Chapter I Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan berbagai macam
interaksi ataupun tindakan demi memenuhi kebutuhannya. Semua tindak-tanduk
manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan semata-mata demi mendapatkan
kesejahteraan. Dalam lingkup yang lebih besar, manusia secara berkelompok
sebagai suatu masyarakat akan memiliki regulasi dan tatanan yang padu, hingga
sampai pada tingkat sebuah negara. Artinya, negara yang baik tentunya adalah
negara yang dapat memberi jaminan akan kebutuhan masyarakat.
Salah satu tujuan dan cita-cita utama sebuah negara adalah kesejahteraan
masyarakatnya. Terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Berbicara
mengenai kesejahteraan, maka konteks yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
pendapatan perkapita bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. Lalu akan muncul
pertanyaan, bagaimana bila pendapatan saja tidak cukup? Tentu rumah tangga
yang bijak akan memikirkan sebuah cadangan yang diharapkan menjadi tambahan
dana bila sewaktu-waktu diperlukan. Hal inilah yang mendasari masyarakat untuk
menyisihkan pendapatannya untuk menabung.
Menabung dapat dilakukan siapa saja, baik di rumah secara tradisional
menggunakan celengan, ataupun dengan lebih terstruktur dan terjamin yakni
menggunakan jasa perbankan. Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sudah
mengenal institusi perbankan, walau semuanya masih dikendalikan pihak asing.
14
Bank Indonesia sebagai bank sentral negara Indonesia, dahulunya adalah institusi
perbankan Belanda yang bernama De Javasche Bank. Setelah melewati proses
Nasionalisasi pada 6 Desember 1951, De Javasche Bank menjadi Bank Sentral
Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 dengan nama Bank Indonesia.
Melihat sejarahnya yang sudah cukup lama di Indonesia, tentu kebiasaan
dan pengetahuan mengenai perbankan di tengah masyarakat sudah menjadi hal
yang lumrah. Akan tetapi menurut data statistik dari BI (2014) , jumlah nasabah
dari tabungan bank pemerintah di Provinsi Sumatera Utara (yang diasumsikan
paling sering digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah) adalah sekitar
5.539.376, atau sekitar 41,5% dari jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara yang
berjumlah sekitar 13.326.307 orang (BPS 2013).
Tabel 1.1
Jumlah Simpanan Tabungan Menurut Jenis Bank di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2004 - 2014
Bank Pemerintah
Tahun
Nominal
Bank Swasta Nasional
Bank Asing &
Campuran
BPR
Jumlah
Rekening
Nominal
Jumlah
Rekening
Nominal
Jumlah
Rekening
Nominal
Jumlah
Rekening
2004
9266390
2784593
9433161
800026
130136
9791
48110
638
2005
8944108
2915000
8436618
840920
288642
17152
79912
861
2006
10239133
2411817
9641429
829009
260197
12535
101863
108969
2007
13579247
2574260
12311592
883391
281910
12307
130019
116555
2008
15308430
2737472
13530727
998081
548668
20511
149470
164488
2009
17829127
2834088
16382761
1051587
645639
21073
183146
131157
2010
20980689
3581086
20594987
1216905
800392
25431
216333
138601
2011
25463728
3691155
24787529
1365178
1022140
22168
258823
158914
2012
28985884
4192128
28868604
1584325
1125645
20673
300501
180552
2013
31453587
5497464
29345843
1685374
1141911
22166
334231
180552
2014
30838951
5539376 30736726
Sumber : BI 2014
*Nominal Tabungan dalam jutaan
1730111
926842
22188
380154
218935
15
Dapat dilihat bahwa ada tren meningkat baik untuk nominal maupun
jumlah rekening pada tabungan di Provinsi Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya
bisa lihat grafik dibawah ini:
Gambar 1.1 :
Perbandingan Rekening Tabungan Antar Bank di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2004 - 2014
6000000
5000000
Bank
Pemerintah
4000000
Bank Swasta
Nasional
3000000
Bank Asing &
Campuran
2000000
BPR
1000000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : BI, 2014
Pada gambar1.1 di atas ditunjukkan bahwa jumlah rekening paling banyak
terdapat pada bank pemerintah. Perlu untuk diketahui, bank pemerintah contohnya
yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN. Jumlah rekening pada bank pemerintah
tampak tidak seimbang dibanding dengan bank asing dan campuran, serta BPR.
Sementara bank swasta nasional hanya kira-kira setengah jumlah rekening bank
16
pemerintah. Dibawah kita bisa melihat grafik pertumbuhan nominal tabungan di
Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2014.
Gambar 1.2 :
Perbandingan Nominal Tabungan Antar Bank di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2004 - 2014
35000000
30000000
Bank
Pemerintah
25000000
20000000
Bank
Swasta
Nasional
15000000
10000000
5000000
Bank Asing
&
Campuran
BPR
0
Sumber : BI, 2014
Berbeda dengan distribusi jumlah rekening, nominal simpanan masyarakat
pada bank pemerintah nasional dengan bank swasta nasional cukup berimbang.
Walau bank asing/campuran dan BPR masih belum bisa menyamai bank
pemerintah nasional dan bank swasta nasional.
17
Di kota Medan sendiri, jumlah rekening dan nominal tabungan masyarakat
memliki tren yang sama dengan Provinsi Sumatera Utara. Selengkapnya seperti
dapat terlihat dibawah ini :
Tabel 1.2
Jumlah Simpanan di Kota Medan Tahun 2009 - 2014
Kota Medan
Nominal
Giro
Rekening
Simpanan
Berjangka
Nominal
Rekening
Nominal
2009
2010
2011
2012
2013
2014
12,615,913
13,863,691
15,387,732
16,190,940
18,511,570
19,432,557
61,317
71,003
72,407
185,555
77,524
83,873
34,936,826
39,925,485
44,514,363
47,532,573
54,151,604
61,987,092
115,633
122,756
124,420
184,903
125,350
129,731
22,739,787
30,254,124
35,043,134
40,686,061
41,913,502
42,668,529
Jumlah
Bilyet
1,903,816
2,719,478
2,508,505
2,742,556
2,843,847
2,983,602
jumlah nominal
70,292,526
84,043,300
94,945,229
104,409,574
114,576,676
124,088,178
Tabungan
Sumber : BI, 2014
Nominal tabungan dalam jutaan
Peningkatan jumlah tabungan yang cukup signifikan terjadi pada tahun
2010, dengan total peningkatan nominal 7,5 Triliun. Di tahun-tahun berikutnya
nilai tabungan juga tidak mengalami tanda-tanda penurunan. Hal ini juga
berbanding lurus dengan giro dan simpanan berjangka yang mengalami kondisi
yang sama yakni meningkat setiap tahunnya. Namun kita dapat melihat bahwa
tahun 2010 merupakan tahun dengan peningkatan terbanyak. Tahun 2010
kebetulan menjadi tahun awal Gerakan Indonesia Menabung yang diselenggarakan
Bank Indonesia, dengan target meningkatkan budaya menabung pada berbagai
lapisan masyarakat.
18
Jika ditelaah dari keadaan sosial-ekonomi negara Indonesia, mayoritas
lapisan masyarakat cenderung berada pada level menengah ke bawah. Padahal,
masyarakat menengah ke bawah sering dihadapkan pada kejadian tak terduga yang
tentunya memerlukan biaya tambahan, seperti penyakit, bencana alam, kecelakaan,
ataupun kenaikan harga kebutuhan pokok.
Asian Development Bank (2010) mendefinisikan kelas menengah bawah
(lower middle class) dengan pengeluaran perkapita perhari sebesar US$ 2-4 (Rp
780.000 – Rp 1.560.000 / bulan). Dengan definisi ini, maka didapatkan jumlah
kelas menengah Indonesia sebanyak 134 juta (tahun 2010) atau sekitar 56% dari
seluruh penduduk, suatu jumlah yang sudah cukup besar.
Oleh karena itu, Bank Indonesia bekerjasama dengan industri perbankan
nasional telah menjalankan sebuah program yang bernama ‘Gerakan Indonesia
Menabung' (GIM). Program ini dirancang untuk meningkatkan budaya menabung
di bank serta bertujuan memasyarakatkan gerakan gemar menabung. Selanjutnya
sebuah produk perbankan bernama TabunganKu pun ikut diluncurkan bersamaan
dengan diresmikannya program GIM pada 20 Februari 2010. Di tahun - tahun
selanjutnya GIM terus digencarkan demi meningkatkan bankable masyarakat.
Produk TabunganKu sebagai ujung tombak program GIM, merupakan
suatu bentuk tabungan dengan persyaratan mudah dan ringan, yang ditujukan
untuk menjangkau masyarakat dari berbagai lapisan yang beranggapan bahwa
menabung di bank mahal dan rumit.
Rekening TabunganKu tidak dibebani
dengan biaya administrasi, dengan minimum setoran awal hanya Rp. 20.000
19
dengan setoran tunai minimum Rp. 10.000 pada bank Umum, dan Rp. 10.000
dengan setoran tunai minimum bebas pada bank Syariah.
Sesuai dengan laporan TabunganKu yang berasal dari 74 Bank yang
memiliki produk Tabunganku diketahui bahwa sejak diluncurkan pada tahun 2010,
jumlah rekening TabunganKu pada April 2014 tercatat sebanyak 12,49 juta
rekening.
Gambar 1.3
Perkembangan Jumlah Rekening TabunganKu di Indonesia
Tahun 2010 - 2014
Sumber : BI, 2014
Seperti dilihat pada gambar 1.3 diatas, perkembangan rekening
TabunganKu pada awalnya cukup lambat walau terus meningkat. Dalam dua
tahun, Gerakan Indonesia Menabung melalui TabunganKu membukukan sekitar
300% kenaikan jumlah rekening, dengan saldo yang justru menurun pada
Desember 2012. Pada tahun 2013,terjadi peningkatan yang sangat besar, bahkan
20
sampai 1000% untuk jumlah rekening. Akan tetapi, saldo rata-rata justru tidak
mengikuti tren jumlah rekeningnya.
Kenaikan pesat pada tahun 2013 sedikit banyak dipengaruhi oleh program
Gerakan Indonesia Menabung yang kembali digencarkan BI, dengan cara bekerja
sama dengan 21 bank umum di Indonesia yang tergabung dalam Kelompok Kerja
(Pokja) Edukasi Keuangan dan TabunganKu serta Badan Musyawarah Perbankan
Daerah (BMPD) dan telah
melaksanakan kampanye GIM pada 9 wilayah di
bawah Koordinator Kantor Perwakilan Bank Indonesia, yaitu Makassar,
Banjarmasin, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang, Pekanbaru,
dan Medan. Dan bersamaan dengan ini pula Bank Indonesia kemudian
menetapkan hari Rabu setiap awal bulan sebagai hari rajin menabung, sesuai
akronim dari kata ‘Rabu’
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI) merupakan salah satu
bank pemerintah yang terbesar di Indonesia. BRI pada awalnya merupakan sebuah
lembaga yang bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche
Hoofden atau berarti “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi
Purwokerto” yang didirikan pada 16 Desember 1895. Di masa kini, BRI tetap
konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil dengan berbagai
fasilitas yang disediakan, antara lain memberikan kredit pada pengusaha kecil,
juga mendukung adanya program Gerakan Indonesia Menabung dengan produk
TabunganKu.
21
Dengan BRI sebagai salah satu penyedia produk TabunganKu, maka
alangkah baiknya lingkup penelitian dalam mengetahui kesadaran menabung
masyarakat dipersempit kepada Bank Rakyat Indonesia. Hal ini dinilai perlu
karena BRI memang lebih identik kepada rakyat kecil atau masyarakat menengah
ke bawah.
Kota Medan sebagai salah satu kota sasaran kampanye GIM, merupakan
kota dengan tingkat kemajemukan yang cukup tinggi dari berbagai sektor.
Beragam strata sosial dan ekonomi berbaur dalam wilayah 265,10 Km2. Sehingga
tidaklah keliru keputusan BI untuk turut menggencarkan GIM di kota Medan.
Adapun Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk dan
berada dikawasan pinggiran bahagian selatan kota Medan yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang dengan luas arealnya 1.696 Ha, yang
terdiri dari 6 Kelurahan dan memiliki 81 lingkungan.
Mengingat luas wilayah yang mumpuni dan wilayah Kecamatan Medan
Johor yang menjadi daerah pemukiman penduduk, maka diperlukan adanya kajian
mengenai kesadaran masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor
akan pentingnya menabung. Selain itu, Kecamatan Medan johor dipilih dari sekian
banyak kecamatan lain di Kota Medan karena kawasan Kecamatan Medan Johor
merupakan daerah yang didominasi oleh pemukiman penduduk dengan komposisi
yang beragam, yang diharapkan bisa mewakili keadaan penduduk di Kota Medan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan judul “KESADARAN MENABUNG MASYARAKAT MENENGAH KE
22
BAWAH
DI
BANK
RAKYAT
INDONESIA
MELALUI
GERAKAN
INDONESIA MENABUNG (Studi Kasus di Kecamatan Medan Johor)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana kesadaran masyarakat menengah ke bawah untuk menabung
pada Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Medan Johor?
2.
Apa motif masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor
untuk menabung di Bank Rakyat Indonesia?
3.
Bagaimana persepsi masyarakat menengah ke bawah mengenai program
Gerakan Indonesia Menabung di Kecamatan Medan Johor?
1.3 Tujuan Penelitian
Melalui rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana kesadaran masyarakat menengah ke bawah
untuk menabung pada Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Medan Johor.
2.
Untuk menganalisis motif masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan
Medan Johor menabung di Bank Rakyat Indonesia.
3.
Untuk menganalisis bagaimana persepsi masyarakat menengah ke bawah
mengenai program Gerakan Indonesia Menabung di Kecamatan Medan
Johor.
23
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah :
1.
Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu yang telah didapat selama
menempuh perkuliahan di departemen Ekonomi Pembangunan, FE USU.
2.
Bagi Bank Indonesia selaku penyelenggara program Gerakan Indonesia
Menabung, yaitu sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program
tersebut dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menabung.
3.
Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi mengenai Gerakan Indonesia
Menabung dan minat menabung masyarakat, khususnya bagi masyarakat
menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor.
4.
Sebagai referensi serta tambahan literatur bagi mahasiswa, terutama
mahasiswa yang tertarik untuk meneliti mengenai bahasan yang serupa.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan berbagai macam
interaksi ataupun tindakan demi memenuhi kebutuhannya. Semua tindak-tanduk
manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan semata-mata demi mendapatkan
kesejahteraan. Dalam lingkup yang lebih besar, manusia secara berkelompok
sebagai suatu masyarakat akan memiliki regulasi dan tatanan yang padu, hingga
sampai pada tingkat sebuah negara. Artinya, negara yang baik tentunya adalah
negara yang dapat memberi jaminan akan kebutuhan masyarakat.
Salah satu tujuan dan cita-cita utama sebuah negara adalah kesejahteraan
masyarakatnya. Terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Berbicara
mengenai kesejahteraan, maka konteks yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
pendapatan perkapita bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. Lalu akan muncul
pertanyaan, bagaimana bila pendapatan saja tidak cukup? Tentu rumah tangga
yang bijak akan memikirkan sebuah cadangan yang diharapkan menjadi tambahan
dana bila sewaktu-waktu diperlukan. Hal inilah yang mendasari masyarakat untuk
menyisihkan pendapatannya untuk menabung.
Menabung dapat dilakukan siapa saja, baik di rumah secara tradisional
menggunakan celengan, ataupun dengan lebih terstruktur dan terjamin yakni
menggunakan jasa perbankan. Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sudah
mengenal institusi perbankan, walau semuanya masih dikendalikan pihak asing.
14
Bank Indonesia sebagai bank sentral negara Indonesia, dahulunya adalah institusi
perbankan Belanda yang bernama De Javasche Bank. Setelah melewati proses
Nasionalisasi pada 6 Desember 1951, De Javasche Bank menjadi Bank Sentral
Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 dengan nama Bank Indonesia.
Melihat sejarahnya yang sudah cukup lama di Indonesia, tentu kebiasaan
dan pengetahuan mengenai perbankan di tengah masyarakat sudah menjadi hal
yang lumrah. Akan tetapi menurut data statistik dari BI (2014) , jumlah nasabah
dari tabungan bank pemerintah di Provinsi Sumatera Utara (yang diasumsikan
paling sering digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah) adalah sekitar
5.539.376, atau sekitar 41,5% dari jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara yang
berjumlah sekitar 13.326.307 orang (BPS 2013).
Tabel 1.1
Jumlah Simpanan Tabungan Menurut Jenis Bank di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2004 - 2014
Bank Pemerintah
Tahun
Nominal
Bank Swasta Nasional
Bank Asing &
Campuran
BPR
Jumlah
Rekening
Nominal
Jumlah
Rekening
Nominal
Jumlah
Rekening
Nominal
Jumlah
Rekening
2004
9266390
2784593
9433161
800026
130136
9791
48110
638
2005
8944108
2915000
8436618
840920
288642
17152
79912
861
2006
10239133
2411817
9641429
829009
260197
12535
101863
108969
2007
13579247
2574260
12311592
883391
281910
12307
130019
116555
2008
15308430
2737472
13530727
998081
548668
20511
149470
164488
2009
17829127
2834088
16382761
1051587
645639
21073
183146
131157
2010
20980689
3581086
20594987
1216905
800392
25431
216333
138601
2011
25463728
3691155
24787529
1365178
1022140
22168
258823
158914
2012
28985884
4192128
28868604
1584325
1125645
20673
300501
180552
2013
31453587
5497464
29345843
1685374
1141911
22166
334231
180552
2014
30838951
5539376 30736726
Sumber : BI 2014
*Nominal Tabungan dalam jutaan
1730111
926842
22188
380154
218935
15
Dapat dilihat bahwa ada tren meningkat baik untuk nominal maupun
jumlah rekening pada tabungan di Provinsi Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya
bisa lihat grafik dibawah ini:
Gambar 1.1 :
Perbandingan Rekening Tabungan Antar Bank di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2004 - 2014
6000000
5000000
Bank
Pemerintah
4000000
Bank Swasta
Nasional
3000000
Bank Asing &
Campuran
2000000
BPR
1000000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : BI, 2014
Pada gambar1.1 di atas ditunjukkan bahwa jumlah rekening paling banyak
terdapat pada bank pemerintah. Perlu untuk diketahui, bank pemerintah contohnya
yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN. Jumlah rekening pada bank pemerintah
tampak tidak seimbang dibanding dengan bank asing dan campuran, serta BPR.
Sementara bank swasta nasional hanya kira-kira setengah jumlah rekening bank
16
pemerintah. Dibawah kita bisa melihat grafik pertumbuhan nominal tabungan di
Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2014.
Gambar 1.2 :
Perbandingan Nominal Tabungan Antar Bank di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2004 - 2014
35000000
30000000
Bank
Pemerintah
25000000
20000000
Bank
Swasta
Nasional
15000000
10000000
5000000
Bank Asing
&
Campuran
BPR
0
Sumber : BI, 2014
Berbeda dengan distribusi jumlah rekening, nominal simpanan masyarakat
pada bank pemerintah nasional dengan bank swasta nasional cukup berimbang.
Walau bank asing/campuran dan BPR masih belum bisa menyamai bank
pemerintah nasional dan bank swasta nasional.
17
Di kota Medan sendiri, jumlah rekening dan nominal tabungan masyarakat
memliki tren yang sama dengan Provinsi Sumatera Utara. Selengkapnya seperti
dapat terlihat dibawah ini :
Tabel 1.2
Jumlah Simpanan di Kota Medan Tahun 2009 - 2014
Kota Medan
Nominal
Giro
Rekening
Simpanan
Berjangka
Nominal
Rekening
Nominal
2009
2010
2011
2012
2013
2014
12,615,913
13,863,691
15,387,732
16,190,940
18,511,570
19,432,557
61,317
71,003
72,407
185,555
77,524
83,873
34,936,826
39,925,485
44,514,363
47,532,573
54,151,604
61,987,092
115,633
122,756
124,420
184,903
125,350
129,731
22,739,787
30,254,124
35,043,134
40,686,061
41,913,502
42,668,529
Jumlah
Bilyet
1,903,816
2,719,478
2,508,505
2,742,556
2,843,847
2,983,602
jumlah nominal
70,292,526
84,043,300
94,945,229
104,409,574
114,576,676
124,088,178
Tabungan
Sumber : BI, 2014
Nominal tabungan dalam jutaan
Peningkatan jumlah tabungan yang cukup signifikan terjadi pada tahun
2010, dengan total peningkatan nominal 7,5 Triliun. Di tahun-tahun berikutnya
nilai tabungan juga tidak mengalami tanda-tanda penurunan. Hal ini juga
berbanding lurus dengan giro dan simpanan berjangka yang mengalami kondisi
yang sama yakni meningkat setiap tahunnya. Namun kita dapat melihat bahwa
tahun 2010 merupakan tahun dengan peningkatan terbanyak. Tahun 2010
kebetulan menjadi tahun awal Gerakan Indonesia Menabung yang diselenggarakan
Bank Indonesia, dengan target meningkatkan budaya menabung pada berbagai
lapisan masyarakat.
18
Jika ditelaah dari keadaan sosial-ekonomi negara Indonesia, mayoritas
lapisan masyarakat cenderung berada pada level menengah ke bawah. Padahal,
masyarakat menengah ke bawah sering dihadapkan pada kejadian tak terduga yang
tentunya memerlukan biaya tambahan, seperti penyakit, bencana alam, kecelakaan,
ataupun kenaikan harga kebutuhan pokok.
Asian Development Bank (2010) mendefinisikan kelas menengah bawah
(lower middle class) dengan pengeluaran perkapita perhari sebesar US$ 2-4 (Rp
780.000 – Rp 1.560.000 / bulan). Dengan definisi ini, maka didapatkan jumlah
kelas menengah Indonesia sebanyak 134 juta (tahun 2010) atau sekitar 56% dari
seluruh penduduk, suatu jumlah yang sudah cukup besar.
Oleh karena itu, Bank Indonesia bekerjasama dengan industri perbankan
nasional telah menjalankan sebuah program yang bernama ‘Gerakan Indonesia
Menabung' (GIM). Program ini dirancang untuk meningkatkan budaya menabung
di bank serta bertujuan memasyarakatkan gerakan gemar menabung. Selanjutnya
sebuah produk perbankan bernama TabunganKu pun ikut diluncurkan bersamaan
dengan diresmikannya program GIM pada 20 Februari 2010. Di tahun - tahun
selanjutnya GIM terus digencarkan demi meningkatkan bankable masyarakat.
Produk TabunganKu sebagai ujung tombak program GIM, merupakan
suatu bentuk tabungan dengan persyaratan mudah dan ringan, yang ditujukan
untuk menjangkau masyarakat dari berbagai lapisan yang beranggapan bahwa
menabung di bank mahal dan rumit.
Rekening TabunganKu tidak dibebani
dengan biaya administrasi, dengan minimum setoran awal hanya Rp. 20.000
19
dengan setoran tunai minimum Rp. 10.000 pada bank Umum, dan Rp. 10.000
dengan setoran tunai minimum bebas pada bank Syariah.
Sesuai dengan laporan TabunganKu yang berasal dari 74 Bank yang
memiliki produk Tabunganku diketahui bahwa sejak diluncurkan pada tahun 2010,
jumlah rekening TabunganKu pada April 2014 tercatat sebanyak 12,49 juta
rekening.
Gambar 1.3
Perkembangan Jumlah Rekening TabunganKu di Indonesia
Tahun 2010 - 2014
Sumber : BI, 2014
Seperti dilihat pada gambar 1.3 diatas, perkembangan rekening
TabunganKu pada awalnya cukup lambat walau terus meningkat. Dalam dua
tahun, Gerakan Indonesia Menabung melalui TabunganKu membukukan sekitar
300% kenaikan jumlah rekening, dengan saldo yang justru menurun pada
Desember 2012. Pada tahun 2013,terjadi peningkatan yang sangat besar, bahkan
20
sampai 1000% untuk jumlah rekening. Akan tetapi, saldo rata-rata justru tidak
mengikuti tren jumlah rekeningnya.
Kenaikan pesat pada tahun 2013 sedikit banyak dipengaruhi oleh program
Gerakan Indonesia Menabung yang kembali digencarkan BI, dengan cara bekerja
sama dengan 21 bank umum di Indonesia yang tergabung dalam Kelompok Kerja
(Pokja) Edukasi Keuangan dan TabunganKu serta Badan Musyawarah Perbankan
Daerah (BMPD) dan telah
melaksanakan kampanye GIM pada 9 wilayah di
bawah Koordinator Kantor Perwakilan Bank Indonesia, yaitu Makassar,
Banjarmasin, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang, Pekanbaru,
dan Medan. Dan bersamaan dengan ini pula Bank Indonesia kemudian
menetapkan hari Rabu setiap awal bulan sebagai hari rajin menabung, sesuai
akronim dari kata ‘Rabu’
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI) merupakan salah satu
bank pemerintah yang terbesar di Indonesia. BRI pada awalnya merupakan sebuah
lembaga yang bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche
Hoofden atau berarti “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi
Purwokerto” yang didirikan pada 16 Desember 1895. Di masa kini, BRI tetap
konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil dengan berbagai
fasilitas yang disediakan, antara lain memberikan kredit pada pengusaha kecil,
juga mendukung adanya program Gerakan Indonesia Menabung dengan produk
TabunganKu.
21
Dengan BRI sebagai salah satu penyedia produk TabunganKu, maka
alangkah baiknya lingkup penelitian dalam mengetahui kesadaran menabung
masyarakat dipersempit kepada Bank Rakyat Indonesia. Hal ini dinilai perlu
karena BRI memang lebih identik kepada rakyat kecil atau masyarakat menengah
ke bawah.
Kota Medan sebagai salah satu kota sasaran kampanye GIM, merupakan
kota dengan tingkat kemajemukan yang cukup tinggi dari berbagai sektor.
Beragam strata sosial dan ekonomi berbaur dalam wilayah 265,10 Km2. Sehingga
tidaklah keliru keputusan BI untuk turut menggencarkan GIM di kota Medan.
Adapun Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk dan
berada dikawasan pinggiran bahagian selatan kota Medan yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang dengan luas arealnya 1.696 Ha, yang
terdiri dari 6 Kelurahan dan memiliki 81 lingkungan.
Mengingat luas wilayah yang mumpuni dan wilayah Kecamatan Medan
Johor yang menjadi daerah pemukiman penduduk, maka diperlukan adanya kajian
mengenai kesadaran masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor
akan pentingnya menabung. Selain itu, Kecamatan Medan johor dipilih dari sekian
banyak kecamatan lain di Kota Medan karena kawasan Kecamatan Medan Johor
merupakan daerah yang didominasi oleh pemukiman penduduk dengan komposisi
yang beragam, yang diharapkan bisa mewakili keadaan penduduk di Kota Medan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan judul “KESADARAN MENABUNG MASYARAKAT MENENGAH KE
22
BAWAH
DI
BANK
RAKYAT
INDONESIA
MELALUI
GERAKAN
INDONESIA MENABUNG (Studi Kasus di Kecamatan Medan Johor)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana kesadaran masyarakat menengah ke bawah untuk menabung
pada Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Medan Johor?
2.
Apa motif masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor
untuk menabung di Bank Rakyat Indonesia?
3.
Bagaimana persepsi masyarakat menengah ke bawah mengenai program
Gerakan Indonesia Menabung di Kecamatan Medan Johor?
1.3 Tujuan Penelitian
Melalui rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana kesadaran masyarakat menengah ke bawah
untuk menabung pada Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Medan Johor.
2.
Untuk menganalisis motif masyarakat menengah ke bawah di Kecamatan
Medan Johor menabung di Bank Rakyat Indonesia.
3.
Untuk menganalisis bagaimana persepsi masyarakat menengah ke bawah
mengenai program Gerakan Indonesia Menabung di Kecamatan Medan
Johor.
23
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah :
1.
Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu yang telah didapat selama
menempuh perkuliahan di departemen Ekonomi Pembangunan, FE USU.
2.
Bagi Bank Indonesia selaku penyelenggara program Gerakan Indonesia
Menabung, yaitu sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program
tersebut dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menabung.
3.
Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi mengenai Gerakan Indonesia
Menabung dan minat menabung masyarakat, khususnya bagi masyarakat
menengah ke bawah di Kecamatan Medan Johor.
4.
Sebagai referensi serta tambahan literatur bagi mahasiswa, terutama
mahasiswa yang tertarik untuk meneliti mengenai bahasan yang serupa.