Gambaran Pengetahuan Bidan tentang SDIDT

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI
INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK
SWASTA RANTING CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015
Laporan Studi Kasus Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

OLEH :
MAYA SWARIMURTI
NPM : 12031.2037.118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2015

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI
INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK
SWASTA RANTING CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015

OLEH :

MAYA SWARIMURTI
NPM : 12031.2037.118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2015

STIKES Bhakti Pertiwi Indonesia
Program D III Kebidanan
Jakarta, Juli 2015
Maya Swarimurti
120311.2037.118
Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis Kota Depok Periode Juli 2015
58 halaman + 7BAB + 7tabel
Abstrak
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soccoro dan Elizabeth M King di Philipina
membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11% pada anak

usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun terhadap 7 domain yang dukur dengan
instrument Revised Early Childhood Development Checklist (REC) yaitu : Gross motor, fine
motor, self help, receptive language, expressive language, cognitive, social emotional. Dari data
yang ada peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK berdasarkan
umur, pendidikan, tahun lulus, lama bekerja, motivasi dan sumber informasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian univariat dan bivariat dengan pendekatan
cross sectional. Populasinya adalah bidan di wilayah Depok dengan jumlah populasi sekitar 430
orang dan sampel yang diambil adalah bidan sebanyak 74 orang yang praktek di Ranting
Cimanggis Kota Depok periode Juli 2015.
Hasil uji analisis penelitian yang dilakukan didapatkan bidan yang berpengetahuan baik ada 25
orang (33,8%). Dan yang kurang terdapat 49 orang (66,2%). Berdasarkan usianya terdapat 13
orang bidan muda dan 12 orang bidan berusia >35 tahun yang berpengetahuan baik. Berdasarkan
pendidikan terakhir bidan terdapat 62 orang bidan DIII, dari jumlah tersebut 42 bidan
berpengetahuan kurang dan dari 18 bidan DIV-S2 12 orang berpengetahuan kurang. Berdasarkan
tahun lulus bidan ada 56 orang yang lulus antara tahun 2004-2014 sebanyak 14 responden yang
berpengetahuan baik. Dan 18 orang yang dibawah tahun 2004 sebanyak 11 orang yang
berpengetahuan baik. Berdasarkan lama bekerja bidan yang bekerja >10 tahun ada 18 orang dan ≤
10 tahun ada 56 orang dengan frekuensi pengetahuan kurang terbanyak 42 orang. Berdasarkan
motivasi yang memiliki motivasi positif ada 49 orang dengan frekuensi pengetahuan kurang
terbanyak ada 31 orang dan yang memiliki pengetahuan kurang ada 18 orang. Berdasarkan sumber

informasi terdapat 19 orang yang terpapar informasi dan pada 55 orang yang tidak terpapar
informasi terdapat frekuensi bidan berpengetahuan baik ada 8 orang.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting
Cimanggis Depok berdasarkan umur, pendidikan, tahun lulus, lama bekerja, motivasi dan sumber
informasi semua variabel ini mempengaruhi pengetahuan bidan kecuali motivasi dan tahun lulus.
Saran : Di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan bidan tentang SDIDTK sehingga pelayanan
program ini akan berjalan dimasyarakat.

Daftar Pustaka : 9 bacaan (2006-2014).
Keyword : SDIDTK, pengetahuan dan pelayanan SDIDTK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: MAYA SWARIMURTI

Alamat


: Kp Bakung RT 01/05, Cilodong Depok

Tempat, tanggal lahir : Kebumen, 26 September 1994
Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Pendidikan :
1. SDN Kalibaru III
Tahun 2000 – 2006
2. SMPN 6 Depok
Tahun 2006 – 2009

3. SMKF Harapan Massa
Tahun 2009 - 2012
4. STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia, Jagakarsa, Jakarta Selatan,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhamad SAW atas seluruh
nikmat dan karunia yang tak henti–hentinya diberikan kepada penulis.
Atas izin Nyalah penulis berhasil menyelesaikan laporan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting
Cimanggis Kota Depok Periode Juli 2015 yang diajukan sebagai salah satu syarat
mengikuti ujian akhir program DIII kebidanan di STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Khairil Walid Nasution, SKM, M.Pd, selaku Ketua Yayasan
STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

2. Bunda Hj. Maimunah, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.
3. Ibu Vivi Silawati, SST, SKM, MKM, selaku Pembimbing Karya Tulis
Ilmiah STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.
4. Bunda Hj. Yayah Komariah, S.SiT,M.M Kes, selaku penguji I.
5. Ibu Niky Wahyuning Gusti S.ST, MKM, selaku Ketua Prodi D III
Kebidanan STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.
6. Para dosen di STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia atas segala bimbingannya
selama ini.
7. Para Bidan pengurus IBI Cabang Depok Khususnya bunda Hendra, selaku
Ketua IBI Depok, yang telah bersedia memberikan izin melakukan
penelitian.
8. Keluarga tercinta saya terimakasih atas doa, dukungan moral maupun
materi dan perhatianya yang telah diberikan selama ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang amalia jamil, erisma kartika, eva nurhasanah,
khoirunnisa dan tia budianingsih yang selalu berusaha kompak dalam suka
dan duka dan tetap semangat, saling memberikan dukungan satu sama lain,
semoga akan selalu kompak dan akan selalu ingat kebersamaan kita serta
kenangan suka duka kita kuliah di STIKES Bhakti Pertiwi Indonesia.

10. Serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga
Tuhan YME membalas segala jasa dan kebaikannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca yang
bersifat membangun untuk memperbaiki dimasa yang akandatang.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca.

Jakarta, juli 2015

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH
Dengan Judul :

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis
Kota Depok Periode Juli 2015


Telah di setujui oleh pembimbing dan dinyatakan dapat mengikuti ujian.

Jakarta, Juli 2015
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing I

(Vivi Silawati, SST, SKM, MKM)

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan
ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan
untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat (intact
survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih didalam kandungan

sampai anak berusia lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup
anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional
maupun social serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya.
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih
plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi
positifnya, otak lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi
negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang
tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kuran stimulasi dan tidak
mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulangi lagi, maka masa
balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan”
(window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period).
Penelitian lain mengenai kecerdasan otak menunjukkan fakta bahwa untuk
memaksimalkan kepandaian seorang anak, stimulasi harus dilakukan sejak 3
tahun pertama dalam kehidupannya mengingat pada usia tersebut jumlah sel otak
yang dipunyai dua kali lebih banyak dari sel-sel otak orang dewasa.


Penelitian yang dilakukan oleh Soccoro dan Elizabeth M King di Philipina
membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 –
11% pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun terhadap 7
domain yang dukur dengan instrument Revised Early Childhood Development
Checklist (REC) yaitu : Gross motor, fine motor, self help, receptive language,
expressive language, cognitive, social emotional. Mengingat jumlah balita sangat
besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi
penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat
perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta
terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi
dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal hal tersebut, berbagai factor
lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu
dieliminasi.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa kritis” tersebut di
atas.

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang


(SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang
(DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program
pokok Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh
anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional. Pemerintah telah
melakukan beberapa upaya dalam mendukung pelaksanaan SDIDTK. Salah satu
program pemerintah untuk menunjang upaya tersebut adalah diterbitkannya buku
Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Upaya lain yang dilakukan adalah
pelatihan SDIDTK bagi tenaga kesehatan baik di kabupaten, kota maupun di
Puskesmas. Cakupan angka pelayanan kesehatan bayi di Indonesia pada tahun
2012 mencapai angka 87,73% yang berhasil memenuhi target Renstra

kementerian kesehatan tahun 2012 yaitu 86% sedangkan pada balita 73,52%
yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator
ini belum memenuhi target Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Pelayanan
kesehatan pada bayi dan balita yang salah satunya adalah program SDIDTK
menunjukan angka cakupan pelayanan kesehatan untuk bayi dan balita di Jawa
Barat adalah 91,83% dan 85,74% dimana kedua angka ini menunjukan bahwa
provinsi ini mampu melebihi target Renstra 2012. (Profil Kesehatan Indonesia,
2012).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Depok pada tahun 2012
cakupan pelayanan kesehatan anak balita(1-4) tahun sebesar 80,6% dengan
Jumlah anak balita (12-59 bln) yg memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali sebanyak 102.571 dan Jumlah seluruh anak
balita (12-59 bln) sebanyak 127.260. Angka ini mengalami peningkatan pada
tahun 2011 cakupannya sebesar 68,52%. Tahun 2013 76,9%.

(Profil

Kesehatan Kota Depok, 2013).
Berdasarkan data dari DKK Semarang tahun 2006 yang dikutip dari hasil
penelitian tentang “Analisis Pelaksanaan Program SDISTK Balita dan Anak Pra
Sekolah di Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011” oleh Dewi terdapat 388 kasus
penyimpangan perkembangan yang dirujuk ke Klinik Tumbuh Kembang RSUP
Dr. Kariadi dengan penemuan terlambat karena deteksi yang tidak teratur,
sehingga periode emas untuk memberikan intervensi dan stimulasi dini pada anak
tersebut tidak dapat dilakukan secara maksimal. Sebagian besar kasus yang
ditemukan adalah gangguan bicara dan bahasa 56,61%, autisme 13,15%,
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas 12,10% serta keterlambatan
duduk atau berdiri 10,09%.
Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisai dan kemandirian
pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan
deteksi dini tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara

dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuh menindak lanjuti
setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan
koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anaak agar tumbuh kembangnya
kembali normal atau penyimpangannya tidak semakin berat. Apabila balita perlu
dirujuk, maka rujukan harus dilakukan sedini mungkin sesuai indikasi.
Berdasarkan hasil survei pengetahuan bidan yang peneliti lakukan dari 20 bidan
di daerah Depok, hanya 5 orang yang pernah mendapatkan informasi tentang
SDIDTK dan hanya 6 orang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
SDIDTK.
Indicator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya
meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional, social
dan kemandirian anak berkembang secara optimal. (Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang, Depkes RI, 2006)
1.2 Rumusan masalah
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) yang merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang
(DDTK),

upaya

ini

ditujukan

untuk

mendeteksi

dini

penyimpangan/

keterlambatan perkembangan yang terjadi pada balita dan sekaligus melakukan
intervensi jika apabila terjadi penyimpangan/keterlambatan tersebut. kegiatan ini
dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional, Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Depok tahun 2013 menunjukan angka cakupan
pelayanan kesehatan bayi dan balita adalah 91,60% dan 76,9%. Dimana angka
cakupan pelayanan kesehatan bayi turun jika dibandingkan dengan angka tahun
2012 yaitu 91,82%. Dan untuk angka cakupan pelayanan kesehatan balita pun
menurun jika dibanding tahun 2012 yaitu 80,6%. (Profil Kesehatan Kota Depok,
2013).

Puskesmas dan jaringannya sebagai organisasi pelayanan kesehatan dasar
terdepan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan
program SDIDTK di wilayah kerjanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan
Praktek Swasta (BPS) periode Juli 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan
Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015
2. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
berdasarkan usia bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting
Cimanggis periode Juli 2015.
3. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
berdasarkan pendidikan terakhir bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS)
ranting Cimanggis periode Juli 2015.
4. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
berdasarkan lamanya bekerja bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS)
ranting Cimanggis periode Juli 2015.
5. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran pengetahuan bidan tentang
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
berdasarkan motivasi bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) ranting
Cimanggis periode Juli 2015.
6. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi bidan mengenai
gambaran pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta (BPS)
ranting Cimanggis periode Juli 2015.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah :
1.4.1 Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
berguna tentang pelaksanaan program SDIDTK Balita dan anak pra
sekolah di Bidan Praktek Swasta, faktor-faktor penunjang dan
penghambat keberhasilan program sehingga tujuan akhir program
dapat tercapai.
1.4.2

Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan
dan keterampilan tentang pelaksanaan program Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

1.4.3

Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kajian ilmu kebidanan
mengenai stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
(SDIDTK) serta diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti

selanjutnya dalam menyelesaikan tugas akhir.
1.5 Ruang lingkup
Penelitian ini membahas tentang gambaran pengetahuan bidan tentang
program stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di
bidan praktek swasta di wilayah kota depok pada bulan april 2015, mengingat
angka cakupan pelayanan kesehatan bayi dan balita dikota Depok 2013
mengalami penurunan khususnya balita, maka untuk mengetahui gambaran
pengetahuan bidan tentang SDIDTK dengan melakukan wawancara kepada
bidan dengan mengisi kuesioner yang telah disiapkan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak
secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama
kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua,
pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga
professional (kesehatan, pendidikan dan sosial). (pedoman pelaksanaan SDIDTK,
Depkes RI, 2006)
2.1.1 Pengertian stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisai dan kemandirian
pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan
deteksi dini tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuh menindak lanjuti
setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan tindakan
koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anaak agar tumbuh kembangnya
kembali normal atau penyimpangannya tidak semakin berat. (Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang, Depkes RI,
2006)

2.1.2 Sasaran Program
a. Sasaran Langsung

Sasasan langsung stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang adalah semua anak umur 0 sampai dengan 6 tahun yang ada
diwilayah kerja puskesmas.
b. Sasaran tidak Langsung
1) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat,
ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
2) Tenaga pendidik, petugas lapangan Keluarga Berencana (KB), petugas
sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak.
3) Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.
2.1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya
sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.
b. Tujuan Khusus
1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua
balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja
Puskesmas.
3) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra
sekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.
4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa
ditangani di Puskesmas.
2.2 Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini membedakan anak
dengan dewasa. Anak bukanlah dewasa kecil. Anak menunjukan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukurandan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan terjadi atas hasil
interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan system neuromoskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi.
2.2.1 Faktor Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.
Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang dibagi menjadi 2
jenis yaitu factor dalam (internal) dan factor luar (eksternal). Dan faktor-faktor
tersebut adalah :
A. Faktor dalam (internal)
1) Ras/Etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari rasa tau bangsa Amerika maka ia tidak memiliki
factor herediter ras/bangsa Indonesia, dan juga sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh yang lebih
tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak lakilaki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma down’s dan sindroma turner’s.
B. Faktor luar (eksternal)
Factor luar ini pun dibagi lagi menjadi 3 masa, yaitu :

1) Faktor prenatal meliputi : gizi, mekanis, toksin, zat kimia, endokrin,
radiasi, infeksi, kelainan imunologi, endokrin, anoksia embrio, dan
psikologi ibu.
2) Factor persalinan yaitu komplikasi pada bayi saat persalinan seperti
trauma kepala, asfiksia yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
otak.
3) Factor pasca persalinan meliputi : gizi bayi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, ligkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.
2.2.2 Aspek-aspek yang perkembangannya dipantau
a. Gerak kasar atau motoric kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan lainnya.
b. Gerak halus atau motoric halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis
dan lainnya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak seperti makan sendiri atau berpisah dengan
ibunya, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya dan
2.3

sebaginya.
Stimulasi Tumbuh kembang Balita dan Anak Prasekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan anak umur 0-6 tahun

agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Seperti yang
sudah terpampang diatas kemampuan dasar yang dirangsang stimulasi terarah
adalah kemampuan gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta
kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak ada beberapa prinsip
dasar yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Stimulasi ditujukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying

2. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik, karena anak meniru tingkah
laku orang-orang didekatnya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaandan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak
terhadap ke-4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan anak perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan
berlangsung secara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang diberikan kepad
anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan kepada keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi
anak sebagai berikut :
No
1

Periode Tumbuh Kembang
Masa
prenatal,
janin

2

kandungan
Masa bayi 0-12 bulan

Kelompok Umur Stimulasi
dalam Masa prenatal
Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan

3

Masa anak balita 12-60 bulan

Umur 9-12 bulan
Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan

4

Masa prasekolah 60-72 bulan

Umur 48-60 bulan
Umur 60-72 bulan

Berdasarkan kelompokan umur diatas maka diberikanlah stimulasi
rangsangan terarah kepada anak terhadap ke-4 kemampuan dasar anak tersebut

sesuai dengan kelompok umur stimulasi. Yang dapat digambarkan pada tabel
pemberian stimulasi dibawah ini :

TABEL PEMBERIAN STIMULASI
Umur
stimulas

Kemampuan Dasar
Gerak kasar

Gerak halus

i
(bulan)
0-3

3-6

1. Mengangkat kepala
2. Berguling
3. Menahan kepala tetap tegak

2.
3.
4.
5.

meraih

dan

menendang mainan gantung
Memperhatikan benda gerak
Melihat benda kecil
Memegang benda
Meraba
dan
merasakan

bentuk permukaan
1. Lanjutkan stimulasi berguling 1. lanjutkan semua stimulasi
dan menahan kepala tetap

6-9

1. Melihat,

sebelumnya

kecuali

tegak
memegang benda
2. Stimulasi menyangga berat
2. memegang benda dengan
3. Mengembangkan
control
kuat
terhadap kepala
3. memegang benda dengan ke2
4. Duduk
tangannya
4. makan sendiri
5. mengambil benda-benda kecil
1. Stimulasi
yang
perlu 1. Stimulasi
yang
perlu
dilanjutkan:

Menyangga

dilanjutkan

:

Memegang

berat,
control

Mengembangkan
kepala,

duduk,

Merangkak
2. Menarik ke posisi berdiri
3. Berjalan berpegangan
4. Berjalan dengan bantuan

benda

dengan

kuat,

Memegang benda dengan ke2
tangan, Mengambil bendabenda kecil
2. Memasukan benda kedalam
wadah
3. Bermain gendering
4. Memegang alat tulis
mencoret-coret
5. Bermain
maina

dan
yang

mengapung diair
6. Membuat bunyi-bunyian
7. Menyembunyikan
dan
9-12

1. Stimulasi

yang

dilanjutkan:
berdiri,

mencari mainan
perlu 1. Stimulasi
yang

Merangkak,
berjalan

smbil

berpegangan, berjalan dengan
2.
3.
4.
5.
12-15

bantuan
Bermain bola
Membungkuk
Berjalan sendiri
Naik tangga

1. Stimulasi
dilanjutkan:
2.
3.
4.
5.
6.

dilanjutkan : Memasukkan
benda

ke

dalam

wadah,

bermain dengan mainan yang
mengapung di air
2. Menyusun balok/kotak
3. Menggambar
4. Bermain di dapur

yang

perlu 1. Stimulasi

Bermain

bola,

berjalan sendiri
Menarik mainan
Berjalan mundur
Berjalan naik turun tangga
Berjalan sambil berjinjit
Menangkap dan melempar
bola

perlu

dilanjutkan:
benda

ke

yang

perlu

Memasukkan
dalam

wadah,

bermain dengan mainan yang
mengapung

di

menggambar,
kubus
2. Permainan balok
3. Memasukkan

air,

menyusun

dan

mengeluarkan benda
4. Memasukkan benda satu ke
benda yang lainnya

15-18

1. Stimulasi

yang

18-24

yang

perlu

dilanjutkan: Berjalan mundur,

dilanjutkan: Bermain dengan

berjalan naik turun tangga,

balok, memasukan benda satu

berjalan

kebenda

menangkap
2.
3.
4.
1.

perlu 1. Stimulasi

sambil

berjinjit,

dan

melempar

bola
Bermain diluar rumah
Bermain air
Menendang bola
Stimulasi
yang

yang

lain,

menggambar dengan krayon,
pensil atau dengan jarinya
2. Meniup
3. Membuat untaian

perlu 1. Stimulasi

yang

perlu

dilanjutkan: Berlari, berjalan

dilanjutkan : Bermain balok,

dengan

bermain

menggambar dengan krayon,

diair, menendang, melempar

spidol atau pensil warna,

dan menendang bola, berjalan

menggambar pakai tangan
2. Mengenal berbagai ukuran
3. Bermain puzzle
4. Menggambar wajah atau

berjinjit,

naik turun tangga
2. Melompat
3. Melatih keseimbangan tubuh
4. Mendorong mainan dengan
kaki

bentuk
5. Membuat

berbagai

bentuk

dari adonan kue/lilin mainan
24-36

1. Stimulasi

yang

perlu 1. Stimulasi

yang

perlu

dilanjutkan: Dorong anak agar

dilanjutkan : Dorong agar

mau

berlari,

anak mau bermain puzzle dan

Melatih

balok,

memanjat,

melompat,

keseimbangannya
2. Latihan
menghadapi
rintangan
3. Melompat jauh
4. Melempar dan menangkap

memasukan

benda

yang satu ke yang lainnya,
menggambar
2. Membuat gambar tempelan
3. Memilih dan mengelompokan
benda-benda sejenisnya
4. Mencocokkan gambar
benda
5. Konsep jumlah
6. Bermain/menyusun balok

dan

36-48

1. Stimulasi

yang

perlu 1. Stimulasi

dorong

anak

dilanjutkan : bermain puzzle

untukberlari,

melompat,

yang lebih sulit, menyusun

berdiri

1

kaki,

balok dan gambar yang lebih

bermain

bola,

sulit
2. Memotong
3. Membuat buku cerita gambar

dilanjutkan:

diatas

memanjat,
2.
3.
4.
5.
6.
7.

48-60

mengendarai sepeda roda 3
Menangkap bola
Berjalan mengikuti garis lurus
Melompat
Melempar benda kecil keatas
Menirukan binatang berjalan
Lampu hijau-merah

1. Stimulasi

yang

perlu

temple
4. Menempel gambar
5. Menjahit
6. Menggambar/menulis
7. Menghitung
8. Menggambar dengan jari
9. Kenalkan anak dengan cat air
10. Mencampur warna
11. Membuat gambar temple
perlu 1. Stimulasi
yang
perlu

dilanjutkan : dorong anak

dilanjutkan : bermain puzzle,

main

menggambar,menghitung,

bola,

lari,

lompat

dengan 1 kaki, lompatjauh,

memilih dan mengelompokan

berjalan

barang,

diatas

papan,

berayun-ayun, dan memanjat
2. lomba karung
3. Bermain engklek
4. Melompati tali

60-72

yang

1. Stimulasi

yang

memotong

dan

menempel gambar
2. Konsep tentang separuh dan
3.
4.
5.
6.

satu
Menggambar
Mencocokan dan menghitung
Menggunting
Membandingkan besar/kecil,

sedikit/banyak, berat/ringan
7. Percobaan ilmiah
8. Berkebun
perlu 1. Stimulasi
yang
perlu

dilanjutkan : dorong agar

dilanjutkan

anak dan temannya bermain

menulis namanya, kata-kata

bola,

pendek, serta angka, ajak

permainan

menjaga

keseimbangan tubuh, berlari,

anak

melompat,

memilih

lompat

dengan

:

bermain

bantu

anak

berhitung,
dan

satu kaki, lompat jauh dll
2. Naik sepeda bermain sepatu
roda

mengelompokan,
menggunting,

bermain

puzzle, dl
2. Mengerti urutan kegiatan
3. Berlatih mengingat
4. Membuat sesuatu dari tanah
liat/lilin
5. Bermain berjualan
6. Belajar memakai palu, gergaji
dan paku
7. Mengumpulkan benda-benda
8. Belajar memasak
9. Mengenal kalender
10. Mengenal waktu
11. Menggambar dari berbagai
sudut pandang
12. Belajar mengukur

Umur
stimulas

Kemampuan Dasar
Sosialisai dan kemandirian

Bicara & bahasa

i (bulan)
0-3
1. Berbicara
2. Meniru suara
3. Mengenali berbagai suara

1. Memberi rasa aman dan kasih
saying
2. Mengajak bayi tersenyum
3. Mengajak bayi mengamati
benda benda disekitar
4. Meniru ocehan dan mimic

3-6

1. lanjutkan

semua

bayi
5. Mengayunkan bayi
6. Menina bobokan
stimulasi 1. Lanjutkan stimulasi

sebelumnya.
2. Mencari sumber suara
3. Menirukan kata-kata

6-9

1. Stimulasi

yang

yang

sebelumnya kecuali meniru
ocehan dan mimic muka bayi
2. Bermain ciluk-ba
3. Melihat dirinya dikaca
4. Berusaha meraih mainan yang
letaknya agak jauh
perlu 1. Stimulasi
yang

perlu

dilanjutkan

:

Berbicara,

dilanjutkan : memberi rasa

mengenali berbagai suara,

kasih saying, mengajak bayi

mencari

tersenyum, mengayun, menina

sumber

suara,

meniru kata-kata
bobokan
2. Menyebutkan nama gambar 2. Permainan bersosialisasi
dibuku/majalah
3. Menunjukan

dan

menyebutkan nama gambar
9-12

1. Stimulasi

yang

dilanjutkan:

perlu 5. Stimulasi yangperlu
Berbicara,

menjawab

dilanjutkan : memberi rasa

pertanyaan,

aman dan kasih saying,

menyebutkan nama gambar-

mengajak bayi tersenyum,

gambar di buku/majalah
2. Menirukan kata-kata
3. Berbicara dengan boneka
4. Bersebabdung dan bernyanyi

mengayun, menina bobokan,
bermain cilukba, permainan
bersosialisasi
2. minum sendiri di cangkir
3. makan bersama
4. menarik mainan yang
letaknya agak jauh.

12-15

1. Stimulasi
dilanjutkan
menjawab

yang
:

perlu 1. Stimulasi yangperlu
Berbicara,

dilanjutkan : memberi rasa

pertanyaan,

aman dan kasih saying,

menyebutkan nama gambar-

mengajak bayi tersenyum,

gambar
2. Membuat suara
3. Menyebutkan nama bagian
tubuh
4. Pembicaraan

mengayun, menina bobokan,
bermain cilukba, permainan
bersosialisasi
2. menirukan pekerjaan rumah
3.
4.
5.
6.

tangga
melepas pakaian
makan sendiri
merawat boneka
pergi ketempat umum

15-18

1. Stimulasi

yang

yang

perlu

dilanjutkan : Tunjukan buku

dilanjutkan:

kepada

tenangkan anak ketika rewel,

anak

setiap

hari,

Ajari

untuk

saying, Biarkan anak belajar

kata-kata

melepas bajunya sendiri, Ajak

untuk

menyampaikan

anak

keinginannya
2. Bercerita tentang gambar di 2.
3.
buku atau majalah
4.
3. Telepon-teleponan
5.
4. Menyebut berbagai nama
6.
barang
1. Stimulasi
yang
perlu 1.
dilanjutkan

:

Bernyanyi,

ke

dengan

dan

Buai

anak

anak

Bujuk

Nyanyikan lagu untuk anak,
menggunakan

18-24

perlu 1. Stimulasi

kebun

kasih

binatang,

lapangan terbang, museum dll
Memeluk dan mencium
Membereskan mainan
Bermain dengan teman sebaya
Permainan baru
Bermain petak umpet
Stimulasi

yang

dilanjutkan:

ajak

perlu
anak

bercerita, bicara banyak pada

mengunjungi tempat bermain,

anak, bacakan buku setiap

Bujuk dan tenangkan anak

hari, dorong agar anak mau

keika rewel, Usahakan anak

bercerita apa yang dikerjakan

mau

dan dilihatnya
2. Melihat acara tv
3. Mengerjakan

melepas

pakaiannya

sendiri, Ajari anak makan
perintah

sederhana
4. Bercerita tentang apa yang
dilihatnya

sendiri, Ajari anak makan
sendiri dengan menggunakan
sendok
2. Mengancingkan baju
3. Permainan yang memerlukan
interaksi dengan teman
4. Membuat rumah-rmahan
5. Berpakaian
6. Memisahkan diri dengan anak

24-36

1. Stimulasi yag dilanjutka : 1. Stimulasi
bacakan buku cerita anak,

dilanjutkan:

yang
bujuk

perlu
dan

dorong

agar

anak

mau

tenangkan anak ketika anak

bercerita baik tu dari buku

kecewa,

sering-sering

ataupun dari apa yang ia

anak

temui, bantu dan damping

bermain,

mengunjungi

ajak
tempat

toko,

kebun

anak untuk memilih acara tv
binatang, dll
2. Menyebutkan nama lengkap 2. Melatih buang air kecil dan
anak
besar di kamar mansi dan WC
3. Bercerita tentang diri anak
3. Berdandan
4. Menyebutkan nama dari 4. Berpakaian
beberapa jenis pakaian
5. Menyatakan keadaan suatu
36-48

48-60

benda
1. Stimulasi

yang

perlu 1. Stimulasi

yang

perlu

dilanjutkan : membacakan

dilanjutkan

:

buku cerita anak, nyanyikan

tenangkan

anak

lagu dan bacakan sajak, buat

kecewa, dorong anak agar mau

anak

mengutarakan

mau

menyebutkan

bujuk

dan

ketika

ia

perasaannya,

namanya,

ajak anak makan bersama

menyatakanperasaannya, dan

keluarga, dll
Mengancingkan baju tarik
Memakai sendok garpu
Memasak
Mencuci tangan dan kaki
Menentukan batasan/peraturan

2.
bantu anak memilih acara tv
3.
2. Berbicara dengan anak
4.
3. Buat anak mau bercerita
5.
tentang dirinya
6.
4. Album foto
5. Mengenal huruf
1. Stimulasi
yang
perlu 12. Stimulasi

yang

perlu

dilanjutkan: buat anak mau

dilanjutkan : berikan tugas

bertanya/bercerita

tentang

rutin pada anak, ajak anak

apa yang ia lihat atau dengar,

membantu anda didapur dan

dorong

mau

makan bersama, buat agar

melihat buku, bantu anak

anak main bersama teman

agar

anak

memilih acara tv
2. Belajar mengingat
3. Mengenal huruf dan symbol
4. Mengenal angka

sebayanya,
anak

ajak

tentang

dirasakannya,

berbicara
apa

buat

yang
rencana

5. Membaca majalah,
6. Mengenal musim
7. Buku kegiatan keluarga
8. Mengunjungi perpustakaan
9. Melengkapi kalimat
10. Bercerita ketika saya masih

jalan-jalan bersama anak
13. Membentukemandirian
14. Membuat album keluarga
15. Membuat boneka kertas
16. Menggambar orang
17. Mengikuti aturan dan petunjuk

kecil
permainan
11. Membantu pekerjaan didapur 18. Bermain
kreatif

bersama

temannya
60-72

1. Stimulasi

yang

Bermain belanja di toko
perlu 1. Stimulasi
yang
perlu

dilanjutkan : dorong anak

dilanjutkan : dorong anak

untuk sering membaca buku,
2. Mengenal benda yang serupa

berpakaian sendiri, mnyimpan

dan berbeda
3. Bermain tebak-tebakan
4. Berlatih mengingat
5. Menjawab
pertanyaan
mengapa
6. Mengenal rambu/tanda lalu
lintas
7. Mengenal uang logam
8. Mengamati
keadaan 2.
3.
sekitanya
4.

2.4

mainan tanpa bantuan, ajari
anak bicara tentang apa yang
ia

rasakan,

kegiatan

keluar

mungkinbersama

rencanakan
sesering
anak,

berikan kesempatan memilih
acaratv
Berkomunikasi dengan anak
Berteman dan bergaul
Mematuhi aturan keluarga

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan ditingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui dan
menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefall

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan
2.4.1

hiperaktivitasnya.
Deteksi Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan untuk mengetahui status gizi dan

memantau pertumbuhan yang sedang berlangsung, apakah ada penyimpangan atau
tidak. Deteksi penyimpangan pertumbuhan ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
1) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk
2) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini
tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) .
1) Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala
anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
2) Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap 3 bulan umur 12-72 bulan dilakukan setiap 6 bulan.
Pengukuran ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
3) Cara pengukurannya dengan cara alat pengukur dilingkarkan pada
kepala anak melewati dahi, menutupi alis diatas ke dua telinga dan
pada bagian belakang kepala yang meninjol, tarik agak kencang. Lalu
baca angka pada pertemuan angka 0, lalu tanyakan tanggal lahir bayi
dan hitung umur bayi, hasil pengukuran dicatat pda grafik lingkaran
kepala menurut umur bayi/anak. Dan hubungkan dengan garis antara
titik ukuran yang lalu dan yang sekarang.
4) Bila ukuran kepala berada dalam jalur hijau maka lingkaran kepala
anak normal, jika ukuran kepala berada diluar jalur normal maka
ukuran kepala anak tidak normal atau makroseffal, jika berada
dibawah jalur hijau ukuran kepala anak tidak normal atau mikrosefal.

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada table
dibawah ini :
Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Pertumbuhan
Tingkat Pelayanan
Keluarga, masyarakat

Pelaksana
Orang tua
Kader kesehatan

Alat yang digunakan
KMS
Timbangan Dacin

Petugas PADU, BKB,
TPA, dan Guru TK
Puskesmas

Dokter

Tabel BB/TB

Bidan

Grafik LK

Perawat

Timbangan

Ahli Gizi

Alat ukur tinggi badan

Petugas Imunisasi

Pita pengukur lingkar
kepala

Sumber : buku pedoman pelaksanaan SDIDTK
Keterangan :

2.4.2

Buku KIA

: Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP

: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL

: Tes Daya Lihat

TDD

: Tes Daya Dengar

BKB

: Bina Keluarga Balita

TPA

: Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD

: Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

TK

: Taman Kanak-kanak

Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan disemua
tingkat pelayanan, adapun pelaksana dan alat uang digunakan adalah sebagai
berikut :
Tingkat pelayanan
Keluarga dan masyarakat

Pelaksana
Orang tua

Alatyang digunakan
Buku KIA

Kader kesehatan, BKB,

Puskesmas

TPA
Petugas PADU terlatih

KPSP

Guru TK terlatih

TDL

Dokter

TDD
KPSP

Bidan

TDL

Perawat
Sumber : buku pedoman pelaksanaan SDIDTK

TDD

Ket:
buku KIA

: Buku kesehatan ibu anak

KPSP

: kuesioner pra skrining perkembangan

TDL

: Tes Daya Lihat

TDD

: Tes Daya Dengar

BKB

: Bina Keluarga Balita

TPA

: Tempat Penitipan Anak

Pusat PADU : Pusat Pendidikan Anak Dini Usia
TK

: Taman Kanak-Kanak

1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2) Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak.
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.
2.4.3

Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan

untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat
diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu
a. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) untuk anak umur 36-72
bulan
b. Ceklis autis anak pra sekolah (checklist for autism in toddlers/CHAT)
untuk anak umur 18-36 bulan
c. Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH) menggunakan Abreviated conner rating scale bagi anak umur 36
bulan keatas.
1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah
mental emosional pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental
emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan, jadwal ini
sesuai dengan jadwal skrinning/pemeriksaan perkembangan anak.

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18
bulan sampai 36 bulan. Jadwal deteksi ini dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan dari petugas kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK, keluhan tersebut
berupa keterlambatan bicara, gangguan interaksi social, perilaku berulang-ulang.
3) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktifitas pada umur 36 bulan keatas.Jadwal deteksi dini GPPH pada anak
prasekolah dilakukan atas indikasi atau ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada
kecurigaan dari petugas kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,
pengelola TPA, dan guru TK, keluhan tersebut berupa tidak bias duduk tenang,
selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak kenal lelah, serta perubahan suasana hati
yang mendadak.
2.4.4 Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh kembang Anak
Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk
mengoreksi,

memperbaiki

dan

mengatasi

masalah

atau

penyimpangan

perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi
dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin
ketika usia anak masih di bawah lima tahun. Tindakan intervensi dini tersebut
berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah
selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi
perkembangan.
2.4.5 Evaluasi penyimpangan tumbuh kembang anak
Evaluasi (penilaian) adalah kegiatan untuk membandingkan antara hasil
yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan alat
penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan

diagnosa. Setelah orang tua melakukan tindakan intervensi perkembangan secara
intensif dirumah selama 2 minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah anak ada
kemajuan atau tidak.
2.4.6 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak
dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan
penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :
a. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan
atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan
tumbuh kembang buku KIA.
b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu
termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman.
Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka
dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas
maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik
tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta
laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai
tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang
didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT,
rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikologi.

2.5

Pengetahuan

2.5.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2012). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku
tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).

2.5.2

Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu adalah
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan. (Notoatmodjo, 2012).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2012).
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2012).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan
(Notoatmodjo, 2012).
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
s