perlindungan hukum terhadap korban kecel (1)
Perlindungan Hukum Korban kecelakaan lalu lintas dalam
Undang Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
TUGAS
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah viktimologi
Oleh :
Axelsyah Reza Miraza
110110110422
Matakuliah : Viktimologi
Dosen :
Yesmil Anwar, S.H., MSI.
Somawidjaja, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pembangunan dan integrasi nasional
sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Indonesia telah
berusaha melaksanakan pembangunan di berbagai bidang.
Pembangunan tersebut tidak hanya meliputi pembangunan fisik
saja seperti pembangunan gedung, pembangunan jalan, perbaikan
jalan, tetapi juga dalam segi kehidupan lain diantaranya
meningkatkan keamanan bagi warga masyarakat, karena kehidupan
yang aman merupakan salah satu faktor yang mendorong
terciptanya kesejahteraan masyarakat. Keamanan yang dimaksud
bukan hanya berarti tidak ada perang tetapi dapat jugameliputi
keamanan dalam segi yang lain, salah satunya adalah keamanan
menggunakan jalan raya.
Semakin bertambahnya jumlah kendaraan menyebabkan semakin
banyak pula para pengguna jalan raya. Transportasi sudah menjadi
kebutuhan yang sangat vital bagi penunjang kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Perkembangan pengetahuan dan
teknologi dibidang transportasi dan lalu lintas tersebut tidak hanya
menimbulkan dampak positif tetapi menimbulkan dampak negatif
pula seperti terjadinya kecelakaan lalu lintas darat. Selain itu
bertambahnya jumlah pengguna jalan raya tersebut namun tidak
diimbangi pula dengan perkembangan sarana dan prasarana
transportasi yang memadai, selain
itu mudahnya masyarakat
dalam memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) melalui jasa oknum
adalah beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan
lalulintas disebabkan pengetahuan para pengemudi pengguna jalan
raya tidak baik tentang bagaimana tata cara berlalu lintas yang
2
aman dan tertib selain itu kendaraan yang tidak laik jalan dapat
pula menyebabkan kecelakaan lalu lintas darat.
Kecelakaan yang sering terjadi di jalan banyak diartikan sebagai
suatu penderitaan yang menimpa diri seseorang secara mendadak
dan keras yang datang dari luar. Menurut Pasal 1 angka 24 UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dan selanjutnya disebut UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia
dan/atau kerugian harta benda.Akibat hukumnya adalah sanksi
hukum yang harus diterapkan terhadap pelaku, terlebih
apabilamengakibatkan korban meninggal, seperti yang dirumuskan
dalam Pasal 359 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
berbunyi: “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya
orang lain diancam dengan Pidana penjara paling lama lima tahun
atau kurungan paling lama satu tahun”1.
Sedangkan berdasarkan UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, akibat
hukum dari kecelakaan lalu lintas adalah adanya pidana bagi si
pembuat atau penyebab terjadinya peristiwa itu dan dapat pula
disertai tuntutan perdata atas kerugian material yang ditimbulkan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Andi Hamzah, bahwa “Dalam
berbagai macam kesalahan, dimana orang yang berbuat salah
menimbulkan kerugian pada orang lain, maka ia harus membayar
ganti kerugian”.
Berdasarkan data dari Mabes Polri menjelaskan bahwa jumlah
kecelakaan lalu lintas darat pada operasi ketupat tahun 2010
sebanyak 3.633 kecelakaan dan tahun 2011 sebanyak 4.744
kecelakaan. Jumlah korban meninggal dunia tahun 2010 sebanyak
853 orang sedangkan tahun 2011 sebanyak 779 orang 2. Tingginya
angka kecelakaan lalu lintas darat tersebut mengakibatkan korban
1 Moeljatno, 1996, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, halaman 127.
2 Kecelakaan Lalu-lintas Naik 1.111 kasus,
http://regional.kompas.com/read/2011/09/08/17190730/%20Kecelakaan.Lalulintas.Naik.1.111.Kasus
diakses tanggal 28 Maret 2015 Pukul 14.46 WIB
3
dari kecelakaan lalu lintas darat tersebut tidak sedikit, baik korban
yang menderita luka ringan, luka berat sampai mengakibatkan
korban meninggal dunia serta kerugian yang timbul karena
kerusakan kendaraan akibat kecelakaan lalu lintas darat. Korban
kecelakaan lalu lintas darat mempunyai hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum atas kerugian dan penderitaan yang
diterimanya dikarenakan terjadinya kecelakaan lalu lintas darat.
Namun para korban dan masyarakat awam tidak banyak yang
mengetahui bagaimana prosedur untuk mendapatkan perlindungan
apabila menjadi korban kecelakaan lalu lintas darat. Hal tersebut
mendasari penulis dalam memilih judul
“Perlindungan Hukum Korban kecelakaan lalu lintas dalam Undang
Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”
B . Identifikasi Masalah
1.
Perlindungan hukum apa yang diberikan kepada korban
kecelakaan lalu lintas darat?
2.
Bagaimana prosedur untuk mendapatkan hak korban
kecelakaan lalu lintas darat?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hukum Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Darat
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) merupakan hal yang penting
dalam meningkatkan mobilitas sosial dan sangat dekat dekat
masyarakat. Setiap waktu masyarakat terus bergulat dengan
angkutan jalan dengan bermacam-macam kepentingan. Berbagai
kondisi zaman dibarengi dengan berbagai kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan pola tingkah laku
masyarakat telah dilewati oleh Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di
Indonesia dari masa Pemerintahan Belanda sampai pada era
refomasi pada saat ini. Begitupun dengan Undang-undang yang
mengaturnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda di atur
dalam Werverkeersordonnantie” (Staatsblad 1933 Nomor 86) yang
kemudian diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1951 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Lalu
Lintas Jalan, lalu diganti dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun
1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya. Undang-Undang
No 3 Tahun 1965 ini bahwa ini adalah Undang-Undang pertama
yang mengatur LLAJ
di Indonesia setelah Indonesia Merdeka.
Undang-undang tersebut kemudian diganti dengan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
juga kemudian diganti oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pasal 229 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang selanjutnya disingkat UU Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, membagi kecelakaan lalu lintas menjadi
tiga golongan yaitu:
a. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan
5
b. Kendaraan dan/atau barang
b.
Kecelakaan Lalu Lintas Sedang, yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang
c.
Kecelakaan Lalu Lintas Berat, yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat
Pasal 229 ayat (5) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan
bahwa kecelakaan lalu lintas sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan,
ketidaklaikan kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau
lingkungan.
Tidak hanya mengenai penggolongan kecelakaan lalu lintas, UU
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga telah secara eksplisit mengatur
mengenai hak korban yang diatur pada Bagian keempat Bab XIV
tentang hak korban dalam kecelakaan lalu lintas. Adapun hak
korban kecelakaan lalu lintas tersebut sebagaimana dijelaskan pada
Pasal 240 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa korban
kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan:
a.
Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung
jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan/atau
pemerintah
b.
Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan lalu lintas, dan
c.
Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi
B. Prosedur untuk mendapatkan Hak Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Darat
1.
Pertolongan dan perawatan
Pasal 240 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menunjukan bahwa
hak korban ini biasa diperoleh korban dari pihak yang bertanggung
6
jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan/atau pemerintah.
Pengaturan mengenai pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan lalu lintas darat hal tersebut sebenarnnya
juga telah diatur pada pasal sebelumnya yaitu dalam Pasal 231 ayat
(1) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menjelaskan bahwa
pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas,
wajib:
a.
Menghentikan kendaraan yang dikemudikannya
b.
Memberikan pertolongan kepada korban
c
Melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdekat
d.
Memberikan
kecelakaan
keterangan
yang
terkait
dengan
kejadian
Selanjutnya dalam Pasal 231 ayat (2) UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dijelaskan pula bahwa pengemudi kendaraan bermotor yang
karena keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, segera
melaporkan diri kepada Kepolisian Negara Republik Indoensia
terdekat.
Pemberian pertolongan dan perawatan terhadap korban kecelakaan
lalu lintas tidak hanya merupakan kewajiban dari pengemudi
kendaraan bermotor, dalam Pasal 232 UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan menjelaskan pula bahwa setiap orang yang mendengar,
melihat, dan/atau mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas
wajib:
a.
lintas
Memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu
b.
Melaporkan kecelakaan tersebut kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan/atau
c.
Memberikan keterangan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia
7
Mengenai pelaksanaan dari pasal 238 ayat (2) dan Pasal 239 ayat
(1) sebagai kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dalam
penanganan kecelakaan lalu lintas maupun terhadap korban
kecelakaan
lalu
lintas,
dan
kemudian
amanat
tersebut
ditindaklanjuti dalam beberapa kesepakatan antara kepolisian
dengan rumah sakit, diantaranya :
1. Kalimantan
Timur,
penandatanganan
kerjasama
nota
kesepakatan antara Kepala Cabang Jasa Raharja Kaltim,
Kapolresta Balikpapan, dan CEO Siloam Hospital Balikpapan
dengan salah satu klausa yang dimuat dalam MOU yang
ditandatangani tersebut adalah korban laka lantas akan
ditanggung biaya perawatan maupun pengobatan sesuai
tagihan dari pihak rumah sakit dengan nominal maksimal Rp.
10.000.000,- , meliputi pelayanan UGD, rawat inap,
perawatan khusus hingga ruang operasi. Begitu terjadi laka
lantas korban langsung dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan medis, yang selanjutnya Jasa
Raharja dan Kepolisian akan bersinergi dalam proses berkas
untuk pembayarannya.
2. Surabaya, kesepakatan antara Kepolisian Resor Kota Besar
Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya, Rumah sakit
Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso dan PT. Jasa Raharja
Cabang Jawa Timur tentang kerjasama kecelakaan lalu lintas
terpadu, yang pada Pasal 1 angka 3 memuat mengenai
penggantian biaya perawatan.
3. Bogor, pembiayaan korban akan ditanggung oleh Pihak Jasa
Raharja dan Pemerintah. Korban tidak boleh dipungut biaya
apapun, level pertama pembiayaan akan ditanggung Jasa
Raharja dan kekurangan akan dibantu Dinas Pemerintah
Daerah setempat, dengan cara berjenjang oleh Pemerintah
Pusat.
4. Serta Kota Jakarta, dengan mempersiapkan 17 rumah sakit
rujukan oleh Pihak Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta
Raya (Polda Metro Jaya) bersama PT Jasa Raharja dan Dinas
Perhubungan DKI Jakarta guna mempercepat penanganan
korban kecelakaan lalu lintas.
8
Pada perkembangannya hak korban yang berupa perawatan
maupun ganti kerugianbukan hanya berasal dari pihak yang
bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau
Pemerintah, tetapi juga dapat diberikan dari pihak Yayasan atau
Perusahaan tempat pelaku kecelakaan bekerja. Seperti berdasarkan
pada beberapa peristiwa kecelakaan lalu lintasdibawah ini:
1. Pada peristiwa Afriani misalnya, seluruh biaya rumah sakit
korban ditanggung oleh pemda DKI Jakarta dan begitu juga
dengan biaya pemakaman untuk korban yang meninggal juga
menjadi tanggungan pemda.Hal ini merupakan salah satu
bentuk tanggungjawab pemerintah yang sebagaimana diatur
pada Pasal 240 huruf a Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bukan hanya
peristiwa Afriani yang teringat ketika membahas mengenai
kecelakaan lalu lintas, tetapi juga beberapa peristiwa
kecelakaan lalu lintas lain yang sempat menjadi sorotan
public beberapa waktu lalu.
2. Peristiwa seorang guru Taman Kanak-kanan (TK) Perguruan
Buddhis Bodhicitta Jalan Selam Medan, Marini, dengan Toyota
Avanza matic nomor polisi BK 1272 VQ warna silver menabrak
15 muridnya saat sedang senam di halaman sekolah.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari jumat tanggal 2 Maret
2012 sekitar pukul 10.00 WIB. Berdasar pemaparan Direktur
dan Donatur Pendidikan Yayasan Bodhicitta diketahui bahwa
dalam hal sanksi bagi Marini pihak yayasan menyerahkan
sepenuh pada kepolisian, sedangkan untuk biaya pengobatan
korban semuanya ditanggung oleh pihak yayasan.
3. Juga kecelakaan yang menimpa Puji Prasetyo, kecelakan
dengan busway di Jalan Letjen Soeprapto, Cempaka Baru,
yang diketahui bahwa biaya pengobatan dan perawatan Puji
ditanggung oleh PT. Trans Batavia selaku operator bus yang
tidak serta merta menghentikan proses hukum melainkan
tetap dijalankan sesuai denganPasal 235 UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Untuk perawatan yang berasal dari Pemerintah (dalam hal ini
diwakili oleh Asuransi) prosedur pemberiannya adalah sama
9
dengan prosedur santunan. Bahkan dalam rangka memberikan
pelayanan “PRIME” Service Jasa Raharja Dumai, diwakili oleh
Petugas Pelayanan, M. Abrar Anas, SE.Msi., menyerahkan
penggantian biaya perawatan di rumah korban. Sehubungan
dengan kecelakaan lalu lintas jalan yang menimpa korban, an.
Tugiono, pejalan kaki yang menyebrang di tabrak oleh Sepeda
Motor. Dijelaskan juga bahwa uang penggantian biaya rawatan
sudah ditransfer ke rekening an. Korban dan berhubung korban
tidak bisa datang ke kantor Jasa Raharja untuk menanda tangani
kwitansi penerimaan uang maka pihak jasa raharja yang datang
untuk meminta tanda tangan korban.
2.
Ganti kerugian
Ganti kerugian merupakan hak korban kecelakaan lalu lintas dari
pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu
lintas, bukan hanya dimuat dalam Pasal 240 UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan tetapi diatur pula dalam UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pada BAB XIV bagian ketiga mengenai kewajiban
dan tanggung jawab dan paragraf 1 mengenai kewajiban dan
tanggung jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau
perusahaan angkutan, dalam Pasal 234 dijelaskan bahwa:
1. Pengemudi,
pemilik
kendaraan
bermotor,
dan/atau
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pemilik
barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi
2. Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas
kerusakan jalan dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian
atau kesalahan pengemudi
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku jika:
a) Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan
atau di luar kemampuan pengemudi
10
b) Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga,
dan/atau disebabkan gerakan orang dan/atau hewan
walaupun telah diambil tindakan pencegahan
Besarnya nilai penggantian kerugian yang merupakan tanggung
jawab pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas
dapat ditentukan berdasarkan putusan pengadilan3 atau dapat juga
dilakukan diluar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara
para pihak yang terlibat dengan catatan kerugian tersebut terjadi
pada kecelakaan lalu lintas ringan.4
Apabila korban kecelakaan lalu lintas meninggal dunia maka
berdasar Pasal 235 ayat (1) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pengemudi,
pemilik,
dan/atau
perusahaan
angkutan
umummemberikan ganti kerugian wajib kepada ahli waris korban
berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman.
Namun pemberian ganti kerugian atau bantuan tersebut tidak serta
merta menggugurkan tuntutan perkara pidana sebagaimana yang
dimaksud Pasal 230 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3.
Santunan kecelakaan lalu lintas
Sebagai pelaksanaan Pasal 239 ayat (2) UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang mengatur bahwa Pemerintah membentuk
perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu pemerintah
mempunyai PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tugas dan fungsinya ada 2 (dua) yaitu :
1. Memberikan santunan atas kejadian kecelakaan pada korban
kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara, dan penumpang
kendaraan umum.
2. Menghimpun dana pajak kendaraan bermotor melalui Samsat
yang mana dana itu nantinya untuk membayar santunan.
3 Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4 Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
11
Adapun cara memperoleh santunan adalah sebagai berikut:
a.
Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat
b.
Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan :
Laporan Polisi tentang kecelakaan Lalu Lintas dari Unit Laka
Satlantas Polres setempat dan atau dari instansi berwenang
lainnya.
Keterangan kesehatan dari dokter / RS yang merawat.
KTP / Identitas korban / ahli waris korban.
Formulir pengajuan diberikan Jasa Raharja secara cuma-cuma
Untuk memperoleh dana santunan caranya adalah dengan mengisi
formulir yang disediakan secara Cuma-cuma oleh PT. Asuransi
Kerugian Jasa Raharja (Persero), yaitu :
1. Formulir model K1 untuk kecelakaan ditabrak kendaraan
bermotor dapat diperoleh di Polres dan Kantor Jasa Raharja
terdekat.
2. Formulir K2 untuk kecelakaan penumpang umum dapat
diperoleh di Kepolisian/Perumka/Syahbandar laut/Badar Udara
dan Kantor Jasa Raharja terdekat.
Dengan cara pengisian formulir sebagai berikut :
1. Keterangan identitas korban/ahli waris diisi oleh yang
mengajukan dana santunan.
2. Keterangan kecelakaan lalu lintas diisi dan disahkan oleh
Kepolisian atau pihak yang berwenang lainnya.
3. Keterangan kesehatan/keadaan korban diisi dan disahkan
rumah sakit/dokter yang merawat korban.
4. Apabila korban meninggal dunia, tentang keabsahan ahli
waris, diisi dan disahkan oleh pamong praja/lurah/camat
Dalam hal korban meninggal dunia, maka santunan meninggal
dunia diserahkan langsung kepada ahli waris korban yang sah,
adapun yang dimaksud ahli waris adalah :
1. Janda atau dudanya yang sah
12
2. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anakanaknya yang sah
3. Dalam hal tidak ada Janda/dudanya yang sah dan anakanaknya yang sah, kepada Orang Tuanya yang sah
4. Dalam hal korban meninggal dunia tidak mempunyai ahli
waris, kepada yang menyelenggarakan penguburannya
diberikan penggantian biaya-biaya penguburan
Terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Jo PP No 17
Tahun 1965 mengatur:
1. Korban yang berhak atas santunan yaitu Setiap penumpang sah
dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan
diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum,
selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan
tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun
di tempat tujuan.
2. Jaminan Ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila
kapal ferry di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang
bis yang menjadi korban diberikan jaminan ganda.
3. Korban yang mayatnya tidak diketemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak
diketemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan
Pengadilan Negeri.Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964
Jo PP No 18 Tahun 1965 mengatur :
1.
Korban Yang Berhak Atas Santunan, adalah pihak ketiga
yaitu :
a) Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan
yang menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat
kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan
tersebut, contoh : Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor
13
b) Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu
kendaraan bermotor dan ditabrak, dimana pengemudi
kendaran bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan
sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para
penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi
2.
Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor
a) Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian
dinyatakan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan, maka baik
pengemudi mapupun penumpang kendaraan tersebut tidak
terjamin dalam UU No 34/1964 jo PP no 18/1965
b) Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian
belum diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi
penyebab kecelakaan dan atau dapat disamakan kedua
pengemudinya sama-sama sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan UU No
34/1964 jo PP No 18/1965 santunan belum daat diserahkan
atau ditangguhkan sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan
Pengadilan
3.
Kasus Tabrak Lari Terlebih dahulu dilakukan penelitian atas
kebenaran kasus kejadiannya
4.
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api
a) Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau
menyebrang
sehingga
tertabrak
kereta
api
serta
pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang mengalami
kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan kerata api, maka
korban terjamin UU No 34/1964
b) Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor
yang dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang
sedang difungsikan sebagaimana lazimnya kerata api akan
lewat , apabila tertabrak kereta api maka korban tidak
terjamin oleh UU No 34/1964
14
Besarnya santunan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 adalah:
No.
Sifat Cidera
1
Meninggal Dunia
Santunan
Rp.
25.000.000,2
Luka-Luka
Rp.
10.000.000,3
Cacat Tetap
Rp.
25.000.000,4
Biaya Penguburan (apabila tidak ada ahli Rp.
waris)
2.000.000,Namun, pemberian hak pada korban tersebut tidak berarti tidak
mengenal batas waktu (kadaluarsa) atau pengecualian. Hak
santunan menjadi gugur / kadaluwarsa jika :
a) Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah
terjadinya kecelakaan.
b) Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak
dimaksud disetujui oleh jasa raharja
Beberapa pengecualian yang dimaksud, yaitu :
1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
a) Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan
berdasarkan UU No 33 atau 34/1964
b) Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan
lain pada pihak korban atau ahli waris
c) Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban
sedang dalam keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan
perbuatan kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi
karena korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah
atau rohaniah biasa lain.
2. Dalam hal kecelakaan yang terjadi tidak mempunyai hubungan
dengan resiko kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas
jalan
a) Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan
sedang dipergunakan untuk turut serta dalam suatu
perlombaan kecakapan atau kecepatan
15
b) Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor
penumpang umum yang bersangkutan ternyata ada akibat
gempa bumi atau letusan gunung berapi, angin puyuh, atau
sesuatu gejala geologi atau metereologi lain.
c) Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak
langsung mempunyai hubungan dengan, bencana, perang
atau sesuatu keadaan perang lainnya, penyerbuan musuh,
sekalipun Indonesia tidak termasuk dalam negara-negara
yang turut berperang, pendudukan atau perang saudara,
pemberontakan, huru hara, pemogokan dan penolakan kaum
buruh, perbuatan sabotase, perbuatan teror, kerusuhan atau
kekacauan yang bersifat politik atau bersifat lain.
d) Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang
e) Kecelakaan
akibat
dari
sesuatu
perbuatan
dalam
penyelenggaraan sesuatu perintah, tindakan atau peraturan
dari pihak ABRI atau asing yang diambil berhubung dengan
sesuatu keadaan tersebut di atas, atau kecelakaan yang
disebabkan dari kelalaian sesuatu perbuatan dalam
penyelenggaraan tersebut.
f) Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang
umum yang dipakai atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita
untuk tujuan tindakan angkatan bersenjata seperti tersebut di
atas
g) Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang
umum yang khusus dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan
tugas angkatan bersenjata.
h) Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat reaksi atom
3. Kecelakaan tunggal tidak ada lawan sehingga tidak ada yang
menjamin, karena sebetulnya jika kecelakaan 2 kendaraan
bermotor yang 1 mendapat santunan (pihak yang tdk bersalah)
dan yang 1 (pihak yang bersalah) tidak mendapatkan secara
otomatis melainkan atas kebijakan Direksi. Hal ini yang tidak
banyak diketahui masyarakat sehingga masyarakat berasumsi
bahwa kecelakaan 2 kendaraan bermotor, kedua-duanya
mendapat santunan.
16
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. UU Lalu Lintas dan Angkutan jalan secara eksplisit mengatur
mengenai
korban kecelakaan lalu lintas
sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 240 bahwa korban kecelakaan lalu
lintas berhak mendapatkan, Pertolongan dan perawatan dari
pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
lalu lintas dan/atau pemerintah,Ganti kerugian dari pihak
yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu
lintas, Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan
asuransi.
2. Adapun prosedur untuk mendapatkan hak korban kecelakaan
lalu lintas yaitu,
a)
Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat
b)
Mengisi formulir model K1
pengajuan dengan
melampirkan :
Laporan Polisi tentang kecelakaan Lalu Lintas dari
Unit Laka Satlantas Polres setempat dan atau dari
instansi berwenang lainnya.
Keterangan kesehatan dari dokter / RS yang
merawat.
17
B.
KTP / Identitas korban / ahli waris korban.
Formulir pengajuan diberikan Jasa Raharja secara
gratis.
Saran
1. Pengemudi kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya
lebih patuh terhadap peraturan lalu lintas dan lebih tertib
dalam berlalu lintas sehingga bisa meminimalisasi kecelakaan
yang disebabkan karena kelalaian Penguna Jalan, serta dalam
pembuatan SIM harus lebih selektif sehingga SIM hanya
dimiliki oleh orang yang cakap mengendarai kendaraan
bermotor
2. Pemerintah mensosialisasikan mengenai pemberian ganti rugi
atau santunan maupun pertolongan dan perawatan kepada
korban kecelakaan lalu lintas darat
18
Undang Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
TUGAS
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah viktimologi
Oleh :
Axelsyah Reza Miraza
110110110422
Matakuliah : Viktimologi
Dosen :
Yesmil Anwar, S.H., MSI.
Somawidjaja, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pembangunan dan integrasi nasional
sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Indonesia telah
berusaha melaksanakan pembangunan di berbagai bidang.
Pembangunan tersebut tidak hanya meliputi pembangunan fisik
saja seperti pembangunan gedung, pembangunan jalan, perbaikan
jalan, tetapi juga dalam segi kehidupan lain diantaranya
meningkatkan keamanan bagi warga masyarakat, karena kehidupan
yang aman merupakan salah satu faktor yang mendorong
terciptanya kesejahteraan masyarakat. Keamanan yang dimaksud
bukan hanya berarti tidak ada perang tetapi dapat jugameliputi
keamanan dalam segi yang lain, salah satunya adalah keamanan
menggunakan jalan raya.
Semakin bertambahnya jumlah kendaraan menyebabkan semakin
banyak pula para pengguna jalan raya. Transportasi sudah menjadi
kebutuhan yang sangat vital bagi penunjang kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Perkembangan pengetahuan dan
teknologi dibidang transportasi dan lalu lintas tersebut tidak hanya
menimbulkan dampak positif tetapi menimbulkan dampak negatif
pula seperti terjadinya kecelakaan lalu lintas darat. Selain itu
bertambahnya jumlah pengguna jalan raya tersebut namun tidak
diimbangi pula dengan perkembangan sarana dan prasarana
transportasi yang memadai, selain
itu mudahnya masyarakat
dalam memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) melalui jasa oknum
adalah beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan
lalulintas disebabkan pengetahuan para pengemudi pengguna jalan
raya tidak baik tentang bagaimana tata cara berlalu lintas yang
2
aman dan tertib selain itu kendaraan yang tidak laik jalan dapat
pula menyebabkan kecelakaan lalu lintas darat.
Kecelakaan yang sering terjadi di jalan banyak diartikan sebagai
suatu penderitaan yang menimpa diri seseorang secara mendadak
dan keras yang datang dari luar. Menurut Pasal 1 angka 24 UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dan selanjutnya disebut UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia
dan/atau kerugian harta benda.Akibat hukumnya adalah sanksi
hukum yang harus diterapkan terhadap pelaku, terlebih
apabilamengakibatkan korban meninggal, seperti yang dirumuskan
dalam Pasal 359 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
berbunyi: “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya
orang lain diancam dengan Pidana penjara paling lama lima tahun
atau kurungan paling lama satu tahun”1.
Sedangkan berdasarkan UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, akibat
hukum dari kecelakaan lalu lintas adalah adanya pidana bagi si
pembuat atau penyebab terjadinya peristiwa itu dan dapat pula
disertai tuntutan perdata atas kerugian material yang ditimbulkan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Andi Hamzah, bahwa “Dalam
berbagai macam kesalahan, dimana orang yang berbuat salah
menimbulkan kerugian pada orang lain, maka ia harus membayar
ganti kerugian”.
Berdasarkan data dari Mabes Polri menjelaskan bahwa jumlah
kecelakaan lalu lintas darat pada operasi ketupat tahun 2010
sebanyak 3.633 kecelakaan dan tahun 2011 sebanyak 4.744
kecelakaan. Jumlah korban meninggal dunia tahun 2010 sebanyak
853 orang sedangkan tahun 2011 sebanyak 779 orang 2. Tingginya
angka kecelakaan lalu lintas darat tersebut mengakibatkan korban
1 Moeljatno, 1996, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, halaman 127.
2 Kecelakaan Lalu-lintas Naik 1.111 kasus,
http://regional.kompas.com/read/2011/09/08/17190730/%20Kecelakaan.Lalulintas.Naik.1.111.Kasus
diakses tanggal 28 Maret 2015 Pukul 14.46 WIB
3
dari kecelakaan lalu lintas darat tersebut tidak sedikit, baik korban
yang menderita luka ringan, luka berat sampai mengakibatkan
korban meninggal dunia serta kerugian yang timbul karena
kerusakan kendaraan akibat kecelakaan lalu lintas darat. Korban
kecelakaan lalu lintas darat mempunyai hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum atas kerugian dan penderitaan yang
diterimanya dikarenakan terjadinya kecelakaan lalu lintas darat.
Namun para korban dan masyarakat awam tidak banyak yang
mengetahui bagaimana prosedur untuk mendapatkan perlindungan
apabila menjadi korban kecelakaan lalu lintas darat. Hal tersebut
mendasari penulis dalam memilih judul
“Perlindungan Hukum Korban kecelakaan lalu lintas dalam Undang
Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”
B . Identifikasi Masalah
1.
Perlindungan hukum apa yang diberikan kepada korban
kecelakaan lalu lintas darat?
2.
Bagaimana prosedur untuk mendapatkan hak korban
kecelakaan lalu lintas darat?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hukum Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Darat
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) merupakan hal yang penting
dalam meningkatkan mobilitas sosial dan sangat dekat dekat
masyarakat. Setiap waktu masyarakat terus bergulat dengan
angkutan jalan dengan bermacam-macam kepentingan. Berbagai
kondisi zaman dibarengi dengan berbagai kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan pola tingkah laku
masyarakat telah dilewati oleh Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di
Indonesia dari masa Pemerintahan Belanda sampai pada era
refomasi pada saat ini. Begitupun dengan Undang-undang yang
mengaturnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda di atur
dalam Werverkeersordonnantie” (Staatsblad 1933 Nomor 86) yang
kemudian diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1951 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Lalu
Lintas Jalan, lalu diganti dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun
1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya. Undang-Undang
No 3 Tahun 1965 ini bahwa ini adalah Undang-Undang pertama
yang mengatur LLAJ
di Indonesia setelah Indonesia Merdeka.
Undang-undang tersebut kemudian diganti dengan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
juga kemudian diganti oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pasal 229 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang selanjutnya disingkat UU Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, membagi kecelakaan lalu lintas menjadi
tiga golongan yaitu:
a. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan
5
b. Kendaraan dan/atau barang
b.
Kecelakaan Lalu Lintas Sedang, yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang
c.
Kecelakaan Lalu Lintas Berat, yaitu merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat
Pasal 229 ayat (5) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan
bahwa kecelakaan lalu lintas sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan,
ketidaklaikan kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau
lingkungan.
Tidak hanya mengenai penggolongan kecelakaan lalu lintas, UU
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga telah secara eksplisit mengatur
mengenai hak korban yang diatur pada Bagian keempat Bab XIV
tentang hak korban dalam kecelakaan lalu lintas. Adapun hak
korban kecelakaan lalu lintas tersebut sebagaimana dijelaskan pada
Pasal 240 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa korban
kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan:
a.
Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung
jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan/atau
pemerintah
b.
Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan lalu lintas, dan
c.
Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi
B. Prosedur untuk mendapatkan Hak Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Darat
1.
Pertolongan dan perawatan
Pasal 240 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menunjukan bahwa
hak korban ini biasa diperoleh korban dari pihak yang bertanggung
6
jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan/atau pemerintah.
Pengaturan mengenai pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan lalu lintas darat hal tersebut sebenarnnya
juga telah diatur pada pasal sebelumnya yaitu dalam Pasal 231 ayat
(1) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menjelaskan bahwa
pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas,
wajib:
a.
Menghentikan kendaraan yang dikemudikannya
b.
Memberikan pertolongan kepada korban
c
Melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdekat
d.
Memberikan
kecelakaan
keterangan
yang
terkait
dengan
kejadian
Selanjutnya dalam Pasal 231 ayat (2) UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dijelaskan pula bahwa pengemudi kendaraan bermotor yang
karena keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, segera
melaporkan diri kepada Kepolisian Negara Republik Indoensia
terdekat.
Pemberian pertolongan dan perawatan terhadap korban kecelakaan
lalu lintas tidak hanya merupakan kewajiban dari pengemudi
kendaraan bermotor, dalam Pasal 232 UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan menjelaskan pula bahwa setiap orang yang mendengar,
melihat, dan/atau mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas
wajib:
a.
lintas
Memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu
b.
Melaporkan kecelakaan tersebut kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan/atau
c.
Memberikan keterangan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia
7
Mengenai pelaksanaan dari pasal 238 ayat (2) dan Pasal 239 ayat
(1) sebagai kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dalam
penanganan kecelakaan lalu lintas maupun terhadap korban
kecelakaan
lalu
lintas,
dan
kemudian
amanat
tersebut
ditindaklanjuti dalam beberapa kesepakatan antara kepolisian
dengan rumah sakit, diantaranya :
1. Kalimantan
Timur,
penandatanganan
kerjasama
nota
kesepakatan antara Kepala Cabang Jasa Raharja Kaltim,
Kapolresta Balikpapan, dan CEO Siloam Hospital Balikpapan
dengan salah satu klausa yang dimuat dalam MOU yang
ditandatangani tersebut adalah korban laka lantas akan
ditanggung biaya perawatan maupun pengobatan sesuai
tagihan dari pihak rumah sakit dengan nominal maksimal Rp.
10.000.000,- , meliputi pelayanan UGD, rawat inap,
perawatan khusus hingga ruang operasi. Begitu terjadi laka
lantas korban langsung dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan medis, yang selanjutnya Jasa
Raharja dan Kepolisian akan bersinergi dalam proses berkas
untuk pembayarannya.
2. Surabaya, kesepakatan antara Kepolisian Resor Kota Besar
Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya, Rumah sakit
Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso dan PT. Jasa Raharja
Cabang Jawa Timur tentang kerjasama kecelakaan lalu lintas
terpadu, yang pada Pasal 1 angka 3 memuat mengenai
penggantian biaya perawatan.
3. Bogor, pembiayaan korban akan ditanggung oleh Pihak Jasa
Raharja dan Pemerintah. Korban tidak boleh dipungut biaya
apapun, level pertama pembiayaan akan ditanggung Jasa
Raharja dan kekurangan akan dibantu Dinas Pemerintah
Daerah setempat, dengan cara berjenjang oleh Pemerintah
Pusat.
4. Serta Kota Jakarta, dengan mempersiapkan 17 rumah sakit
rujukan oleh Pihak Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta
Raya (Polda Metro Jaya) bersama PT Jasa Raharja dan Dinas
Perhubungan DKI Jakarta guna mempercepat penanganan
korban kecelakaan lalu lintas.
8
Pada perkembangannya hak korban yang berupa perawatan
maupun ganti kerugianbukan hanya berasal dari pihak yang
bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau
Pemerintah, tetapi juga dapat diberikan dari pihak Yayasan atau
Perusahaan tempat pelaku kecelakaan bekerja. Seperti berdasarkan
pada beberapa peristiwa kecelakaan lalu lintasdibawah ini:
1. Pada peristiwa Afriani misalnya, seluruh biaya rumah sakit
korban ditanggung oleh pemda DKI Jakarta dan begitu juga
dengan biaya pemakaman untuk korban yang meninggal juga
menjadi tanggungan pemda.Hal ini merupakan salah satu
bentuk tanggungjawab pemerintah yang sebagaimana diatur
pada Pasal 240 huruf a Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bukan hanya
peristiwa Afriani yang teringat ketika membahas mengenai
kecelakaan lalu lintas, tetapi juga beberapa peristiwa
kecelakaan lalu lintas lain yang sempat menjadi sorotan
public beberapa waktu lalu.
2. Peristiwa seorang guru Taman Kanak-kanan (TK) Perguruan
Buddhis Bodhicitta Jalan Selam Medan, Marini, dengan Toyota
Avanza matic nomor polisi BK 1272 VQ warna silver menabrak
15 muridnya saat sedang senam di halaman sekolah.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari jumat tanggal 2 Maret
2012 sekitar pukul 10.00 WIB. Berdasar pemaparan Direktur
dan Donatur Pendidikan Yayasan Bodhicitta diketahui bahwa
dalam hal sanksi bagi Marini pihak yayasan menyerahkan
sepenuh pada kepolisian, sedangkan untuk biaya pengobatan
korban semuanya ditanggung oleh pihak yayasan.
3. Juga kecelakaan yang menimpa Puji Prasetyo, kecelakan
dengan busway di Jalan Letjen Soeprapto, Cempaka Baru,
yang diketahui bahwa biaya pengobatan dan perawatan Puji
ditanggung oleh PT. Trans Batavia selaku operator bus yang
tidak serta merta menghentikan proses hukum melainkan
tetap dijalankan sesuai denganPasal 235 UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Untuk perawatan yang berasal dari Pemerintah (dalam hal ini
diwakili oleh Asuransi) prosedur pemberiannya adalah sama
9
dengan prosedur santunan. Bahkan dalam rangka memberikan
pelayanan “PRIME” Service Jasa Raharja Dumai, diwakili oleh
Petugas Pelayanan, M. Abrar Anas, SE.Msi., menyerahkan
penggantian biaya perawatan di rumah korban. Sehubungan
dengan kecelakaan lalu lintas jalan yang menimpa korban, an.
Tugiono, pejalan kaki yang menyebrang di tabrak oleh Sepeda
Motor. Dijelaskan juga bahwa uang penggantian biaya rawatan
sudah ditransfer ke rekening an. Korban dan berhubung korban
tidak bisa datang ke kantor Jasa Raharja untuk menanda tangani
kwitansi penerimaan uang maka pihak jasa raharja yang datang
untuk meminta tanda tangan korban.
2.
Ganti kerugian
Ganti kerugian merupakan hak korban kecelakaan lalu lintas dari
pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu
lintas, bukan hanya dimuat dalam Pasal 240 UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan tetapi diatur pula dalam UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pada BAB XIV bagian ketiga mengenai kewajiban
dan tanggung jawab dan paragraf 1 mengenai kewajiban dan
tanggung jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau
perusahaan angkutan, dalam Pasal 234 dijelaskan bahwa:
1. Pengemudi,
pemilik
kendaraan
bermotor,
dan/atau
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pemilik
barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi
2. Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas
kerusakan jalan dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian
atau kesalahan pengemudi
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku jika:
a) Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan
atau di luar kemampuan pengemudi
10
b) Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga,
dan/atau disebabkan gerakan orang dan/atau hewan
walaupun telah diambil tindakan pencegahan
Besarnya nilai penggantian kerugian yang merupakan tanggung
jawab pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas
dapat ditentukan berdasarkan putusan pengadilan3 atau dapat juga
dilakukan diluar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara
para pihak yang terlibat dengan catatan kerugian tersebut terjadi
pada kecelakaan lalu lintas ringan.4
Apabila korban kecelakaan lalu lintas meninggal dunia maka
berdasar Pasal 235 ayat (1) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pengemudi,
pemilik,
dan/atau
perusahaan
angkutan
umummemberikan ganti kerugian wajib kepada ahli waris korban
berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman.
Namun pemberian ganti kerugian atau bantuan tersebut tidak serta
merta menggugurkan tuntutan perkara pidana sebagaimana yang
dimaksud Pasal 230 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3.
Santunan kecelakaan lalu lintas
Sebagai pelaksanaan Pasal 239 ayat (2) UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang mengatur bahwa Pemerintah membentuk
perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu pemerintah
mempunyai PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tugas dan fungsinya ada 2 (dua) yaitu :
1. Memberikan santunan atas kejadian kecelakaan pada korban
kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara, dan penumpang
kendaraan umum.
2. Menghimpun dana pajak kendaraan bermotor melalui Samsat
yang mana dana itu nantinya untuk membayar santunan.
3 Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4 Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
11
Adapun cara memperoleh santunan adalah sebagai berikut:
a.
Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat
b.
Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan :
Laporan Polisi tentang kecelakaan Lalu Lintas dari Unit Laka
Satlantas Polres setempat dan atau dari instansi berwenang
lainnya.
Keterangan kesehatan dari dokter / RS yang merawat.
KTP / Identitas korban / ahli waris korban.
Formulir pengajuan diberikan Jasa Raharja secara cuma-cuma
Untuk memperoleh dana santunan caranya adalah dengan mengisi
formulir yang disediakan secara Cuma-cuma oleh PT. Asuransi
Kerugian Jasa Raharja (Persero), yaitu :
1. Formulir model K1 untuk kecelakaan ditabrak kendaraan
bermotor dapat diperoleh di Polres dan Kantor Jasa Raharja
terdekat.
2. Formulir K2 untuk kecelakaan penumpang umum dapat
diperoleh di Kepolisian/Perumka/Syahbandar laut/Badar Udara
dan Kantor Jasa Raharja terdekat.
Dengan cara pengisian formulir sebagai berikut :
1. Keterangan identitas korban/ahli waris diisi oleh yang
mengajukan dana santunan.
2. Keterangan kecelakaan lalu lintas diisi dan disahkan oleh
Kepolisian atau pihak yang berwenang lainnya.
3. Keterangan kesehatan/keadaan korban diisi dan disahkan
rumah sakit/dokter yang merawat korban.
4. Apabila korban meninggal dunia, tentang keabsahan ahli
waris, diisi dan disahkan oleh pamong praja/lurah/camat
Dalam hal korban meninggal dunia, maka santunan meninggal
dunia diserahkan langsung kepada ahli waris korban yang sah,
adapun yang dimaksud ahli waris adalah :
1. Janda atau dudanya yang sah
12
2. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anakanaknya yang sah
3. Dalam hal tidak ada Janda/dudanya yang sah dan anakanaknya yang sah, kepada Orang Tuanya yang sah
4. Dalam hal korban meninggal dunia tidak mempunyai ahli
waris, kepada yang menyelenggarakan penguburannya
diberikan penggantian biaya-biaya penguburan
Terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Jo PP No 17
Tahun 1965 mengatur:
1. Korban yang berhak atas santunan yaitu Setiap penumpang sah
dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan
diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum,
selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan
tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun
di tempat tujuan.
2. Jaminan Ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila
kapal ferry di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang
bis yang menjadi korban diberikan jaminan ganda.
3. Korban yang mayatnya tidak diketemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak
diketemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan
Pengadilan Negeri.Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964
Jo PP No 18 Tahun 1965 mengatur :
1.
Korban Yang Berhak Atas Santunan, adalah pihak ketiga
yaitu :
a) Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan
yang menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat
kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan
tersebut, contoh : Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor
13
b) Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu
kendaraan bermotor dan ditabrak, dimana pengemudi
kendaran bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan
sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para
penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi
2.
Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor
a) Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian
dinyatakan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan, maka baik
pengemudi mapupun penumpang kendaraan tersebut tidak
terjamin dalam UU No 34/1964 jo PP no 18/1965
b) Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian
belum diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi
penyebab kecelakaan dan atau dapat disamakan kedua
pengemudinya sama-sama sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan UU No
34/1964 jo PP No 18/1965 santunan belum daat diserahkan
atau ditangguhkan sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan
Pengadilan
3.
Kasus Tabrak Lari Terlebih dahulu dilakukan penelitian atas
kebenaran kasus kejadiannya
4.
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api
a) Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau
menyebrang
sehingga
tertabrak
kereta
api
serta
pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang mengalami
kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan kerata api, maka
korban terjamin UU No 34/1964
b) Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor
yang dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang
sedang difungsikan sebagaimana lazimnya kerata api akan
lewat , apabila tertabrak kereta api maka korban tidak
terjamin oleh UU No 34/1964
14
Besarnya santunan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 adalah:
No.
Sifat Cidera
1
Meninggal Dunia
Santunan
Rp.
25.000.000,2
Luka-Luka
Rp.
10.000.000,3
Cacat Tetap
Rp.
25.000.000,4
Biaya Penguburan (apabila tidak ada ahli Rp.
waris)
2.000.000,Namun, pemberian hak pada korban tersebut tidak berarti tidak
mengenal batas waktu (kadaluarsa) atau pengecualian. Hak
santunan menjadi gugur / kadaluwarsa jika :
a) Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah
terjadinya kecelakaan.
b) Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak
dimaksud disetujui oleh jasa raharja
Beberapa pengecualian yang dimaksud, yaitu :
1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
a) Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan
berdasarkan UU No 33 atau 34/1964
b) Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan
lain pada pihak korban atau ahli waris
c) Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban
sedang dalam keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan
perbuatan kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi
karena korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah
atau rohaniah biasa lain.
2. Dalam hal kecelakaan yang terjadi tidak mempunyai hubungan
dengan resiko kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas
jalan
a) Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan
sedang dipergunakan untuk turut serta dalam suatu
perlombaan kecakapan atau kecepatan
15
b) Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor
penumpang umum yang bersangkutan ternyata ada akibat
gempa bumi atau letusan gunung berapi, angin puyuh, atau
sesuatu gejala geologi atau metereologi lain.
c) Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak
langsung mempunyai hubungan dengan, bencana, perang
atau sesuatu keadaan perang lainnya, penyerbuan musuh,
sekalipun Indonesia tidak termasuk dalam negara-negara
yang turut berperang, pendudukan atau perang saudara,
pemberontakan, huru hara, pemogokan dan penolakan kaum
buruh, perbuatan sabotase, perbuatan teror, kerusuhan atau
kekacauan yang bersifat politik atau bersifat lain.
d) Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang
e) Kecelakaan
akibat
dari
sesuatu
perbuatan
dalam
penyelenggaraan sesuatu perintah, tindakan atau peraturan
dari pihak ABRI atau asing yang diambil berhubung dengan
sesuatu keadaan tersebut di atas, atau kecelakaan yang
disebabkan dari kelalaian sesuatu perbuatan dalam
penyelenggaraan tersebut.
f) Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang
umum yang dipakai atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita
untuk tujuan tindakan angkatan bersenjata seperti tersebut di
atas
g) Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang
umum yang khusus dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan
tugas angkatan bersenjata.
h) Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat reaksi atom
3. Kecelakaan tunggal tidak ada lawan sehingga tidak ada yang
menjamin, karena sebetulnya jika kecelakaan 2 kendaraan
bermotor yang 1 mendapat santunan (pihak yang tdk bersalah)
dan yang 1 (pihak yang bersalah) tidak mendapatkan secara
otomatis melainkan atas kebijakan Direksi. Hal ini yang tidak
banyak diketahui masyarakat sehingga masyarakat berasumsi
bahwa kecelakaan 2 kendaraan bermotor, kedua-duanya
mendapat santunan.
16
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. UU Lalu Lintas dan Angkutan jalan secara eksplisit mengatur
mengenai
korban kecelakaan lalu lintas
sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 240 bahwa korban kecelakaan lalu
lintas berhak mendapatkan, Pertolongan dan perawatan dari
pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
lalu lintas dan/atau pemerintah,Ganti kerugian dari pihak
yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu
lintas, Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan
asuransi.
2. Adapun prosedur untuk mendapatkan hak korban kecelakaan
lalu lintas yaitu,
a)
Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat
b)
Mengisi formulir model K1
pengajuan dengan
melampirkan :
Laporan Polisi tentang kecelakaan Lalu Lintas dari
Unit Laka Satlantas Polres setempat dan atau dari
instansi berwenang lainnya.
Keterangan kesehatan dari dokter / RS yang
merawat.
17
B.
KTP / Identitas korban / ahli waris korban.
Formulir pengajuan diberikan Jasa Raharja secara
gratis.
Saran
1. Pengemudi kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya
lebih patuh terhadap peraturan lalu lintas dan lebih tertib
dalam berlalu lintas sehingga bisa meminimalisasi kecelakaan
yang disebabkan karena kelalaian Penguna Jalan, serta dalam
pembuatan SIM harus lebih selektif sehingga SIM hanya
dimiliki oleh orang yang cakap mengendarai kendaraan
bermotor
2. Pemerintah mensosialisasikan mengenai pemberian ganti rugi
atau santunan maupun pertolongan dan perawatan kepada
korban kecelakaan lalu lintas darat
18