Ketulusan hati tokoh dalam naskah drama rambat-rangkung karya trisno santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

KETULUSAN HATI TOKOH DALAM NASKAH DRAMA

RAMBAT-RANGKUNG KARYA TRISNO SANTOSA

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

SYAFAAT ASTIYANTO

C0108055

SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

MOTTO

1. Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertaggung jawab terhadap kepemimpinan itu (HR Tirmizi, Abu Dawud, Shalih Bukhari, dan Shahih Muslim)

2. Dan kita pasti akan kembali ke Tuhan kita (QS Az Zukhruf : 14).

PERSEMBAHAN

Bapak dan Ibu Tercinta Adikku Wisnu Sahabat KT WISWAKARMAN Almamaterku

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. ”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Dalam mencapai hasil yang sedemikian penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Drs. Supardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

3. Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Selaku pembimbing akademik yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum, Selaku Pembimbing pertama, dengan penuh kesabaran memberi petunjuk dan koreksi hingga penyusunan skripsi ini terselesaikan.

yang dengan sabar memberi koreksi, arahan dan nasihat kepada penulis hingga penyusunan skripsi ini sampai selesai.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan bekal ilmunya kepada penulis

7. Kepala dan Staff Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa atas fasilitas penyediaan referensi dan pelayanan yang baik sehingga memberikan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu atas pengorbanan yang tanpa lelah demi membahagiakan putranya ini.

9. Bapak Trisno Santosa, S.Kar, M.Hum selaku penulis naskah drama Rambat- Rangkung yang telah memberi ijin kepada penulis untuk dapat menggunakan naskah drama Rambat-Rangkung sebagai objek penelitian.

10. Para Sahabat Bono, Adhit, Wibi, Susi, Riyan, Mas Ucup, Mas Wisnu, Mbak Iffa, Mas Panca, Mas Armat Tato, Mas Alfat, Icip, Mumu, dan teman-teman di KT WISWAKARMAN. Terima kasih atas kebersamaan selama ini, kegilaan dan kekonyolan bersama kalian tidak bisa dilupakan.

11. Iyan, Anung, Rendra, Roga, Bangun, Guntur dan teman-teman Sastra Daerah angkatan 2007, 2008, dan 2009. Terima kasih atas dukungan dan semangat kalian.

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

DAFTAR SINGKATAN

ASKI : Akademi Seni Karawitan Indonesia

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

PORSENI : Pekan Olahraga dan Kesenian

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rambat-Rangkung merupakan judul sebuah naskah drama karangan Trisno Santosa. Drama berbahasa jawa ini berjalan hanya dalam satu babak dari awal hingga akhir cerita. Rambat-Rangkung menceritakan kisah percintaan dan perjuangan. Banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari cerita drama Rambat-Rangkung.

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?(2)

Bagaimanakah Unsur-Unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (3) Bagaimanakah Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (4) Apa Nilai-nilai yang terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa?.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengungkapkan Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (2) Mendeskripsikan Unsur-unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (3) Mendeskripsikan Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (4) Mengungkapkan Nilai-nilai yang terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa.

Pendekatan yang digunakan adalah Psikologi Sastra. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural, teori psikologi cinta dan motivasi. Teori tersebut digunakan ntuk mengungkapkan keiklasan dan ketulusan dalam diri para tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

Manfaat penelitian ini adalah secara teoretis, penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra dari segi psikologi. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian khususnya penelitian naskah drama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra melalui deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Rambat-Rangkung dan pengarang yaitu Trisno Santosa. Data dalam penelitian ini adalah teks drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa dan hasil wawancara.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pengarang ingin menyampaikan keteguhan hati dan rela berkorban (2) Dari segi struktural, drama Rambat-Rangkung menunjukkan kesatuan yang utuh dan antar unsur-unsur ada keterkaitan (3) dari Segi Psikologi Sastra dapat mengungkap sikap ketulusan, keiklasan, dan pengorbanan (4) Terdapat nilai-nilai moral yaitu sikap bertanggung jawab, rela berkorban, dan kebijaksanaan

SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Characters in the drama sincerity Rambat-Rangkung (psychology literature review). Essay : Javanese Literature Faculty of Literature and Art of Sebelas Maret University Surakarta.

Rambat-Rangkung is the title of a play written by Trisno Santosa. Java- language drama is running just one round from beginning to end. Rambat-Rangkung tells the story of love and struggle. Many of the values that can be taken from a drama Rambat-Rangkung

The problem statement of this research are : (1) How is the background of the creation of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (2) What are the elements constructRambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (3) How is the love and the sincerity grow up in the figure of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (4) what are the values contained in Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa?

The purposes of this research are : (1) to reveal the background of the Rambat-Rangkung creation; (2) to describe the elements of Rambat-Rangkung script of play; (3) to Describe the love and sincerity grow up in the figure of the play; (4) to reveal the values contained in the script of play Rambat-Rangkung writen by Trisno Santosa.

This research uses Psychology of Literature. The theory employed in this study is Psychology of Love and Motivation. The theory are used to reveal the sincerity and honesty in the figure of the Rambat-Rangkung script of play written by Trisno Santosa.

The theoritical significant of this research is expected to give further knowledge especially in literature from psychological view and the practical benefits of this research is to give further information in the research of script play.

This research is a qualitative descriptive since the resource of the data is the Rambat -Rangkung script of play writen by Trisno Santosa. The data of this research are Rambat-Rangkung script and the result of interview.

The result of this research are : (1) the writer wants to deliver the sincerity and the honesty (2) the script of Rambat-Rangkung, from the structural aspect, show the unity among te elements (3) from the Psychologi of Literature aspect, this research reveal the sincerity, honesty, and sacrifice (4) There are some moral values such as, the responsibility, the sincerity and the wisdom.

SARI PATHI

SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rambat-Rangkung inggih mênika judul drama anggitanipun Trisno Santosa. Drama kanthi basa Jawa mênika namung setunggal babak. Rambat-Rangkung nyariosakên babagan trêsna lan kaiklasan. Kathah nilai-nilai ingkang kakandhut wontên ing drama Rambat-Rangkung.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag salêbêting panalitèn mênika antawisipun (1) kados pundi dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Kados pundi struktural drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa? (3) kados pundi trêsna lan kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh (4) Mênapa Nilai ingkang kakandhut salêbêting drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa?

Ancasipun panalitèn inggih mênika (1) Ngandharakên dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Ngandharakên struktural drama Rambat- Rangkung anggitanipun Trisno Santosa (3) Ngandharakên trêsna sarta kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa (4) Ngandharakên nilai ingkang kakandhut salêbêting drama Rambat- Rangkung anggitanipun Trisno Santosa.

Tinjauan ingkang dipunginakakên inggih mênika Psikologi Sastra. Teori ingkang dipunginakakên salêbêting panalitèn inggih mênika teori cinta sarta motivasi. Teori mênika diginakakên kangge ngandharakên trêsna sarta kaiklasan wontên ing salêbêting tokoh naskah drama Rambat-Rangkung.

Paedahipun panalitén mênika ingkang teoritis kangge nambah khasanah kawruh, khususipun panalitén sastra saking tinjauan psikologi. Ingkang Praktis, panalitèn mênika sagêd nambah khasanah panalitén, khususipun panalitén naskah drama.

Wujud panalitèn inggih mênika panalitèn sastra kanthi migunakakên kualitatif deskriptif. Sumber data wontên salêbêting panalitèn inggih mênika naskah drama Rambat-Rangkung. Data wontên ing panaliten inggih mênika teks drama Rambat- Rangkung.

Wontên panalitèn punika sagêd kapêndhêt sêkawan prêkawis (1) Ingkang Nganggit mêdharakên prêkawis kaiklasan sarta pangorbanan (2) Saking struktural, naskah Rambat-Rangkung mênika mujudakên unsur-unsur ingkang wutuh (3) Saking Psikologi Sastra sagêd ngandharakên sipat tulus, iklas (4) Wontên nilai-nilai moral inggih mênika tanggung jawab, kawicaksanan.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rambat-Rangkung merupakan judul naskah drama karangan Trisno Santosa. Naskah yang memiliki tebal empat puluh halaman tersebut diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah pada tahun 2011. Awal peneliti mengetahui naskah drama Rambat-Rangkung pada acara Pergelaran Sastra Jawa Bedhah Naskah Rambat- Rangkung yang diadakan di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta.

Rambat-Rangkung menceritakan tentang kisah percintaan antara pemuda bernama Rambat dengan gadis cantik bernama Rangkung. Rambat hanya satu- satunya pemuda yang tetap mencintai Rangkung setelah diketahui ternyata Rangkung bukan wanita sempurna seperti yang diharapkan para pemuda karena keadaannya yang cacat. Awalnya banyak pemuda tertarik kepada Rangkung dan ingin melamarnya, akan tetapi rasa ketertarikan itu hilang seketika setelah diketahui keadaan Rangkung yang cacat. Tidak halnya dengan Rambat yang tetap mencintai Rangkung apa adanya. Dari kisah percintaan tersebut dapat diketahui tentang keteguhan hati dan keiklasan.

Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa berjalan dalam satu babak. Awal hingga akhir cerita, setting atau latar tidak berubah. Permasalahan yang Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa berjalan dalam satu babak. Awal hingga akhir cerita, setting atau latar tidak berubah. Permasalahan yang

1. Tanggal 17 November 2011 pernah dipentaskan oleh Paguyuban Ketoprak Surakarta di Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah.

2. Tanggal 15 Februari 2012, Kelompok teater SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta juga pernah menampilkan drama Rambat-Rangkung.

3. Yang terakhir kelompok pemuda dari kampung Margorejo Surakarta mementaskannya pada tanggal 16 Agustus 2012 untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Segi pengarang, Trisno Santosa merupakan salah satu pengarang drama yang terkenal terutama di kota Surakarta. Trisno Santosa sampai sekarang juga masih produktif dan aktif menulis terutama naskah drama ketoprak. Karya-karya beserta tahun penciptaannya antara lain :

1. Bargawa (1986)

2. Wangsapati Prajurit Diponegaran (1986)

3. Sang Pembayun (1989)

4. Karebet Tundhung (1990)

5. Wong Agung (1990)

6. Jenggit Cembeng (2002)

7. Pedhut Majapahit (2002)

8. Setya Tuhu (2003)

10. Lungset (2005)

11. Boma Rangsang (2005)

12. Lurah Ganjur (2006)

13. Kidung Ati Abdi (2007)

14. Bocah Sapu-sapu (2008)

15. Semar-Samar (2010)

16. Rambat-Rangkung (2011)

17. Kang Ala Ketara (2012)

Trisno Santosa juga merupakan pengarang dan sutradara drama yang berprestasi. Prestasi yang pernah diraihnya adalah sebagai berikut :

1. Sutradara terbaik lomba sandiwara bahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah (2002).

2. Penulis terbaik untuk lomba sandiwara berbahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah (2002).

3. Sutradara terbaik festival ketoprak se-Jawa Tengah (2004).

4. Juara harapan satu penulisan naskah berbahasa Jawa se-Jawa Tengah (2004).

Penelitian dengan objek naskah drama dalam bidang sastra di jurusan Sastra Daerah tidak sebanyak penelitian dengan objek prosa dan sastra lisan yang mendominasi di almari penyimpanan skripsi. Penelitian sebelumnya yang pernah menggunakan objek drama antara lain : Penelitian dengan objek naskah drama dalam bidang sastra di jurusan Sastra Daerah tidak sebanyak penelitian dengan objek prosa dan sastra lisan yang mendominasi di almari penyimpanan skripsi. Penelitian sebelumnya yang pernah menggunakan objek drama antara lain :

(Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra).”

2. Penelitian dari Sruti Respati, jurusan Sastra Daerah angkatan 2000 dengan judul “Analisis Frustasi Tokoh Kanjeng dalam lakon Rol karya Bambang

Widodo S.P. (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).”

3. Penelitian dari Christina Puri Pamitkasih, jurusan Sastra Daerah angkatan 2006 dengan judul “Keluhuran Cinta Kasih dalam Drama Radio

Nglinggihi Klasa Gumelar karya Retno Hartiningsih (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra).”

4. Penelitian dari Yustinus Tri W dengan judul “Nilai Estetika dan Kritik Sosial dalam drama Cluring karya Joko Bibit Santosa (Sebuah Tinjauan Struktur Drama).”

5. Penelitian dari Rizki Proborani, jurusan Sasrta Daerah angkatan 2007 dengan judul “Profil Tokoh Bambang dalam Drama Radio Kalimput ing

Pedhut karya Retno Hartiningsih (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).” Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi sastra untuk mengkaji naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Penelitian Psikologi sastra memiliki peranan penting dalam penelitian sastra karena adanya beberapa kelebihan yaitu untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan dan membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis (Endraswara, 2008:12). Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang

juga bisa mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59). Teori cinta dari R. J. Strenberg digunakan untuk mengungkapkan bagaimana cinta itu tumbuh dari dalam diri tokoh sentral dan utama naskah drama Rambat- Rangkung karya Trisno Santosa. R.J. Strenber mengungkapkan ada tiga dimensi cinta meliputi keintiman, hasrat, dan komitmen. Dari ketiga dimensi tersebut dapat diketahui bagaimana cinta yang tumbuh dalam diri tokoh, apakah cinta yang tumbuh hanya berdasarkan nafsu tanpa memiliki komitmen, dan cinta yang tumbuh berdasar ketulusan dan memiliki komitmen.

Teori Motivasi Abraham Maslow juga digunakan dalam penelitian ini. Teori motivasi digunakan untuk mengetahui motivasi tokoh dalam membela tanah air dari penjajahan Belanda.

Isi cerita dari Rambat-Rangkung tersebut sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu Psikologi Sastra untuk mengungkapkan bagaimana timbulnya rasa cinta, pengorbanan dan kasih sayang. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra).

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini diperlukan agar sebuah penelitian tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas dan lebih terfokus. Permasalahan tersebut nantinya akan diteliti untuk mencari pemecahan masalah. Perumusan masalah tersebut adalah :

Santosa?

2. Bagaimanakah unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?

3. Bagaimana rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?

4. Apa nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengungkapkan latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

2. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

3. Menjelaskan rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

4. Mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama naskah Rambat- Rangkung karya Trisno Santosa.

Penelitian ini akan didapat hasil tentang deskripsi unsur-unsur struktural, rasa cinta dan kasih sayang yang timbul dari tokoh serta mengungkapkan makna dan nilai yang terkandung dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, teori psikologi sastra, dan teori psikologi cinta. Maka dari itu secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra dari segi psikologis.

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian terhadap Sastra Jawa, khususnya penelitian naskah drama. Selain penelitian ini dapat dipakai data bagi penelitian lain dengan pendekatan yang berbeda.

E. Sistematika Penulisan

Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas, maka dibawah ini disampaikan sistematika penulisan penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan

Struktural, dan Pendekatan Psikologi Sastra BAB III METODE PENELITIAN meliputi Jenis dan Bentuk Penelitian, Sumber Data dan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Validitas Data. BAB IV PEMBAHASAN yang membahas strukturalisme drama, cinta dan pengorbanan yang tumbuh dalam diri tokoh, dan nilai yang terkandung dalam naskah drama Rambat-Rangkung. BAB V PENUTUP meliputi Kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku bertindak, atau beraksi (Soediro Satoto, 1991:5). Drama berarti perbuatan, tindakan, atau bereaksi. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa (Herman J. Waluyo, 2001:3).

Drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang bersifat drama. Maka tidak heran kalau Moulton (dalam Soediro Satoto, 1991:3) mengatakan bahwa “Drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life presented in action). Jika dalam sastra jenis prosa menggerakkan fantasi

pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka sendiri. Ataupun Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak”. Menurut Atar Semi (1993:156) drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Riris K. Sarumpet (1997:21), dalam Istilah Drama dan Teater membataskan drama sebagai berikut, drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka sendiri. Ataupun Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak”. Menurut Atar Semi (1993:156) drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Riris K. Sarumpet (1997:21), dalam Istilah Drama dan Teater membataskan drama sebagai berikut, drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara

1. Tragedi (duka ria), drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Penulis naskah mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis.

2. Komedi (drama ria), drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang sifatnya menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang.

3. Melodrama, lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan.

4. Tragikomedi, dua paras perasaan yang digabungkan, tragedi dan komedi

5. Dagelan (farce), disebut juga banyolan. Seringkali drama ini disebut drama komedi murahan atau komedi picisan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan arus situasi. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur dan fulgar.

Drama adalah sejumlah kejadian yang mengikat dan menarik hati. Tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah drama itu telah dipentaskan. Tetapi bagaimanapun,

KM, 1991 : 31). Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita lewat dialog para tokoh. Tujuan pokoknya menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan konflik dan emosi melalui dialog.

Sebagai karya sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat konotatif juga dimiliki. Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas, dan sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra yang lain, akan tetapi karena yang ditampilkan drama adalah dialog maka bahasa drama tidak sebeku bahasa puisi, dan lebih cair dari bahasa prosa (Herman J. Waluyo, 2006:3).

Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada naskah prosa dan puisi. Naskah drama berupa dialog yang membutuhkan ketekunan untuk memahami isi drama.

Drama memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi ataupun genre yang lainnya. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan pada bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret.

Drama tidak bisa dikatakan sebagai puisi ketika mencoba mendekatinya, karena puisi penekanannya sebagai hasil cipta instuisi imajinasi penyairnya. Membaca puisi, pembaca berusaha menghubungkan imajinasinya dengan instuisi penyair melalui sajak-sajak yang ditulis oleh penyair. Di pihak lain ketika membaca novel ataupun cerpen, pembaca berhadapan dengan suatu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh pengarangnya. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya Drama tidak bisa dikatakan sebagai puisi ketika mencoba mendekatinya, karena puisi penekanannya sebagai hasil cipta instuisi imajinasi penyairnya. Membaca puisi, pembaca berusaha menghubungkan imajinasinya dengan instuisi penyair melalui sajak-sajak yang ditulis oleh penyair. Di pihak lain ketika membaca novel ataupun cerpen, pembaca berhadapan dengan suatu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh pengarangnya. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya

B. Pendekatan Struktural

Langkah awal dalam meneliti karya sastra adalah dengan pendekatan struktural sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembentuk drama menghasilkan makna menyeluruh antara lain tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan cakapan (Soediro Satoto, 1991:41). Pendekatan struktural dapat juga dinamakan dengan pendekatan obyektif. Struktur merupakan komponen paling utama, dan merupakan prinsip kesatuan lakuan dalam drama. Sistematika pembicaraannya dilakukan dalam hubungannya dengan alur (plot) dan penokohan (karakterisasi). Perwujudannya dapat berupa gerak atau cakapan (dialog, monolog). Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan ketertarikan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya dengan mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu Langkah awal dalam meneliti karya sastra adalah dengan pendekatan struktural sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembentuk drama menghasilkan makna menyeluruh antara lain tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan cakapan (Soediro Satoto, 1991:41). Pendekatan struktural dapat juga dinamakan dengan pendekatan obyektif. Struktur merupakan komponen paling utama, dan merupakan prinsip kesatuan lakuan dalam drama. Sistematika pembicaraannya dilakukan dalam hubungannya dengan alur (plot) dan penokohan (karakterisasi). Perwujudannya dapat berupa gerak atau cakapan (dialog, monolog). Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan ketertarikan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya dengan mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu

Peneliti menggunakan teori pendekatan struktural dari Soediro Satoto yang terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan cakapan.

1. Tema Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama (Herman J. Waluyo, 2001:24). Sedangkan menurut Soediro Satoto (1991:42) tema adalah gagasan, idea atau pikiran utama dalam karya sastra baik terungkap secara tersirat maupun tersurat. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tetapi tema dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh- tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog. Dialog tersebut mengejawantahkan tema dari lakon/naskah.

Konflik batin dalam drama harus benar-benar dihayati oleh pembaca. Dengan tema yang kuat, pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan tema yang dimaksud oleh pengarang. Tema merupakan sruktur dalam dari sebuah Konflik batin dalam drama harus benar-benar dihayati oleh pembaca. Dengan tema yang kuat, pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan tema yang dimaksud oleh pengarang. Tema merupakan sruktur dalam dari sebuah

Suatu cerita yang baik dan berbobot terbentuk karena ada tema/topik yang dibicarakan. Suatu karya sastra tidak hanya untuk didengar, dibaca, atau dilihat saja, akan tetapi ada sesuatu hal yang bisa diambil manfaatnya. Sesuatu tersebut dapat mengenai masalah kehidupan atau komentar tentang hidup, seperti percintaan, kesedihan, ketakutan, spiritual, dan sebagainya.

2. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui ceritanya (Burhan Nurgiyantoro, 2007:322). Nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Amanat dapat juga diartikan sebagai gagasan yang mendasari karya sastra, pesan, perintah, keterangan, wejangan, dan kepercayaan yang disampaikan pengarang kepada pembaca (Wahyudi Siswanto, 2008:162).

Teknik penyampaian pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung, secara tersurat maupun tersirat, atau secara simbolik. Jika tema dalam drama merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya, maka amanat merupakan pemecahannya. Jika tema sebuah drama merupakan pertanyaan, maka amanat yang terkandung di dalamnya merupakan jawaban (Soediro Satoto, 1991:43- 44).

Sebuah karya sastra pasti ada amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:28). Setiap pembaca dapat menafsirkan amanat sebuah karya sastra menurut dirinya sendiri karena tema bersifat obyektif.

3. Alur (plot) Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antar dua tokoh yang berlawanan (Herman J. Waluyo, 2001:8). Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh itu bertentangan. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks konflik akan menuju penyelesaian.

Apa yang disebut plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot tersembunyi di balik jalan cerita. Dalam mengikuti cerita itulah akhirnya dapat menemukan plotnya. Sebuah plot bisa menelurkan beberapa jalan cerita. Jalan cerita hanyalah manifestasi atau bentuk jasmaniah dari plot (Jakob Sumardjo, 2007:39).

Stanton mengatakan bahwa alur atau plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa dalam suatu cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihubungkan sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa (dalam Burhan Nurgiantoro, 2007:113).

Gustaf Freytag (dalam Herman J. Waluyo, 2001:8) memberikan unsur-unsur plot itu lebih lengkap, yang meliputi hal-hal berikut:

Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan watak masing-masing. Pembaca mulai mendapat gambaran tentang lakon yang dibaca.

b. Komplikasi atau Pertikaian Awal Konflik mulai menanjak akan tetapi konflik belum mancapai klimaks dan lakon belum selesai.

c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita Konflik yang meningkat itu akan terus sampai mencapai klimaks atau titik puncak atau kegawatan dalam cerita.

d. Resolusi atau Penyelesaian atau Falling Action Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncigkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahan.

e. Catastrhope atau Denounment atau Keputusan Drama-drama modern akan berhenti pada klimaks, seperti halnya adegan tancep kayon dalam wayang kulit. Dalam tahap ini, ada ulasan pendapat terhadap seluruh kisah lakon itu.

4. Penokohan Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Wahyudi Siswanto, 2008:142). Sedangkan menurut Herman. J. Waluyo (2001:14) penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan di sini adalah proses menampilkan tokoh sebagai 4. Penokohan Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Wahyudi Siswanto, 2008:142). Sedangkan menurut Herman. J. Waluyo (2001:14) penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan di sini adalah proses menampilkan tokoh sebagai

Beberapa jenis pelaku atau aktor berdasarkan peranannya dalam cerita yang biasa dipergunakan dalam drama diantaranya adalah :

a. Tokoh Antagonis, tokoh penentang arus cerita.

b. Tokoh Protagonis, tokoh yang mendukung cerita.

c. Tokoh Thragonis, tokoh pembantu baik tokoh antagonis maupun untuk tokoh protagonis. Ada juga klasifikasi tokoh berdasarkan peranannya dalam lakon serta

funginya, maka terdapat tokoh-tokoh seperti berikut :

a. Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon.

b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penantang tokoh sentral.

c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rantai cerita (Herman J Waluyo, 2006 :16).

Tokoh dalam suatu drama juga harus memiliki watak. Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu :

a. Keadaan Fisik, meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, raut muka, dan sebagainya.

b. Keadaan Psikis, meliputi : watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi, keadaan emosi, dan sebagainya.

sebagainya.

5. Setting (latar) Setting atau tempat terjadinya cerita sering pula disebut latar cerita. Adanya latar cerita menjadi lebih hidup dan jelas karena dapat diketahui kapan, di mana, dan bagaimana suatu cerita itu berlangsung. Atar semi (1993:46) berpendapat bahwa latar atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Penentuan ini harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:23). Setting biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu :

1. Tempat

2. Waktu

3. Sosial Setting juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore atau malam hari. Siang atau malam di desa atau di kota akan berbeda pula keadaannya. Waktu juga disesuaikan dengan ruang dan tempat. Tempat dapat berarti ruang dalam rumah atau luar rumah, tetapi juga berarti dapat lebih mendetail, ruang yang bagaimana yang dikehendaki penulis lakon. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang behubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Hakikat lakon sebagai “closet drama” (drama baca) yang lebih dapat dikenali lewat struktur dramatik adalah tikaian atau konflik. Seorang pengkaji dan peneliti sastra akan lebih melihat tikaian atau konflik sebagai hakikat drama.

Dalam praktek tikaian atau konflik tidak harus diikuti oleh cakapan atau lakuan, konflik ini berada dalam diri tokoh, biasa disebut pembatinan. Tikaian atau konflik bisa terjadi antar manusia, manusia dengan alam semesta, dan bahkan manusia dengan Tuhannya. Terjadi antar individu dan individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Manusia adalah sumber dari segala tikaian atau konflik.

7. Cakapan Kata cakap berarti, omong atau bicara. Bercakap-cakap berarti omong-omong atau berbicara. Dalam drama, cakapan yang terjadi antara dua orang atau lebih disebut dialog (Soediro Satoto, 1991:63).

Menurut Herman J. Waluyo ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dialog dalam sebuah drama harus benar-benar memperlihatkan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Di samping dalam hal ragam, maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic- action dari plot itu. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog dipengaruhi terhadap konflik yang dibawakan lakon.

Psikologi yang berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yaitu ilmu mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai obyek studi, terutama pada sisi perilaku (behavior atau action) dan jiwa (psyche). Berdasarkan pengertian singkat tersebut bisa dipahami formulasi-formulasi yang secara singkat dikategorikan menjadi:

(1) Ilmu atau kajian ilmiah tentang perilaku manusia. (2) Ilmu atau kajian ilmu tentang jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang

memfokuskan studi pada perilaku manusia, psikologi dikategorikan sebagai behavavioral science atau ilmu perilaku.

Psikologi sebagai suatu ilmu, yaitu psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejiwaan. Menurut Sartain, psikologi merupakan ilmu jiwa yang ilmiah, yang sensitif. Karena itu dalam mempelajari psikologi harus dari sudut ilmu, psikologi sebagai suatu science (dalam Bimo Wagito, 1992:2).

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pembaca dalam menanggapi karya tidak akan lepas dari kejiwaan masing- masing (Suwardi Endraswara, 2008:96). Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh juga kebetulan teks berupa drama maupun prosa. Sedangkan jika berupa puisi, tentu akan tampil melalui larik-larik dan pilihan kata yang khas.

Menurut Wellek dan Warren (1990:23) psikologi dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus Menurut Wellek dan Warren (1990:23) psikologi dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus

Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59).

Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara proporsional dengan psikologi sastra (Endraswara, 2008:7).

Menurut Sangidu (2004:30) psikologi sastra adalah suatu disiplin imu yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang di dalamnya atau mungkin juga diperankan oleh tokoh faktual.

D. Psikologi Cinta

Naskah drama Rambat-Rangkung mengisahkan bagaimana para pemuda jatuh cinta kepada satu gadis yang sama karena kecantikan wajahnya. Akan tetapi tidak ada yang tahu bagaimana keadaan dari sang gadis tersebut yang kakinya cacat. Setelah diketahui jika sang gadis tersebut cacat, beberapa pemuda yang awalnya suka berubah perasaannya terhadap sang gadis tersebut. Tetapi tidak dengan tokoh bernama Rambat yang tetap mencintai sang gadis tersebut dengan tulus hati.

timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk, intensitas pengalaman memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam, derajat tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar. Jika demikian, esensi cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti bukan cinta sejati (Minderop, 2010:44).

Sternberg dalam teorinya (dalam Robert A. Baron dan Donn Byarne, 2005:29) mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi yaitu gairah/nafsu (passion), keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan (commitment/decision).

1. Gairah/nafsu Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik fisik dan gaya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, sesorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu, mengalami perasaan indah seperti melambung ke awan, mengagumi serta terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan sejahtera, memiliki energi yang besar utuk melakukan sesuatu demi orang yang dicintainya, tentu saja merasa bahagia.

Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua belah pihak saling mengerti, terbuka dan saling mendukung, serta bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu saling memaafkan dan menerima.

3. Komitmen/keputusan Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupya. Komitmen ini dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki jika hubungan dalam keadaa kritis (Sarlito W. Sarwono dkk, 2009:71-72).

Ketiga komponen yang telah disebutkan di atas haruslah seimbang untuk dapat menghasilkan hubungan cinta yang memuaskan dan bertahan lama. Dari ketiga dimensi cinta tersebut bisa menghasilkan tujuh jenis hubungan :

1. Rasa suka (liking) = keintiman saja (pertemanan sejati tanpa nafsu atau komitmen

jangka panjang)

2. Cinta roamantis (romantic love) = keintiman + nafsu (saling tertarik satu sama lain secara fisik dan emosional tanpa komitmen )

3. Tergila-gila (infatuation) = nafsu saja (cinta pada pandangan pertama yang penuh nafsu dan bersifat obsesif tanpa adanya keintiman atau komitmen) 3. Tergila-gila (infatuation) = nafsu saja (cinta pada pandangan pertama yang penuh nafsu dan bersifat obsesif tanpa adanya keintiman atau komitmen)

adanya

waktu untuk berkembangnya keintiman, hubungan dangkal seperti perkawinan mendadak)

5. Cinta karib (companionate love) = keintiman+komitmen (pertemanan jangka panjang dengan komitmen seperti pada perkawinan dimana nafsu sudah hilang)

6. Cinta kosong (empty love) = keputusan/komimen saja (keputusan untuk mencintai orang lain tanpa keintiman atau nafsu)

7. Cinta sempurna (cinta yang lengkap yang terdiri dari tiga komponen, suatu keadaan yang sudah ideal).

E. Motivasi

Psikologi tidak hanya mempelajari apa yang dilakukan orang tetapi juga mengapa dia melakukannya, “mengapa” itu disebut motive. Pengalaman

menunjukkan bahwa untuk memahami seseorang tidaklah cukup dengan mengamati tindak perbuatannya saja, tetapi hal-hal yang melatar belakanginya melakukan sesuatu (Dimyati Mahmud, 1990:195)

Abraham Maslow dalam Albertine Minderop (2007:98) menyebutkan teori motivasi ada lima tingkat :

1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok manusia, meliputi makan, air udara, tidur dan seks. Pemuasan untuk kebutuhan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup.

Kebutuhan akan jaminan stabilitas, perlindungan, ketertiban. Ketidakpastian yang dihadapi manusia membuat manusia menccapai jaminan keamanan, perlindungan, dan ketertiban menurut kemampuannya.

3. Kebutuhan Rasa memiliki dan Cinta Kebutuhan yang dapat dicapai dengan cara menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan. Untuk memuaskan kebutuhan ini dapat membangun suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang lain.

4. Kebutuhan Rasa Penghargaan Kebutuhan rasa penghargaan dibagi menjadi dua yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain adalah yang utama. Penghargaan dari orang lain berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, dan keberhasilan dalam masyarakat. Apabila merasakan suatu perasaan dari dalam atau penghargaan diri akan merasa yakin dan aman akan diri sendiri.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan manusia yang tertinggi. Seseorang akan mampu mencapai kebutuhan ini apabila mampu melewati masa-masa sulit yang berasal dari diri sendiri dan orang lain. Hambatan dari diri sendiri misalnya ragu-ragu, takut, malu dan sebagainya. Yang menjadi penghambat dari luar misalnya tidak adanya kesempatan dan diskrimainasi dari lingkungan.

METODE PENELITIAN

Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara yang strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan masalah sebab-akibat berikutnya. Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004 : 13).

Penelitian adalah cara yang dipilih peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan rumusan untuk memahami fenomena yang digunakan untuk meneliti persoalan yang bisa mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan (Rachmat Joko Pradopo, 2001).

A. Jenis Penelitian dan Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra merupakan pencarian pengetahuan yang memberi makna dengan hati-hati dan kritis secara terus-menerus terhadap masalah sastra. Penelitian sastra pada dasarnya sama dengan kritik sastra yang membedakan adalah jangkauannya. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan angka-angka. Data pada Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra merupakan pencarian pengetahuan yang memberi makna dengan hati-hati dan kritis secara terus-menerus terhadap masalah sastra. Penelitian sastra pada dasarnya sama dengan kritik sastra yang membedakan adalah jangkauannya. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan angka-angka. Data pada

B. Sumber Data dan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah drama Rambat-Rangkung . Data dalam penelitian ini berupa teks yang berupa struktur drama yang dibangun oleh unsur-unsur instrinsik dalam karya sastra seperti tema, alur, penokohan, amanat, latar, konflik dan dialog serta aspek-aspek psikologi sastra dari drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Analisis Isi atau Content Analysis. Teknik Content Analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis isi yang terdapat dalam karya sastra. Analisis isi merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpukan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen ( Lexy J. Moleong, 2007 : 163 ).

Judul penelitian ini adalah Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra), maka teknik analisa data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: