TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK ... 1 SM

Vol.3 | No.1 | April 2017

Tunas Siliwangi

Halaman 86 – 104

PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO
VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EMPATI
ANAK USIA DINI
Debora Meiliana Limarga
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Pascasarjana UPI Bandung
Email: Debora_meiliana@yahoo.com

Abstrak
Kemampuan empati anak kelompok A1 TK Santo Aloysius Bandung masih rendah. Tujuan penelitian ini
untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan empati anak melalui penerapan metode
bercerita dengan media audio visual. Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan design penelitian Kemmis & Taggart. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Hasil
penelitian membuktikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan empati anak setelah diterapkan metode
bercerita dengan media audio visual. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode

bercerita dengan media audio visual efektif dalam meningkatkan kemampuan empati anak Kelompok A1 TK
Santo Aloysius dan juga mengembangkan daya imajinasi anak, menciptakan situasi belajar yang
menggembirakan. Peneliti merekomendasikan kepada guru agar secara konsisten menerapkan metode
bercerita dengan media audio visual dalam rangka meningkatkan kemampuan empati anak dan menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan.
Kata kunci: metode bercerita dengan media audio visual, kemampuan empati anak.

APPLICATION STORYTELLING METHOD WITH AUDIO VISUAL
MEDIA TO IMPROVE THE ABILITY TO EMPATHIZE IN
EARLY CHILDHOOD STUDENTS
Abstract
The ability to empathize of the students of group A1 kindergarten of St. Aloysius Bandung is not developed
yet, The purpose of this study is to increase the ability to empathize of the kindergarten students through
storytelling method with audio-visual media. The ability to empathize must be improved because it is one of
social competences in socialization. This study is Class Activity Research Method (Penelitian.Tindakan
Kelas, PTK) based on the design of Kemmis & Taggart. Data collection techniques in this research is
observation, interview and documentation. Analysis of the data is interactive analysis model. The result of
this research shows that after applying storytelling with audio-visual media as the method of teaching to the
students, there is an increase in the ability to empathize. In the initial condition (before applying storytelling
with audio-visual media as the method of teaching) the ability to empathize of students categorized as

“underdeveloped”. After applying storytelling with audio-visual media as the method of teaching) the ability
to empathize of the students increased and categorized as “developed according to expectations” and
“growing very well”. Implications of this research showed that application of story-telling method with
audio-visual media is effective in improving children's capacity for empathy St. Aloysius TK Group A1 and
developing a child's imagination, creating a encouraging learning situation. Researchers recommend that
teachers should consistently apply the methods of storytelling with audio-visual media in order to improve
students' ability to empathize and create a pleasant classroom atmosphere.
Keywords: storytelling with audio-visual media, students's ability to empathize.

86

Vol.3 | No.1 | April 2017

merupakan akar kepedulian dan kasih

Pendahuluan

sayang dalam setiap hubungan emosional

Anak merupakan generasi penerus


anak

bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa

kasih

suatu bangsa. Peranan lingkungan sosial

kepedulian dan mampu mengendalikan
emosinya dengan mampu memberi dan

yang mampu menyesuaikan diri dengan

menerima

maupun

lainnya


bersama

akan

dalam

(2009) mengemukakan bahwa salah satu

sosial.

mengemukakan
berempati

adalah

bahwa

yang

menyatakan


bahwa

tingginya

kepekaan empati akan berpengaruh pada
kecakapan sosial anak.

136)

Hal mendasar yang menimbulkan

“kemampuan

kemampuan

dan

hasil penelitian Iis, N. (2012, hlm. 1-2)


dan memberikan perhatian pada orang
hlm.

bergaul

orang tersebut. Hal ini sejalan dengan

lain, memahami orang lain, tenggang rasa

(1997,

keberhasilan

yang semestinya sesuai dengan harapan

Kemampuan

yang mampu melihat kesusahan orang

Goleman


dengan

orang lain dan memberikan perlakuan

bidang

empati merupakan suatu emosi pada anak

lain.

berbagi

mampu memahami kondisi (perasaan)

kemampuan empati. Kemampuan empati

pengembangan

bermain


dapat diterima oleh orang lain jika ia

pada pendidikan anak usia dini adalah

dalam

saling

mau

bersosialisasi di masyarakat. Seseorang

kemampuan yang harus dikembangkan

ke

dan

serta


Kemampuan empati menjadi kunci

sendiri maupun orang lain. Yuliasari

termasuk

maaf

temannya.

menampakkan perilaku baik terhadap diri

ini

kebutuhan

yang belajar berempati akan memiliki

kemampuan


menyesuaikan diri dengan baik. Anak

sosial

memahami

yang sedang mengalami kesulitan. Anak

pada anak sehingga anak cendrung lebih

lingkungan

sayang,

temannya, serta mau menolong teman

yang baik, akan memberi dampak positif

sebaya


dengan

sikap toleransinya dan dapat memberikan

dan cermin yang negatif bagi kemajuan

teman

emosionalnya

lain sehingga anak mampu menunjukkan

emosional akan menjadi dampak buruk

keluarga,

untuk

kunci untuk memahami perasaan orang

datang. Kondisi anak yang lemah secara

memiliki

upayanya

emosional orang lain. Empati merupakan

masa sekarang maupun masa yang akan

dan

dalam

menyesuaikan

sangat ditentukan oleh keberadaan anak di

sosial

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

keprihatinan penulis akan pentingnya

untuk

pengembangan kemampuan empati anak

mengetahui perasaan orang lain “Empati

usia dini antara lain: kasus kekerasan yang
87

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

terjadi di masyarakat akhir-akhir ini,

kadar yang bervariasi. Kasus-kasus di atas

menunjukkan

menunjukkan kemampuan empati yang

rendahnya

kemampuan

empati anak. Hal ini sungguh sangat

rendah

memprihatinkan karena usia pelakunya

tindak kekerasan.

semakin muda. Contoh: kasus tewasnya

dikalangan

anak-anak

pelaku

Beberapa penelitian menunjukkan

seorang siswa bernama NA berusia 8

bahwa

tahun siswa SDN 07 Kebayoran Lama

mencegah kemarahan (Strayer & Roberts,

Jakarta Selatan yang tewas dianiaya

2004) dan perilaku agresi (Hasting, Zahn

temannya.

27

Waxler, Robinson, Usher & Bridges,

September 2015). Anak usia 6 tahun

2000; Strayer & Roberts, 2004) dalam F.

dibully oleh teman-temannya di suatu

Widiana Satya (2012) karena kemampuan

sekolah yang berada di wilayah Gading

empati mendorong seseorang mampu

Serpong

(@Facebook.com,2015).

memahami dan merasakan rasa sakit dari

Kekerasan anak di sekolah yang terjadi di

korbannya. Sementara itu Boswell (2009)

berbagai

menyampaikan sikap (attitude) yang lebih

(Sindo

daerah

News.

di

Com,

Indonesia

sudah

kemampuan

memasuki tahap memprihatinkan. Riset

positif

yang

kemampuan

dilakukan

Masyarakat

Plan

Lembaga

Sosial

International

terhadap

empati

perilaku

empati

dapat

agresi

yang

dan

rendah

memprediksi prilaku bulying anak di

dan

International Center for Research on

sekolah.

Dari

uraian

di

atas

dapat

Women (ICRW) yang dirilis awal Maret

disimpulkan bahwa kemampuan empati

2015 menunjukkan fakta mencengangkan

adalah salah satu kemampuan yang sangat

terkait kekerasan anak di sekolah. Selain

penting dalam pergaulan sehari-hari.
Hasil observasi dan refleksi awal

itu, pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat, kasus kekerasan pada

melalui

anak mencapai 25 juta, dengan berbagai

menunjukkan bahwa kemampuan empati

macam bentuk, dari yang ringan sampai

anak Kelompok A1 TK Santo Aloysius

yang berat. Data Badan Pusat Statistik

Bandung masih rendah, hal ini dapat

tahun

kepolisian

dilihat dari beberapa Catatan Anekdot dan

mencatat, dari seluruh laporan kasus

kejadian sehari-hari baik di kelas maupun

kekerasan, 30% di antaranya dilakukan

di luar kelas antara lain anak belum dapat

oleh anak-anak, dan dari 30% kekerasan

berbagi

yang dilakukan anak-anak, 48% terjadi di

dengan teman, anak mudah meledak

lingkungan sekolah dengan motif dan

emosinya jika menghadapi permasalahan

2009

menunjukkan

88

diskusi

mainan

dengan

ataupun

guru

kelas

permainan

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

dalam bermain, anak kurang memiliki

dan

sikap toleran terhadap teman, anak lebih

penulis

suka bermain sendiri, anak sulit meminta

metode bercerita dengan media audio

maaf dan memberi maaf pada teman.

visual berupa tayangan cerita film animasi

Rendahnya

anak

Media audio visual yaitu salah satu media

disebabkan oleh peran guru sebagai

pembelajaran yang dapat digunakan untuk

perencana dalam pembelajaran kurang

menyampaikan cerita pada anak guna

memperhatikan

pembelajaran

membantu mengembangkan kemampuan

anak usia dini di mana pembelajaran lebih

empati anak. Menurut Hamdani (2011,

menekankan pada aspek akademik, belum

hlm. 249),”Media audio visual merupakan

semua guru menggunakan metode dan

kombinasi audio dan visual atau bisa

media

disebut

kemampuan

hakekat

pembelajaran

empati

yang

bervariasi

sebagainya.

Pada

tertarik

dangan

penelitian

untuk

ini

menggunakan

media

pandang

dan

dalam upaya meningkatkan kemampuan

dengar.”

Dengan demikian penyajian

empati anak, hanya terfokus pada satu

materi pembelajaran dapat diganti dengan

metode atau media pembelajaran saja.

media dan guru beralih menjadi fasilitator

Dari sekian banyak metode yang

belajar. Penggunaan media audio visual

dapat meningkatkan kemampuan empati

ini dapat memberikan kemudahan pada

anak adalah metode bercerita. Hal ini

anak untuk menyimak cerita dengan baik

sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh

sehingga memungkinkan komunikasi dua

Moeslichatoen (2004) bahwa bercerita

arah antara guru dan anak didik dalam

dapat

penyampaian

menjadi

media

untuk

pesan

moral

cerita

menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di

Pengajaran akan lebih menarik perhatian

masyarakat. Bercerita mempunyai makna

anak,

penting bagi perkembangan anak usia

mengamati,

dini, karena dengan bercerita guru dapat

mendemonstrasikan

membantu

nilai-nilai

tokoh dalam cerita. Permasalahan yang

termasuk

terjadi tidak terlepas dari kurangnya

empati

wawasan guru dalam memilih metode dan

anak. Metode bercerita dapat disampaikan

media pembelajaran yang tepat, oleh

melalui

lain:

karena itu peneliti melakukan tindakan

metode bercerita dengan boneka, metode

kelas di kelompok A1 TK Santo Aloysius

bercerita dengan big book (buku besar),

yaitu penerapan metode bercerita dengan

metode bercerita dengan boneka tangan

media audio visual untuk meningkatkan

sosial

mengembangkan
di

dalamnya

mengembangkan

berbagai

kemampuan

media

antara

89

karena

anak

dapat

langsung
melakukan,

serta

memerankan

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

kemampuan empati anak. Manfaat teoritis

usia dini yang dilaksanakan melalui empat

dari penelitian ini adalah sebagai rujukan

tahap

untuk melakukan penelitian selanjutnya

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

tentang kemampuan empati anak usia dini.

Partisipan dalam penelitian tindakan kelas

Manfaat secara praktis bagi guru adalah

ini terdiri dari peneliti, guru kelas, dan

untuk

metode

anak-anak kelompok A1 di TK Santo

pengembangan kemampuan empati anak

Aloysius sebagai subjek penelitian dengan

usia dini, bagi lembaga untuk memberikan

jumlah 23 anak terdiri dari 15 anak laki-

sumbangan

mengenai

laki dan 8 anak perempuan. Tehnik

penerapan metode bercerita dengan media

pengumpulan data yang dilakukan oleh

audio

meningkatkan

peneliti dalam penelitian ini observasi,

kemampuan empati anak usia dini. Bagi

catatan lapangan, wawancara dan studi

peneliti dapat menjadi bahan pengetahuan

dokumentasi. Menurut Cresswell, (2014,

tentang peningkatan kemampuan empati

hlm. 261) instrumen dalam penelitian ini

anak usia dini melalui metode bercerita

adalah

dengan media audio visual.

mengumpulkan

memberikan

alternatif

pengetahuan

visual

untuk

yaitu

peneliti

dokumentasi,
wawancara

Metode

Analisis

Metode penelitian yang digunakan

atau

(Hopkins, 2011, hlm. 91) yaitu model

dengan

data

prilaku,

para

dalam

atau

partisipan.

penelitian

pendekatan

ini

analisis

derajat

kebenaran

dapat

menggunakan beberapa bentuk validasi

siklus yang dilakukan secara berulang,

Hopkins

berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas

(2011,

hlm.

239)

yaitu:

triangulasi, member-check, dan expert

gambaran

opinion,

mengenai penerapan metode bercerita
visual

observasi

ini. Untuk menguji derajat kepercayaan

model spiral Kemmis dan Mc. Taggart,

audio

melalui

penting dalam penelitian tindakan kelas

adalah desain penelitian tindakan kelas

media

data

237). Validitas data merupakan hal yang

87) Desain penelitian yang digunakan

dengan

dengan

dan Huberman dalam Hopkins (2011, hal.

Menurut Kemmis, (Hopkins, 2011, hlm.

mendapatkan

sendiri

kualitatif dengan model interaktif. Miles

research) model Kemmis dan Mc Taggart.

bertujuan

itu

perencanaan,

sendiri

menggunakan

adalah metode penelitian tindakan (action

ini

tahap

untuk

meningkatkan kemampuan empati anak

90

Vol.3 | No.1 | April 2017

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kemampuan empati anak A1 TK
Santo

Aloysius

sebelum

pembelajaran

seperti

Pelaksanaan

Pembelajaran

fokus

meneliti indikator setiap aspek yang akan

di halaman dan kegiatan pembelajaran di

diobservasi

dalam kelas. Upaya yang dilakukan untuk

berempati anak meningkat dengan cukup
baik ini terbukti dari hasil penelitian

visual. Sebelum penelitian dilaksanakan

berupa

peneliti melakukan koordinasi dengan

perubahan

tentang definisi

siklus

perkembangan empati anak, peran guru

kelompok

A1

membuat

terjadi

peningkatan

diterapkan metode bercerita dengan media
audio visual mengalami peningkatan baik

masing-masing tiga tindakan. Setelah

guru

tiga

Kelompok A1 TK Santo Aloysius setelah

kelas dilaksanakan dalam tiga siklus

dengan

dalam

luar kelas. Kemampuan empati anak-anak

kesepakatan bahwa penelitian tindakan

berkolaborasi

anak

kegiatan main baik di kelas maupun di

dilakukan

guru,

prilaku

anak dalam kegiatan pembelajaran dan

bercerita dengan menggunakan media

dengan

hasil

kemampuan empati yang ditunjukkan

kemampuan

empati anak, serta penerapan metode

berdiskusi

dan

siklus mulai dari pra siklus sampai dengan

anak, faktor-faktor yang mempengaruhi

itu

lapangan

kemampuan empati. Selama pelaksanaan

empati, tahapan perkembangan empati

Selain

catatan

wawancara guru, menunjukkan terjadinya

guru wali kelas Dalam diskusi tersebut

visual.

kemudian

dengan media audio visual kemampuan

penggunaan

metode bercerita dengan media audio

audio

peneliti,

Setelah diterapkan metode bercerita

anak Kelompok A1 TK Santo Aloysius

mengembangkan

oleh

menyiapkan media yang akan digunakan.

meningkatkan kemampuan empati anak-

dalam

metode

mengasihi dan membantu teman serta

awal yang dilakukan ketika anak bermain

memaparkan

penerapan

yang akan diobservasi, yaitu toleransi,

peneliti dengan guru kelas serta observasi

peneliti

tindakan

meneliti aspek-aspek kemampuan empati

hasil wawancara awal yang dilakukan

melalui

Harian

bercerita dengn media audio visual,

visual rendah, hal ini dapat dilihat dari

adalah

Rencana

(RPPH), media yang akan digunakan dan

diterapkan

metode bercerita dengan media audio

Bandung

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

pada setiap aspeknya maupun pada setiap

peneliti

indikatornya.

kelas

Peningkatan kemampuan

empati tersebut dapat dilihat pada grafik

rencana

di bawah ini:

91

Vol.3 | No.1 | April 2017

Peningkatan kemampuan empati aspek
mengasihi

60
BB

40

MB
20
BSH
0

Persentase

Persentase

60
BB
MB

20

BSH

0

BB

40

MB
20
BSH

Peningkatan Kemampuan Empati

40

60

0

BSB

80

Peningkatan kemampuan empati aspek
membantu teman

80

Persentase

Persentase

80

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

BSB

BSB

Empati aspek
70 Peningkatan kemampuan
toleransi
60
50
40
30
20
10
0

BB
MB
BSH

BSB

hak, dan tekanan kepada orang lain dapat
Pada dasarnya setiap anak sudah

meningkatkan perasaan empati dan respon

memiliki kemampuan empati pada dirinya

terhadap emosi. Pada lingkup kelas,

masing-masing,

strategi dan program yang dpat dilakukan

hanya

saja

hal

ini

tergantung bagaimana guru menstimulasi

diantaranya:

kemampuan

kooperatif, mengelompokkan anak dengan

tersebut.

Hann

(1980)

mengemukakan beberapa kegiatan yang

karakteristik

dapat

meningkatkan

dilakukan

dalam

kelas

untuk

a)

model

yang

pembelajaran

berbeda

empati

dan

dapat
perilaku

meningkatkan empati anak: 1) bermain

prososial (b) memiliki teman sebaya dan

peran, dengan kegiatan ini dapat melatih

teman

anak untuk merasakan perasan orang lain

humanistik, dengan pendekatan ini dapat

terutama kognitif dan empati afeksi, 2)

meningkatkan empati, tanggung jawab,

menerima pandangan orang lain, latihan

dan kontrol diri (Morgan,1983).

untuk memerima pandangan orang lain

lintas

usia,

Kemampuan

c)

empati

pendekatan

anak-anak

efektif untuk meningkatkan empati, 3)

kelompok A1 TK Santo Aloysius sebelum

memberikan ransangan terhadap emosi,

diterapkan metode bercerita dengan media

misalnya memberikan contoh bagaimana

audio visual masih rendah,

rasanya jika kurang beruntung, kehilangan

kemampuan

92

empati

anak

rendahnya
disebabkan

Vol.3 | No.1 | April 2017

Tunas Siliwangi

karena banyak faktor diantaranya

sifat

Halaman 86 – 104

dan

kapan

harus

membiarkannya

egosentris anak yang masih tinggi. Sifat

sendirian. Sebagian besar anak sering kali

egosentris

membiarkan temannya bermain sendiri.

yang

dimiliki

anak

menyebabkan anak cenderung melihat dan

Faktor

memahami sesuatu dari sudut pandang

dimana

dan

mengekspreseikan

kepentingannya

sendiri.

Sifat

kematangan

emosional

anak

cenderung

emosinya

bebas

anak-anak antara lain: asyik bermain

diperlihatkan oleh sebagian anak pada saat

sendiri, belum dapat berbagi/bergiliran

bermain bersama teman, selain itu juga

main dengan teman terutama ketika

sebagian anak belum mampu meminta

bermain bersama, marah jika teman

maaf jika melakukan kesalahan pada

memimjam mainannya. Sifat egosentris

teman, faktor kemampuan anak untuk

membuat

kesulitan

beradaptasi dengan lingkungan sosial

menjalin relasi dengan teman sebayanya,

secara efektif masih kurang hal ini terlihat

sehingga kurang mampu bergabung dalam

dari prilaku belum dapat berbagi mainan

satu kelompok. Sifat egosentris yang

dan bergiliran main bersama temannya.

tinggi pada anak karena anak belum dapat

Sejalan dengan pembahasan di atas Borba

memahami perbedaan perspektif pikiran

berpendapat bahwa anak yang memiliki

orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat

empati akan menunjukkan sikap toleransi,

Suyanto (2005, hlm. 70) pada tahapan ini

kasih sayang, memahami kebutuhan orang

anak hanya mementingkan dirinya sendiri

lain, mau membantu orang yang sedang

dan belum mampu bersosialisasi secara

kesulitan,

baik dengan orang lain. Anak belum

kepedulian,

mengerti bahwa lingkungan memiliki cara

mengendalikan kemarahannya. (2008: 21)

mengalami

terbuka.

lebih

marah

pengertian,

penuh

lebih

mampu

dan

Sebelum

pandang yang berbeda dengan dirinya

Sikap

dengan

egosentris terlihat pada sebagian besar

anak

dan

anak

penerapan

metode

Anak masih melakukan segala sesuatu

bercerita dengan media audio visual untuk

demi dirinya sendiri bukan untuk orang

meningkatkan kemampuan empati anak

lain.

kelompok A1 TK Santo Aloysius peneliti
Faktor lain adalah belum munculnya

dan guru kelas berkolaborasi membuat

keterampilan memahami sesuatu dengan

rancangan kegiatan pembelajaran berupa

perspektif orang lain ini menyebabkan

rencana persiapan pembelajaran harian

anak belum mengetahui kapan dapat

(RPPH).

mendekati teman yang sedang bersedih

dilaksanakan sebanyak tiga siklus, setiap
93

Penelitian

tindakan

kelas

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

siklus terdiri dari tiga tindakan. Tema dari

kemampuan empati yang sudah disusun

setiap siklus disesuaikan dengan tema

divalidasi oleh dua orang ahli sebelum

yang sudah berjalan di sekolah. Selain itu

digunakan.

dan

Berdasarkan hasil penelitian pada

indikator kemampuan berempati yang

setiap siklus dari siklus satu sampai siklus

akan

tiga mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

guru

juga

mempelajari

dikembangkan

aspek

melalui

metode

pengamatan dan refleksi yang sudah

bercerita dengan media audio visual.
Penyusunan

kisi-kisi

dipaparkan

instrument

sebelumnya,

didasarkan pada aspek dan indikator

kegiatan

penerapan

kemampuan

dengan

media

berempati,

Aspek

pada

metode

audio

awal

bercerita

visual

guru

kemampuan berempati yang akan diamati

melakukan pemilihan cerita film animasi

adalah kemampuan toleransi, mengasihi

dengan

dan membantu teman. Indikator aspek

pemilihan

toleransi terdiri dari mampu bermain

disesuaikan

dengan semua teman, tidak marah jika

kemampuan berempati anak. menyiapkan

tidak mendapat mainan, mengalah pada

media

teman jika berbeda pendapat, mampu

penggunaan

mengerjakan tugas bersama, dan mampu

menyampaikan cerita film animasi dengan

bergiliran

bantuan

main.

Indikator

aspek

durasi

maksimal

judul

cerita

film

dengan

audio

LCD.

menit,
animasi

aspek-aspek

visual,
media

10

menjelaskan
audio

visual,

Sejalan

mengasihi terdiri dari mampu memberi

pembahasan

salam dan membalas salam, berbicara

metode bercerita dengan media audio

dengan

visual

kata-kata

yang

sopan,

perencanaan

dengan

Sanjaya

(2009,

hlm.

dan

menyimpan

berpendapat

barang/benda

pada

tempatnya,

menumbuhkan motivasi belajar siswa

menggunakan mainan dengan hati-hati,

melalui cara: 1) Memperjelas tujuan yang

memuji teman dan mengucapkan terima

ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang

kasih

pertolongan.

ingin dicapai, maka akan semakin kuat

Indikator aspek membantu teman terdiri

motivasi belajar siswa Oleh sebab itu,

dari menolong teman yang kesulitan,

sebelum proses pembelajaran dimulai

menolong teman yang mendapat kejadian

hendaknya guru menjelaskan terlebih

buruk,

dahulu tujuan yang ingin dicapai. 2)

mendapat

mengajak

teman

bermain,

siswa

perlu

menghibur teman, dan meminjamkan alat

Membangkitkan

tulis pada teman. Kisi-kisi instrument

mengembangkan motivasi belajar. Salah
94

minat

guru

29)

membereskan

saat

bahwa

penerapan

untuk

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

satu cara yang dapat dilakukan dalam

cerita

pembelajaran

empati,

adalah

mengaitkan

guru

dapat

menyisipkan

kejujuran,

kesetiaan

dan

pengalaman belajar dengan minat siswa 3)

keramahan,

Menciptakan suasana yang menyenangkan

memberikan sejumlah pengetahuan sosial

dalam belajar. 4) Menggunakan variasi

dan moral kepada anak-anak, 3) melatih

metode penyajian yang menarik.

anak belajar mendengarkan apa yang

disesuaikan

ketulusan,

2)

disampaikan, 4) memungkinkan anak

Cerita film animasi yang akan
disampaikan

serta

sifat

dapat megembangkan aspek kognitif,

dengan

karakteristik anak-anak dan disesuaikan

afektif,

juga

bercerita mampu meningkatkan imajinasi

dengan

kemampuan
toleransi,

fokus

berempati
mengasihi

peningkatan
pada

dan

dan

psikomotor

5)

metode

dan kreatifitas anak. Moeslichstoen (2004,

aspek

hlm

membantu

157).

Manney

(2008)

juga

teman. Hal ini sejalan dengan pendapat

mengatakan bahwa sebuah cerita dapat

Moeslichatoen (2004, hlm. 157) cerita

membuat seseorang berempati karena

yang disampaikan guru harus menarik dan

adanya imajinasi dari pembaca atau

mengundang perhatian anak dan tidak

pendengar yang mengartikan setiap kata

lepas dari tujuan pendidikan bagi anak

kedalam

TK. Cerita yang dipilih harus terkait

membuat mereka dapat melihat dunia

dengan dunia kehidupan anak sehinggga

melalui

mereka dapat lebih memahami, dan dapat

merasakan perasaan karakter. Sehingga

menangkap isi cerita tersebut, cerita yang

seolah-olah dapat mengalaminya sendiri

disampaikan dapat memberikan perasaan

tanpa harus melaluinya di dunia nyata.

gembira,

lucu,

dan

bercerita

harus

diusahakan

dan

pandangan

Pada

mengasyikkan,

pikiran

awal

perasaan

yang

karakter

kegiatan

dan

penerapan

menjadi

metode bercerita dengan media audio

pengalaman bagi anak yang bersifat unik

visual, peneliti melihat ekpresi gembira

dan menarik, yang menggetarkan perasaan

anak-anak saat guru membawa mereka ke

anak, serta dapat memotivasi anak untuk

ruang audio, mengatur tempat duduk agar

mengikuti cerita itu sampai tuntas, selain

anak

itu juga cerita yang disampaikan harus

disampaikan. Anak-anak menunjukkan

dapat

dan

ekspresi senang karena berada di ruang

kognitif anak. Pemilihan dan penentuan

selain ruang kelas. Begitu juga saat guru

cerita film animasi juga didasarkan pada

menyampaikan cerita dengan media audio

manfaat metode bercerita yaitu; 1) melalui

visual terlihat ekspresi anak-anak sangat

mengembangkan

bahasa

95

duduk

nyaman

saat

cerita

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

akan

bercerita dengan menggunakan media

dengan

audio visual guru melakukan apersepsi

pendapat Sanjaya (2009, hlm. 29) guru

dengan menggali pengalaman anak terkait

menumbuhkan motivasi belajar siswa

kemampuan empati yang dilakukan di

dengan

sekolah,

antusias

menanti

disampaikan

cerita

guru.

yang

Sejalan

menggunakan

variasi

metode

kemudian

guru

memberikan

gambaran singkat cerita film animasi yang

penyajian yang menarik.
Perasaan gembira dan antusias anak

akan disampaikan, saat cerita film animasi

juga disebabkan karena penyampaian

disampaikan guru melakukan penekanan

cerita menggunakan media audio visual,

pada fokus kemampuan berempati yang

di

dapat

harus dilakukan anak dengan memberikan

mendengar juga dapat melihat gambar

umpan balik agar anak lebih termotivasi

bergerak dari cerita yang disampaikan,

dan

karena salah satu prinsip pendidikan untuk

kemampuan

anak usia dini harus berdasarkan realita

penyampaian cerita melalui media audio

artinya bahwa anak diharapkan dapat

visual selesai guru menggali pengetahuan

mempelajari sesuatu secara nyata. Media

yang didapat anak sepanjang penyampaian

audio

anak

cerita dengan mengajukan pertanyaan

menerima dan menyerap dengan baik dan

seputar tokoh dalam cerita, apa yang

pada

terjadi

dilakukan atau apa yang terjadi dengan

berupa

tokoh dalam cerita, serta bagaimana

hal

perasaan anak jika mengalami hal seperti

mana

anak-anak

visual

akhirnya

selain

memungkinkan

diharapkan

perubahan-perubahan

perilaku

kemampuan-kemampuan

dalam

antusias

dalam

melakukan

berempati.

Setelah

tokoh dalam cerita.

pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.
Selain itu juga media audio visual dapat

Setelah diterapkan metode bercerita

meningkatkan minat belajar, melahirkan

dengan media audio visual kemampuan

suasana yang menyenangkan dalam proses

empati anak meningkat dengan cukup

belajar mengajar, membuat anak tidak

baik hal ini terbukti dari hasil penelitian

cepat bosan melainkan merangsang anak

berupa

untuk tahu lebih jauh, terdapat unsur

wawancara guru, menunjukkan terjadinya

hiburan

perubahan

pelajaran

yang

sesuai

sehingga

dengan
membuat

materi

catatan

lapangan

prilaku

dan

anak

hasil

dalam

kemampuan empati.

anak

Selama pelaksanaan siklus mulai

semakin suka dan minat untuk belajar.

dari pra siklus sampai dengan siklus tiga

Hasil pengamatan pada pelaksanaan

peneliti

tindakan setiap siklus, sesudah kegiatan
96

menganalisa

telah

terjadi

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

peningkatan kemampuan empati yang

menjadi 1 orang atau 4.3%, sementara itu

ditunjukkan

kategori

anak

dalam

kegiatan

berkembang

sesuai

harapan

pembelajaran dan kegiatan main baik di

mengalami peningkatan yang cukup tinggi

kelas maupun di luar kelas. Pada pra

meningkat menjadi 17 orang atau 73.9%,

siklus

anak-anak

dan kategori berkembang sangat baik

masih belum berkembang terlihat dari

mulai meningkat menjadi 3 orang atau

kategori belum berkembang 14 orang atau

13%. Penyajian cerita dengan jenis yang

60.9%, kategori mulai berkembang 7

lebih bervariasi untuk membangkitkan

orang

kategori

minat anak dan memotivasi belajar anak,

berkembang sesuai harapan 2 orang atau

serta memperjelas tujuan pembelajaran

8.7%, dan kategori berkembang sangat

pada siklus tiga kemampuan empati

baik

metode

mengalami peningkatan yang cukup tinggi

bercerita melalui media audio visual pada

hal ini terlihat dari tidak ada anak pada

siklus satu menyebabkan kemampuan

kategori belum berkembang, hanya ada 2

empati

pada

orang atau 8.7% anak pada kategori belum

kategori belum berkembang berkurang

berkurang, kategori berkembang sesuai

menjadi 3 orang atau 13% kategori belum

harapan meningkat menjadi 15 orang atau

berkembang meningkat menjadi 15 orang

56.2%, dan kategori berkembang sangat

atau 56.2%, kategori berkembang sesuai

baik meningkat menjadi 5 orang atau

harapan meningkat menjadi 4 orang atau

17.4%.

kemampuan

atau

empati

30.4%

tidak

ada.

dan

Penerapan

mengalami

peningkatan

17.4%, dan kategori berkembang sangat

Penerapan metode bercerita dengan

baik mulai terlihat walaupun baru 1 orang

media audio visual cukup efektif pada

atau 8.7%.

Setelah melakukan refleksi

peningkatan kemampuan empati anak-

dengan melakukan perbaikan pelaksanaan

anak kelompok A1 TK Santo Aloysius.

tindakan pada siklus kedua kemampuan

Hal ini terlihat dari kemampuan sebagian

empati anak mengalami peningkatan yang

besar anak-anak dalam bermain bersama

cukup baik, tetapi masih ada 2 orang atau

teman, mengalah pada teman, bergiliran

8.7%

main, tidak marah pada teman, dan

anak

pada

kategori

belum

berkembang karena kedua anak tersebut

menolong

teman

yang

kesulitan.

membutuhkan

Demikian

juga

pada

kegiatan

bimbingan

dan

pendampingan khusus dari guru saat

pembelajaran sebagian besar anak-anak

melakukan kemampuan empati, kategori

sudah menunjukkan kemampuan dalam

belum berkembang semakin berkurang

hal memberi salam dan membalas salam
97

Vol.3 | No.1 | April 2017

guru/teman,

berbicara

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

dengan

sopan,

emosinya dengan mampu memberi dan

membereskan dan menyimpan barang

menerima maaf serta anak mau bermain

pada tempatnya, serta hati-hati dalam

bersama

menggunakan

Ada

temannya. Goleman juga menyatakan

beberapa kemampuan empati yang masih

bahwa ada tiga karakteristik kemampuan

perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya

empati yaitu 1) Mampu menerima sudut

dan membutuhkan contoh serta bimbingan

pandang orang lain, yaitu kemampuan

dan

untuk

individu membedakan antara apa yang

saat

dikatakan atau dilakukan orang lain

melakukan kesalahan, memuji teman jika

dengan reaksi dan penilaian individu itu

berhasil

dan

sendiri. 2) Memiliki kepekaan terhadap

mengucapkan terima ksih saat mendapat

perasaan orang lain, yaitu kemampuan

pertolongan. Pengembangan empati pada

individu

anak-anak merupakan aspek yang sangat

perasaan-perasaan orang lain dan peka

penting. Empati akan membantu anak

terhadap hadirnya emosi dalam diri orang

mengetahui dan memahami emosi orang

lain melalui pesan non verbal yang

lain dan perasaan orang lain.

ditampakkan,

barang/

pendampingan

kemampuan

benda.

guru

meminta

menyelesaikan

Menurut

Goleman

maaf

tugas,

dan

gerak-gerik

(1997:136)

saling

berbagi

mampu

mengidentifikasi

misalnya
dan

dengan

nada

ekspresi

bicara,

wajah.

3)

Kemampuan empati adalah “Kemampuan

Mampu mendengarkan adalah sebuah

untuk mengetahui perasaan orang lain “.

ketrampilan yang perlu dimiliki untuk

Empati merupakan akar kepedulian dan

mengasah kemampuan empati. Sikap mau

kasih sayang dalam setiap hubungan

mendengar memberikan pemahaman yang

emosional anak dalam upayanya untuk

lebih baik terhadap perasaan orang lain

menyesuaikan

dengan

dan mampu membangkitkan penerimaan

emosional orang lain. Empati merupakan

terhadap perbedaan yang terjadi. Sejalan

kunci untuk memahami perasaan orang

dengan penelitian yang dibuktikan oleh

lain sehingga anak mampu menunjukkan

Mashar (2013, hlm.299) kemampuan anak

sikap toleransinya dan dapat memberikan

berempati

terhadap

kasih

membantu

anak

sayang,

emosionalnya

memahami

kebutuhan

orang lain

untuk

akan

memunculkan

temannya, serta mau menolong teman

suara hati nurani, rasa bersalah, dorongan

yang sedang mengalami kesulitan. Anak

rasa bangga dan malu. Berbagai emosi

yang belajar berempati akan memiliki

tersebut akan membuat anak bertindak,

kepedulian dan mampu mengendalikan

berprilaku prososial, dan menolong.
98

Vol.3 | No.1 | April 2017

Pemberian

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

pengalaman

dikembangkan.

belajar

3)

Memberikan

efek

melalui meode bercerita dengan media

menyenangkan, bahagia dan ceria, karena

audio

meningkatkan

salah satu manfaat media audio visual

kemampuan empati anak-anak kelompok

adalah terdapat unsur hiburan yang sesuai

A1 TK Santo Aloysius memiliki banyak

dengan

kelebihan antara lain: 1) memberikan

membuat anak semakin suka dan minat

pengalaman konkrit bagi anak, karena isi

untuk belajar. Secara psikologis, cerita

cerita

seputar

lucu membuat anak senang dan gembira.

seperti

Rasa

visual

dalam

yang

disampaikan

lingkungan

terdekat

lingkungan

keluarga,

anak,
sekolah

materi

nyaman

pelajaran

dan

memudahkannya

dan

sehingga

bahagia
anak

lebih

meyerap

lingkungan bermain anak. Selain itu juga

kemampuan empati yang akan diajarkan

penggunaan media audio visual

melalui cerita. 4) Menstimulasi daya

dapat

menampilkan informasi melalui suara,

imajinasi

gambar, gerakan dan warna, baik secara

memperkuat daya ingat, serta membuka

alami

sehingga

cakrawala pemikiran anak menjadi lebih

menciptakan suasana

kritis dan cerdas. Alur cerita film animasi

maupun

manipulasi,

membantu anak

dan

kreativitas

menjadi lebih hidup, tidak monoton dan

dengan

tidak

2010).

emosi akan menumbuhkembangkan daya

Selain itu media audio visual dapat

imajinasi anak, sehingga ia merasakan

mengatasi keterbatasan pengalaman yang

senang belajar dengan membayangkan

dimiliki

2)

cerita tersebut. 5) Merupakan cara paling

Mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan

baik untuk mendidik tanpa kekerasan,

ekspresi kepada anak, misalnya marah,

menanamkan nilai moral dan etika juga

sedih, gembira, kesal dan lucu, karena

kebenaran, serta melatih kedisiplinan. Hal

anak melihat secara langsung tayangan

ini

cerita film yang dilihatnya. Hal ini akan

mengidentifikasikan

memperkaya

emosinya

lingkungan sekitar, serta memudahkan

terhadap

anak menilai dan memposisikan diri di

perkembangan

tengah-tengah orang lain. Sejalan dengan

membosankan

oleh

sehingga

(Sanjaya

peserta

didik.

pengalaman
berpengaruh

pembentukan

dan

kemampuan

empatinya.

akan

menampilkan

anak,

membantu

bentuk-bentuk

anak
diri

dalam
dengan

itu

pembahasan di atas menurut Musfiroh,

penekanan-

(2005, hlm. 95) manfaat metode bercerita

penekanan yang dilakukan guru pada

adalah sebagai berikut: 1) Membantu

setiap

pembentukan pribadi dan moral anak, 2)

diperkuat

juga

prilaku

dengan

empati

Selain

yang

harus
99

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan

A. Kesimpulan

fantasi, 3) Memacu kemampuan verbal

1.

Kondisi objektif kemampuan empati

cakrawala

anak-anak kelompok A1 TK Santo

pengetahuan anak. Sedangkan menurut

Aloysius Bandung sebelum dilakukan

Bachri (2005, hlm. 11), manfaat metode

tindakan masih

bercerita adalah 1) Dapat memperluas

dikarenakan

peran

wawasan dan cara berfikir anak, sebab

perencana

dalam

dalam bercerita anak mendapat tambahan

kurang

pengalaman yang bisa jadi merupakan hal

pembelajaran untuk anak usia dini,

baru baginya. 2) Menyalurkan kebutuhan

pembelajaran lebih menekankan pada

imajinasi dan fantasi sehingga dapat

aspek akademik, guru menggunakan

memperluas wawasan dan cara berfikir

metode dan media pembelajaran yang

anak. 3) Menjadikan anak-anak merasa

kurang

belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui.

metode dan media yang lebih efektif

Salah

untuk

anak,

4)

Memmbuka

satu

cara

rendah. hal ini
guru

sebagai

pembelajaran

memperhatikan

variatif.

Jadi

peningkatan

hakekat

dibutuhkan

kemampuan

yang

efektif

aspek-aspek

kognitif

empati anak, dalam penelitian ini

(pengetahuan), afektif (perasaan), sosial

digunakan metode bercerita dengan

dan aspek konatif (penghayatan) anak-

media audio visual

mengembangkan

2.

anak. 4) Membawa anak-anak pada

Pelaksanaan

Penerapan

metode

pengalaman-pengalaman baru yang belum

bercerita dengan media audio visual

pernah dialaminya.

dilaksanakan

dalam

tiga

siklus

dengan tiga tindakan untuk masingmasing siklusnya.

Kesimpulan, Implikasi dan
Rekomendasi

3.

anak-anak

setelah dilakukan penerapan metode

pembahasan tentang “Penerapan Metode
untuk

empati

kelompok A1 TK Santo Aloysius

Berdasarkan hasil penelitian dan

Bercerita

Kemampuan

bercerita dengan media audio visual

Meningkatkan

mengalami

Kemampuan Empati Anak Kelompok A1

peningkatan

yang

bertahap pada setiap siklusnya.

di TK Santo Aloysius Bandung” dapat
disimpulkan sebagai berikut:

B. Implikasi
Implikasi dari hasil pelaksanaan
penelitian
100

tindakan

kelas

yang

Vol.3 | No.1 | April 2017

Halaman 86 – 104

Tunas Siliwangi

menitikberatkan pada penerapan metode

membangkitkan minat dan motivasi

bercerita dengan media audio visual untuk

siswa untuk belajar.
2.

meningkatkan keampuan empati anak,

Sekolah

hendaknya

dapat

adalah sebagai berikut:

mengakomodasi penggunaan metode

1.

Penerapan metode bercerita dengan

bercerita dengan media audio visual

media audio visual efektif dalam

di

meningkatkan

meningkatkan

anak

kemampuan

Kelompok

A1

empati

TK

Santo

kelas

dalam

rangka

kemampuan

empati

anak

Aloysius. Selain itu dapat melatih

2.

semua

3.

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat

daya serap atau daya tangkap anak

melakukan penelitian secara lebih

usia

mendalam

dini.

mengembangkan

daya

terhadap

penerapan

imajinasi anak, menciptakan situasi

metode bercerita dengan media audio

yang menggembirakan.

visual,

Penerapan metode bercerita dengan

memperluas aspek-aspek kemampuan

media

empati yang lain seperti solidaritas,

audio

meningkatkan

visual

untuk

kemampuan

empati

serta

sportivitas,

meneliti

kerja

dengan

sama,

anak dapat diterapkan disetiap tingkat

mengendalikan diri. Selain itu peneliti

kelas dengan variasi cerita yang

selanjutnya

dapat

disesuaikan dengan karakteristik anak

kemampuan

empati

disetiap kelas.

menerapkan metode lain dan metode

meneliti
dengan

penelitian lain juga.
C. Rekomendasi
Ada

beberapa

hal

yang

dapat

Daftar Rujukan

menjadi rekomendasi dari hasil penelitian

Ahyani, L.N. (2010). Metode Dongeng
Dalam
Meningkatkan
Perkembangan Kecerdasan Moral
Anak Usia Prasekolah. Jurnal
Psikologi Universitas Muria
Kudus. I(1). 24-32.

ini, antara lain:
1.

Guru

diharapkan

konsisten

dapat

secara

menerapkan

metode

bercerita dengan media audio visual
dalam

rangka

kemampuan

empati

anak

dan

menciptakan

suasana

kelas

yang

menyenangkan

Auliyah, A. & Flurentin, E. (2016).
Efektifitas Penggunaan Media
Film untuk Meningkatkan Empati
Siswa kelas VII SMP. Jurnal
Kajian
Bimbingan
dan
Konseling. 1(1) 19-26

meningkatkan

sehingga

101

Vol.3 | No.1 | April 2017

Tunas Siliwangi

Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta

Artika,

García, A., Sánchez-martín, J. R.
(2009).
Social
Cognitive
Predictors of Peer Acceptance at
Age 5 and The Moderating
Effects of Gender. British
Journal
of
Developmental
Psycology, 27, 703–716.

T. dkk (2014) Peningkatan
Perhatian Belajar Melalui Media
Audio Visual Pada Anak TK.
Jurnal
Pendidikan
dan
Pembelajaran 3(4). 1-13

Connor,

Asih, G. & Pratiwi, M (2010) Perilaku
Prososial Ditinjau Dari Empati
Dan
Kematangan
Emosi.
Jurnal Psikologi
Universitas
Muria Kudus. 1(1). 33-42
Ayuni,

Bachir,

Rita dkk. (2013) Pengaruh
Storytelling Terhadap Perilaku
Empati Anak. Jurnal Psikologi
Undip. 12 (2). 81-121

Dhieni, Nurbiana dkk. (2008). Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Eisenberg, N. & Mussen, P. M.
(2001). The Roots of Prosocial
Behavior in Children. New York:
Cambridge University Press.

Z.(2006). Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Yrama Widya

Eisenberg, N. (2000). Empathy and
Sympathy, Handbook of Emotion,
second edition by Lewis &
Haviland-Jones, New York: The
Guilford Press

S
Bachtiar.
(2005).
Pengembangan
Kegiatan
Bercerita,
Teknik,
dan
Prosedurnya.
Jakarta:
Depdikbud.

Eisenberg,
N.
(2000).
Emotion,
Regulation
and
Moral
Development. Anual Review of
Psychology 51, 665-697.

Berkowitz, Martin W. and Grych, John W.
(2000).
Early
Character
Development. Early Education &
Development
Journal,
11(1).Diakses tanggal 4 April
2016.
Borba,

F. D.(2002). Aggresion and
Antisocial Behavior in Children
and Adolescence. New York: The
Guilford Press.

Cresswell, J.W. (2014) Research Design
Pendekatan
Kualitatif,
Kuantitatif,
dan
Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ayuningtyas, F. dkk. (2016). Pengaruh
Social Stories Terhadap Perilaku
Empati Anak Usia 5-6 Tahun.
Jurnal Kumara Cendikia . 4(2).
Aqib,

Halaman 86 – 104

Goleman, Daniel. (1997). Emotional
Intelligence.
Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama

M. (2001). Building Moral
Intelligence: The Seven Essential
Virtues that Teach Kids to Do
The Right Thing. San Fransisco:
Jossey-Bass A Wiley.

Haryadi, T. dkk. (2016). Penanaman Nilai
dan Moral pada Anak Sekolah
Dasar
dengan
Pendekatan
Storytelling
Melalui
Media
Komunikasi
Visual.
Jurnal
Desain Komunikasi Visual. 2(1).
56-72

Budiningsih,
C
Asri.
(2004). Perkembangan
Moral.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Hasyim, M. (2012). Cerita Bertema Moral
Dan Empati Remaja Awal.
Jurnal Persona . 1(1). Diakses
pada tanggal 28 Maret 2016. Di

Braza, F., Azurmendi, A., Muñoz, J. M.,
Carreras, M. R., Braza, P.,

102

Vol.3 | No.1 | April 2017

Tunas Siliwangi

situs
file:///C:/Users/User/
Downloads/12-553-1PB%20(1).pdf

Halaman 86 – 104

Mendongeng
Di
Taman
Kanak-Kanak
Asyiyah
Pariaman. J ur na l P esona
P AUD. 1(4). 1-2

Hasyim, M. & Farid, M. (2012) Cerita
Bertema Moral Dan Empati
Remaja Awal. Jurnal Psikologi.
1(1). 20-25

John, E. (2011). Upaya Meningkatkan
Kedisiplinan Anak Di Kelas
Melalui
Cerita.
Jurnal
Pendidikan Penabur . 16 (10) 19

Hedo, P.J. dan Sudhana, H. (2014).
Perbedaan Agresivitas Pada Anak
Usia Dini Yang Dibacakan
Dongeng Dengan Yang Tidak
Dibacakan Dongeng Sebelum
Tidur Oleh Ibu. Jurnal Psikologi
Udayana . 1(1). 213-226.

Karr-Morse, R., & Wiley, M. S.
(1997).Ghostfron The NurseryTracing
The
Root
of
Violence. New
York:
The
Atlantic Monthly Press.
Kau, M. (2010). Empati Dan Perilaku
Prososial Pada Anak. Jurnal
INOVASI. 7(3). 2-5

Hoffman, Martin. L (1984). Empaty,
Coqnition Social and Moral
Action, Dalam W. Kurtines dan
J.Gerwita,eds; Moral Behavior
and Development; Advances in
Theory
Research,
and
Applications. New York: John
Wiley and Sons

Lenox, F. 2000. Storytelling for Young
Children in a Multicultural
World.
Early
Childhood
Education Journal. 28(2)
Manney, PJ. (2008). Empathy in the Time
of Technology: How Storytelling
is the Key to Empathy. Journal of
Evolution and Technology. 19
(1). 51-61.

Hoffman, Martin L. Empathy and Moral
Development “implications for
caring and justice”. 2000. USA
Cambridge University Press.

Mashar, R. (2013). Empati Sebagai Dasar
Pembentukan Karakter Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Ana k. II (2). 290-300

Hopkins, D (1993). A Teacher’s Guide To
Classroom
Research.
Philadelphia Open University
Press. Milton Keyness

Mello, Robin (2001). The Power of
Storytelling: How Oral Narrative
Influences Children's
Relationships in Classrooms.
International
Journal
of
Education &The Arts. 2(1)
Diakses 4 April 2016. Di situs
http://www.ijea.org/v2n1/

Hopkins, D (2011). Panduan Guru
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Iannotti, R.J. (1978). Effect of role-taking
experiences
on
role-taking,
empathy,
altruism
and
aggression.
Developmental
Psychology. 14, 119-124.

Moeslichatoen,
(2004).
Metode
Pengajaran di Taman KanakKanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Ioannidou F & Konstantikaki (2008).
Empathy
And
Emotional
Intelligence: What Is It Really
About? International Journal of
Caring Sciences, 1(3). 118–123.

Moleong, L. J.
(2002). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.

Iis, N. (2012). Pengembangan Empati
Anak Usia Dini Melalui
103

Vol.3 | No.1 | April 2017

Tunas Siliwangi

Musfiroh, T. (2005). Bercerita Untuk
Anak
Usia
Dini.
Jakarta:
Depdiknas.

Susanto, A. (2012). Perkembangan Anak
Usia Dini: Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

Musfiroh, T (2011). Educative show and

Taufik,

tell for developing empathy,
conflict resolution affiliation, and
positive habits of early age
children. Jurnal kependidikan,
41(2). 129 - 143

Wina.
(2013)
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group

Satya,

Widiana, F., (2012). Tesis:
Efektivitas Pembacaan Buku
Cerita
pada
Program
Peningkatan Kemampuan Empati
Anak
Usia
6-7,
Depok:
Universitas Indonesia.

(2012) Empati Pendekatan
Psikologi Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Widiana, D. & Pratama, W. (2016)
Penggunaan Metode Bercerita
Untuk Meningkatkan Karakter
Peduli Sosial Siswa Dalam
Pembelajaran
IPS.
Jurnal
Pedagogi IPS. 2(1). 1-13

Sanjaya, Wina (2010). Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Perdana Media
Group.
Sanjaya,

Halaman 86 – 104

Williams, A. (2014). The Influence Of
Empathic Concern On Prosocial
Behavior
In
Children.
Journal.frontiersin
Front.
Psychol.
Zainab,

Shapiro. E. Lawrence (2001) Mengajarkan
Emotional Intelligence pada
Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

104

Z.
(2012).
Peningkatan
Perkembangan Moral Anak
Melalui
Metode
Cerita
Bergambar TK Lembah Sari
Agam. J ur na l P esona P AUD.
1(3). 1-11