Studi Ruang Terbuka Hijau Daerah Khusus

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

Oleh
CHOLOT JANALA
A 26.1333

----- ---

-- -- -

JURUSAN-BUDI-BAYA-PERTANIAN
FAKULTAS PERTANlAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR

CHOLOT JANALA.

Studi Ruang Terbuka Hijau di Daerah Khusus

Ibukota Jakarta (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH).

Ruang Terbuka Hijau adalah ruang - ruang dalam kota
atau

wilayah

area/kawasan

yang

lebih

luas,

baik

dalam

bentuk

maupun dalam bentuk area memanjang/jalur


dimana dalam pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau
tanaman atau tumbuh

-

tumbuhan secara alamiah ataupun

budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan dan
perkebunan
Studi dilakukan pada daerah administratif di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang berlangsung dari bulan Februari 1994 sampai dengan April 1995.

Tujuan studi ini

adalah untuk mendeskripsikan bentuk, luas dan distribusi
wilayah areal Ruang Terbuka Hijau
luas penghijauan

yanq


;

selanjutnya menghitung

dibutuhkan dan menyarankan jenis

tanaman yang sebaiknya ditanam.
Studi merupakan desk study berdasarkan data sekunder
ysnq terkumpul Ciari berbagai sumber.

Pengambilan data

sekunder berupa peta dan rencana tata guna lahan, luas
kota Jakarta, iklim, jenis vegetasi, data fisik kota
Jakarta dan berbagai data penunjang lain.

Data ini diper-

oleh melalui studi pustaka, survai, pengamatan dan penghi--


- -- - --

tungan .

---

---

~~~~~

Analisis dilakukan secara deskriptif denqan

membuat keteranqan

bertabulasi dari data yanq diperoleh.

Penghitungan luas areal penghijauan ditentukan melalui
data Ruang Terbuka


Hijau berdasarkan data dari dinas-

dinas yanq terkait (Pertamanan, Kehutanan, Pertanian, Biro
Lingkungan Hidup).

Perhitungan luas untuk

kebutuhan

penghijauan kota didasarkan atas kebutuhan oksigen bagi
penduduk kota dengan asumsi suplai oksigen hanya dari
tanaman/hijauan, dengan perhitungan Gerakis.
RTH DKI umumnya tersusun berdasarkan bentuk fisik
arsitekturis, tetapi RTH ini tidak mempunyai sistem atau
pola biofisik yang khusus.

Hal ini terlihat dari koridor-

koridor hijau, yang saat ini merupakan bagian utama dari
sistem jaringan utilitas, yang terputus antara yang satu

dengan yang lain.

Terputusnya koridor ini menyebabkan

fungsi biofisik dari RTH tidak berjalan dengan baik.
Koridor-koridor RTH yang terdistribusi secara berkesinambungan akan mempunyai fungsi dan manfaat untuk peningkatan
pelestarian dan kualitas lingkungan.
Ruang Terbuka Hijau yang ada di DKI Jakarta berbentuk
lahan pertanian (sawah dan tanah darat), hutan (hutan
wisata payau dan pantai, hutan kota, hutan konservasi),
pertamanan kota, pemakaman serta kawasan olahraga.
Luas dari bagian RTH ini masing-masing lahan pertanian (sawah
dan
tanah darat) seluas 17
--

p
p
p
p

p
p
p
-

-

109.6

Ha, hutan

-

(hutan wisata, hutan kota, hutan lindung, hutan konservasi
atau cagar alam) seluas

998.83

Ha, pertamanan kota seluas


3 096.85 Ha, kawasan olahraga 722.23 Ha serta pemakaman

465.06 Ha.

Luas Kuang Terbuka Hijau (RTH) DKI Jakarta

berdasarkan data tahun 1992 secara keseluruhan berjumlah
22 392.57 Ha atau 33.86 % dari luas daratan DKI Jakarta
(66 130 Ha).

Dalam studi ini luas RTH yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan kebutuhan oksigen bagi penduduk kota dijadikan
acuan pemikiran pengembangan RTH, karena variabel yang
digunakan berdampak

langsung dengan pertumbuhan kota

Jakarta, asumsi hanya satu-satunya penyumbang oksigen
digunakan untuk memudahkan perhitungan sebagai pembanding
digunakan perhitungan RTH Instruksi Menteri Dalam Negeri

No.14 tahun 1988.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) DKI Jakarta berdasarkan
standar Inmendagri No.14/1988

adalah sebesar 40 % dari

wilayah kota seluas 661.3 ~m' atau 66 130 Ha yaitu
Ha sedangkan berdasarkan perhitungan

26 452

kebutuhan oksigen

akan kota, dengan menggunakan data variabel tahun 1991,
maka terhitung luasan yang dibutuhkan adalah sebesar 54
292.36563 Ha atau 542 923 656.3 m 2 , atau kurang lebih
82.09 % dari luasan kota Jakarta dan diperkirakan pada
tahun 2005 berdasarkan proyeksi penduduknya maka luasan
---


yang dibutuhkan sebesar 1 378 961 320 m 2 atau 137 896.1320
Ha.

Luas RTH yang dibutuhkan ini adalah lebih besar dari

luas kota Jakarta 66 130 Ha.

Kebutuhan luasan RTH yang cukup tinggi terjadi karena
variabel

jumlah manusia dan

pengguna oksigen untuk kota

jumlah kendaraan sebagai

juga meningkat.

Berdasarkan olahan data, disarankan untuk mendistribusikan RTH pada areal-areal perlindungan dan konservasi
(tepian/bantaran sungai, sumber mata air, pesisir, "greenbelt" untuk resapan air terutama di Jakarta Selatan, dan

produksi atau penyangga di bagian perbatasan
Jakarta) dan pada areal intensifikasi penghijauan sporadis
di kawasan pemukiman dan industri yang sub optimal penggunaannya. Areal yang terakhir disebutkan merupakan arealareal yang dikategorikan sebagai areal yang harus dihijaukan

karena

fungsi perlindungan dan pelestariannya.

Di-

samping itu vegetasi yang disarankan untuk digunakan
adalah vegetasi yang menghasilkan oksigen tinggi.