Budaya populer batik guru seni

BUDAYA POPULER BATIK DI INDONESIA

Nama : Sabransyah
Nim
: 1302055093
Ilmu Komunikasi

LATAR BELAKANG
Budaya populer dalam pengertian umum, merupakan budaya yang disukai oleh banyak
orang. Budaya orang kebanyakan, budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah
wilayah atau kelompok berdasarkan prinsip yang dianut, atau keyakinan yang dipahami.
Dalam pengertian yang khusus, budaya populer adalah budaya yang dimiliki oleh orang
kebanyakan yang memiliki selera rendah, murahan, vulgar. Selera yang ditujukan untuk
membedakan dengan kelompok intelektual / profesional dan kelompok elit, yang
memiliki selera bermutu / tinggi (high class)
Budaya populer banyak dipengaruhi oleh perkembangan media masa yang tumbuh dan
berkembang sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi, percepatan informasi,
kemudahan sarana dan prasarana yang dikemas sedemikian rupa. Program- program yang
disajikan di dalam berbagai media kebanyakan berorientasi pada kepentingan pasar.
Artinya konsep dasar dari program yang disajikan mengikuti serera rendah dari
konsumer, setiap program yang disajikan mudah diterima tanpa harus berpikir panjang,

program yang disajikan disukai karena memenuhi beberapa hasrat terendah pada
manusia. Program yang disajikan selalu mengikuti keinginan para permirsa kebanyakan,
para pemirsa rata-rata, para pemirsa dari kelompok budaya populer.
Sepintas program yang disajikan sepertinya berpihak pada publik, padahal kalau kita jeli
hal itu sama sekali bertentangan dengan kenyataan. Kepentingan utama dari setiap
program

umumnya

mencari

keuntungan

sebanyak-banyaknya

dengan

cara

mengekploitasi kepentingan publik. Kenyataannya ada hegemoni kekuasaan dari pihak

produser yang tidak bisa ditolak oleh publik.
Publik tidak memiliki kekuasaan dalam menentukan informasi karena terlanjur menyukai
tawaran yang disajikan media. Seperti yang diutarakan oleh Yasraf Amir Piliang dalam
posrealitas
:“Informasi menjadi alat kepentingan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan
cara mengeksploitasi publik, sebagai satu prinsif dasar dari kapitalisme”(Yasraf Amir
Piliang:2004:134).
Lahir dan merebaknya media massa menandai muncul dan merebaknya budaya populer.
Salah satu media yang paling berpengaruh terhadap merebaknya budaya populer adalah
televisi.

BATIK INDONESIA
Pada tanggal 2 Oktober 2012, tanda pagar (hashtag) BatikDay (#BatikDay) menjadi topik
yang paling banyak dibicarakan di jejaring sosial Twitter untuk kawasan Indonesia. Di
hari itu muncul gerakan Batik Day dengan tagline:Celebrating a National Pride and a
Cultural Heritage of Indonesia. Batik Day adalah sebuah gerakan sosial yang dibentuk
untuk melestarikan dan lebih mempopulerkan batik di skala nasional maupun
internasional. Untuk lebih memeriahkan Hari Batik Nasional, gerakan Batik Day melalui
websitenya http://batikday.com mengadakan Portal Cover Page Competition. Pada
kompetisi ini terdapat 30 media online dan portal nasional yang ‘menghias diri’ dengan

nuansa batik dan memperebutkan suara untuk menjadi pemenang. Asal kata batik belum
terlacak. Inger McCabe Elliott menuliskan “The word batik does not belong to the old
Javanese language; in fact, its origin is not at all clear. Most likely batik is related to the
word titik...”. Dari kemiripan bunyi terdapat beberapa dugaan tentang asal kata batik.
Salah satu sumber, menyebutkan bahwa batik berasal dari bahasa jawa yaitu “kata
‘ngembat’ dan ‘titik’ yang berarti membuat titik”. Namun belum terdapat bukti yang
menguatkan dugaan tentang asal kata batik tersebut. Selain itu, terdapat dua pendapat
tentang asal-muasal batik. G.P. Rouffaer, seorang ilmuwan Belanda yang meneliti soal
batik, mengatakan teknik serupa batik dibawa dari India dan Srilangka. Namun J.L.A
Brandes, seorang arkeolog Belanda, percaya bahwa membatik adalah tradisi kuno asli
Nusantara. Pendapat ini juga didukung oleh Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc, budayawan
yang juga Guru Besar di Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Batik memang berkembang dan maju di tanah Jawa. Namun, batik juga tersebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia mulai Sumatera hingga Papua dengan kekayaan ragam hias
dan corak khas tiap-tiap daerah. Karena dipercaya sebagai tradisi kuno Nusantara dan
sifatnya yang menasional, batik dijadikan ikon budaya nasional dengan istilah ‘Batik
Indonesia’. Sebagai ikon budaya nasional, batik menjadi strategi pemerintah dalam
memasarkan Indonesia. Terlihat para pejabat tinggi negara yang berpakaian batik dalam
berbagai acara kenegaraan. Pemerintah juga sangat berperan besar dalam kampanye cinta
batik. Untuk memuluskan strateginya, pemerintah mendorong industri-industri batik

untuk berkembang dan maju. Pemerintah juga mengadakan event batik berskala
internasional: World Batik Summit.

Kemunculan batik pada pagelaran dan pameranfesyentingkat internasionaljuga telah
mencuri perhatian dunia. Kemudian Batik ditemukan dipakai oleh beberapa selebritis
dan tokoh dunia. Puncak apresiasi dunia pada Batik adalah pengakuan batik sebagai
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral
and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009.
Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Batik Nasional dan Hari Batik Sedunia.
Beberapa waktu lalu muncul reaksi atas klaim batik oleh Malaysia. Reaksi tersebut
akibat ideologi masyarakat Indonesia bahwa batik adalah ekslusif milik mereka. Padahal
apabila berdasarkan definisi batik dari Heather Griffin dan Margaret Hone, masyarakat
Indonesia tidak seharusnya naik pitam ketika Malaysia mengklaim batik. Persebaran
budaya adalah hal yang sangat lumrah, mengingat kedekatan geografis kedua negara.
Namun, terdapat perbedaan antara batik Malaysia dan batik Indonesia dari segi sejarah,
motif, teknik dan nilai-nilai yang dikandung. Batik Indonesia menggunakan canting dan
atau cap dengan motif khas daerah asal, sedangkan batik Malaysia menggunakan kuas
dengan motif yang khas negeri jiran.
Apresiasi yang sangat besar oleh dunia internasional terhadap batik, kampanye cinta batik
oleh pemerintah, dan klaim Malaysia atas batik, telah menjadi pemicu euforia nasional

terhadap batik. Batik dipakai berbagai kalangan di berbagai waktu dan kesempatan dalam
berbagai gaya pakaian. Dengan berpakaian batik, seseorang berusaha menunjukan citra
nasionalisme pada dirinya, bahwa dirinya turut mengapresiasi budaya bangsa.
Masyarakat Indonesia boleh berbangga atas batik. Ironisnya, industri batik tanah air
sempat sekarat menghadapi gempuran produk tekstil impor, salah satunya batik print.
Harga batik print yang terjangkau menjadikan produk ini laris manis di pasaran. Hal ini
membuktikan masyarakat Indonesia belum memahami esensi batik. Heather Griffin dan
Margaret Hone mendefinisikan Batik sebagai “…a method of applying a coloured design
on to textiles by waxing those part that are not to be dyed”. Definisi ini menjelaskan
bahwa batik adalah metode atau proses atau teknik pewarnaan kain. Keseluruhan proses
ini menghasilkan motif batik. Oleh sebab itu batik print hanya sekedar kain bermotif
batik, bukan batik karena tidak melalui proses membatik.
Disisi lain, kehadiran batik print telah meningkatkan ekslusifitas batik dari proses tulis
dan atau cap. Batik dari proses tradisional terasa lebih manusiawi dan humanis. Walaupun

sekilas terlihat sama, namun sentuhan tangan manusia membuat tiap-tiap goresan adalah
berbeda. Berlawanan dengan batik dengan proses print, yang mana mesin menciptakan
keseragaman yang monoton.

Badan pesawat Batik Air yang berhias motif batik

Euforia batik di tanah air terus bergulir. Motif batik tidak lagi hanya diaplikasikan pada
bahan fabrik, namun juga non-fabrik. Pada Februari 2011, PT Kereta Api Indonesia
meluncurkan gerbong bermotif batik. Pada September 2012, PT Lion Mentari Airlines,
perusahan pemilik maskapai penerbangan Lion Air, meluncurkan Batik Air yang
disebutkan akan berhias motif batik baik di eksterior dan interior pesawat. Aplikasi batik
yang berlebihan kadang mengesampingkan estetika dan kenyamanan visual. Selain itu
juga melunturkan nilai yang dikandung motif batik, karena motif batik terkesan sekedar
menjadi hiasan.
Euforia batik juga berdampak pada pejualan produk bermotif batik. Batik telah menjadi
komoditi. Artikel di Kompas.com pada Kamis, 29 September 2011 menuliskan:
"Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, industri batik pada tahun 2010 telah
menyerap tenaga kerja sebanyak 916.783 orang. Nilai produksinya mencapai Rp 3,9

triliun". Momen euforia batik telah dimanfaatkan dengan baik untuk meraup keuntungan.
Pada Maret 2011, menuju peringatan Hari Kartini, diluncurkan Nokia Themes: Batik
Indonesia. Aplikasi ini telah diunduh jutaan kali, membuat developer aplikasi tersebut
mengantongi hingga puluhan juta rupiah.
Motif-motif batik kontemporer juga semakin memeriahkan euforia batik, salah satunya
yang mencuri perhatian adalah Batik Fraktal. Batik Fraktal muncul berdasarkan sebuah
riset pada 300 motif batik. Riset tersebut membuktikan bahwa motif-motif batik memiliki

pola fraktal yaitu pengulangan, dimensi, literasi, dan pecahan. Riset ini kemudian
dikembangkan menjadi sebuah software yang memungkinkan semua orang menciptakan
motif batiknya sendiri. Kemunculan batik kontemporer memang telah menggeser nilainilai yang dikandung batik tradisional.

Aplikasi batik fractal
Batik asalnya digunakan eksklusif di kalangan Keraton. Membatik merupakan pekerjaan
elit yang dilakukan para perempuan Keraton. Kedatangan para pedagang di daerah pesisir
utara Jawa membuat bahan baku batik lebih terjangkau oleh rakyat. Asimilasi budaya
yang dibawa para pedagang dan budaya lokal menciptakan motif batik khas daerah
pesisir. Bila menilik ke sejarah batik tersebut, keberlangsungan batik hingga saat ini
tidak lepas dari kemampuan batik yang aplikatif dan adaptif terhadap berbagai
perubahan. Pergeseran nilai pasti terjadi dan perubahan-perubahan pada batik saat ini
adalah hal yang sangat lumrah.

Pebedaan nilai pada Batik Tradisional dan Kontemporer
Fenomena-fenomena

tersebut

menunjukkan


bahwa

batik

telah

memasuki

era

posmoderenismenya. Batik telah bergeser dari budaya tinggi menjadi budaya populer.
Ekonomi adalah motif utama dalam perkembangan batik, menjadikan batik sebagai
komoditi. Euforia batik menunjukan bahwa batik dirayakan di permukaan. Masyarakat
Indonesia lebih mengutamakan penampilan dan kesenangandaripada substansi. Reaksi
atas klaim batik oleh Malaysia menunjukan masyarakat Indonesia memaknai batik

dengan dangkal, hanya sebagai simbol dan gaya hidup untuk menunjukkan citra diri.
Euforia batik memang tidak terbendung. Kepopuleran batik Indonesia di dunia
internasional akhirnya memunculkan batik-batik pesaing dari negara-negara lain seperti

Malaysia, Cina dan Jepang. Batik telah menjadi komoditi global. Masyarakat Indonesia
harus mengedukasi diri akan makna, sejarah, teknik, motif dan nilai-nilai batik agar dapat
menampilkan ‘The Real Batik Indonesia’.
Inger McCabe Elliott, Batik: Fabled Cloth of Java (Singapore: Periplus Edition, 2004)
h.22 Heather Griffin &Margaret Hone, Introduction to Batik (Tunbridge Wells, Kent,
Great Britain: Search Press, 1998) h. 4
Faktor
Menurut saya batik merupakan budayapopuler yang ada di Indonesia dan hari batik
nasional terselengara pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu Badan PBB
yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, yang secara resmi
mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik
dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap
batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia.Beragam lapisan
masyarakt dan pejabat pemerintah dan pelajar disarankan untuk menggunakan batik pada
tanggal ini BATIK sebagai budaya popular karena termasuk dalam ciri-ciri budaya
popular yaitu:
A. Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang
berpotensi menjadi budaya populer;
B. Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti
oleh banyak penjiplak.

C. Adaptabilitas, sebuah budaya popular mudah dinikmati dan diadopsi oleh
khalayak, hal ini mengarah pada tren;
D. Durabilitas, sebuah budaya popular akan dilihat berdasarkan durabilitas
menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya
bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan
bertahan
E. Profitabilitas, dari sisie konomi, budaya populer berpotensi menghasilkan
keuntungan yang besarbagiindustri yang mendukungnya. Dan menurut (Williams,

1983) budaya populer juga bisa berfungsi sebagai “pandangan hidup tertentu dari
masyarakat, periode, atau kelompok tertentu”.Pernyataan ini menegaskan bahwa
kebudayaan adalah pandangan hidup seseorang dalam melaksanakan kehidupan
bermasyarakat, di mana pegangan hidup sebagai faktor pengendalian, bisa
berwujudkan pada aturan-aturan tertentu yang diyakini dan disepakati bersama
pada suatu masyarakat sebagai pedoman atau pegangan hidup dan juga terikat
oleh aturan-aturan ritual tertentu

KESIMPULAN
Dari hasil yang di dapatbahwa BATIK merupakanbudaya yang. Diwariskan oleh nenek
moyang kita/orang – orang terdahulu, yang

Harus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi penerus bangsa sekarang agar tidak
punah dan tergantikan yang di akibatkan masuknya budaya – budaya luar ke
Indonesia.Maka dari itu kita harus tetap menjaga dan mengajarkan cintai budaya
Indonesia ketimbang budaya orang lain sejak dini.