PROSES PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha Curcas L) DENGAN KATALIS BASA KUAT: PENGARUH JUMLAH KATALIS, RASIO REKATAN DAN WAKTU REAKSI TERHADAP KONVERSI MINYAK JARAK PAGAR

  

PROSES PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JARAK

PAGAR (Jatropha Curcas L) DENGAN KATALIS BASA

KUAT: PENGARUH JUMLAH KATALIS, RASIO

REKATAN DAN WAKTU REAKSI TERHADAP

KONVERSI MINYAK JARAK PAGAR

  • *

    Muhammad Said , Puti Nurseptiana, Mirna Gustinar

  • Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  

Abstrak

  Minyak jarak pagar (Jatropha curcas L) berpotensi sebagai bahan baku energi terbarukan untuk menghasilkan biodiesel karena minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan (non edible oil) sehingga pemanfaatannya tidak mengganggu penyediaan minyak makan nasional dan industri oleokimia. Proses produksi biodiesel dilakukan dengan mereaksikan minyak jarak pagar dengan methanol menggunakan katalis KOH. Produk yang diperoleh dari proses transesterfikasi adalah metil ester sebagai produk utama dan gliserol sebagai produk samping. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses konversi minyak jarak pagar untuk menghasilkan metil ester sebagai biodiesel, dan mempelajari pengaruh rasio reaktan (minyak jarak pagar dan methanol), waktu reaksi dan berat katalis terhadap konversi minyak jarak pagar. Variabel poses yang digunakan adalah rasio minyak jarak pagar dan methanol (R = 1:6; 1:8 dan 1:10), waktu reaksi (t = 10 sampai dengan 60 menit) dengan selang waktu 10 menit dan berat katalis 2 sampai dengan 4 %. Konversi minyak jarak pagar mengalami peningkatan sejalan dengan kenaikan jumlah katalis, rasio reaktan dan waktu reaksi. Konversi mengalami peningkatan dari 86,13 % sampai dengan 90,31 % pada W = 4 % dan R = 1:10. Konversi tertinggi = 90,31 % dijumpai pada W = 4 %, R = 1:10 dan t = 60 menit. Konstanta kinetika reaksi yang tertinggi = 0,0388 1/menit dijumpai pada t = 60 menit, rasio reaktan 1 : 10 dan KOH = 4 %. Sifat fisis metil ester secara umum telah memenuhi standar mutu minyak diesel.

  Kata Kunci:

  Minyak Jarak Pagar, Metanol, Katalis Basa Kuat, Transesterifikasi, Metil Ester, Biodiesel, Gliserol

  

Abstract

Jatropha curcas L. oil is potential to produce biodiesel since it is not categorized as an edible oil,

therefore its usage does not disturb stocks of the national edible oil and oleochemical industries.

  Production process of the biodiesel is performed by reacting the Jatropha curcas Linn oil and methanol with KOH as a strong base catalyst. The products of transesterification process consists of methyl ester as a main product and glycerol as byproduct. The aim of the research is to convert the Jatropha curcas Linn oil through the esterification process to produce the methyl ester as biodiesel, and to study the effect of catalyst amount, reactant ratio (Jatropha curcas Linn oil and methanol) and reaction time to conversion of the Jatropha curcas Linn oil. The process variables used in the process included the amount of catalyst, W of 2 to 4 %, the reactant ratio, R of 1:6; 1:8 dan 1:10 and the reaction time, t of 10 to 60 minutes. The conversion of Jatropha curcas Linn oil increased along with the increase of the amount of catalyst, reactant ratio and reaction time. The conversion increased from 86.13 to 90,31 % at W = 4 % and R = 1:10. The highest conversion of 90,31 % was achieved at W = 4 %, R = 1:10 and t = 60 minutes. The highest constant of reaction kinetics was found to be 0.0388 1/minute at t = 60 minutes, reactant ratio = 1 : 10 and KOH = 4 %. The phisical properties of methyl ester in general had complied the standard of diesel oil.

  

Keywords : Jatropha curcas L., Methanol, Strong Base Catalyst, Transesterification, Methyl Ester,

  Biodiesel, Glicerol

1. PENDAHULUAN

  Sebagian besar biodiesel dihasilkan melalui proses esterifikasi dengan menggunakan katalis padat seperti NaOH dan H 2 SO 4 . Meskipun telah dikembangkan proses transesterifikasi dengan menggunakan katalis cair (Stockburger, 1993), namun data dan informasi mengenai penggunaan katalis cair masih terbatas meskipun jumlahnya katalis cair cukup berlimpah. Oleh karena itu, diteliti kemungkinan penggunaan katalis cair pada proses transesterifikasi minyak jarak pagar.

  e. Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang umur mesin diesel karena biodisel lebih licin.

  Minyak Jarak Pagar (Crude Jatropha Curcas Oil)

  Transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam –asam lemak ke dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H 2 SO 4 , dan katalis basa NaOH dan KOH.

  Transesterifkasi

  Metil ester (biodiesel) merupakan oleokimia dasar turunan dari minyak atau lemak. Metil ester dihasilkan melalui proses transesterifikasi trigliserida dari minyak dengan alkohol. Transesterifikasi merupakan penggantian gugus alkohol dari ester dengan alkohol lain. Pada umumnya metanol digunakan dalam proses transesterifikasi karena metanol harganyanya lebih murah. Metil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis menggunakan metanol disebut metanolisis. Proses metanolisis terhadap minyak atau lemak akan menghasilkan metil ester dan gliserol melalui pemecahan trigliserida (Farris, 1979). Metil ester adalah cairan tidak berwarna, larut dalam alkohol dan eter tetapi tidak larut dalam air. Metil ester digunakan antara lain sebagai pembasah, campuran pelumas dan lapisan pelindung (Hawley, 1971). Produk samping berupa gliserin (gliserol). Gliserol adalah cairan yang tidak berbau, tidak berwarna, higroskopis, larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter, benzene dan khloroform. Gliserol digunakan dalam industri misalnya industri obat-obatan, kosmetik, bahan peledak, dan pengemulsi.

  Proses produksi biodiesel

  f. Biodiesel menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak.

  d. Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi, yaitu di atas 100 sedangkan cetane number bahan bakar diesel hanya 40.

  Karakteristik Bahan Bakar Diesel

  Terus bertambahnya kapasitas produksi BBM, maka persediaan minyak bumi akan menipis. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya penemuan bahan bakar alternatif, terutama yang bersifat ramah lingkungan. Salah satunya adalah biodiesel dari minyak jarak pagar yang bersifat non edible (tidak dapat dikonsumsi sebagai minyak makan) sehingga tidak akan mengganggu jumlah minyak makan nasional.

  b. Industri biodiesel dapat menggunakan lemak atau minyak daur ulang.

  a. Campuran dari 20 % biodisel dengan 80 % petroleum diesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi.

  Biodiesel adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan monoalkyl ester yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati). Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel dapat berasal dari kacang kedelai, kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak lagi melalui proses transesterifikasi. (Mardiah, Agus Widodo, Efi Trisningwati, dan Aries Purijatmiko, 2006) Keuntungan dari biodiesel :

  Biodiesel

  Karakteristik bahan bakar diesel yang akan dipakai pada suatu penggunaan tertentu untuk mesin atau peralatan lainnya perlu diketahui terlebih dahulu, dengan maksud agar hasil pembakaran dapat tercapai secara optimal. Karakteristik bahan bakar diesel yang perlu diketahui antara lain : specific gravity, viskositas, nilai kalori, kandungan belerang, titik tuang, titik nyala, residu karbon dan kadar abu.

  c. Biodiesel tidak beracun.

  • – 6,0 Residu karbon %(m/m)

  Rumus kimianya adalah CH 3 OH. Metanol berwujud cairan yang tidak berwarna, dan mudah menguap. Metanol merupakan alkohol yang agresif sehingga bisa berakibat fatal bila terminum, dan memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam penanganannya. Jika menghirup uapnya cukup lama atau jika kena mata dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan jika tertelan akan mengakibatkan kematian. Sebagian besar produksi metanol diubah menjadi formaldehid yang pada akhirnya digunakan untuk membuat polimer, juga digunakan sebagai pelarut.

  Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain minyak jarak pagar, minyak jarak pagar yang digunakan berasal dari PT BRACO. Selain minyak jarak pagar, metanol juga digunakan pada penelitian ini. Metanol yang digunakan adalah metanol yang memiliki kemurnian 96%. Untuk mempercepat proses yang terjadi, digunakan penambahan katalis. Katalis yang digunakan adalah katalis KOH.

  Bahan

  Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain heating mantle, magnetic stirrer, labu leher tiga, thermometer, condenser, pipet hisap, pompa dan ember.

  2. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan bahan yang digunakan Alat

  Untuk memecah Trigliserida atau minyak jarak tersebut, perlu ditambahkan katalis. Katalis akan memecah Trigliserida dan melepaskan Ester. Ada saat Ester terpisah, mereka akan dikombinasikan dengan Alkohol. Katalis akan menggabungkannya dengan Gliserin. Katalis yang bisa digunakan salah satunya adalah KOH (Kalium Hidroksida). Namun bila menggunakan KOH sebagai katalis, maka membutuhkan jumlah bahan yang lebih banyak. Perlu diingat bahwa kedua bahan tersebut sangat reaktif dan cukup berbahaya.

  Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Molekul dari Minyak Jarak yang dikenal terdiri dari Tiga Ester yang diikat oleh molekul Gliserin dan juga dikenal sebagai Trigliserida. Tri mengacu kapada Tiga Ester dan Gliserida mengacu kepada Gliserin.

  Kalium Hidroksida (KOH)

  Memiliki berat molekul 32,042, titik leleh -98 o C dan titik didih 64 o C. Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah metanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol rantai panjang, sehingga metanol ini mampu memproduksi biodiesel yang lebih stabil.

  Untuk membuat biodiesel, ester dalam minyak nabati perlu dipisahkan dari gliserol. Ester tersebut merupakan bahan dasar penyusun biodiesel. Selama proses transesterifikasi, komponen gliserol dari minyak nabati digantikan oleh alkohol, baik etanol maupun metanol. Metanol disebut juga metil alkohol merupakan senyawa paling sederhana dari gugus alkohol.

  Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah, telah lama dikenal masyarakat Indonesia sejak jaman penjajahan Jepang.

  Metanol

  96.5 Sumber: Hambali et al (2006)

  0.34 Debu sulfat %(m/m) 0.007 Titik tuang o C -2.5 Kandungan air ppm 935 Kandungan sulfur ppm < 1 Bilangan asam Mg KOH/g 4.75 Bilangan iod -

  30 o C nm 2 /s 1,5

  0.9177 Viskositas pada

  Sifat fisik Satuan Nilai Titik nyala o C 236 Densitas pada 15 o C g/cm 3

  Pemanfaatan minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif, dilakukan dengan terlebih dahulu menerapkan proses transesterifikasi terhadap minyak jarak. Proses transesterifikasi minyak jarak dilakukan dengan menggunakan alkohol, proses ini akan mengubah trigliserida menjadi metil ester (Biodiesel dan Gliserol). Tujuannya untuk menurunkan viskositas minyak jarak dan meningkatkan daya pembakarannya sehingga dapat digunakan sesuai standar minyak diesel untuk kendaraan bermotor. Tabel 1 Sifat fisik minyak jarak pagar

  Tanaman Jarak banyak dijumpai sebagai pagar pekarangan, juga digunakan sebagai obat serta penghasil minyak lampu. Biji tanaman jarak mengandung persentase minyak yang besar, sehingga mulai dilirik orang untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar alternatif dimasa yang akan datang.

  Analisa Bahan Baku Analisa bahan baku dilakukan untuk mengetahui asam lemak bebas, asam lemak total, dan berat jenisnya.

  Prosedur Penelitian

  Gliserol yang terbentuk dihitung dengan persamaan Griffin :

  Analisa Metil Ester

  V M : Volume minyak (ml)  M : Rapat massa minyak (gr/ml)

  X A : Konversi bagian G : Gliserol yang terbentuk, mgek A t : Asam lemak total (mgek/gr minyak) A b : Asam lemak bebas (mgek/gr minyak)

  Keterangan :

  X   

  V x A A G

  ) .......... 2 ...( ) ( ) ( M M b t A x

  Keterangan : G : Gliserol yang terbentuk (mgek) W r : Berat campuran minyak – metanol (gr) W s : Berat sampel yang diambil (gr) W g : Berat lapisan gliserol (gr) W a : Berat lapisan gliserol yang dianalisis (gr) V b : Volume HCl titrasi blanko (ml) V s : Volume HCl titrasi sampel (ml) N HCl : Normalitas HCl (mgek/ml) Konversi dihitung dengan persamaan berikut :

  V V W W W W G  

  N

  ) .......... 1 ( ) ( HCl s b a g s r

  8. Titrasi dengan HCl 1 N sampai warna merah hilang.

  1) Masukkan minyak jarak ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan termometer, pemanas, dan kondensor. Kemudian dipanaskan sampai suhu 60ºC. 2) Dicampurkan methanol, dan katalis dengan perbandingan berat dari minyak jarak ratio 1:6 ke dalam beker gelas. Kemudian dipanaskan sampai suhu 70ºC. 3) Campuran katalis dan methanol dimasukkan ke dalam labu leher tiga. 4) Selama 60 menit, sampel diambil sebanyak 10 ml setiap 10 menit pemanasan. 5) Kemudian dimasukan ke dalam botol sampel yang didiamkan selama 24 jam agar terlihat dua lapisan, kemudian dipisahkan dengan pipet tetes. 6) Setelah didapatkan campuran lapisan gliserol (pada lapisan bawah) yang kemudian dianalisa dengan Metode Griffin untuk mengetahui konversi dari minyak jarak pagar. 7) Percobaan yang sama dilakukan kembali untuk jumlah katalis 3% dan 4%. 8) Kemudian diulang kembali untuk rasio reaktan 1 : 8 dan 1 : 10 pada temperatur dan waktu reaksi yang konstan. 9) Kemudian lapisan atas yang terbentuk

  7. Kemudian campuran dididihkan kembali selama 15 menit dan selanjutnya didinginkan.

  6. Selanjutnya ditambahkan lagi larutan NaOH 1 N sebanyak 10 ml.

  5. Campuran yang telah didinginkan dinetralkan dengan larutan NaOH 3 N dengan memakai indikator phenolpthalin kurang lebih 4 tetes sampai terbentuk warna merah muda.

  C, kemudian ditambahkan air 50 ml dengan suhu yang sama 60 o C.

  4. Campuran yang telah didinginkan sampai suhu 60 o

  3. Campuran dididihkan selama 1 jam dengan memasang pendingin balik.

  2. Lalu ditambahkan 3 gr natrium asetat dan 7,5 ml asam asetat anhidrid.

  1. Ambil 1,5 gr gliserol, masukkan ke dalam erlenmeyer.

  Gliserol dianalisa dengan cara Asetin (Griffin, 1955). Sampel dibiarkan semalam didalam corong pemisah agar sisa metanol menguap hingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan gliserol berada di bawah dan metil ester di lapisan atas. Lapisan ester dipisahkan dengan gliserol, kemudian gliserol dianalisa dengan cara sebagai berikut :

  Kadar Gliserol

  11) Kemudian lakukan pencucian berulang- ulang sampai lapisan bawah yang terbentuk (air) menjadi jernih. Dan didapatkan metil ester yang murni. 12) Terakhir lakukan pemanasan selama 2 jam pada metil ester sampai suhu 100ºC, lakukan sampai tidak ada lagi gelembung. 13) Metil ester yang didapat dianalisa.

  (metil ester) dicuci dengan menggunakan air panas dengan temperatur sekitar 60 o C. 10) Air tersebut dicampurkan ke dalam corong pemisah, sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah yang terbentuk (air) dibuang.

  Metil ester yang merupakan hasil atas reaksi dipisahkan dari gliserol pada lapisan bawah dengan corong pemisah. Sebelum diuji sifat fisisnya, metil ester ini perlu dimurnikan dengan cara mencucinya dengan Aquades untuk mengikat gliserol yang masih tersisa. Setelah terbentuk dua lapisan, kemudian dipisahkan

  Hubungan minyak jarak pagar terhadap waktu reaksi dengan berbagai variasi rasio reaktan ditampilkan pada Gambar 4.6.

  dengan memakai corong pemisah. Lapisan atas merupakan metil ester dipanaskan pada temperatur kurang lebih 100 o C untuk menghilangkan sisa metanol dan air. Metil ester murni diuji sifat fisinya dengan cara ASTM (American Soceity for Testing Material) di laboratorium Penguji Pertamina UP-III Palembang, kemudian hasil pengujian dibandingkan dengan spesifikasi minyak diesel. Analisa sifat – sifat fisis metil ester yang akan diuji adalah :

  • Densitas (ASTM D-1298)
  • Kinematic viscosity (ASTM D-445)
  • Flash point (ASTM D-93)
  • Water content (ASTM D
  • Colour ASTM (ASTM D-1500)
  • Ash Content (ASTM D-482)
  • Conradson Carbon Residue (ASTM
  • Distillation (ASTM D-86)
  • Centane Index (ASTM D-976)
  • Appearance (ASTM D-4176)

  D-189)

  Gambar 2 Hubungan Waktu Reaksi terhadap Konversi Minyak Jarak Pagar pada berbagai Rasio Reaktan, KOH : 4% dalam berbagai Variasi Waktu Reaksi

  C, konversi meningkat dengan naiknya waktu reaksi. Pada waktu reaksi 60 menit

  70 O

  Pada rasio reaktan 1 : 10, Temperatur

  Gambar 2. Hubungan Jumlah Katalis terhadap Konversi Minyak Jarak Pagar pada Rasio Reaktan 1 : 10, Temperatur 70 O C

  50 60 70 80 ( 90 100 2% 3% 4% x % ) 10 MENIT 20 MENIT 30 MENIT 40 MENIT 50 MENIT 60 MENIT

  Hubungan konversi minyak jarak pagar terhadap jumlah katalis dengan berbagai variasi waktu reaksi ditampilkan pada Gambar 2.

  Kenaikan konversi pada setiap kenaikan waktu reaksi terjadi karena kesempatan partikel

  Konversi minyak jarak pagar dengan jumlah katalis 4% dan rasio reaktan 1:6, 1:8 dan 1:10 ditampilkan pada gambar 4.6. Pada rasio 1 : 6 konversi meningkat dari 66,54% menjadi 89,90%, pada rasio 1 : 8 konversi meningkat dari 79,51% menjadi 90,06% dan pada rasio 1 : 10 konversi meningkat dari 86,13% menjadi 90,31%.

  50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 ( 60 t (m enit) x % ) 1:6 1:8 1:10

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Minyak jarak pagar dipengaruhi oleh rasio reaktan, waktu reaksi dan jumlah katalis. Hubungan konversi minyak jarak pagar terhadap rasio reaktan dengan berbagai variasi waktu reaksi ditampilkan pada Gambar 4.3.

  • – partikel untuk saling bertumbukan menjadi lebih besar.

  Kenaikan konversi pada setiap kenaikan rasio reaktan memenuhi teori kinetika, bahwa semakin besar konsentrasi pereaksi, maka jumlah tumbukan antar molekul pereaksi akan semakin besar pula, sehingga akan meningkatkan konversi minyak jarak pagar yang dicapai. konversi meningkat dari 88,48% (KOH : 2%) menjadi 90,31% (KOH : 4%).

  89,90%, pada rasio reaktan 1 : 8 diperoleh konversi sebesar 90,06%, sedangkan pada rasio 1 : 10 diperoleh konversi sebesar 90,31%.

gambar 4.3. , pada waktu reaksi 60 menit dan rasio reaktan 1 : 6 diperoleh konversi sebesar

  Konversi minyak jarak pagar dengan jumlah katalis 4% yang ditampilkan pada

  1. Hubungan Rasio Reaktan terhadap Konversi Minyak Jarak Pagar pada Temperatur 70°C, KOH : 4% dalam berbagai Variasi Waktu Reaksi

  Gambar

  50 60 70 80 K 90 100 1:6 1:8 1:10 o n v e rs i 10 MENIT 20 MENIT 30 MENIT 40 MENIT 50 MENIT 60 MENIT

  Kenaikan konversi pada setiap kenaikan jumlah katalis terjadi karena adanya peningkatan deprotonasi alcohol. Untuk hubungan rasio reaktan terhadap jumlah katalis ini, konversi yang terbaik dicapai pada rasio reaktan 1 : 10, KOH :4% pada temperatur dan waktu reaksi yang konstan.

  70

  10 Calculated Cetane Index - D-976 Min 45

  1.96

  9 Condradson Carbon Residue %wt D-189 Max 0.1

  8 Flash point by PM °C D-93 Min 60 148

  0.01

  7 Ash content %wt D-482 Max. 0,02

  Yellow

  6 Appearance - Visual - Medium

  1.0

  5 Colour No.ASTM D-1500 Max 3.0

  0.4

  4 Water content % vol D-95 Max 0.25

  3.0

  79 239 242 245 250 277 295 323 330 342

  %vol D-86 Max 370

  Hubungan – ln (1 – x) terhadap waktu reaksi untuk KOH = 2, 3 dan 4 % dinyatakan dengan persamaan :  - ln (1 - x) = 0,020 t + 0,8 ; untuk KOH : 2% ...........................(3)  - ln (1 - x) = 0,015 t + 1,7 ; untuk KOH : 3% ...........................(4)  - ln (1 - x) = 0,007 t + 1,9 ; untuk

  Residue + loss °C °C °C °C °C °C °C °C °C °C °C

  90% vol recovered Final Boiling Point

  10% vol. recovered 20% vol. recovered 30% vol. recovered 40% vol. recovered 50% vol. recovered 60% vol. recovered 70% vol. recovered 80 % vol. recovered

  3 Distilasi T 100 Initial Boiling Point

  10.28

  2 Kinematic Viscosity Pada 100 °F cSt D-445 1,6 – 5,8

  1 Specific gravity 60/60 o F kg/m 3 D-1298 0.84 – 0.92 0.9221

  

Tabel 2. Hasil Pengujian Sifat Metil Ester

No Sifat Fisis Satuan Metode ASTM Minyak Diesel Metil Ester

  C, waktu reaksi 60 menit dan rasio reaktan 1:10, KOH : 4%.

  l) di Laboratorium Pertamina UP-III Palembang. Sampel metil ester yang dianalisis pada kondisi operasi temperatur 70 o

  Materia

  Metil ester diuji sifat fisisnya dengan metode ASTM (American Society for Testing

  2 ; 2,6 dan 2,32. Pada rasio reaktan 1 : 10, KOH : 2% dan waktu reaksi 60 menit diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,0360 1/menit. Sedangkan pada rasio reaktan 1 : 10, KOH : 3% dan 4% diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,0383 1/menit dan 0,0388 1/menit.

  KOH : 4% ...........................(5) Pada t = 60 menit dengan berbagai variasi jumlah katalis, diperoleh nilai –ln(1- x) sebesar

  24.6

DAFTAR PUSTAKA

  Prihandana, Rama, dkk. 2005. Meraup Untung

  dari Jarak Pagar. Tangerang: Agromedia Pustaka.

  Hambali, Erliza,dkk. 2007. Jarak Pagar

  Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya.

  Hambali, Erliza,dkk. 2008. Divesifikasi Produk

  Olahan Jarak Pagar dan Kaitannya Dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Swasta di Indonesia.

  Bioenergy Alliance. Fessenden&Fessenden.1982. Kimia Organik,

  ed. Ke-3. Jakarta: Erlangga Pertamina. 1997. Bahan Bakar Minyak.

  Direktorat Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri. Ismail, Syarifuddin. 2004. Kinetika Kimia.

  Inderalaya: Universitas Sriwijaya. Levenspiel, Octave. 1972. Chemical Reaction

  Engineering, second edition. United State of America.

  Farris, Rp.D. 1979. Methyl Ester in the Fatty

  Acid Industry . Journal of America Oil Chemistry Society. P. 70-77.

  Noureddini, H. and D. Zhu. 1997. Kinetic of Transesterification of Soybean Oil.

  Journal of American Oil Chemistry Society . Vol 74 (11). P. 1457 –1463.