tidak menggunakan perbandingan naskah.

Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi sebagai berikut :

1. Penentuan Sasaran Penelitian

Langkah pertama adalah menentukan sasaran, karena banyak ragam yang perlu dipilih, baik tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Ada naskah yang bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali dan Batak. Ada naskah yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Ada naskah yang berbentuk puisi dan ada pula yang berbentuk prosa. Ada naskah yangbberisi sejarah/babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng, primbon, adat istiadat, ajaran/piwulang, dan agama.

Berdasarkan hal tersebut, ditentukan sasaran yang ingin diteliti adalah naskah bertuliskan Jawa carik, ditulis pada kertas, berbentuk prosa dan berisi masalah piwulang/ajaran. Keseluruhan bentuk di atas terangkum di dalam Kawruh Landheyan.

2. Inventarisasi Naskah

Langkah awal dari penelitian suatu karya sastra sesuai cara kerja filologi yaitu dengan mendaftar semua naskah yang ingin diteliti di berbagai tempat-

commit to user

tempat penyimpanan naskah. Menurut Edi S. Ekadjati (1980), bila hendak melakukan penelitian filologi, pertama-tama harus mencari dan memilih naskah yang akan dijadikan pokok penelitian, dengan mendatangi tempat-tempat koleksi naskah atau mencarinya melalui katalog. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah, tempat penyimpanan, dan penjelasan lain tentang keadaan naskah. Naskah-naskah yang diperlukan didaftar untuk mengetahui jumlah naskah, dimana naskah itu disimpan, serta penjelasan mengenai nomor naskah, umur naskah, tulisan naskah, tempat dan tanggal penyalisan naskah.keterangan-keterangan tersebut dapat dilihat dalam katalog (Edwar Djamaris, 2002: 10).

3. Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah

Observasi pendahuluan dilakukan dengan mengecek data secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan informasi yang diungkapkan oleh katalog. Setelah mendapatkan data yang dimaksud yakni Kawruh Landheyan maka diadakan deskripsi naskah dan ringkasan isi.

Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah terperinci. Deskripsi naskah penting untuk mengetahui keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah itu. Emuch Sumantri menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi mengenai: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, ukuran naskah dan teks, keadaan naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk naskah, umur naskah, fungsi sosial naskah serta ikhtisar teks (1986: 2). Sedangkan ringkasan isi naskah digunakan untuk mengetahui garis besar kandungan naskah sesuai dengan urutan cerita dalam naskah.

4. Transliterasi Naskah

Transliterasi naskah ialah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda

commit to user

baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran (Edward Djamaris, 1977 : 25).

5. Kritik Teks

Pengertian kritik teks menurut Paul Mass dalam Darusuprapta (1984) adalah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberi evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah dan lembaran bacaan yang mengandung kalimat-kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu.

6. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya, yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks. Segala kelainan bacaan yang ditampilkan merupakan kata-kata atau bacaan salah yang terdapat dalam naskah tampak dalam aparat kritik.

7. Terjemahan

Terjemahan adalah pemindahan makna atau bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami isi teks dari suatu naskah. Sehingga masyarakat yang tidak menguasai bahasa naskah aslinya dapat juga menikmati, sehingga naskah itu lebih tersebar luas (Darusuprapta, 1989:27).

D. Tentang Landheyan

Kajian isi pada penulisan ini dipaparkan melalui teknik deskripsi, yaitu penjabaran dari data primer dalam hal ini adalah teks Kawruh Landheyan dan data sekunder yang meliputi hasil wawancara dan informasi dari ensiklopedi dan buku- buku yang membahas tentang Landheyan. Kandungan isi dalam penulisan ini membahas tentang macam- macam Landheyan beserta cara pembuatanya.

1. Nama Kayu bahan Pembuatan Landheyan

commit to user

Ada banyak macam kayu yang dapat dipergunakan dalam pembuatan Landheyan, kayu- kayu tersebut memiliki kelebihan dan kekurangn dengan ciri- ciri yang di miliki. Kayu- kayu tersebut antara lain :

1. Waru, warnanya pethak sulak jenne beratnya ringan, seratnya kasar, pilihannya yang seratnya padat serta beratnta agak berat, waru ini paling baik dipakai untuk landheyan panjang, karena dari ringan dan ulet.

2. Timaha, warnanya putih dan bercorak hitam, coraknya warna- warni, seperti : sembur, tutul, daler, encok sekar atau tembelang- tembelang. Pilihannya yang dasarnya banyak coraknya, timaha ini baiknya untuk landheyan celak, panjangnya dua dhepa, karena kurang ulet.

3. Kayu garu, warnanya ungu belang-belang hitam, seratnya ada yang halus ada yang kasar, bobotnya berat, karena berminyak.

4. Walik elar, warnanya jenne lirik-lirik, seratnya andalir urang, bobotnya sedang, golongan mudah patah.

5. Janglot, warnanya putih, seratnya halus, bobotnya berat, ulet.

6. Wali kukun, warnanya merah sewarna dengan kayu sawo, seratnya halus, bobotnya berat, kuat.

7. Therok, warnanya merah dan ungu belang seperti kayu garu, bobotnya berat, seratnya halus, kuat.

8. Areng-arengan, warnanaya hitam kusam, seratnya halus, bobotnya berat, kuat.

9. Aruman , sewarna tima, dasarnya sulak jenne, coraknya hitam

10. Kalak kambing, juga seperti tima, dasarnya jenne, bobotnya berat, keras, tetapi coraknya merembet dan lunak.

11. Kalak basu, warnanya hitam seperti tima, mudah busuk, seratnya kasar

12. Gedhondhong, warnanya putih, seratnya kasar, bobotnya sedang. Deskripsi diatas merupakan hasil penjabaran dari teks Kawruh Landheyan. Selain hal tersebut, dari hasil wawancara peneliti juga memperoleh informasi

commit to user

tentang kayu- kayu yang sering digunakan untuk membuat Landheyan, yaiti sebagai berikut:

1. Kayu mentaos : dengan ciri- ciri ulet dan lentur

2. Kayu Jati : dengan cirri- cirri lurus, mudah dikerjakan, ulet, dank eras.

3. Kayu cendana : Kayu cendana disebut mustikanya kayu, dengan memiliki ciri- cirri wangi atau harum, lurus, dan keras.

4. Kayu Kemuning : dengan cirri- cirri keras, doreng, dan berserat bagus.

5. Kayu Tima : memiliki bobot yang ringan dibandingkan dengan yang lain.

2. Macam- macam Landheyan Beserta Ukurannya.

1. Blandaran, pangjangnya 3 atau 3,5 dhepa

2. Panurun, panjangnya 2,5 atau 3,5 dhepa

3. Pegon, panjangnya 2 atau 3,5 dhepa

4. Tlepak, panjangnya 1,5 atau 3,5 dhepa

5. Towok, panjangnya 1,5 atau 3,5 dhepa

6. Limpung, panjangnya 1,5 atau 3,5 dhepa Sedangkan dari hasil wawancara mengenai ukurannya pada dasarnya ukuran landheyan tergantung dengan pemakai, akan tetapi memiliki aturan bahwa Landheyan memiliki panjang harus di atas kepala. Hal tersebut diuraikan karena untuk membuat Landheyan tidak dapat di ukur dengan hitungan, akan tetapi semuanya di ukur dengan perasaan berdasarkan karya.Akan tetapi yang lazim, ukuran panjangnya antara 60cm,90cm,120cm,180cm,2m,2,5m,3m. sedangkan diameternya bekisar 3- 3,5 cm.

3. Bentuk Landheyan

Dari hasil deskripsi dari data yang dikumpulkan memperoleh informasi tentang bentuk- bentuk landheyan yaitu:

1. Ngusus : yaitu Landheyan yang bagian pangkal sampai ujungnya besarnya sama.

2. Ngebung : yaitu Landheyan yang bagian pangkalnya besar lalu mengecil sampai ujung.

3. Nglabu : yaitu Landheyan yang bagian tengahnya mengembung.

commit to user

4. Landheyan variasi sekarang dimana terdapat ornament di bagian atas dan bawahnya.

4. Alat Untuk Membuat Landheyan

1. Pêthèl, untuk memotong bahan, atau bila untuk memasang tunjung.

2. Pasah kiping, untuk memasang grabahan.

3. Graji gorok, untuk memotong.

4. Pasah sugu 2 iji, 1 grabahan, panjangnya 1½ kilan, 1 pangalus, panjangnya

2 kilan.

5. Kikir agêng alit, untuk memasang karah lagri.

6. Pangot, untuk nêtês yang akan dijadikan perabot.

7. Jara, untuk melubangi.

8. Dhalangan, kajêng balik.

5. Langkah- langkah Membuat Landheyan

Bahan landheyan yang baru saja dari hutan, ini tentu masih besar, atau belum turut, ini lalu dipotonghanya memilih mandhukulipun bisa. Namun abila kayu masih gêbingan,dipotong menurut kakêncênganipun lalu dipotong menjadi delapan, bila sudah menjadi seperti ini namanya menjadi pêthèlan.

Bila sudah menjadi pêthèlan, lalu di pasah kiping, dipasah dengan dua tangan. Selesai digrabahi menggunakan pasah sugu celak, diarahkan gilignya, serta diarahkan mengikuti badannya. Setelah dipasah menggunakan pasah sugu panjang supaya mendapat kekencangan dan gilignya juga, ini sudah dinamakan bakal jadi.

Selanjutnya dipasang peralatan seperti,karah,lagri, sopal,tunjung,apabila memakai grendim grendimnya juga dipasang, apabila dengan anggethak landheyan agar lurus dan bagus.

Selanjutnya diselesaikan pembuatannya berdasarkan peralatannya, artinya dibagian pangkal mengambil berdasarkan besarnya sopal, di ujung mengambil besarnya lagri, dengan pasah penghalus, atau kikir.

commit to user

Apabila sudah lurus dan halus bulatanya,kemudian digosok di wacu calep [apabila sekarang lebih baik amril apabila sudah halus hilang serat dari pasahan dan kikiran, kemudian di ampelas, sampai halus, hilang serat amril, kemudian digosok dengan sisa pasahan, agar hilang kotoranya, di usap dengan tangan, sampai mengkilat dan licin, nama sudah jadi. Kemudian di pacak, macak itu memasang perlengkapan landheyan, dengan baik.

6. Bagian- bagian Landheyan

Pada dasarnya Landheyan terbagi menjadi tiga yaitu ujung, tengah, dan bawah. Akan tetapi secara terperinci bagian- bagian Landheyan adalah sebagai berikut:

5. Tunjung. perabot tlêmpak ini sama saja dengan perabot wahos, bila perabot wahos wêwah satu, dinamakan wêgig, bentuknya gombyok songa tamparan dibawahnya lagri .

7. Pengambilan Kayu Dari Hutan

Kayu Waru Gunung itu daunnya keriting dan bulunya panjang, pohonnya lurus rantinya tumbuh di ujung pohon, yang sudah dapat digunakan untuk landheyan paling sedikit dapat di bagi menjadi 4 bagian: pembagiannya di ambil panjangnya, lebih baiknya pohon waru yang akan di bagi di potong terlebih dahulu tepat di bawah ranting yang paling bawah, kemudian di diamkan sebentar, selanjutnya di potong dari atas dengan sedikit demi sedikit sampai bawah, karena itu apa bila di tidurkan takut apabila sering patah.

commit to user

Apabila sudah jadi potongan kemudian di pethel sampai lurus, dan di pasah kebulatannya, penyimpananya harus berdiri di tempat yang teduh jangan sampai kehujanan dan jangan di ikat menjadi satu agar tidak bengkok.

8. Pengolahan Landheyan

Dijaman kuna Landheyan ini apabila sudah jadi calon selanjudnya di olah, pengolahannya dengan kakeplok dan kagedhug.

1. Keplok , ini dengan dipukulkan pada air setiap pagi sebanyan sepuluh pukulan, selama satu tahun.

2. Gedhug,hal ini dengan dipukulkan pada tanah sekuwat mungkin setiap pagi, lamanya setahun.

9. Ukuran Landheyan

Tombaknya ditalikan dengan Landheyan yang akan dimasuki, mulai akhiran Landheyan diratakan dengan Pesi, kemudian dibolak- balik sampai selesainya Landheyan, ketemu beberapa lipatan kemudian diambil empat- empat sisanya berapa, apabila sisa:

1. Dhawah songga, baik.

2. Dhawah rungga, jelek sekali.

3. Dhawah sarah, jelek.

4. Dhawah watang jelek. jadi apabila membuat Landheyan itu sebelum memasang perabot harus dihitung terlebih dahulu.

Ukuranya godhi mulai dari lagri sampai karah sama dengan lingkaran kepalanya sendiri, mulai dari mata kiri melingkar sampai mata kanan.

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengkaji objek kajian. Bentuk penelitian terhadap naskah Kawruh landheyan adalah penelitian filologi, yang objek kajiannya mendasarkan pada manuskrip (naskah tulisan tangan). Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya penting dan semuanya mempunyai pengaruh dan berkaitan dengan yang lain. Dengan mendeskepsikan segala sistem tanda (semiotic) mungkin akan membentuk dan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang dikaji (M Atar Semi, 1993: 24).

Jenis penelitian termasuk dalam penelitian pustaka (library research). Penelitian pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data-data, informasi dengan bantuan buku-buku, majalah, naskah-naskah, cetakan-cetakan, kisah sejarah dan dokumen lain yang relevan (Kartini Kartono, 1983:28).

B. Sumber Data dan Data