Sumber Ajaran Agama Islam 1

3 Sumber Ajaran Agama Islam
Sebagai umat Islam kamu harus tahu apa saja yang menjadi sumber ajaran islam. Dan
Sumber ajaran Islam pertama adalah Al-Qur’an yang merupakan mukjizat Rosul berupa
wahyu yang datangnya langsung dari Allah SWT melalui malaikat Jibril dan yang kedua
adalah hadits/ As-Sunnah dari Nabi Besar Muhammad.
Sedangkan yang ketiga adalah Ijtihad yang merupakan hasil pemikiran umat Islam, yaitu
para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan AsSunnah sebagai dasarnya. Berikut membahasan lebih dalam, mengenai sumber ajaran islam :

Al – Qur’an
Sumber ajaran islam yang pertama adalah Al-Qur’an. Al-Quran ialah kumpulan firman Allah
atau wahyu Allah yang disampaikan untuk Nabi Muhammad SAW dengan melalui
malaikat Jibril. Al-Qur’an berisi tentang ajaran keimanan seperti tentang akidah, tauhid, dan
iman, peribadahan atau yang sering disebut dengan syariat, dan juga budi pekerti atau akhlak.
Al-Quran juga merupakan mukjizat terbesar Nabi besar Muhammad Saw,dan bahkan
menjadi mukjizat terbesar dibandingkan dengan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran
membenarnyan merupakan kumpulan dari kitab – kitab yang sebelumnya tenah diturun kan
oleh Allah dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah
disempurnakan sebagai pedoman hidup umat manusia.

Hadits/As-Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Sunnah

merupakan segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi
besar Muhammad Saw. Penetapan atau taqrir merupakan persetujuan atau diamnya Nabi
Muhammd SAW terhadap perkataan dan perilaku sahabat. Sunah sebagai sumber ajaran islam
yang kedua telah dijelaskan di Al-Qur’an surat 57 ayat 7 yang menyatakan bahwa kita harus
menerima atau mengikuti apa yang diperbolehkan atau dilarang oleh Nabi besar Muhammad
SAW.

Ijtihad
Ijtihad merupakan pendapat hukum atas suatu masalah yang terjadi dengan tetap berdasar
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dilakukan ketika ada suatu masalah namun tidak secara
tegas dijelaskan dalam Al-Qur’an ataupun As-Sunah.
Jadi jelas bahwasannya sumber ajaran islam ada 3, yang pertama adalah Al-Qur’an kedua
Sunnah nabi Muhammad SAW dan yang ke tiga Ijtihad.

3 Sumber Ajaran Islam Dan Penjelasannya
Lengkap
3 Sumber Ajaran Islam Dan Penjelasannya Lengkap – Sumber ajaran Islam ialah segala
sesuatu yang dapat dijadikan acuan, pedoman, dasar dalam menjalankan syariat islam.
Sumber pokok ajaran Islam itu ada tiga macam, diantaranya yaitu Al-Qur’an, Hadits dan
Ijtihad. Dari kalangan para Ulama, sumber paling utama itu adalah Qur’an dan Hadits

(Sunnah).

Sumber Ajaran Islam Dan Penjelasannya Lengkap
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah yang berisikan firman-firman Allah, diwahyukan kepada Nabi
Muhamad SAW sebagai salah satu mukjizatnya melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an
yang merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan tentang aqidah, ibadah, hukum,
peringatan, kisah-kisah dan isyarat pengembangan iptek yang dijadikan sebagai acuan dan
pedoman hidup bagi umat Nabi Muhamad SAW.

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya“. (QS. Yusuf: 2)

2. Hadits (Sunnah)
Merupakan sumber ajaran Islam yang kedua. Sunnah merupakan kebiasaan yang dilakukan
oleh Rasulullah baik dari segi perkataan, perbuatan maupun ketetapan atau persetujuan
Rasulullah terhadap apa yang dilakukan oleh para sahabatnya.
Menurut ulama Salaf, As-Sunnah ialah petunjuk yang dilakukan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya.
As-Sunnah berfungsi untuk memperjelas, menafsirkan isi atau kandungan dari ayat-ayat AlQur’an dan memperkuat pernyataan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengembangkan segala

sesuatu yang samar-samar atau bahkan tidak ada ketentuannya di dalam Al-Qur’an.
Macam-macam Hadits atau Sunnah
Hadits atau sunnah dilihat dari segi bentuknya, diantaranya:


Qauliyah yakni semua perkataan Rasulullah



Fi’liyah yakni semua perbuatan Rasulullah



Taqririyah yakni penetapan, persetujuan dan pengakuan Rasulullah



Hammiyah yakni sesuatu yang telah direncanakan oleh Rasulullah dan telah
disampaikan kepada para sahabatnya untuk dikerjakan namun belum sempat
dikerjakan dikarenakan telah datang ajalnya.


Hadits atau sunnah dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikannya, diantaranya:


Mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak



Masyhur yaitu diriwayatkan oleh banyak orang, namun tidak sampai (jumlahnya)
kepada derajat mutawatir



Ahad yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi kualitasnya, diantaranya:


Shahih yakni hadits yang benar dan sehat tanpa ada keraguan atau kecacatan.




Hasan yakni hadits yang baik, memenuhi syarat seperti hadits shahih, letak
perbedaannya hanya dari segi kedhobitannya (kuat hafalan). Hadits shahih
kedhobitannya lebih sempurna daripada hadits hasan.



Dhaif yakni hadits yang lemah.



Maudhu yakni hadits yang palsu atau dibuat-buat.

3. Ijtihad
Ijtihad yaitu mengerahkan segala kemampuan berpikir secara maksimal untuk mengeluarkan
hukum syar’i dari dalil-dalil syara’ yaitu Qur’an dan hadits. Ijtihad dapat dilakukan jika ada
suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun hadits, maka dapat
dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu dan berdasarkan
pada Al-Qur’an dan hadits.

Macam-macam Ijtihad


Ijma’
Yaitu kesepakatan para ulama (mujathid) dalam menetapkan suatu hukum-hukum
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Keputusan
bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian
dirundingkan dan disepakati. Adapun hasil dari ijma’ adalah fatwa, yakni keputusan
bersama para mujtahid yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.



Qiyas
Yaitu menggabungkan atau menyamakan. Artinya menetapkan suatu hukum atau
suatu perkara yang baru muncul, yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat,

bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa
sebelumnya.



Istihsan
Yaitu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan karena
adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk meninggalkannya. Berbeda
dengan Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas yang kedudukannya sudah disepakati oleh
para jumhur ulama sebagai sumber hukum Islam. Istihsan ini adalah salah satu
cara yang digunakan hanya oleh sebagian ulama saja.



Maslahah Mursalah
Yakni kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh syar’i dalam wujud hukum, dalam
rangka menciptakan kemaslahatan, disamping tidak terdapat dalil yang membenarkan
atau menyalahkan.



Sududz Dzariah
Yakni tindakan dalam memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh atau haram

demi kepentingan dan kemaslahatan umat.



Istishab
Yakni menetapkan ssuatu keadaan yang berlaku sebelumnya hingga adanya dalil yang
menunjukkan adanya perubahan keadaan itu. Atau menetapkan berdasarkan hukum
yang ditetapkan pada masa lalu secara abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat
dalil yang menunjukkan adanya perubahan.



Urf
Yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia karena telah menjadi kebiasaan,
adat atau tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya dengan
meninggalkan perbuatan tertentu.

Jadi jelaslah bahwa sumber ajaran Islam telah di rumuskan oleh Rasuluallah SAW, yakni
terdiri dari tiga sumber pokok yang dijadikan acuan, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah (Hadits),
dan Ijtihad.

Semoga tulisan mengenai 3 Sumber Ajaran Islam Dan Penjelasannya Lengkap ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan membantu untuk lebih mengetahui dan
memahami tentang sumber-sumber pokok ajaran Islam. Sekian terimakasih

SUMBER AJARAN ISLAM
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengantar Studi Islam
Yang Diampu Oleh: Fihris Sa’adah, S.Ag.,M.Ag

Disusun Oleh,
Syaifudin Hamzah
(133111011)
Izza Firdiana Rizky (133111012)
Baihaqi
(133111013)
Rizqi Ainunhayati
(133111014)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2013

I.

PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan
hukum yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum
memiliki sumber-sumbernya sendiri sebagai pedoman dan pelaksananya. Kehadiran agama
Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan
manusia yang lebih baik, sejahtera lahir dan batin.
Untuk itu kita sebagai umat Islam yang taat harus mengetahui sumber-sumber ajaran
Islam yang ada, serta mengetahui isi kandunganya. Namun sumber-sumber tersebut tidak
hanya di jadikan sebagai pengetahuan saja, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan seharihari.1[1]
Petunjuk-petunjuk agama yang mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat dalam sumber ajarannya, yaitu Al-Qur’an yang merupakan sumber ajaran Islam
pertama dan Hadist merupakan sumber yang kedua, tampak ideal dan agung. Ditambah lagi
dengan berbagai pemikiran-pemikiran ulama’ tentang hukum-hukum yang masih global di

pembahasan Al-Qur’an dan Hadist.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman-firman Allah SWT
turun secara bertahap kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril. Sunnah
adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik perbuatan, perkataan,
dan penetapan pengakuan. Islam mengajarkan kehidupan yang damai, menghargai akal
pikiran mengenai berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap
seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan
kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, menghormati antar agama, berakhlak mulia, dan bersikap
positif lainnya.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian sumber ajaran islam itu ?
B. Apa saja isi yang terkandung dalam sumber ajaran Islam primer ?
C. Apakah yang dimaksud dengan sumber ajaran Islam sekunder (ijtihad) ?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumber Ajaran Islam
Agama Islam memiliki aturan–aturan sebagai tuntunan hidup kita baik dalam
berhubungan sosial dengan manusia (hablu minannas) dan hubungan dengan sang khaliq
Allah SWT (hablu minawallah) dan tuntunan itu kita kenal dengan hukum Islam atau syariat
1[1] http://dataukhti.blogspot.com/2012/12/sumber-sumber-ajaranislam.html 18 Oktober 2013 Pukul 08:06.

Islam atau hukum Allah SWT. Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai sumber-sumber
syariat Islam, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari hukum dan hukum Islam
atau syariat Islam. Hukum artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya.
Menurut ulama usul fikih, hukum adalah tuntunan Allah SWT (Alquran dan hadist) yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang sudah balig dan berakal sehat), baik berupa
tuntutan, pemilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai syarat, penghalang, sah, batal, rukhsah
(kemudahan) atau azimah.
Melalui penjelasan singkat mengenai pengertian hukum tadi barulah kita mengerti
pengertian hukum Islam. Yang dimaksud sebagai sumber hukum Islam ialah segala sesuatu
yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. Pada umumnya para ulama fikih
sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya
Rasulullah SAW bersabda,
“Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat
selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan
sunahku (Hadis).” (H.R. Al Baihaqi)2[2]
dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum
Islam, setelah Alquran dan hadist.
Seluruh hukum produk manusia adalah bersifat subjektif, hal ini karena keterbatasan
manusia dalam ilmu pengetahuan yang diberikan Allah SWT mengenai kehidupan dunia dan
kecenderungan untuk menyimpang, serta menguntungkan penguasa pada saat pembuatan
hukum tersebut, sedangkan hukum Allah SWT adalah peraturan yang lengkap dan sempurna
serta sejalan dengan fitrah manusia.
Sumber ajaran Islam dirumuskan dengan jelas oleh Rasulullah SAW, yakni terdiri dari
tiga sumber, yaitu kitabullah (Alquran), as- sunnah (hadist), dan ra’yu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu
rangkaian kesatuan dengan urutan yang tidak boleh dibalik. Sumber-sumber ajaran Islam ini
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber ajaran Islam yang primer (Alquran dan
hadist) dan sumber ajaran Islam sekunder (ijtihad).
B. Sumber ajaran Islam primer
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah nama bagi kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk
hidup (hidayah) bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an diwahyukan olah Allah kepada Nabi

2

Muhamad SAW. setelah beliau genap berumur 40 tahun. Al-Qur’an diturunkan kepada beliau
secara berangsur-angsur selama 23 tahun.3[3]
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan atau
qur’aanan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Hurufhuruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara teratur dikatakan al-Qur’an karena
ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan.
Sedangkan secara terminologi, Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul terakhir melalui perantara malaikat Jibril,
diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. 4[4] Sedangkan menurut
para ulama, Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan pada Rasulullah dengan bahasa
arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah
ibadah.
a. Adapun kandungan dalam al-Qur’an antara lain:
1) Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah dan semua kepercayaan yang
berhubungan dengan-Nya.
2) Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid.
3) Janji dan ancaman (al wa’d wal wa’iid), yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau
mengamalkan isi al-Qur’an dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkarinya.
4) Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiarkan risalah Allah maupun
kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang mengingkari kebenaran al-Qur’an agar dapat
dijadikan pembelajaran bagi umat setelahnya.
5) Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang disebut
kehidupan akhirat.5[5]
6)

Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yakni informasi-informasi tentang manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi, matahari dan lain sebagainya.6[6]

b. Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, yaitu:
1) Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah
SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam
Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu
Kalam.
3[3] Mukadimah Al-Qur’an dan tafsirnya, (Jakarta: LP Al-Qur’an
Departemen Agama, 2009), hlm.6.
4[4] Rois Mahfud, Al-Islam (Pendidikan Agama Islam), (Erlangga, 2011),
hlm.108.
5[5] http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-sumber-hukumdan-ajaran-islam_26.html 18 Oktober 2013 Pukul 15:38.
6[6] Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2003), hlm.74.

2)

Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan
sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat.
Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.

3)

Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.7[7]

c. Sedangkan khusus hukum syara, dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1) Hukum ibadah, yaitu mencakup hubungan vertikal atau dalam bahas arab biasa disebut
dengan hablum minallah, hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, haji, dank urban.
2) Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya. Pada dasarnya hukum tersebut bisa dikatakan sebagai Hablum Minannas.
2. As-Sunnah atau Al-Hadits
Ditinjau dari segi bahasa terdapat perbedaan arti antara kata “Sunnah” dengan
“Hadis”. Sunnah berarti tata cara, tradisi, atau perjalanan, sedangkan Hadis berarti, ucapan
atau pernyataan atau sesuatu yang baru. As-Sunnah juga berarti pula jalan hidup yang
dibiasakan, baik jalan hidup yang baik atau buruk, terpuji atau tercela. 8[8] Jumhurul Ulama
mengartikan Al-Hadis, Al-Sunnah, Al-Khabar dan Al-Atsar sama saja, tetapi ada sebagian
lainya yang membedakannya. Sunnah diartikan sebagai sesuatu yang dibiasakan atau lebih
banyak dikerjakan dari pada ditinggalkan. Sebaliknya, Hadis adalah sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi, namun jarang dikerjakan. Selanjutnya Khabar adalah ucapan,
perbuatan, dan ketetapan yang berasal dari sahabat, dan Atsar berasal dari tabi’in.9[9]
a. Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua berfungsi :
1) Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, sehingga kedua-duanya
(Al-Qur’an dan Al-Hadits) menjadi sumber hukum. Seperti ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan keimanan kemudian dikuatkan oleh sunnah Rasul.
2) Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat global.
Misalnya ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan menunaikan haji,
7[7] http://ridha-anakkampus.blogspot.com/2012/06/makalah-sumberajaran-islam.html 18 Oktober 2013 Pukul 10:30.
8[8] Musthafa Al-Siba’i, Sunnah dan Peranannya Dalam Penetapan Hukum
Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), hlm.1.
9[9] Khaer Suryaman, Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah
IAIN Syarif Hidayatullah, 1982), hlm.31.

semuanya itu bersifat garis besar, Tetapi semua itu telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW
dalam Haditsnya.
3) Mengkhususkan atau menberi pengecualian terhadap pernyataan Al-Qur’an yang bersifat
umum (takhsish al-‘amm). Misalnya, Al-Qur’an mengharamkan bangkai dan darah
“diharamkan bagimu (memekan) bangkai, darah dan daging babi...”10[10], kemudian sunnah
memberikan pengecualian “dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua macam darah.
Adapun dua bangkai adalah ikan dan belalang, dan dua darah adalah hati dan limpa.”
4)

(HR.Ahmad, Ibnu Majah, dan Baihaqi).
Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati dalam Al-Qur’an. Misalnya cara
mensucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuh tujuh kali, salah satu dicampur
dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing, sebanyak tujuh kali, salah satunya menyucikan
dicampur dengan tanah.” (H.R. Muslim Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi).11[11]

b. As-Sunnah dibagi menjadi empat macam, yakni:
1) Sunnah Qauliyah
Yang dimaksud dengan Sunnah Qauliyah adalah segala yang disandarkan kepada
Nabi SAW., yang berupa perkataan atau ucapan yang memuat berbagai maksud syara’,
peristiwa, dan keadaan, baik yang berkaitan dengan aqidah, syari’ah, ahlak maupun yang
lainnya. Contonya tentang do’a Rosul SAW dan bacaan al-Fatihah dalam shalat.
2) Sunnah Fi’liyah
Yang dimaksudkan dengan Sunnah Fi’liyah adalah segala yang disandarkan kepada
Nabi SAW., berupa perbuatannya sampai kepada kita. Seperti Hadis tentang Shalat dan Haji.
3) Sunnah Taqririyah
Yang dimaksud Sunnah Taqririyah adalah segala hadts yang berupa ketetapan Nabi
SAW. Membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, setelah memenuhi
beberapa syarat, baik mengenai pelakunya maupun perbuatannya. Diantara contoh hadis
Taqriri, ialah sikap Rosul SAW. Membiarkan para sahabat membakar dan memakan daging
biawak.12[12]
4) Sunnah Hammiyah
Yang dimaksud dengan Sunnah Hammiyah adalah hadis yang berupa hasrat Nabi
SAW. Yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura. Dalam
riwayat Ibn Abbas, disebutkan sebagai berikut:
10[10] Lihat QS.Al-Maidah: 3.
11[11] http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-sumberhukum-dan-ajaran-islam_26.html 18 oKTOBER 2013 pUKUL 08:30
12[12] Munzier Suparta, ,Ilmu Hadis, ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2002), hlm.1.

“Ketika Nabi SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk
berpuasa, mereka berkata: Ya Nabi! Hari ini adalah hari yang diagung-agungkan orang
Yahudi dan Nasrani .Nabi SAW. Bersabda: Tahun yang akan datang insya’Allah aku akan
berpuasa pada hari yang kesembilan”. (HR.Muslim)
Nabi SAW belum sempat merealisasikan hasratnya ini, karena wafat sebelum sampai bulan
‘Asyura. Menurut Imam Syafi’iy dan para pengikutnya, bahwa menjalankan Hadits Hammi
ini disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnah-sunnah yang lainnya.
D. Sumber-Sumber Ajaran Islam Sekunder
1. Ijtihad
Ijtihad secara bahasa berasal dari kata “jahada” yang berarti “mengerahkan segala
kemampuan”. Sedangkan Ijtihad secara terminologi berarti mengerahkan segala kemampuan
secara maksimal untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan
hadist. Orang yang menetapkan hukum dengan jalan ini disebut mujtahid. Hasil dari ijtihad
merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila
ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist, maka
dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada
Alquran dan hadist.13[13]
a.

Diantara sumber hukum yang menetapkan bahwa ijtihad merupakan dasar sumber hukum

(tasyri’) adalah Al Qur’an, as sunnah, dan secara akal (aqliyah).
1) Al Qur’an
Allah swt. berfirman dalam surah an Nisa’ Ayat 59

   
    
        





      
   
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan

Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pedapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) .jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu, lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an Nisa’:59)
2) As Sunah

13 [13]
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/xtblog_entry/9601685makalah-sumber-ajaran-agama-islam 18 Oktober 2013 Pukul 08:23.

Dialog antara Rasullullah SAW. dan Muaz bin Jabal pada waktu ia diutus ke Yaman dapat
dijadikan sumber ijtihad.
Artinya:
Bagaimana engkau dapat memutuskan, jika kepadamu diserahkan urusan peradilan? Ia
(Muaz) menjawab, “Saya akan memutuskannya dengan kitabullah”. Bertanya lagi Nabi
saw.“Jika tidak engkau jumpai dalam kitabullah?”.Ia menjawab, “Dengan sunah Rasulullah
saw.” Lalu, Nabi bertanya, “Apabila engkau tidak dapati dalam sunnah Rasulullah?” Muaz
menjawab, “Saya lakukan ijtihad bir-ra’yi. “Berkatalah Muaz, maka Nabi menepuk dadaku
dan bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah,
sebagaimana Rasulullah telah meridhainya.” (H.R. at-Tirmidzi: 1249).14[14]
3) Aqliyah (secara nalar/akal)
Allah swt. menjadikan syariat islam sebagai syariat terakhir yang dapat berlaku bagi semua
orang, tempat, dan pada segala zaman. Al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan kitab yang
bersifat universal dan global sehingga masih banyak hal yang tidak dispesifikasikan dalam
Al-Qur,an. Hal itu, berarti manusia menghendaki adanya ijtihad untuk dapat mengurai dan
menyelesaikan persoalannya yang tidak didapatkan didalam Al-Qur’an ataupun as-Sunnah.
Oleh sebab itu, ijtihad secara nalar (rasional) untuk saat ini sangat diperlukan.15[15]
b. Macam-macam Ijtihad yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1) Ijma’
Yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah
adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW. sesudah beliau wafat
pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk
diikuti seluruh umat.
2) Qiyas
Yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata
lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al-isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’
kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi
sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3) Istihsan
Yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih kuat atau
mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan, atau
14 [14] Rois Mahfud, Al-Islam (Pendidikan Agama Islam), hlm.108.
15[15] Rizal Qosim, Pengalaman Fikih, (Solo: PT Tiga Serangkai Mandiri,
2009), hlm.53.

dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum
ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan
atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system pembayaran di awal,
sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4) Mushalat Murshalah
Yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah perkaraperkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran
maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al
Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.16[16]
5) Sududz Dzariah
Yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan
memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,
padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar janngan
sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6) Istishab
Yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa lalu
hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang yang
ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau
yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat
tidak sah bila tidak berwudhu.
7) Urf
Yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang
sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena
harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
c. Sedangkan Fungsi Ijtihad, antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan berpikir kepada manusia untuk memecahkan beragam persoalan
yang dihadapi dengan akal pikiran yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam;
2) Memberikan kebebasan berpikir kepada umat Islam untuk kembali mengkaji hukum-hukum
3)

Islam yang telah lalu sehingga hukum tersebut tetap dapat digunakan untuk masa kini;
Agar tidak terjadi kemandekan cara berpikir umat islam dan menghindari segala bentuk
taklid (mengikuti dengan cara apa adanya);
16[16] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan
Pemikiran Dan Kepribadian Muslim), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm.200.

4)

Untuk memberi kejelasan hukum terhadap persoalan-persoalan yang tidak ada ketentuan
hukum sebelumnya.

IV. KESIMPULAN
1. Sumber-sumber Islam merupakan hal yang penting bagi kita, karena sumber Islam
merupakan petunjuk kita untuk menjalani hidup. Adapun yang di namakan dengan sumber
hukum Islam yaitu segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila di langgar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata.
2. Sumber ajaran Islam di rumuskan dengan jelas oleh Rasuluallah SAW, yakni terdiri dari tiga
sumber, yaitu kitabuallah (Al-Qur’an), As-Sunnah (Hadits), dan Ra’yu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad.
3. Mengenai karakteristik masing-masing sumber ajaran islam dapat di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Sumber ajaran Islam primer yang terdiri dari Al-Qur’an dan Hadits.
Al-Qur’an sendiri didalamnya terdapat pokok isi utama yaitu, tauhid, ibadah, janji &
ancaman, kisah umat terdahulu, berita tentang zaman yang akan datang, dan prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Qur’anpun terdapat komponen-komponen sumber ajaran
Islam yaitu, hukum I’tiqodiyah, Amaliah, dan Khuluqiah. Sedangkan khusus hukum syara
terdiri dari hukum Ibadah dan Muamalat.
Adapun di dalam hadits terdapat beberapa komponen yaitu, sunnah qauliyah, sunnah fi’liyah,
sunnah taqririyah, dan sunnah hammiyah. Fungsi hadits sendiri adalah: Memperkuat hukum,
memberikan rincian, memberi pengecualian, dan menetapkan hukum yang tidak didapati
dalam Al-Qur’an.17[17]
b. Sumber ajaran islam sekunder di dalamnya terdapat ijtihad, dan dilam ijtihad tersebut
mengandung beberapa pokok isi utama yaitu ijma’, qiyas, istihsan, maslahat mursalah,
syadudz dzariah, istishab dan ‘urf.
V.

PENUTUP
Kajian tentang makalah Sumber Ajaran Islam ini akan memberikan pengetahuan
dan wawasan. Hal ini sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan pada giliranya
kelak terhadap dinamika pendidikan itu sendiri.
Demikianlah makalah kami ini kami susun, kami menyadari makalah ini masih
banyak kekuranganya, oleh karenan itu, untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap
bagi para pembaca untuk tidak segan-segan memberikan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun dan berguna, agar makalah ini bisa mencapai kesempurnaan pada penyusunan

17[17] http://blogmerko.blogspot.com/2013/02/makalah-agama-islam-tentangsumber.html kelip2 18 Oktober 2013 Pukul 07:20.

selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua . Amin

DAFTAR PUSTAKA
Daud, Mohammad, 2005, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://dataukhti.blogspot.com/2012/12/sumber-sumber-ajaran-islam.html 18 Oktober 2013 Pukul
08:06.
Mahfud, Rois, 2011, Al-Islam (Pendidikan Agama Islam), Erlangga.
http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-sumber-hukum-dan-ajaran-islam_26.html 18
Oktober 2013 Pukul 15:38.
Yusuf, Anwar, Ali, 2003, Studi Agama Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
http://ridha-anakkampus.blogspot.com/2012/06/makalah-sumber-ajaran-islam.html 18 Oktober 2013
Pukul 10:30.
Al-Siba’i, Musthafa, 1991, Sunnah dan Peranannya Dalam Penetapan Hukum Islam, Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Suryaman, Khaer, 1982, Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah.
Suparta, Munzier, 2002, Ilmu Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Qosim, Rizal, 2009, Pengalaman Fikih, Solo: PT Tiga Serangkai Mandiri.
Alim, Muhammad, 2006, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian
Muslim), Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2009, Mukadimah Al-Qur’an dan tafsirnya, Jakarta: LP Al-Qur’an Departemen Agama.
http://blogmerko.blogspot.com/2013/02/makalah-agama-islam-tentang-sumber.html kelip2 18
Oktober 2013 Pukul 07:20.

[2]http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-sumber-hukum-dan-ajaran-islam_26.html 18
Oktober 2013 Pukul 15:38.