PROGRAM PASCA SARJANA id. pdf

STUDI KOMPARATIF PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI & INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN DI MANCANEGARA

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan

Disusun oleh:

Furry Nurul Furdhany Siti Ambarli

PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Studi Komparatif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan di Mancanegara” tepat pada waktunya sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan pada program studi Teknologi Pendidikan, Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta. Proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Tanpa dukungan, bantuan dan bimbingan tersebut, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai masukan dari pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan pembaca.

Jakarta, Desember 2016

Penulis

45

BAB IV PENUTUP ......................................................................................

45

A. Kesimpulan ........................................................................................

46 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 47

B. Saran....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal yang menjadi indikator kemajuan suatu bangsa. Kemajuan pendidikan dalam suatu bangsa, akan mendorong kemajuan bangsa tersebut. Karena itu, setiap negara berusaha seoptimal mungkin untuk mengembangkan pendidikannya.

Namun, beberapa negara ternyata masih banyak tertinggal dalam bidang pendidikan, ditandai dengan banyaknya kasus buta huruf di negara itu. Negara-negara ini adalah Bangladesh, Brazil, China, Mesir, India, Indonesia, Meksiko, Nigeria, dan Pakistan. Sembilan negara ini merupakan perwakilan dari 60% populasi dunia, lebih dari dua pertiga populasi orang dewasa yang buta huruf di dunia, dan lebih dari setengah

populasi anak-anak yang putus sekolah. 1 Hal ini menjadi sesuatu yang memprihatinkan dan menjadi suatu indikator rendahnya kualitas

pendidikan di negara-negara ini. Karena Sembilan negara ini memiliki permasalahan yang hampir sama dalam hal pendidikan, maka sembilan negara ini dan difasilitasi oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) memutuskan bergabung dalam suatu forum yang dinamakan E9. Dengan adanya forum ini, diharapkan sembilan negara ini beserta UNESCO dapat bekerja sama dalam memperbaiki pendidikan di negara-negara tersebut sehingga dapat memenuhi salah satu program UNESCO yaitu EFA (Education for All).

Hakikat EFA adalah mengusahakan agar semua orang bisa mendapatkan haknya untuk mencapai pendidikan tanpa memandang usia, gender, dan perbedaan kemampuan ekonomi. Pendidikan harus mudah

1 UNESCO, E9 Initiative, Online: http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading-the- international -agenda/education-for-all/coordination-mechanisms/e-9-initiative/ (diakses pada 9

Februari 2017) Februari 2017)

Dilihat dari data UNDP (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari tingkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang cenderung menurun antarwaktu. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dan ke-109 tahun 1999. Data yang dilaporkan dalam The World Economic Forum, Swedia (2000) mengindikasikan daya saing Indonesia yang rendah, yaitu menduduki urutan ke-37 dari 57

negara yang disurvey di dunia. 2 Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang termasuk

dalam E9 juga berupaya untuk mengembangkan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh. Untuk mengetahui posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain dalam perkembangan sistem pendidikan terbuka dan jauh, serta untuk meningkatkan hal-hal yang perlu ditingkatkan, maka dalam penulisan ini dilakukan studi komparatif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan di mancanegara. Dalam studi komparatif ini, dibandingkan kemajuan pemanfaatan TIK untuk pendidikan (khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh) di beberapa negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Diantaranya adalah China, India, Afrika Selatan, Malaysia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, dan Thailand. Dalam penulisan makalah

2 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Grup, 2011), h. 263 2 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Grup, 2011), h. 263

B. Rumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah dalam penulisan makalah ini:

1. Bagaimana isi kesepakatan EFA mengenai sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh?

2. Bagaimana perkembangan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di mancanegara?

3. Bagaimana perkembangan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia?

4. Apa saja dampak positif dan dampak negatif dari pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia?

5. Bagaimana solusi dari dampak negatif yang ditimbulkan dari pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berikut adalah tujuan penulisan makalah ini:

1. Untuk mengetahui isi kesepakatan EFA mengenai sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh.

2. Untuk mengetahui perkembangan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di mancanegara.

3. Untuk mengetahui perkembangan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia.

4. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia.

5. Untuk mengetahui solusi dari dampak negatif yang ditimbulkan dari pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

Dalam bab ini akan diuraikan adalah : (1) studi banding comparative (2) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan (3) mancanegara

1. Studi Komparatif

a. Pengertian studi Komparatif Pengertian studi komparatif berasal dari bahasa Inggris yaitu

comparative study. 3 Peneliti menyelidiki pola persamaan dan perbedaan diantara beberapa kasus. Tujuan peneliti menyelidiki pola

persamaan dan perbedaan adalah untuk membandingkan antara kasus satu dengan kasus lainnya agar dapat di ambil manfaat dari suatu kasus, sehingga bisa diterapkan ditempat lain.

Studi komparatif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan yang akan diterapkan kedepannya untuk menjadi lebih baik 4 . Pengertian studi

banding adalah sebuah konsep belajar yang dilakukan di lokasi dan lingkungan berbeda yang merupakan kegiatan yang lazim dilakukan untuk maksud peningkatan mutu, perluasan usaha, perbaikan sistem,

penentuan kebijakan baru, perbaikan peraturan perundangan, dan lain lain 5 . Kegiatan studi banding dilakukan oleh kelompok kepentingan

untuk mengunjungi atau menemui obyek tertentu yang sudah disiapkan dan berlangsung dalam waktu relative singkat. Intinya

3 UIAH, “Comparative Study,” UIAH, Online : http://www2.uiah.fi/projekti/metodi/172. htm (diakses 7 Februari 2017)

4 BINUS, “Studi Banding,” BINUS, Online : http://qmc.binus.ac.id/2014/10/28/pengertian -studi-banding/ (diakses 7 Februari 2017)

5 Ibid.

adalah untuk membandingkan kondisi obyek studi ditempat lain dengan kondisi yang ada ditempat sendiri. Hasilnya berupa pengumpulan data dan informasi sebagai bahan acuan dalam perumusan konsep yang diinginkan. Tujuan utama melakukan studi komparatif nantinya adalah menggali sebanyak mungkin informasi yang bisa didapat secara teknis, real dan empiris. Untuk dijadikan barometer dan pembanding yang kemudian masuk untuk menemukan sebuah pembaharuan yang aplikatif, baik untuk plan kedepan dalam jangka pendek dan jangka panjang secara futuristik. Jadi dengan kata lain tujuan dari studi banding tersebut adalah : (1) untuk menambah wawasan kita tentang tempat lain (2) untuk menimba pengalaman baru ditempat lain (3) untuk membandingkan tempat kita dengan tempat lain (4) untuk menambah cakrawala berpikir kita.

Studi banding adalah sebuah sarana suatu organisasi , badan atau institusi untuk belajar membandingkan semua aspek dalam administrasi, program, sampai staff. Sebuah sarana atau media perbaikan, studi banding memang ditujukan menjadi saran me-refresh jalannya suatu badan atau organisasi dengan belajar dari dari badan

atau organisasi lain (Giri Lumakto, 2013) 6 . Studi banding merupakan metode untuk mendapatkan data dan

informasi melalui kunjungan kelapangan. Ditinjau dari sisi efektivitas waktu, studi banding memerlukan waktu yang tidak sebentar dan biaya

banding memerlukan pertanggungjawaban dan cara pengolahan temuan yang di dapat

yang

cukup

besar.Studi

dilapangan agar studi banding yang dilakukan bermanfaat. 7

6 KOMPASIANA , “Istilah Studi Banding Yang Aneh”,KOMPASIANA, Online : http://www.kompasiana.com/girilu/istilah-studi-banding-y ang-

aneh_552a690af17e61dd08d623dd (diakses 10 Februari 2017) 7 Yohanes Hendrico Tomson, Efek tifitas Pelak sanaan Studi Banding DPRD Kota Bandar Lampung Dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, Jurnal Hasil Riset, E-Jurnal,

Penelitian studi komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan (Sugiono, 2005) 8 . Jadi berdasarkan definisi studi

komparatif yang telah disebutkan sebelumnya dapat diuraikan bahwa studi komparatif adalah salah satu metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara membandingkan beberapa variable yang diteliti untuk mendapatkan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam merumuskan konsep atau kebijakan, peningkatan mutu di masa yang akan datang.

b. Ciri Ciri dan Tujuan Studi Komparatif Ciri ciri studi komparatif ada tiga yaitu : (1) sesuatu yang

dibandingkan (2) pembanding (3) kesesuaian untuk diperbandingkan. Tujuan dilakukannya studi komparatif ada enam yaitu : (1)

mendapatkan alasan yang lebih kuat dari beberapa objek terhadap suatu masalah (2) melihat segi segi persamaan dari dua atau lebih objek yang belu diketahui sebelumnya (3) melihat segi segi perbedaan antara satu dengan yang lain (4) melihat relevansi satu objek dengan objek lainnya (5) melihat sebuah prioritas maupun inferioritas masing masing (6) memperluas nilai maupun informasi tentang sesuatu.

2. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan.

a. Pengertian Teknologi Komunikasi dan Informasi Teknologi komunikasi dan informasi sebagai bagian dari ilmu

pengetahuan dan teknologi secara umum adalah sebuah teknologi

http://www.e-jurnal.com/2016/04/efektivitas-pelaksanaan-studi-banding.html (diakses 10 Februari 2017) 8

IDTESIS, “Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif”, IDTESIS, Online : https://idtesis.com/metode-deskriptif/ (diakses 10 Februari 2017) IDTESIS, “Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif”, IDTESIS, Online : https://idtesis.com/metode-deskriptif/ (diakses 10 Februari 2017)

Menurut Anatta Sannai, Jakarta, 2004 teknologi informasi dan komunikasi adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain 10 .

Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi (Kementrian

Negara Riset dan Tenologi, 2006) 11 . Teknologi informasi dan komunikasi, atau dalam bahasa Inggris

dikenal dengan istilah information and communication technologies (ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi, teknologi informasi dan komunikasi mengandung pengertian luas, yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan

pemindahan informasi antar media 12 . Teknologi informasi dan komunikasi menurut Haag and Keen

(1996) seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas tugas yang berhubungan dengan

9 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidik an (Jogjakarta : Diva Press, 2011), h.99

11 Ibid., h. 100. Ibid. 12 Ibid.

pemrosesan informasi 13 . Pengertian teknologi informasi menurut oxford English dictionary adalah hardware dan software dan bisa

termasuk didalamnya jaringan dan telekomunikasi yang biasanya adalah konteks bisnis atau usaha 14 . Menurut William and Sawyer

(2003) pengertian teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video 15 .

Berdasarkan uraian beberapa definisi teknologi informasi dan komunikasi menurut beberapa ahli, dapat di tarik kesimpulan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan proses pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi dengan menggunakan komputer

b. Tujuan dan Peran Teknologi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan

Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, juga telah

dikemukakan oleh Alavi dan Gallupe (2003) 16 . Dalam studinya, Alavi dan Gallupe menemukan beberapa

tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu :

1) Memperbaiki competitive positioning

2) Meningkatkan brand image

3) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran

4) Meningkatkan kepuasan siswa

13 ARTIKELSIANA, “Pengertian Teknologi Informasi, Tujuan, Fungsi & Menurut Para Ahli”, ARTIKELSIANA, Online : http://www.artikelsiana.com/2015/09/teknologi -informasi-

pengertian-tujuan-fungsi.html (diakses 10 Februari 2017) 14 Ibid.

15 Ibid. 16 Jamal Ma’ruf Asmani, op.cit., h. 149

5) Meningkatkan pendapatan

6) Memperluas basis siswa

7) Meningkatkan kualitas pelayanan

8) Mengurangi biaya operasi

9) Mengembangkan produk dan layanan baru Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi

pendidikan di Indonesia yang berlomba lomba berinvestasi dalam bidang IT, untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat.

Peranan TIK dalam pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) TIK sebagai skill dan kompetensi

a) Setiap

kepentingan harus memiliki kompetensi dan keahlian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan.

pemangku

b) Informasi merupakan bahan mentah dari pengetahuan yang harus dioleh melalui proses pembelajaran

c) Membagi pengetahuan antara satu peserta didik dengan yang lainnya, bersifat mutlak dan tidak berkesudahan

d) Belajar mengenai bagaimana cara belajar efektif dan efisien bagi pengajar, peserta didik dan stakeholder

e) Belajar adalah proses seumur hidup yang berlaku bagi setiap individu atau manusia

2) TIK sebagai infrastruktur pembelajaran

a) Saat ini bahan ajar banyak disimpan dalam format digital dengan model yang beragam seperti multimedia

b) Para peserta didik, infrastuktur secara aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya b) Para peserta didik, infrastuktur secara aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya

mana dan kapan saja

d) Perbedaan letak geografi seharusnya tidak menjadi

batasan pembelajaran

e) The network is the school akan menjadi fenomena

baru di dalam dunia pendidikan

3) TIK sebagai sumber bahan belajar Menurut Yudhistira Nurnugroho (2010), ada sepuluh peranan TIK sebagai sumber belajar ini 17 .

a) Sumber ilmu pengetahuan

b) Tempat bertemunya para pembelajar

c) Melahirkan inisiatif dalam kegiatan belajar mengajar

d) Alat pendukung mengatasi keterbatasan pancaindera

e) Bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka

kurikulum

f) Penyeimbang gaya belajar individu

g) Pengelolaan institusi pendidikan seperti sekolah &

kampus

h) pengelola institusi pendidikan yang ditujukan bagi para pimpinan dan pengelola institusi sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan

i) Menjadi infrastruktur penting instiitusi pendidikan j) Mengubah institusi pendidikan menjadi pusat

unggulan

3. Mancanegara

Mancanegara menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya Negara asing, luar negeri 18 . Mancanegara juga dapat diartikan

17 Ibid., h.152 17 Ibid., h.152

di luar sebuah negara 20 . Studi komparatif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

untuk pendidikan di mancanegara dapat artikan sebagai metode dengan cara membandingkan penggunaan pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan proses pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi dengan menggunakan komputer yang digunakan untuk keterampilan, infrastruktur dan sumber bahan belajar di Indonesia dengan Negara lain.

18 KBBI, “Mancanegara”, KBBI Online : http://kbbi.web.id/mancanegara (diakses 11 19 Februari 2017)

PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI, “Pengertian Mancanegara”, PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI, Online : http://www.pengertianmenurut paraahli.net/pengertian- mancanegara/ (di akses pada 11 Februari 2017) 20

GLOSAR, “Arti Mancanegara Adalah”, GLOSAR, Online : https://glosar.id/index.php/term/pengetahuan,184855 -mancanegara-adalah.xhtml (di akses pada 11 Februari 2017)

BAB III PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Studi Komparatif, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, dan Mancanegara

Studi komparatif adalah studi yang dilakukan dengan cara menyelidiki pola persamaan dan perbedaan diantara beberapa kasus untuk membandingkan antara kasus satu dengan lainnya agar dapat diambil manfaat dari suatu kasus sehingga dapat diterapkan ditempat lain. Studi komparatif yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah studi komparatif mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bidang pendidikan. Seperti telah diuraikan, TIK memiliki banyak manfaat dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah untuk memfasilitasi pendidikan terbuka dan jarak jauh. Sehingga, ingin dibandingkan pemanfaatan TIK dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh. Studi komparatif ini dilakukan dalam lingkup mancanegara, yang berarti membandingkan antara satu negara dengan negara lainnya di dunia.

B. Isi Kesepakatan EFA Mengenai Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

Posisi geografis Indonesia dalam kehidupan global yang berada pada lintas perhubungan bangsa bangsa Asia di utara dan Australia di Selatan, serta Amerika dan Eropa di barat dan afrika di timur menuntut keteraan mutu sumber daya manusia, khususnya dalam aspek tingkat pendidikan. Pelaksanaan tatanan ekonomi bebas untuk Asia tenggara (AFTA) pada 2003, untuk Asia Psific (APEC) pada 2010, dan untuk seluruh dunia (WTO) pada tahun 2020 merupakan tantangan akan pentingnya kebijakan pendidikan nasional yang mengacu pada standar kompetensi yang berlaku secara Internasional. Jika tidak, maka lulusan pendidikan nasional tidak akan mampu berkompetesi dengan lulusan Posisi geografis Indonesia dalam kehidupan global yang berada pada lintas perhubungan bangsa bangsa Asia di utara dan Australia di Selatan, serta Amerika dan Eropa di barat dan afrika di timur menuntut keteraan mutu sumber daya manusia, khususnya dalam aspek tingkat pendidikan. Pelaksanaan tatanan ekonomi bebas untuk Asia tenggara (AFTA) pada 2003, untuk Asia Psific (APEC) pada 2010, dan untuk seluruh dunia (WTO) pada tahun 2020 merupakan tantangan akan pentingnya kebijakan pendidikan nasional yang mengacu pada standar kompetensi yang berlaku secara Internasional. Jika tidak, maka lulusan pendidikan nasional tidak akan mampu berkompetesi dengan lulusan

Dalam rangka kerjasama antarnegara berkembang dengan jumlah penduduk besar (E-9 Countries) yang terdiri dari 9 Negara yaitu Bangladesh, Brazil, Cina, Egypt, India, Indonesia, Mexico, Nigeria dan Pakistan dimana Negara Negara yang tergabung tersebut merupakan negara dengan populasi penduduk yang tinggi, jumlahnya 60% populasi dunia serta lebih dari dua per tiga orang dewasa (70%) merupakan buta huruf, dan lebih dari setengah populasi anak anak didunia tidak sekolah.Sistem pendidikan yang dihadapi oleh 9 Negara tersebut merupakan sebuah tantangan 22 . E9 merupakan forum yang memprakasai

gagasan pendidikan untuk semua, pada deklarasi New Delhi Tahun 1993 di sebut EFA Education for All. Forum E 9 mendiskusikan pengalaman mereka dalam pendidikan, bertukar penyelenggaraan pendidikan yang terbaik, dan memonitor perkembangan pendidikan untuk semua atau

Education For All (EFA) 23 .

21 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Tek nologi Pendidik an (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), h.262 22

UNESCO,”Education”, UNESCO, Online : http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading -the-international- genda/education-for-all/coordination-mechanisms/e-9-initiative/ (diakses tanggal 11 Februari 2017)

23 Ibid.

Negara Negara yang E9 mengadakan pertemuan setiap dua tahun yang diwakili setiap perwakilan Negara untuk mendiskusikan tema tertentu untuk periode 2 Tahun, memperkuat kerjasama diantara anggota Negara

E 9 dan membantu Negara Negara di bagian Selatan. Tim EFA dari UNESCO dan Sekertariat yang dibentuk secara bergantian dari anggota E9 memfasilitasi dan mengatur program kerja diantara Negara yang tergabung dalam E9.

Meskipun adanya perbedaan besar mengenai latar belakang, kebudayaan, kesehatan dan demography , Negara- Negara yang tergabung dalam E9 memiliki kesamaan dalam masalah yang dihadapi

dalam dunia Pendidikan. Kebutuhan akan banyaknya pembangunan Sekolah Dasar, pemerataan SMP dan SMA dan kebutuhan akan penambahan guru guru yang berkualitas. Semuanya ditujukan kepada perubahan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Sejak Negara- Negara yang tergabung dalam E9 bekerjasama, semuanya memiliki komitmen untuk menggunakan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (Distance Education) yang ditujukan kepada masyarakat yang memiliki kebutuhan pendidikan dasar. Distance Education atau Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh merupakan kesepakatan yang dihasilkan dalam forum E-9 yang dituangkan dalam Deklarasi Delhi 1993, Proposal Manila 1994, Deklarasi Bali 1995 dan Deklarasi Recife 2000. Selain memeriksa persamaan dalam masalah yang di hadapi di bidang pendidikan, ditemukan juga perbedaan diantara Negara-negara yang tergabuang dalam E9, analisis demography mengungkapkannya dalam Forum World Education di Dakar Senegal pada tahun 2000. Berikut ringkasan analisisnya, dimana perkiraan dari analisisnya berdasarkan proyeksi populasi Sekolah Dasar dan trend pendaftaran Sekolah Dasar

antara tahun 1980 24 – 2010

1. Di China, Indonesia, Brazil, Mexico dan Mesir, penurunan populasi anak usia sekolah dasar tampaknya harus disertai dengan peningkatan pendaftaran mengakibatkan pencapaian pemerataan pendidikan sekolah dasar kemungkinan besar paling lambat Tahun 2010 (atau segera setelah Mesir). Di Negara Negara seperti China, Indonesia, Brazil, Mexico dan Mesir, tantangan yang dihadapi sekarang adalah memperbaiki kondisi belajar dan prestasi, meningkatkan efisiensi, memperbaiki system internal pendidikan, mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan antar sekolah dan memperluas partisipasi dalam pendidikan luar sekolah dasar.

24 UNESCO, “Distance Education in The E-9 Countries”, UNESCO (Online :

http://unesdoc.unesco.org/images/0012/001231/123157e. pdf) Di akses pada 11 Februari 2017)

2. Di India, menurunnya populasi usia sekolah dasar diharapkan untuk periode 2000-2010 diharapkan tidak akan bertambah lagi dengan peningkatan pendaftaran sekolah dasar sehingga keberhasilan pencapaian pendidikan dasar dapat dicapai dengan berbagai cara paling cepat Tahun 2010.

3. Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria, perluasan pendaftaran sekolah dasar diimbangi oleh peningkatan yang konsisten dari kelompok usia sekolah dasar.

Analisis tersebut menggambarkan bahwa Negara Negara dalam forum E-9 menghadapi tantangan yang sama jika mereka melakukan pemerataan sekolah dasar agar anak anak dapat pergi sekolah untuk mendapatkan pendidikan dan konsisten sampai lima puluh tahun kedepan. Bangladesh, India, Nigeria, Pakistan merupakan Negara dengan jumlah anak perempuan yang bersekolah lebih kecil dibanding anak laki laki. Mereka membutuhkan perluasan sekolah dasar, pada akhirnya meningkatkan permintaan jumlah guru dan meningkatkan jumlah pelatihan untuk guru. Di Negara seperti Negara yang ingin mencapai pendidikan dasar yang menyeluruh pada dekade beri-kutnya, kemungkinan akan diikuti dengan tumbuhnya permintaan sekolah SMP SMA dan guru yang mengajar. Sementara gambaran orang dewasa yang mempunyai kemampuan membaca, terutama di Bangladesh, Mesir, India, Nigeria dan Pakistan, menampilkan perwakilan sejumlah besar orang dewasa yang tidak menerima pendidikan formal.

Tujuan Negara Negara yang tergabung dalam forum E-9 menggunakan Sistem Pendidikan Terbuka Jarak Jauh atau Distance Education. Penggunaan Distance Education untuk empat tujuan yang berbeda dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati bersama

yaitu Pendidikan untuk Semua atau Education For All (EFA) 25 . Berikut

25 Ibid.

empat tujuan penggunaan Sistem Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ) atau Distance Education :

1. SPTJJ terkadang digunakan sebagai alternative pengganti sekolah dasar formal atau untuk mendukung sekolah formal.Brazil dan Mexico sebagai contoh, memiliki pengalaman dengan sekolah dasar berbasis siaran. Namun mengingat pentingnya memberikan sekolah dasar untuk semua anak, hal ini bukan merupakan tugas utama SPTJJ.

2. Ada beberapa contoh yang sukses menyelenggarakan SPTJJ untuk sekolah SMP. Tidak tercapainya permintaan pada tingkat tersebut Negara bergerak lebih dekat menuju pendidikan dasar menyeluruh, membuat Brazil dan Mexico berinisiatif untuk mengembangkan program besar dan sementara India dan Indonesia mengembangkan program yang lebih sederhana.

3. Banyaknya program yang diselenggarakan organisasi pemerintah dan swasta telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan orang dewasa yang putus sekolah. Kecenderungan program yang terselenggara lebih sedikit dibanding program untuk SMP. Dibelahan dunia lain, organisasi swasta telah terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan orang dewasa yang putus sekolah dan kegiatan mereka mungkin kurang terekspos.

4. Ketersediaan guru merupakan hal kritis untuk semua jenjang pendidikan. SPTJJ telah digunakan untuk pelatihan guru, baik dalam upaya untuk memenuhi permintaan guru sementara maupun untuk meningkatkan kualifikasi guru.

C. Aplikasi dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pendidikan, Khususnya Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ) di Mancanegara

Berikut akan diuraikan perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan (khususnya SPTJJ) di Mancanegara. Negara Negara Mancanegara yang dimaksud adalah beberapa Negara baik berkembang maupun maju dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan diantaranya, (1) Cina, (2) India, (3) Afrika Selatan, (4) Malaysia, (5) Kanada, (6) Amerika Serikat, (7) Inggris, (8) Thailand serta perkembangan penerapan TIK (9) di Indonesia.

1. Cina

Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh di China dimulai pada Tahun 1950an dalam bentuk korespondensi.Pada Tahun 1970an, radio

dan TV di Kampus menyebar luas di Negara ini 26 . Sistem pendukung untuk satelit pendidikan telah tersedia pada Tahun 1980an (Hayashikawa,

2000, dalam e-book Distance Education in The E-9 Countries, h.22). Sejak saat itu pemerintah Cina telah terlibat dengan serius dalam menggunakan TV siaran sebagai teknologi informasi dan komunikasi utama dalam

Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (SPTJJ). Pada Tahun 1990an serangkaian gagasan yang terinspirasi oleh konferensi tingkat dunia mengenai pendidikan yang diselenggarakan di Jomtien, Thailand pada Tahun 1990, menghasilkan aturan memperluas SPTJJ di China. Tujuan baru EFA termasuk pergeseran dari sekolah dasar menyeluruh menuju wajib sekolah sembilan tahun pada Tahun 2000 untuk mempermudah jangkauan kekelompok kurang mampu dan kelompok orang dewasa yang mengalami putus sekolah di masa lalunya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah Cina menciptakan inisiatif pelatihan

26 Ibid.

guru jarak baru, didukung kesuksesan rencana kegiatan Internasional dan Nasional, Undang Undang dan Investasi dalam moderenisasi serta perluasan satelit dan prasarana televisi pendidikan.

Cina menggunakan SPTJJ perlu dilihat dalam konteks pengalaman menggunakan SPTJJ pada tingkat Universitas. Pada Tahun 1978an Dewan Negara Cina menyetujui pembentukan radio pusat Cina, televisi kampus (CCRTVU) dengan 28 provinsi otonomi daerah dan televisi kampus pemerintah (PRTVus). Pada Tahun 1990an jaringan televisi kampus

telah meluluskan 2,31 juta lulusan, mengacu kepada data resmi pada Tahun 1996, “1,4 juta atau 24,4% dari 5,8 juta siswa di Universitas sedang belajar melalui SPTJJ (Perraton, 2000, dalam e-book

Distance Education in The E-9 Countries) 27 . Dalam CRTVU, televisi pelatihan dosen universitas untuk menyiapkan pelatihan bertanggung

jawab menyediakan pelatihan multimedia dan meningkatkan program untuk guru Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, sejak Tahun 1986.Program pelatihan disebarluaskan melalui satelit, TV terrestrial dan juga tersedia dalam bentuk kaset video.Televisi Liaoyuan dan sekolah penyiaran menyiapkan kejuruan dan pendidikan teknis bagi masyarakat pedesaan.

Pencapaian yang telah di peroleh Cina, diantaranya beberapa tokoh pada Tahun 1998 melaporkan bahwa antara Tahun 1980 sampai Tahun 1997, Institusi pelatihan guru di Cina baik tatap muka maupun SPTJJ, menghasilkan lulusan sejumlah 6,49 Juta guru terlatih untuk sekolah dasar dan menengah. SPTJJ diperbantukan 4,82 juta untuk meningkatkan kualifikasi sesuai dengan standar yang ditentukan: 94,5% guru sekolah dasar (50 di Tahun 1980); 83,4% guru sekolah menengah (12 ditahun 1980an), 63,5% guru senior sekolah menengah. Program baru pelatihan guru televisi satelit dimulai pada Tahun 1990an telah berusaha membawakan pelatihan dan meningkatkan keterampilan guru diberbagai

27 Ibid.

tempat dan daerah terpencil. Pada Tahun 1996 di Aohan county (Inner Mongolia Autonomous Region), sebagai contoh, gagasan menghasilkan seribu dua belas guru baru dan guru dengan keahlian sesuai standar – sekolah dasar 95% (dari 69%) dan sekolah menengah 63% (dari 15,6%).

Sebagai keberhasilan berinvestasi, skala dan struktur satelit nasional dan jaringan SPTJJ sangat mengesankan. Pada Tahun 1999, di Cina ada 3 saluran satelit yang bertanggung jawab terhadap 49 jam program pendidikan per harinya. CCRTVU sendiri menawarkan 529 pelatihan untuk 55 disiplin ilmu dan 9 bidang.Pada Tahun 1999, TVU terdiri dari CCRTVU Pusat, 44 PTVU dan lebih dari 690 cabang sekolah ditingkat kabupaten dan 13 ribu mengajar di kelas. Salah satu dari kekuatan dari sistem ini adalah beroperasi pada tingkatan yang berbeda , (terpusat, daerah, dan tingkat lokal) masing masing dengan tingkatan dan otonomi yang berbeda. terlepas dari pendaftaran umum dan pemeriksaan administrasi, daerah dan tingkat lokal juga bertanggung jawab untuk memproduksi bahan bahan multimedia untuk pelatihan daerah dan kepentingan local karena berkontribusi untuk pendidikan local dan pembangunan ekonomi.

Kekuatan lainnya adalah komitmen Negara yang kuat mengenai SPTJJ dalam hal perangkat keras dan lingkungan yang mendukung. Terlepas dari station televisi pendidikan atau China Education Television Channel (CETV), “14 pemerintah provinsi, 107 daerah tingkat kotamadya, 500 daerah tingkat kabupaten didirikan stasiun televise pendidikan sendiri, disamping 16ribu stasiun ulangan dan 66ribu stasiun pusat. 75% stasiun tv kabel diseluruh Negara menerima dan menyiarkan CETV”.(UNESCO,

1999) 28 . Cina-UNESCO program SPTJJ yang dimulai Tahun 1990 telah berhasil memperluas jaringan SPTJJ untuk melayani daerah terpencil,

seperti Luxi County di Yunnan. Ini melibatkan pembangunan 3 TV

28 Ibid.

pendidikan relay, 12 satelit stasiun penerima, 108 satelit (program) penyiaran pusat dan jaringan penyiaran TV kabel, 2 CETV Channels.

Sejak Tahun 1994, berbagai program TIK telah bermunculan. The Chinese Education and Research Network (CERNET) membuat komputer penghubung antara universitas dan lembaga. Penerapan program teknologi pendidikan modern bertujuan untuk memperkenalkan komputer dan internet kepada pihak sekolah. Program lainnya ( CETV-program SPTJJ) merintis pengenalan system transmisi dua arah (biasanya disebut tv interaktif). Program tersebut meletakan beberapa dasar untuk lebih optimis akan SPTJJ yang lebih modern yang akan dimulai Tahun 2000 yang bertujuan untuk mengintegrasikan TIK dalam SPTJJ. Tujuan utama adalah merasionalisasi dan memodernisasi SPTJJ Nasional yang telah ada, sehingga dapat beroperasi sebagai multi-media, multi fungsi, system multi standar.

Tantangan yang di hadapi Cina adalah memperluas pendidikan dasar didaerah terpencil, miskin, derah tertinggal, di akui sebagai area untuk perbaikan baik anak anak maupun orang dewasa. Di daerah tersebut terutama di wilayah bagian barat Cina, 2,7 anak usia sekolah dasar tidak mendaftar disekolah dasar, dan presentasi pendaftaran sekolah dasar adalah dibawah 70% di 38 kabupaten dan 95% di 178 kabupaten. Ada juga 145 juta orang dewasa buta huruf, terutama di daerah daerah, 37 juta diantaranya berusia 15 - 48 Tahun dan 70% merupakan wanita. Penerimaan dan pengaturan guru di daerah tersebut rendah, penyebaran guru sekolah dasar yang tidak merata dan kurangnya kualitas guru. sekolah menengah.

Wilayah umum lainnya meliputi : kebutuhan untuk lebih melatih para guru dan siswa terutama dalam mempersiapkan penggunaan TIK dan metode baru mengajar, pengembangan perangkat lunak, Wilayah umum lainnya meliputi : kebutuhan untuk lebih melatih para guru dan siswa terutama dalam mempersiapkan penggunaan TIK dan metode baru mengajar, pengembangan perangkat lunak,

1999 rencana program pembaharuan pendidikan untuk Abad 21 mendukung beberapa daerah bermasalah dan dibangun berdasarkan harapan pendidikan wajib 9 tahun yang menyeluruh. Ini membuat penekanan pada peningkatan kualitas guru di masa mendatang (program tentang pelatihan guru abad 21), bekerja menuju gagasan pendidikan seumur hidup dan jaringan pendidikan terbuka ( program modern

SPTJJ) 29

29 Ibid.

2. Afrika Selatan

Studi kasus pada University of South Africa (UNISA), struktur dan sejarah : dimulai pada Tahun 1873 University of Cape of God Hope,Tahun 1946 UNISA menjadi lembaga Distance Education yang independent. Hal ini mungkin merupakan Universitas dengan SPTJJ pertama di dunia dan

sistem SPTJJ tercanggih di Afrika. 30 Program UNISA menawarkan diploma, sertifikat dan gelar baik

sarjana maupun pasca sarjana di berbagai bidang, dengan fakultas perdagangan yang menarik banyak minat siswa. Seperti kebanyakan universitas terbuka, UNISA bertujuan untuk memberikan “kesempatan kedua” untuk belajar di universitas bagi siswa yang tidak dapat ke kampus

untuk melakukan kuliah tatap muka langsung, dan tidak mampu menyewa tempat tinggal dekat kampus (kos) karena berada didaerah terpencil, atau karena pekerjaan dan telah memiliki komitmen lainnya.

Pendaftaran : tidak ada kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk masuk ke program sarjana. UNISA memiliki 120 ribu sarjana dan diploma, dan sekitar 34 ribu sertifikat dan siswa music. Lebih dari 80% siswa bekerja, dan hampir setengah siswa berumur 30 dan seperempat berumur kurang dari 25 tahun.

Rendahnya tingkat penyelesaian merupakan perhatian utama untuk menangani hal tersebut, sekitar tujuh tahun lalu organisasi mulai merestruktur desain pelatihan dan proses pengembangan.

Pengembangan pelatihan dan teknologi – media : berdasarkan sejarah, akademisi perorangan memiliki tanggung jawab memiliki panduan belajar dan bimbingan di UNISA. Pada Tahun 1994 mulai berubah, tim pengembangan pelatihan mulai dibentuk dan sejumlah pelatih paruh waktu setempat diperkenalkan. Mengajar merupakan sebagian besar

30 IITE UNESCO ,”Distance Education”, IITE UNESCO, Online : http://iite.unesco.org/img/upload/Distance_Education. pdf (diakses pada 11 Februari 2017) 30 IITE UNESCO ,”Distance Education”, IITE UNESCO, Online : http://iite.unesco.org/img/upload/Distance_Education. pdf (diakses pada 11 Februari 2017)

Pelayanan dukungan mahasiswa : UNISA ditandai dengan pengaturan terpusat dengan menghargai untuk mengajar dan bentuk pelatihan dari pusat lokasi di Pretoria, namun sejak 1994, dukungan mahasiswa terbatas kepada feedback individu dalam tugas tanpa adanya sistem desentralisasi tata cara. Dimulai pada Tahun 1994 UNISA mulai focus pada peningkatan kualitas program dan program dengan menggunakan tim pengembangan pelatihan dan pengenalan sistem terbatas tata cara di pusat belajar regional.

Rencana: meskipun UNISA telah membuat kemajuan besar dengan transformasi untuk pengembangan pendekatan dalam bentuk bahan materi, proses dan perbaikan di UNISA sudah direncanakan. Sejumlah usaha telah ditetapkan untuk membersikan organisasi dari sisa sisa ideology apartheid (rasis) dibeberapa tempat kursus dan pelatihan karyawan dimasa lalu. Pengembangan untuk solusi peningkatan kemampuan TIK secara berkelanjutan untuk mengatasi masalah siswa di daerah terpencil merupakan focus utama dan strategi organisasi (Daniel,

J. S.,1996: Moore, M.G., & Kearsley, G.(1996): Perraton H., 2000) 31

31 Ibid., h.26

3. Malaysia

Studi kasus di University Sains of Malaysia (USM), struktur dan sejarah : selama bertahun-tahun USM merupakan universitas dual-mode di Malaysia, sampai pemerintah memutuskan untuk memindahkan universitas – universitas lainnya yang sejenis. Program SPTJJ USM diluncurkan pada Tahun 1971 dan merupakan program percobaan sampai dengan Tahun 1982, sampai akhirnya menjadi bagian tetap dari universitas yang besar. Masih dipertahankan namun sebagai fakultas yang terpisah. USM mempunyai dukungan pemerintah, dimonopoli SPTJJ, karena Malaysia percaya hal tersebut merupakan cara terbaik mendapatkan keuntungan dari keterbatasan infrastruktur dan dan sumber daya manusia.

Program latihan : USM menawarkan program sarjana untuk berbagai bidang akademik.

Pengembangan pelatihan dan teknologi – media- : USM mengembangkan pelatihan dan program berikut metode 5 langkah (contohnya : perencanaan, pengembangan, produksi, evaluasi dan revisi). Sebuah pusat teknologi pendidikan menghasilkan semua program multimedia. Tidak hanya cetak yang digunakan tetapi juga radio dan kaset

video. Layanan dukungan mahasiswa : banyak siswa diwajibkan untuk

menghadiri acara setiap tiga minggu di asrama sekolah, dimana mereka memiliki akses ke guru dan teknologi instruksional serta akademisi lainnya, dan untuk kehidupan di kampus di akhir periode belajar untuk mendapatkan gelar sarjana.

Rencana : setelah hadir dalam 22 tahun, USM menyediakan model bagi wilayah wilayah yang memiliki populasi relatif kecil dan sejumlah kecil Rencana : setelah hadir dalam 22 tahun, USM menyediakan model bagi wilayah wilayah yang memiliki populasi relatif kecil dan sejumlah kecil

4. India

Dunia mendeklarasikan Education For All (EFA), pendidikan untuk semua dan susunan kegiatan untuk memenuhi Kebutuhan dasar pengajaran (Jomtien, 1990) dianggap oleh Dewan Penasehat Pendidikan pusat

sebagai penegasan kembali orientasi kebijakan yang ada diberikan kepada pendidikan dasar dalam kebijakan Pendidikan nasional tahun 1986

India

(UNESCO, 2000, p. 9) 33 . Tujuan ini di masukkan ke dalam rencana proposal lima tahunan berturut-turut, yang terbaru dalam tahun

kesembilan akan di jalankan pada tahun 1997 – 2002. India telah terintegrasi tujuan EFA ke dalam kerangka kebijakan yang memandu semua inisiatif pendidikan di tingkat negara. Inilah lima tantangan utama EFA : (1) Akses pendidikan umum untuk penduduk yang sulit terjangkau, (2) partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan, (3) struktur manajemen yang efektif, (4) peningkatan kualitas sistem formal melalui program pendidikan guru yang inovatif, (5) Misi literasi Nasional dengan target membuat lebih dari 100 juta kelompok usia 15- pada tahun 1999.

Pemerintah mengadopsi strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk lebih keterlibatan yang lebih besar dari organisasi non- pemerintah dalam program pendidikan masyarakat non-formal. Ini juga bagian dari langkah umum terhadap desentralisasi perencanaan dan manajemen untuk membuat ketentuan lebih dari kebutuhan lokal. Pemerintah juga menaikkan persentase pengeluaran publik untuk pendidikan sebesar 6 persen. Strategi lain adalah untuk mencoba membuat hubungan lebih baik dan integrasi antara pra-sekolah,

32 Ibid., h. 27 33 UNESCO, “Distance Education in The E-9 Countries”, op. cit., h.28 32 Ibid., h. 27 33 UNESCO, “Distance Education in The E-9 Countries”, op. cit., h.28

Pada tahun 1990-an, ada ekspansi yang signifikan dari pendidikan non-formal atau Non Formal Education (NFE), dimana di India ada anak- anak yang tidak sekolah dan anak berpendidikan tinggi. Pada tahun 1997 ada 279.000 pusat NFE mendidik 7 juta orang di 21 negara. Pada tahun 1997 ada 279.000 pusat NFE mendidik 7 juta orang di 21 negara. Kebanyakan - sejumlah 241.000 siswa - dijalankan oleh negara tetapi beberapa 86 persen (38.000) dijalankan oleh 544 organisasi non- pemerintah atau lembaga sukarela.

Satu kesamaan di antara berbagai penyedia pendidikan adalah sifat fleksibel program yang mereka tawarkan - singkat dan pendidikan kursus paruh waktu, masyarakat desa dan desentralisasi manajemen. Fleksibilitas ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan lokal seperti anak tenaga kerja dan tugas keluarga dirancang untuk menyediakan pendidikan yang setara, meskipun tidak sama, yang ditawarkan dalam pengaturan formal. Sertifikasi program ini memberikan tata cara masuk ke pendidikan formal.

Salah satu contoh skala besar adalah Sekolah Terbuka Nasional atau National Open School (NOS) yang menyediakan alternatif jalan ke sekolah bagi kelompok yang kurang beruntung seperti perempuan dan anak perempuan, kasta dan suku, pedesaan dan perkotaan miskin dan pengangguran. Sekolah menawarkan empat jenis instruksi program nasional dalam bahasa Inggris dan Hindi: sekunder, sekolah menengah (Tingkat 10-12) saja jembatan (Sekitar kelas 8) dan kursus kejuruan (berdiri bebas atau dikombinasikan dengan program akademik).

Seorang mahasiswa NOS pada tingkat menengah dapat memilih ilmu rumah dan bisnis studi bisnis, tambahannya adalah Matematika, Sains, Bahasa Inggris, Ilmu Sosial, atau toko roti dan Biskuit. Pada senior- tingkat menengah, mahasiswa dapat memilih mata pelajaran, seperti ilmu Seorang mahasiswa NOS pada tingkat menengah dapat memilih ilmu rumah dan bisnis studi bisnis, tambahannya adalah Matematika, Sains, Bahasa Inggris, Ilmu Sosial, atau toko roti dan Biskuit. Pada senior- tingkat menengah, mahasiswa dapat memilih mata pelajaran, seperti ilmu

Tidak ada persyaratan formal entri untuk program NOS (kecuali di tingkat senior-sekunder) dan berbagai kursus dan kebebasan untuk memilih sering lebih baik daripada di banyak sekolah. Kursus didistribusikan kepada siswa yang mengikuti kelas atau Program Personal Kontak di pusat-pusat studi, umumnya dalam sekolah reguler. Sehingga manfaat OJS dari jaringan sekolah yang ada untuk melayani mahasiswa dan memperkaya dengan membawa fasilitas biasanya tidak tersedia untuk sekolah-sekolah.

Pada tahun 1998-99, NOS memiliki 1.030 pusat studi, 812 Lembaga Terakreditasi (AI), 14 Terakreditasi Khusus Lembaga untuk Pendidikan Tertinggal (Saied), 204 lembaga pendidikan Terakreditasi (AVI) dan 8 pusat-pusat regional. pendaftaran tahunan tumbuh dari 34.800 di 1991-1922 menjadi 130.000 di 1998-1999 dengan 61 persen dari siswa mengikuti kursus menengah dan 37 persen dari senior yang program sekunder. Bila dibandingkan dengan 68 juta di sekolah menengah formal pada tahun 1996, ini pendaftaran tampaknya substansial (0,6 persen dari peserta didik). Namun demikian, kepala pendidikan berbicara di 1995, meramalkan bahwa metode sekolah terbuka akan digunakan untuk mencapai 40 juta siswa di enam belas bahasa dalam waktu sepuluh tahun.

Tingkat penyelesaian OJS terbaru adalah 26 persen dari sekolah menengah pertama dan 23 persen dari senior kedua, tapi ini perbandingan dari 70 persen dan 76 persen di sekolah reguler. Proporsi gender dalam NOS terhadap laki-laki (62,7 persen dibandingkan 37,3 persen). 33 persen dari mereka pendaftaran datang dari kelompok marjinal.

Pendapatan Terbuka Sekolah berasal dari biaya siswa dan penjualan buku dan bahan. Saat ini pelajar membayar 200 Rupee (Rps) (US $ 4,40) untuk kursus Foundation, Rps 800 (US $ 18) untuk kursus Sekunder, dan Rps 925 (US $ 21,28) untuk kursus Menengah Ada biaya konsesi untuk siswa cacat, mantan prajurit dan anggota kasta dan suku- suku dijadwalkan. Biaya per peserta didik adalah US $ 10 dan per lulusan US $ 92. Ini dibandingkan dengan biaya per pelajar dari US $ 40 di dasar formal dan US $ 44 di menengah formal (Edirisingha, 2000, hal. 10).