Kisah Sukses Eiji Toyoda Orang Dibalik S

Kisah Sukses Eiji Toyoda:
Orang Dibalik Sukses
Toyota Motor
Eiji Toyoda (lahir 1913) adalah mantan direktur Toyota Motor Company.
Bisnis keluarga yang dijalankannya membuat perubahan revolusioner dalam
cara sebuah mobil dibuat.
Eiji Toyoda, pria yang berada di kursi pengemudi Toyota Motor
Company selama 25 tahun, hampir tidak dikenal di luar Toyota City, Jepang,
markas dari “perusahaan yang menghentikan Detroit,” menurut New York
Times. Tapi seperti hari-hari terakhir Henry Ford, Toyoda akhirnya mengukir
namanya pada industri otomotif dunia. Dia tidak hanya memimpin perubahan
revolusioner bagaimana cara mobil dibuat, ia melihat bisnis keluarganya
menjadi perusahaan raksasa dalam pasar ekspor dunia dan telah menjalin
kemitraan dengan rival utamanya, General Motors Corporation. Meskipun
ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai direktur pada tahun 1994, ia
terus menyandang gelar “jabatan kehormatan” perusahaan.
Sebagai kepala salah satu klan industri yang paling kuat di negara dengan
120 juta orang, Toyoda memiliki gaya Barat dimana karirnya menanjak
dengan cepat dan seorang pembangun perusahaan raksasa yang
memusatkan reputasinya di Jepang sebagai konservatif politik dan ekonomi
yang kuat. Kesamaan antara Ford dan Toyoda dimulai dari jalur perakitan

sampai ke ruang dewan. Sampai pensiun, Toyoda tua berbagi kekuasaan
bersama dengan sepupunya, Shoichiro, yang merupakan presiden
dari Toyota Motor Corporation, dan adik Shoichiro, Tatsuro, kepala New
United Motor Manufacturing Incorporated, usaha patungan Toyota-GM
yang bermarkas di Fremont, California.
Paman Toyoda, Sakichi, merupakan pelopor bisnis keluarga ini, Toyoda
Automatic Loom Works, pada tahun 1926 di Nagoya, sekitar 200 kilometer
sebelah barat Tokyo. Putra Sakichi, Kiichiro, mendirikan Toyota Motor
Company pada tahun 1937 sebagai afiliasi dari Loom Works. Anggota
keluarga sangat terlibat dalam bisnis itu sehingga ayah Eiji, Heikichi (adik dari
Sakichi) bahkan membuat rumahnya di dalam pabrik pemintalan. “Sejak kecil,

mesin dan bisnis selalu ada tepat di depan saya,” kata Eiji Toyoda dalam
sebuah wawancara di The Wheel Extended, tinjauan triwulanan yang
diterbitkan oleh perusahaannya. “Dengan melihat keduanya secara
bersamaan, saya mungkin memperoleh pemahaman tentang keduanya, dari
sudut pandang seorang anak.” Toyoda menggambarkan dirinya sebagai
seorang kombinasi insinyur-administrator. “Saya tidak benar-benar
menganggap diri saya sebagai seorang insinyur, tetapi lebih sebagai seorang
manajer. Atau mungkin seorang insinyur manajemen Sebenarnya, aku lulus

dari sekolah teknik, tetapi yang lebih penting adalah hasil kerja yang dicapai
seseorang setelah 10 atau 15 tahun setelah tamat sekolah.”
Apa yang dicapai Toyoda untuk Toyota Motor adalah sukses luar biasa yang
pada masa itu pembuat mobil Detroit (USA) mobil malah sedang berjuang
untuk tetap meraup keuntungan. Toyota, pembuat mobil nomor satu Jepang,
menciptaka ombak pasang, mobil kecil murah yang menyapu Amerika Serikat
setelah krisis energi berturut-turut di pertengahan dan akhir 1970-an. Marah
dengan invasi impor Jepang, rival Toyoda di Ford Motor Company, yang
nantinya direktur, Henry Ford II, bersumpah, “Kita akan mendorong mereka
kembali ke pantai.” Hal itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya, Ford dan para
petingginya berbalik ke Toyota untuk menegosiasikan kemungkinan
kerjasama di Amerika Serikat – upaya gagal yang mendahului kesepakatan
bersejarah dengan GM pada tahun 1983 untuk bersama-sama memproduksi
mobil compact Toyota di pabrik GM di Fremont.
Selain menjalankan perusahaan terbesar di Jepang – dan perusahaan
terbesar ketiga di dunia, di belakang GM dan Ford – Toyoda telah memimpin
pengembangan sistem manufaktur yang sangat efisien yang sekarang diikuti
oleh perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia. Ini “mewakili perubahan
revolusioner dari prinsip-prinsip tertentu produksi massal dan pekerjaan
perakitan yang awalnya diterapkan oleh Henry Ford,” tulis New York Times

Tokyo. Singkatnya, karir Toyoda bisa dikatakan sebagai gema slogan iklan
perusahaan Amerika: “Oh, what a feeling!”
Setelah lulus pada tahun 1936 dengan gelar teknik mesin dari Universitas
Tokyo – tempat pelatihan bagi sebagian besar eksekutif masa depan JepangToyoda yang berumur 23 tahun bergabung dengan bisnis keluarga sebagai
teknisi latihan dan ditransfer setahun kemudian ke perusahaan yang baru

terbentuk, Toyota Motor Company. Perusahaan ini merupakan pendatang
baru dalam bisnis mobil di Jepang. Mobil pertama di negara itu, sebuah
kendaraan bertenaga uap, diproduksi pas setelah pergantian abad, diikuti
pada tahun 1911 dengan diperkenalkannya model DAT, produksi Datsun /
Nissan, yane merupakan pesaing terdekat Toyota saat ini.
Kepala keluarga Toyoda, Sakichi, anak seorang tukang kayu miskin, telah
menemukan alat tenun Jepang pertama pada tahun 1897 dan
menyempurnakan sebuah alat tenun otomatis modern pada tahun 1926,
ketika ia mendirikan Toyoda Automatic Loom Works.
Dia akhirnya menjual paten untuk desainnya ke sebuah perusahaan Inggris
sebesar $ 250,000, pada saat tekstil merupakan industri atas Jepang dan
menggunakan uang tersebut untuk membiayai usaha anak sulungnya Kiichiro
dalam pembuatan mobil (automaking) di awal 1930-an.
Banyak cerita bermunculan selama bertahun-tahun mengenai mengapa

perusahaan mobil bernama Toyota bukan Toyoda. Sebuah artikel Business
Week mengklaim bahwa keluarga berkonsultasi dengan ahli angka pada
tahun 1937 sebelum mendirikan pabrik otomotif pertamanya: “Delapan adalah
angka keberuntungan mereka, ia menyarankan. Demikianlah, mereka
mengubah nama perusahaan mereka menjadi Toyota, yang dibutuhkan
delapan goresan kaligrafi, yang sebelumnya sepuluh goresan. Benar saja,
sekarang Toyota Motor Corp tidak hanya segera menjadi yang terbesar dan
perusahaan mobil paling sukses di Jepang, tetapi juga salah satu perusahaan
yang paling fenomenal dalam hal keuntungan di dunia. “Tapi New York Times
mencatat bahwa keluarga mengubah ejaannya pada tahun 1930 karena
“diyakini bahwa suara [dari nama baru] terdengar lebih baik di telinga orang
Jepang.”
Setelah Eiji bergabung dengan bisnis keluarga pada tahun 1936, ia bekerja
pada prototipe A1, pendahulu dari model produksi pertama perusahaan,
sedan enam silinder yang meminjam teknologi mobil produksi Detroit dan
mirip model Chrysler Airflow yang radikal pada masa itu. Selama tahun-tahun
awal, Toyoda mendapatkan banyak pengalaman dengnan sentuhan. “Saya
mencoba di masa lalu untuk melihat berapa banyak aku benar-benar tahu

hanya dengan sentuhan,”katanya dalam The Wheel Extended. “Sulit bagi

saya untuk mengenal perbedaan seperseratus milimeter. Saya pasti saat itu
memiliki banyak waktu luang. Namun, saya pikir itu penting untuk mengetahui
seberapa banyak perbedaan yang orang bisa rasakan.” Itu adalah filosofi
yang dibaginya dengan sepupunya Kiichiro, yang sering mengatakan kepada
karyawannya: “Bagaimana Anda bisa berharap untuk melakukan pekerjaan
Anda tanpa mengotori tangan Anda”
Di waktu luangnya, Eiji Toyoda belajar roket dan mesin jet dan, atas saran
sepupunya, bahkan mempelajari helikopter. “Kami mengumpulkan bahanbahan dalam upaya untuk membuat helikopter dan membuat prototipe
sayap,”katanya dalam The WHeel Extended. “Dengan memasang sayap di
salah satu ujung, dengan mesin mobil di sisi lain, kami membangun pesawat
aneh yang bisa mengambang di udara … Kami tidak melakukannya hanya
untuk bersenang-senang. Namun, perang semakin intensif, dan menjadi sulit
untuk eksperimen karena kekurangan bahan. ”
Perang membuat industri Jepang berantakan, dan perusahaan mobil mulai
membangun kembali fasilitas produksi dari awal. Toyoda masih ingat:
“Semuanya benar-benar baru bagi kita. Desain dan produksi, misalnya,
semua harus dimulai dari nol. Dan situasi kompetitif itu bahkan tidak
diperbolehkan untuk melakukan sebuah kesalahan. Kami harus menempelkan
punggung kami ke dinding, dan kami mengerti itu.”
Tapi sementara Kiichiro Toyoda membangun kembali operasi manufaktur,

ekonomi Jepang yang berantakan membuat perusahaan penuh dengan mobil
yang tidak terjual. Pada 1949, perusahaan tidak dapat membayar gaji, dan
karyawan mulai mogok parah selama lima belas bulan – pemogokan pertama
dan satu-satunya dalam sejarah perusahaan – yang mendorong Toyota ke
tepi jurang kebangkrutan. Pada tahun 1950, pemerintah Jepang mengakhiri
mogok buruh dengan memaksa Toyota untuk menata dan membagi penjualan
dan operasi manufaktur menjadi perusahaan yang terpisah, masing-masing
dipimpin oleh seorang anggota non-keluarga. Kiichiro Toyoda dan staf
eksekutifnya mengundurkan diri secara massal. Kiichiro meninggal kurang
dari dua tahun kemudian.

Eiji Toyoda, sementara itu, telah diangkat menjadi direktur pelaksana bagian
manufaktur Toyota Motor Company. Ironinya, Ia dikirim ke Amerika Serikat
pada tahun 1950 untuk mempelajari industri otomotif dan kembali ke Toyota
dengan laporan pada metode manufaktur Amerika. Setelah berkeliling di
fasilitas Ford Motor USA, Toyoda beralih ke tugas mendesain ulang pabrikpabrik Toyota untuk menggabungkan teknik-teknik canggih dan mesin.
Kembali dari perjalanan lain ke Amerika Serikat pada tahun 1961, hanya
empat tahun setelah pembentukan Toyota Motor Sales USA, Toyoda yang
penuh prediksi mengatakan kepada para karyawan dalam sebuah pidato yang
tercatat dalam brosur perusahaan: “Amerika Serikat telah menganggap

kita sebagai penantang … Tapi kita tidak hanya belajar dari orang
lain dan menyalinnya. Itu hanya akan membuat kewalahan oleh
kompetisi. Kita harus memproduksi mobil unggul, dan kita bisa
melakukannya dengan kreativitas, sumber daya dan kebijaksanaan
– ditambah kerja keras. Tanpa ini … dan kemauan untuk
menghadapi kesulitan, kita akan roboh dan jatuh dibawah tekanan
baru.”
Pada tahun 1967, Toyoda diangkat menjadi presiden Toyota Motor Company
– anggota keluarga pertama yang menempati jabatan itu sejak Kiichiro
mengundurkan diri pada tahun 1950. Kekuasaan keluarga tidak
dikonsolidasikan sampai 1981, ketika Sadazo Yamamoto diangkat sebagai
presiden Penjualan Toyota Motor oleh Shoichiro Toyoda, anak Kiichiro dan
dijuluki “Putra Mahkota” oleh pers Jepang. Setahun kemudian, dua cabang
perusahaan itu bersatu di Toyota Motor Corporation, Eiji Toyoda dengan
sebagai direktur dan Shoichiro Toyoda sebagai presiden dan chief executive
officer. Sebuah artikel Business Week pada saat itu mengutip seorang
ekonom Jepang yang mengatakan kembalinya keluarga Toyoda dalam
kekuasaan adalah “pemulihan birunya darah biru.”
Toyoda bersaudara membawa perusahaan mereka ke sebuah tahun rekor
pada tahun 1984. Toyota menjual penjualan tertinggi sepangjang masa

sekitar 1,7 juta mobil di Jepang dan jumlah yang sama di luar negeri.
Keuntungan memuncak pada $ 2,1 trilyun untuk tahun fiskal yang berakhir 31
Maret 1985. Sementara performa ini pastinya akan membuat nama Toyota
tertulis dalam buku sejarah otomotif, Eiji Toyoda dan perusahaannya mungkin

akan lebih baik diingat untuk gaya manajemen yang khas yang telah disalin
oleh ratusan perusahaan Jepang dan mendapatkan penerimaan yang terus
tumbuh di Amerika Serikat. Pendekatan Toyota, diadopsi pada sepuluh pabrik
Jepangnya dan 24 cabang di 17 negara, memiliki tiga tujuan utama: Menjaga
persediaan seminimum mungkin melalui sistem yang disebut kanban, atau
“tepat pada waktunya,” menjamin bahwa setiap langkah dari proses perakitan
dilakukan dengan benar pertama kalinya, dan pemotongan jumlah tenaga
kerja manusia yang masuk ke dalam setiap mobil.
Meskipun dominasi robot dan otomatisasi di Toyota, perusahaan secara tegas
percaya pada prinsip pekerjaan seumur hidup; pekerja yang terlantar tidak
dipecat, tetapi sering dipindahkan ke pekerjaan lain. Toyoda yakin hari ketika
robot benar-benar mengganti manusia adalah masih lama. Dia mengatakan
kepada The Wheel Extended: “Pada tahap saat ini, ada perbedaan besar
antara manusia dan robot dibandingkan antara mobil dan awan magis. Robot
belum bisa berjalan. Mereka duduk di satu tempat dan melakukan persis

seperti yang diprogram. Tapi itu saja. Tidak meungkin robot dapat
menggantikan semua pekerjaan manusia.”
Karena filsafat semacam itu, tidak mengherankan bahwa loyalitas perusahaan
begitu tinggi. 60.000 karyawan Toyota di Jepang, misalnya, didorong untuk
memberikan saran pemotongan biaya produksi, sebuah ide yang Eiji Toyoda
pinjam dari Ford setelah kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat. Sejak
sistem ini dimulai pada tahun 1951, puluhan juta saran telah membanjiri
kantor-kantor eksekutif. “Orang Jepang,” Toyoda menegaskan, “unggul dalam
hal memperbaiki segala sesuatu.”
Semoga kisah inspiratif Eiji Toyoda dapat menginspirasi Anda!

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

UPAYA PENINGKATAN “ORIENTASI REALITA”PENGENALAN ORANG PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM MELALUI INTERVENSI TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU DI RUANG MELATI RSJ.DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG. TAHUN 2012

1 50 16

REPRESENTASI ANAK PADA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT (Analisis Semiotik Pada Kisah “Negeri di Ujung Karang Nangroe Aceh Darussalam)

1 21 2

HUBUN GAN AN TAR A KUA LITAS P ELAYA NA N DA N P ROMOTION MIX (BERD ASARKAN P ERSE P S I P ASIEN) DE NGAN P ROSES P ENGAM BILAN KEP UT USAN P ASIEN DA LAM P EM AN F AA TAN P ELAY AN AN RA WAT INAP DI RSD KAL IS AT

0 36 20

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Pola Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Murid Di Taman Kanak-Kanak El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan

2 31 93

Pengaruh Persepsi Kemudahan dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E Filling (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp Pratama Soreang)

12 68 1

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Dan Six Big Losses Pada Mesin Molding Di PT. Era Roda Sukses Bekasi Jawa Barat

18 82 93

Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 1 S Rositawaty Aris Muharam 2008

0 27 147

S 1 Teknik Kimia

0 11 2