12 MORAL PAJAK: SEBUAH OPSI PENINGKATAN KEPATUHAN PAJAK MASYARAKAT MUSLIM Imanda Firmantyas Putri Pertiwi IAIN Surakarta Email: imanda.fpiain-surakarta.ac.id Abstract - MORAL PAJAK: SEBUAH OPSI PENINGKATAN KEPATUHAN PAJAK MASYARAKAT MUSLIM

MORAL PAJAK: SEBUAH OPSI PENINGKATAN KEPATUHAN PAJAK MASYARAKAT MUSLIM
Imanda Firmantyas Putri Pertiwi
IAIN Surakarta
Email: imanda.fp@iain-surakarta.ac.id
Abstract
This study aims to deter mine the significance of taxpayer inter nal factor s to comply w ith
applicable tax law s. Var iable r eligiosity and nationalism become exogenous var iables to define
tax mor ale, w hile tax mor ale w ill define tax compliance. Samples taken over 200 individual
taxpayer s w hose Islam r eligion. Data analysis w as done using Str uctur al Equation Model (SEM)
by dividing the step into outer test and inner test. The r esults show ed that statistically r eligiosity
influence tax mor ale, but on the contr ar y, nationalism is not show n significant r esults. Tax
mor ale on tax compliance show ed positive r esults and significant. Based on these r esults, can be
concluded that r eligiosity still plays an impor tant r ole in moslem society’s decision making.
Thus, if the tax policy maker s can touch the side ofr eligiosity of the moslem societies, that in fact
as major ity in this countr y, it is expected that tax r evenues can be incr eased.
Keywords: r eligiosit y, t ax mor ale, nat ional pr ide, t ax compliance

PENDAHULUAN
Secar a histor is, w ajib pajak diasumsikan selalu melakukan penghindar an pajak sehingga
dibutuhkan pengetahuan mengenai faktor -faktor apa saja yang setidaknya dapat mengur angi
sikap negatif par a w ajib pajak ter sebut (Benk et.al., 2016). Menur ut James and Alley (2004),

ter dapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisa faktor -faktor yang mempengar uhi kepatuhan pajak, yaitu pendekatan ekonomi dan per ekonomi dan pendekatan
per ilaku.
Penelitian yang menggunakan pendekatan ekonomi pada umumnya mengangkat var iabel
pemer iksaan pajak dan denda pajak.1 Melalui pendekatan ekonomi ada juga peneliti yang
mengangkat dar i sisi pendapatan w ajib pajak,2 sisi tar if pajak (Takats, 2008), dan sisi audit
pajak.3 Sedangkan pada pendekatan per ilaku, aspek ter penting yang diangkat adalah aspek
psikis yang dimiliki oleh w ajib pajak, yang mer upakan manusia-manusia yang secar a fitr ahnya
menur ut Anw ar memiliki fitr ah jasmani (aspek biologis), fitr ah r uhani (aspek psikis) maupun
fitr ah nafs (aspek psiko fisik).
Beber apa penelitian yang mengangkat dar i pendekatan per ilaku adalah Togler yang
mengangkat isu r eligiusitas,4 Razak dengan var iabel sikapnya,5 dan Cyan dengan tema mor al
pajak.6 Ada pula penelitian yang mengangkat isu patr iotisme atau nasionalisme, namun belum
ada penelitian yang secar a ber sama-sama mengangkat r eligiusitas dan nasionalisme secar a
ber sama-sama dalam mempengar uhi kepatuhan pajak. Hal ini bar angkali dipengar uhi oleh

1
2

3
4

5

6

Cahyonow ati, N., Model Mor al Dan Kepatuhan Per pajakan  : JAAI , Vol. 15 No, 2011, 161–177.
Bloomqui st, K. M., Tax Evasion , I ncome I nequali ty And Oppor tunity Costs Of Compliance Office Of Resear ch Paper Pr esented At
The 96 Th Annual Confer ence. In Paper Pr esented At The 96t h Annual Confer ence Of The National Tax Association, h.
Modugu, K. P, I mpact Of Tax Audi t On Tax Compliance I n Niger ia, 5(9), 2014, h. 207–215.
Tor gler , B., The I mpor tance Of Faith : Tax Morale And Religiosity. Jour nal Of Economic Behavior &Or ganization , 61, 2006, h. 81–109.
Razak, A. A., &Adaful a, C. J, Evaluati ng Taxpayer s ’ At tit ude And Its I nflu Ence On Tax Compl iance Decisions I n Tamale , Ghana,
5(September ), 2013, h. 48–57.
Cyan, M. R., Koumpi as, A. M., &Mar tinez-Vazquez, J., The Deter minant s Of Tax Mor ale In Pakistan. Jour nal Of Asian Economics, 47,
2016, h. 23–34.

12

IAIN Palangka Raya

13


kar akter suatu bangsa, dimana dengan kar akter bangsa yang sekuler , maka hal yang ber kaitan
dengan agama dan kenegar aan akan dipisahkan jauh-jauh.7
Penelitian ini ingin menonjolkan kar akter bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menempatkan agama sebagai bagian yang tak ter pisahkan dar i negar a, bahkan dijadikan unsur
utama (w alaupun bukan satu-satunya), ter bukti dengan apa yang ada pada sila per tama
Pancasila. Penelitian ini hendak mengakomodasi aspek psikis yang ber kaitan dengan “r asa”.
Rasa cinta kepada agama (r eligiusitas) maupun kepada bangsa dan negar a (nasionalisme).
Religiusitas mer upakan nilai-nilai atau pr insip yang dianut oleh seseor ang yang didasar i oleh
agama yang dianutnya.8 Sedangkan nasionalisme adalah suatu paham, yang ber pendapat bahw a
kesetiaan ter tinggi individu har us diser ahkan kepada negar a kebangsaan.
Luar an yang dihar apkan dapat dihasilkan oleh penelitian ini adalah r ekomendasi bagi
par a pemangku kebijakan yang ber kaitan dengan pajak mengenai pentingnya memper timbangkan faktor mor al pajak yang dibentuk oleh var iabel r eligiusitas dan nasionalisme. Hal ini
menjadi suatu ur gensi mengingat suatu fakta bahw a t ax r at io Indonesia masih pada tingkat yang
sangat r endah dan belum memenuhi tar get. Bahkan, di tahun 2015, t ax r at io mengalami
penur unan dar i angka 11,9% di tahun 2014 menjadi 10,88 di tahun 2015. Bila dibandingkan
dengan negar a tetangga, Indonesia juga ter tinggal cukup jauh, Filipina t ax r at io-nya mencapai
12%, Malaysia memiliki t ax r at io 16% dan Singapur a 22%.9
“Ungkap, tebus, lega”, t agline ini dibuat oleh Dir ektor at Jendr al Pajak Kementer ian Keuangan dalam r angka sosialisasi pr ogr am t ax amnest y yang pada r encananya akan diselenggar akan dar i bulan Oktober 2015 hingga Mar et 2017. Amnesti pajak adalah pr ogr am pengampunan
yang diber ikan oleh pemer intah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang
sehar usnya ter utang, penghapusan sanksi administr asi per pajakan, ser ta penghapusan sanksi
pidana di bidang per pajakan atas har ta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang

belum dilapor kan dalam SPT, dengan car a melunasi selur uh tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan.10
Pr ogr am t ax amnest yini mer upakan bukti bahw a masih banyaknya ketidakpatuhan
per pajakan (t ax avoidance) dar i par a w ajib pajak sehingga pemer intah mer asa per lu untuk lebi h
baik member ikan pengampunan dan kelonggar an pembayar an untuk kemudian mendapatkan
pemasukan ber upa uang tebusan dibanding menunggu kesadar an w ajib pajak yang memiliki
pajak ter utang untuk membayar kan pajak ter utangnya.

Kajian Teoretis
Religiusitas, Mor al Pajak dan Kepatuhan Pajak
Kajian yang mengkaitkan antar a r eligiusitas dan mor al pajak dilakukan oleh Togler .
Penelitiannya yang dilakukan dengan mengambil data dar i 32 negar a menyatakan bahw a faktor
r eligiusitas secar a signifikan meningkatkan mor al pajak. Per tanyaan umum yang diajukan
Togler sebagai indikator untuk menjelaskan var i abel r eligiusitas adalah mengenai seber apa
ser ingnya datang ke ger eja, bagaimana pendidikan agamanya, apakah aktif atau tidak di suatu
or ganisasi keagamaan, r eligiusitas yang dir asakan, seber apa dalam memahami tuntunan agamanya, seber apa besar keper cayaannya kepada ger eja, dan untuk mengontr olnya maka agama
spesifik yang dipilih dalam penelitian ini.

R., Digital Commons At Loyola Mar ymount Patr ioti sm And Taxation  : The Tax Compliance Implications Of The Tea Party
Movement, 2011, h. 45.

8 asr i, Y. M. ( N.D.). Pengar uh Gender , Reli giusit as Dan Si kap Love Of Money Pada Per sepsi Eti ka Penggelapan Pajak, 2015, h. 45–54.
9 http:/ / w w w .kemenkeu.go.id/ Ber i ta/ dir jen-pajak-t ax-r atio-i ndonesia-masihr endah, diakses 17 November 2016.
10 http:/ / w w w .pajak.go.id, diakses 12 November 2016.
7 Lavoie,

Moral Pajak: Sebuah Opsi Peningkatan Kepatuhan Pajak Masyarakat Muslim

14

IAIN Palangka Raya

Var iabel mor al pajak diukur oleh Togler dengan menggunakan apakah individu ter sebut
per nah melalukan (1) kebohongan, yaitu dengan mengklaim tunjangan yang diber ikan
pemer intah, padahal ia tak ber hak untuk mener imanya; (2) kecur angan, yaitu dengan tidak
membayar tar if di angkutan umum; (3) membeli bar ang cur ian sementar a or ang ter sebut tau
bahw a bar ang ter sebut mer upakan hasil cur i an.11
Beber apa penelitian yang menghubungkan antar a r eligiusitas dan kepatuhan pajak telah
dilakukan, dimana salah satunya adalah penelitian oleh Mohdali yang meneliti tentang pengar uh
r eligiusitas masyar akat Muslim di Tur ki ter hadap kepatuhan pajak. Mohdali menemukan bahw a
ter dapat pengar uh yang signifikan untuk r eligiusitas intr aper sonal dan tidak untuk r eligiusitas

inter per sonal. Mohdali membedakan var iabel r eli giusitas ke dalam dua tipe. Yang per tama
adalah r eligiusitas inter per sonal dan r eligiusitas intr aper sonal. Yang dimaksud dengan
r eligiusitas inter per sonal ber kaitan dengan keyakinan dan sikap individu, dan komitmen agama
inter per sonal yang ber asal dar i keter libatan individu dengan komunitas atau or ganisasi keagamaan. Penelitian sejenis dilakukan oleh Utama dan Wahyudi yang sebaliknya menemukan
bahw a r eligiusitas inter per sonal ber pengar uh signifikan pada kepatuhan pajak dan r eligiusitas
intr aper sonal tidak.
Dalam teor i etika, mor al diistilahkan sebagai nilai-ni lai atau pr insip-pr insip individu untuk
membuat keputusan yang benar atau salah. Ber angkat dar i logika ini, tentunya keputusan untuk
taat pajak ataupun tidak juga dipengar uhi oleh suatu nilai atau pr insip yang dianut oleh individu
yang ber sangkutan. Nilai atau pr insip ter sebut apabila dikaitkan dengan agama dapat disebut
dengan r eligiusitas. Religiusitas menur ut Johnson dipandang sebagai sejauh mana individu
ber komitmen ter hadap agamanya ser ta keimanan dan mener apkan ajar annya sehingga sikap
dan per ilaku individu mencer minkan komitmen ini.12
Mor al pajak dapat diar tikan lebih luas dar i r eligiusitas, dimana menur ut Yucedogr u sesuai
dengan Gambar 1 ter lihat bahw a r eligiusitas adalah bagian dar i mor al pajak yang dapat
meningkatkan mor al pajak. Mor al pajak disepakati sebagai motivasi inter nal dir i untuk
membayar pajak.13

Gambar 1. Yucedogru’s Figur e
I mpor tance Of Fait h : Tax Morale And Religiosity. Jour nal Of Economic Behavior &Or ganization , 61, 2006, h.81–109.

Reli giusit as Ter hadap Per ilaku Kepat uhan Waj ib Pajak Or ang Pr ibadi Di Pr ovinsi DKI Jakar ta, (2), 2016, h.1–13.
13 Tor gler , B., The I mpor tance Of Faith  : Tax Morale And Religiosity. Jour nal Of Economic Behavior &Or ganization , 61, 2006, h. 81–109.
11 Tor gler , B, The

12 Utama, A. Pengar uh

Jur nal Al Qardh, Volume V, Nomor 1, Juli 2017

15

IAIN Palangka Raya

Model yang lebih lengkap untuk menjelaskan mor al pajak dir umuskan oleh Cahyonow ati.
Model yang ia buat lebih kompr ehensif, mor al pajak dipengar uhi oleh tiga var iabel, dimana
masing-masing var iabel ter sebut mempunyai ber agam indikator . Ber ikut adalah model yang
dikembangkan oleh Cahyonow ati.14
Var iabel Sosial Kemasyarakatan

- Keper cayaan ter hadap sistem
hukum


- Keper cayaan ter hadap sistem
-

per pajakan
Kebanggaan Nasional
Penghindar an pajak per sepsian
Par tisipasi politik
Religiusitas
Desentr alisasi

Var iabel Demogr afi
- Umur
- Jenis kelamin
- Tingkat pendidikan
- Tingkat pendapatan
- Per sepsi ter hadap
ekonomi

Mor al Per pajakan


Kepatuhan Per pajakan

kondisi

Faktor yang memaksa
- Audit pajak
- Denda pajak

Gambar 2. Model Teor etis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Perpajakan ( Cahyonowati, 2011)

Hasil dar i penelitian Cahyonow ati (2011) menyatakan bahw a dar i sekian banyak var iabel
dan indikator yang mempengar uhi mor al per pajakan, r upanya hanya denda pajak yang secar a
signifikan mempengar uhi mor al per pajakan. Namun mor al per pajakan sebagai motivasi
intrinsik individu mempunyai deter minan positif ter hadap kepatuhan per pajakan.
Ada sebuah klaim bahw a penelitian pada komunitas non-muslim dengan komunitas
muslim akan ter dapat beber apa per bedaan (Yucedogr u, 2013), oleh kar enanya penelitian ini
akan dibatasi mengukur r eligiusitas dalam scope komunitas muslim. Religiusitas dalam Islam
menur ut Ancok dan Sur oso (2008) mencakup lima hal, yaitu (1) akidah, menyangkut keyakinan

ber agama, inti dimensi akidah dalam Islam adalah t auhid; (2) ibadah, menyangkut pelaksanaan
hubungan antar manusia dengan Allah, ber kaitan dengan r itual-r itual keagamaan; (3) amal
(akhlak), menyangkut pelaksanaan hubungan manusia dengan sesama makhluk, saling tolong
menolong, mennghor mati, toler ansi, dan lain sebagainya; (4) pengetahuan, menyangkut seber apa banyak seseor ang memahami ajar an Islam, hukum-hukum Islam, sejar ah Islam, dan lain sebagainya; dan (5) penghayatan, menyangkut per asaan kedekatan dengan Allah dan kenyamanan
dalam ber agama.

14 Cahyonow ati,

N., Model Mor al Dan Kepatuhan Per paj akan  : JAAI , Vol. 15 No, 2011, h. 161–177

Moral Pajak: Sebuah Opsi Peningkatan Kepatuhan Pajak Masyarakat Muslim

16

IAIN Palangka Raya

‫اﻟ ْﺒ ِﺮ ﱠ أ َن ْ ﺗ ُﻮ َ ﻟ ﱡﻮا و ُ ﺟ ُﻮھ َﻜ ُﻢ ْ ﻗ ِﺒ َﻞ َ اﻟ ْﻤ َﺸ ْﺮ ِق ِ و َ اﻟ ْﻤ ََﻣ ﻐ َْﻦ َﺮ ِﺑ ِﺎب ِ ﱠو َ ِﻟ َﻜو َِﻦاﻟ ﱠ ْ ﯿاﻟَﻮ ْْﺒ ِم ِﺮ ﱠﻣاﻵَﻦ ْ آَﺧ ِ ﺮ ِ و َ اﻟ ْﻤ َﻼ َ ﺋ ِﻜ َ ﺔ ِ و َ اﻟ ْ ﻜ ِ ﺘ َﺎب ِ و َ اﻟﻨ ﱠﺒ ِ ﯿ ﱢﯿﻦ َ و َ آ َﺗ َﻰ اﻟ ْﻤ َ ﺎل َ ﻋ َﻠ َﻰ‬
‫َﺎﻣ ِي‬
‫ﺣ ُ َﺒ ﱢاﻟﮫ ِْ ﯿ َذﺘ َو‬
‫اﻟﺰ ﱠْﻤﻛ َُﻮﻓ ُﻮن َ ﺑ ِﻌ َ ﮭْﺪ ِ ھ ِﻢ ْ إ ِذ َا ﻋ َﺎھَﺪ ُوا‬

‫َﻰ اﻟو َ ْﻘاﻟُﺮ ْْﻤ َ ﺴ َﺎﻛ ِﯿﻦ َ و َ اﺑ ْﻦ َ اﻟﺴ ﱠﺒ ِﯿﻞ ِ و َ اﻟﺴ ﱠﺎﺋ ِﻠ ِﯿﻦ َ و َ ﻓ ِﻲ اﻟﺮ ﱢ ﻗ َﺎب ِ و َ أ َ ﻗ َﺎم َ اﻟﺼ ﱠﻼة َ َو َ آ َ ﺎﺗة ََﻰو َ اﻟ‬
‫ﺑ َﻰ و‬
َ ‫ﯾﻦ َﱠاءﻓ ِ ِﻲو اَﺣ ِ ﯿﻦ َ اﻟ ْ ﺒ َﺄ ْس ِ أ ُوﻟ َﺌ ِﻚ َ اﻟ ﱠﺬ ِﯾﻦ َ ﺻ َ ﺪ َﻗ ُﻮا و َ أ ُوﻟ َﺌ ِﻚ َ ھ ُﻢ ُ اﻟ ْﻤ ُﺘ ﱠﻘ ُﻮن‬
‫ﻀ ﱠﺮ‬
ِ ‫َﺎء ِﺼو َﱠﺎﺑاﻟِﺮ‬
‫ﻟ ْ ﺒ َﺄ ْ وﺳ َ اﻟ‬
“Bukanlah menghadapkan w ajahmu ke ar ah timur dan bar at itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah ber iman kepada Allah, har i kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan member ikan har ta yang dicintainya kepada ker abatnya, anak-anak
yatim, or ang-or ang miskin, musafir (yang memer lukan per tolongan) dan or ang-or ang yang
meminta-minta; dan (memer dekakan) hamba sahaya, mendir ikan shalat, dan menunaikan zakat ;
dan or ang-or ang yang menepati janjinya apabila ia ber janji, dan or ang-or ang yang sabar dalam
kesempitan, pender itaan dan dalam peper angan. Mer eka itulah or ang-or ang yang benar (imannya); dan mer eka itulah or ang-or ang yang ber takw a (Al Baqar ah: 177).

Nasionalisme, Moral Pajak dan Kepatuhan Pajak
Menghubungkan nasionalisme dengan kepatuhan dalam per pajakan telah dilakukan oleh
beber apa liter atur . Penelitian Lavoui menghubungkan patr iotisme dengan kepatuhan pajak
dalam hubungannya dengan ger akan “Tea Par t y Movement ”. Tea par t y movement adalah ger akan
sebagian w ar ga Amer ika dalam r angka mempr otes pemer intah dan kebijakan pajaknya. Dalam
kesimpulannya Lavoui mengatakan bahw a ber kaitan dengan tea par t y movement , patr iotisme
justr u menjadi faktor penghalang bagi kepatuhan pajak. 15
Ber beda dengan Lavoui, Konr ad and Qar i menemukan hubungan sangat kuat antar a
patr iotisme dengan kepatuhan pajak, bahkan setelah dilakukan r obust ness t est ber kali-kali.
Penelitian Konr ad and Qar i ini didukung oleh Pur namasar i et.al. yang menyatakan bahw a
nasionalisme ber pengar uh positif signifikan ter hadap kepatuhan membayar pajak. Masih menur ut Pur namasar i, w ajib pajak dihar apkan tetap memiliki r asa nasionalisme yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daer ah yang dapat membantu ter hadap pemenuhan kesejahter aan masyar akat melalui pembayar an PBB.
Yucedogr u menyampaikan bahw a mayor itas r espondennya mengatakan bahw a tidak
ter dapat hubungan antar a patriotisme dengan membayar pajak. Mer eka menyatakan bahw a
jikapun mer eka tetap membayar pajak adalah bukan kar ena jiw a nasionalisme mer eka, melainkan agar sistem yang ada tetap ber jalan.
Ber dasar kan teor i atr ibusi, nasionalisme mer upakan penyebab inter nal yang dapat mempengar uhi per sepsi w ajib pajak dalam membuat keputusan mengenai per ilaku kepatuhan w ajib
pajak dalam melaksanakan kew ajiban per pajakannya. Beber apa indikator nasionalime menur ut
Iskandar adalah (1) bangga menjadi bangsa dan menjadi bagian dar i masyar akatIndonesia; (2)
mengakui dan menghar gai sepenuhnya keanekar agaman pada dir i bangsa Indonesia; (3) ber sedia memper tahankan dan memajukan negar a ser ta nama baik bangsa; (4) senantiasa membangun r asa per saudar aan, solidar itas dan kedamaian antar kelompok masyar akat dengan
semangat per satuan; (5) menyadar i sepenuhnya sebagai bagian dar i bangsa lain untuk menciptakan hubungan ker ja sama saling menguntungkan; (6) memiliki r asa cinta tanah air Indonesia; dan (7) menempatkan kepentingan ber sama di atas kepentingan sendiri dan golongan
atau kelompok.

R., Digital Commons At Loyola Mar ymount Patr iot ism And Taxation  : The Tax Compliance Implications Of The Tea Party
Movement , 2011, h.45.

15 Lavoie,

Jur nal Al Qardh, Volume V, Nomor 1, Juli 2017

17

IAIN Palangka Raya

Religiusitas dan Nasionalisme
Islam mer upakan agama yang nasionalis.Bagi kaum muslimin, kehadir an paham nasionalisme ber sentuhan langsung dengan nilai-nilai Islam yang telah lebih lama ber ada di tengahtengah mer eka. Bagi mer eka, nasionalisme har us memper hatikan kepentingan selur uh w ar ga
bangsa dengan basis ukhuw ah Islamiyah. Nasionalisme yang demikian ini mer upakan bagian
integr al dar i konsep “Pemer intahan Madinah” yang dibangun oleh Rasulullah Saw ber sama par a
sahabatnya. Inilah yang disebut nasionalisme Islam.
Beber apa dalil tentang nasionalisme dalam Islam ter cer min dalam beber apa ayat dalam Al
Qur ’an yang menyebut tentang neger i. Rasulullah pun sangat mencintai neger inya, kar ena
apabila suatu neger i tidak makmur , aman, sentosa maka r akyatnya pun tak dapat hidup
tenter am di dalamnya.

ُ ‫اﻵﺧ ِ ّ ِوﺮ َ ِاﻟ ْﻗﯿ ََﺎل َ و َ ﻣ َﻦ ﻛ َ ﻔ َﺮ َ ﻓ َﺄ ُﻣ َ ﺘ ﱢﻌ ُ ﮫُ ﻗ َﻠ ِﯿﻼ ً ﺛ ُﻢ ﱠ أ َﺿ ْ ﻄ َﺮ ﱡ ه‬
‫َﺎل َ ھإ َِـﺑَﺬْﺮ ََااﺑھَﻠِﯿﻢَﺪا ً آﻣ ِﻨﺎ ً و َ ار ْ ز ُق ْ أ َھ ْﻠ َﮫُ ﻣ ِﻦ َ اﻟﺜ ﱠﻤ َﺮ َ ات ِ ﻣ َﻦ ْ آﻣ َﻦ َ ﻣ ِﻨ ْﻮ ْﮭمُﻢِ ﺑ ِﺎ‬
ْ ‫اﺟ ْ ﻌﻗَﻞ‬
‫ُ ر َب ﱢو َ إ ِذ‬
ُ ‫إ ِﻟ َﻰ ﻋ َﺬ َاب ِ اﻟﻨ ﱠﺎر ِ و َ ﺑ ِﺌ ْﺲ َ اﻟ ْﻤ َﺼ ِ ﯿﺮ‬
Dan (ingat lah), ket ika Ibr ahim ber doa: “Ya Tuhanku, jadikanlah neger i ini neger i yang
aman, dan ber ikanlah r ezki kepada penduduknya dar i (ber bagai macam) buah-buahan,
(yait u penduduknya)yang ber iman di ant ar a mer eka kepada Allah dan har i kemudian.”
Allah ber fir man: “Dan siapa yang kafir maka Aku ber i kesenangan sement ar a, kemudian Aku
memaksanya menjalani siksa ner aka dan it ulah sebur uk-bur uk t empat kembali“ (Al
Baqar ah: 126) .

Moral Pajak dan Kepatuhan Pajak
Mor al pajak mer upakan motivasi intr insik w ajib pajak untuk mematuhi dan membayar
pajak, sehingga sudah selayaknya menjadi fokus utama kebijakan otor itas pajak.16 Ditambah
dengan sistem pajak Indonesia yang masih menganut self assesment syst em untuk diter apkan
bagi w ajib pajak or ang pr ibadi, yaitu sistem yang member ikan keleluasaan dalam menghitung,
melapor , menyetor dan memper tanggungjaw abkan kew ajiban pajak WPOP kepada otor itas
pajak. Sistem self assesment ini r aw an sekali dengan kemungkinan adanya kebohongan,
kecur angan dan penundaan dalam pelapor an maupun penyetor an, sehingga diper lukan suatu
motivasi yang kuat dar i masing-masing WP yang ber asal dar i dalam dirinya sendiri untuk patuh
dan taat pada undang-undang perpajakan yang ber laku.
Banyak topik dan faktor yang telah ditelaah dalam penelitian ter dahulu mengenai mor al
pajak ini. Beber apa faktor inter nal atau yang ber hubungan dengan masing-masing individu
w ajib pajak dan memper ngar uhi mor al pajak yang telah ter ungkap di beber apa penelitian terdahulu diantar anya adalah pengetahuan, kesadar an, pendidikan, keluar ga, nilai-nilai keper cayaan dan agama (r eligiusitas), nilai-nilai mor al, usia dan gender ser ta keper cayaan kepada pemer intah. Selain faktor -faktor ekster nal yang ber upa tar if pajak, sanksi pajak, audit pajak,
pelayanan fiskus, kor upsi, keadilan dan ketegasan sistem pajak, kemudahan tr ansaksi pelapor an
dan pembayar an pajak.
Penelitian ini mengkr itisi penelitian Muthia yang mengambil indikator mor al pajak ber dasar kan kebanggaan nasional, keper cayaan pada pemer intah, kondisi ekonomi, sistem per pajakan dan sanksi pajak. Penulis ber pendapat bahw a indikator kondisi ekonomi, sistem per pajakan ser ta sanksi pajak tidaklah dapat digolongkan sebagai unsur intr insik. Kebanggaan

16 Cahyonow ati,

N, Model Mor al Dan Kepatuhan Per pajakan  : JAAI , Vol. 15 No, 2011, h.161–177.

Moral Pajak: Sebuah Opsi Peningkatan Kepatuhan Pajak Masyarakat Muslim

18

IAIN Palangka Raya

nasional dan keper cayaan pada pemer intah juga penulis anggap bukan mer upakan indikator
mor al pajak melainkan lebih tepat disebut sebagai faktor yang mempengar uhi mor al pajak.
Ber dasar kan kr itisi diatas, penelitian ini mengangkat beber apa indikator dibaw ah ini
untuk menjelaskan mor al pajak adalah (1) adanya niat yang baik untuk menaati per atur an
per pajakan; (2) per caya bahw a pajak ber manfaat untuk keber langsungan negar a; (3) per caya
bahw a sudah mer upakan kew ajiban seor ang w ar ga negar a untuk patuh dan taat pada undangundang dan per atur an yang ber laku di negar anya, ter masuk dalam hal ini per atur an per pajakan.
Indikator -indikator ter sebut diatas diambil dengan per timbangan bahw a mor al pajak
menur ut penulis mer upakan suatu motivasi dalam dir i masing-masing pr ibadi yang per caya
bahw a pajak adalah suatu kew ajiban w ar ga negar a dan dibutuhkan oleh negar a untuk melangsungkan pemer intahan dan pembangunan sehingga ada niat untuk melapor kan dan membayar kannya.

Kepatuhan Pajak
Kepatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana seor ang w ajib pajak memenuhi atau gagal untuk memenuhi per atur an per pajakan yang ber laku di negar anya. Kepatuhan pajak dapat ter jadi secar a sukar ela maupun secar a paksaan. Secar a sukar ela apabila w ajib
pajak memiliki motivasi untuk melapor kan dan membayar pajak dengan jujur dan tanpa ada
keinginan untuk melakukan kecur angan. Sebaliknya, kepatuhan yang dipaksakan adalah apabila
dalam memenuhi kew ajiban per pajakannya w ajib pajak didasar i oleh ketakutan dengan adanya
sanksi pajak, pemer iksaan pajak, denda pajak dan hukuman apabila ter bukti melakukan kecur angan.
Sedikit ber beda pendekatan yang diambil oleh Nur mantu dalam Cahyonow ati dalam
menjelaskan kepatuhan. Menur ut Nur mantu kepatuhan dibedakan menjadikepatuhan for mal
dan kepatuhan mater iil. Kepatuhan for mal adalah apabilaw ajib pajak memenuhi kew ajiban
per pajakan sebatas ketentuan for mal dalam undang-undang perpajakan, sedangkankepatuhan
mater iil adalah suatu keadaan di mana WP secar a substantif memenuhi semua ketentuan
mater iil per pajakan yakni sesuai isi dan jiw a undang-undang per pajakan.17
Kepatuhan pajak menur ut Inter nal Revenue Ser vice (IRS) dapat didefinisikan melalui tiga
var iabel, yaitu (1) kepatuhan penyer ahan SPT (filling compliance), (2)kepatuhan pembayar an
(payment compliance), dan (3) kepatuhan pelapor an (r epor t ing compliance) .
METODE
Penelitian ini mer upakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data pr imer . Sumber
data didapatkan dar i kuesioner yang disebar kan kepada 238 w ajib pajak or ang pr ibadi yang
ber agama Islam. Pengambilan sample sebanyak 238 r esponden ini ber dasar kan asumsi bahw a
sample yang dapat diambil adalah dengan mengalikan antar a jumlah indikator dengan 15.
Dalam penelitian ini ter dapat 16 indikator , sehingga jumlah per kali annya menjadi 240. Namun
pada saat kuesioner disebar hingga batas w aktu yang ditentukan, peneliti hanya ber hasil mendapatkan sebanyak 238 kuesioner .
Jumlah var i abel laten dalam penelitian ini tidak sampai dengan lima buah (hanya 4 buah)
dan setiap var iabel laten dijelaskan oleh tiga atau lebih indikator , sehingga jumlah sample
sebanyak 100-150 dianggap sudah memadai (Santoso, 2015). Sample dipilih secar a acak atau
dengan metode r andom sampling. Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
St r uctur al Equat ion Modelling (SEM) dan diolah dengan menggunakan pr ogr am AMOS 21.

17 Cahyonow ati,

N., Model Mor al Dan Kepatuhan Per pajakan  : JAAI , Vol. 15 No, 2011, h. 161–177

Jur nal Al Qardh, Volume V, Nomor 1, Juli 2017

19

IAIN Palangka Raya

Uji asumsi yang har us dipenuhi dalam penger jaan model dengan menggunakan SEM
adalah uji goodness of fit , nor malitas, outlier s dan multikolinier itas. Setelah uji asumsi tadi ter penuhi maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisa out er model (pengujian
validitas dan r eliabilitas konstr uk), dan inner model (pengujian hubungan str uktur al). Di baw ah
ini adalah model pengujian hipotesis yang dibentuk pada penelitian ini.

Gambar 1. Model Kepatuhan Pajak
Kuesioner yang dibagikan ber isikan per tanyaan masing-masing dua buah untuk menjelaskan setiap indikator yang diber ikan. Masing-masing per tanyaan diukur dengan menggunakan
skala liker t dengan level per setujuan 1 hingga 5, dimana 1 ber ar ti r esponden ber pendapat
sangat tidak setuju, sementar a 5 ber ar ti r esponden menyatakan sangat setuju.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Outer Model
Pengujian outer model dilakukan dengan melakukan over all model fit t est dan conver gent
and discr iminant validit y t est . Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahw a indikator untuk
tiap-tiap konstr uk dapat menjelaskan konstr uk tersebut dengan tepat. Hasil dar i over all model
fit t est menunjukkan bahw a pr obablility level ter dapat di angka 0,24 yang ber ar ti ada jauh diatas
0.05 atau model dapat dianggap fit. Dengan alat uji lain pun, model masih bisa dianggap fit. Nilai
GFI dan AGFI adalah 0.961 dan 0.928, angka ter sebut menunjukkan kedekatan dengan 1 yang
ber ar ti ter dapat indikasi bahw a model dapat dianggapp fit. Selain itu nilai RMSEA juga menunjukkan indikasi yang baik di angka 0.000.
Sedangkan untuk uji validitas konver gen didapatkan hasil pada tabel di baw ah ini.
Moral Pajak: Sebuah Opsi Peningkatan Kepatuhan Pajak Masyarakat Muslim

20

IAIN Palangka Raya

Tabel 1. Regression Weights: ( Group Number 1 - Default Model)
Estimate S.E.

C.R.

P Label

aqidah