Studi Pemanfaatan Digital Dividend Untuk Layanan Long Term Evolution (LTE) Study Of Digital Dividend Usage For Long Term Evolution (LTE) Service

Long Term Evolution (LTE) Study Of Digital Dividend Usage For Long Term

Evolution (LTE) Service Sri Ariyanti

Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Jl. Medan Merdeka Barat No.9 Jakarta 10110

Sri.ariyanti@kominfo.go.id

Naskah diterima: 30 Juli 2013; Direvisi: 21 Agustus 2013; Disetujui: 28 Agustus 2013

Abstract — In accordance with Permen kominfo No. penggunaan digital dividend untuk layanan LTE. 22/PER/M/KOMINFO/11/2011 about implementation of

untuk mengetahui hasil Digital terestrial television free to air, all analog TV full

Penelitian ini bertujuan

perhitungan link budget frekuensi 700 MHz untuk LTE, migration to digital TV in the year 2018. Thus there are

mengetahui perbandingan kapasitas user pada daerah tipe the remaining allocation of 2 x 45 Mhz FDD is referred to

dense-urban, urban, sub-urban dan rural, mengetahui as the digital dividend, that frequency will be use for LTE.

estimasi jumlah pelanggan LTE, mengetahui jumlah But before that, needs to be examined how the use of

operator LTE optimum dan pembagian bandwidthnya. digital dividend for LTE. This research aims to know the

Metode penelitian dengan menggunakan studi literatur. results of the calculation of link budget 700 MHz

Kajian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif frequency for LTE, the comparison of user capacity in

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa areas of dense-type urban, urban, sub-urban and rural,

jangkauan paling besar yaitu daerah rural kemudian estimation of the number of LTE subscribers, and

disusul berturut-turut daerah sub urban, dense urban dan knowing the number of optimum LTE operator. The 2 urban. Kapasitas user per site dalam 1 Km dari urutan

research method in this study with the study of literature. terbesar ke kecil berturut-turut yaitu daerah rural, sub The study used a descriptive quantitative analysis

urban, urban dan dense urban. Estimasi jumlah techniques. The results showed that coverage of most of

pelanggan LTE di Indonesia paling besar yaitu di daerah the area is rural area then followed consecutive sub urban,

dense-urban yaitu mencapai 500 user/Km 2 pada tahun ke dense urban and urban. User capacity per site in 1 Km2 of

8. Jumlah operator LTE-700 MHz paling optimum the biggest order to small rural areas, i.e. consecutive sub

sebanyak 3 operator dengan pembagian bandwidth urban, urban and dense urban. Estimation of the most

masing-masing 15 MHz.

number of LTE subscribers in Indonesia is dense urban- namely reach 500 user/Km2 in the year to 8. The most

Kata kunci — digital dividend, LTE, frekuensi 700 MHz optimum number of LTE operators are 3.

I. P ENDAHULUAN

Keywords — digital dividend, LTE, 700 MHz frequency

Spektrum frekuensi radio merupakan bagian (subset) dari spektrum elektromagnetik yang berada pada rentang frekuensi Abstrak — Sesuai

3 Hz sampai dengan 300 GHz. Spektrum frekuensi radio telah

22/PER/M/KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan

menjadi media transmisi berbagai teknologi komunikasi

Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap

karena kemampuannya membawa sinyal yang berisikan

Tidak Berbayar (Free To Air), pada tahun 2018 semua TV

informasi. Spektrum frekuensi radio sebagai sumber daya

analog migrasi secara penuh ke TV digital. Dengan

alam terbatas/langka. Di Indonesia, saat ini pemanfaatannya

demikian ada alokasi tersisa sebesar 2 x 45 Mhz FDD yang

masih bersifat eksklusif, artinya ketika suatu pita spektrum

disebut sebagai digital dividend. Frekuensi tersebut

frekuensi telah diduduki untuk penyelenggaraan suatu layanan

rencananya akan digunakan untuk teknologi LTE. Namun

tertentu, maka pita spektrum frekuensi tersebut tidak dapat

sebelum digelar teknologi LTE pada frekuensi digital

digunakan oleh pihak lain dalam radius pancaran yang sama

dividend tersebut maka

sesuai dengan karakteristik yang melekat padanya. Akibatnya,

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.3 Maret 2013 : 189-208 jika suatu spektrum yang telah diduduki, maka anggota

masyarakat lainnya telah kehilangan peluang untuk menggunakannya.

Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa telekomunikasi dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Oleh karena itu sumber daya alam tersebut perlu dikelola dan diatur pembinaanya guna memperoleh manfaat yang optimal dengan memperhatikan kaidah hukum nasional maupun internasional seperti konstitusi dan konvensi International Telecommunication Union (ITU).

Sebagai bentuk dari perkembangan teknologi dan sarana untuk melakukan efesiensi struktur industri penyiaran yang berorientasi kepada peningkatan peluang usaha, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat, maka pada tahun 2018 Indonesia akan segera melakukan migrasi penyiaran televisi analog ke penyiaran digital. Adapun salah satu tujuan dari penyelenggaraan penyiaran televisi digital sebagaimana termuat

dalam pasal

2 Permenkominfo

No.

22/PER/M/KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap TIdak

Berbayar (Free To Air) adalah meningkatkan efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk penyelenggaraan

Gambar 1. Alokasi Frekuensi pada Band UHF penyiaran. Teknologi kompresi digital dan sistem pengkodean

Dalam Gambar 1 tersebut, alokasi Band UHF untuk (coding) memungkinkan untuk mengirimkan lebih banyak

penyiaran pada region 3 ITU sebanyak 328 MHz yang terbagi informasi

dalam 40 kanal siaran, diperkecil alokasinya menjadi 192 Multipleksing televisi digital membutuhkan bandwidth

MHz. Sisa dari kanal berupa 24 MHz untuk band tidak sebesar 8 MHz seperti halnya televisi analog. Perbedaanya

terpakai dan sisanya 112 MHz merupakan kanal sisa atau terletak pada penggunaan teknik kompresi digital sedemikian

yang alokasinya belum ditentukan hingga suatu sinyal dapat membawa informasi gambar dan

digital dividend

peruntukannya.

suara tidak hanya saru, namun 4 sampai dengan 6 kanal Kelebihan digital dividend tersebut dapat digunakan program siaran televisi. Dengan kata lain, dengan jumlah

berbagai keperluan, antara lain :

spektrum frekuensi yang sama dengan televisi analog, dapat  Meningkatkan jumlah layanan penyiaran televisi digital disediakan layanan televisi dengan jumlah yang lebih banyak.

terestrial.

Oleh karena televisi digital membutuhkan lebih sedikit  Meningkatkan cakupan wilayah (Coverage) transmisi spektrum dari pada televisi analog, maka akan terdapat sisa

televisi digital.

kelebihan spektrum setelah semua layanan TV analog tersebut  Digunakan untuk layanan televisi digital yang dapat ditutup, yang dikenal dengan istilah digital dividend. Digital

diterima pada perangkat genggam (contoh : DVB-H). dividend di tiap negara sangat bervariasi besarnya tergantung

 Meningkatkan kualitas gambar dan suara, khususnya pada pada topografi, penetrasi dari layanan kabel/satelit, kebutuhan

High Definition TV.

regional, penggunaan spektrum negara yang berlangganan,  Digunakan untuk layanan non-penyiaran, seperti Wimax, dan sebagainya.

UMTS, LTE dan sebagainya.

Migrasi secara penuh penyiaran analog ke digital tidak Hasil penelitian dari GSMA Association dan BBC hanya menyebabkan terjadinya efisiensi layanan, namun di menunjukkan bahwa pemanfaatan digital dividend pada pita sisi lain, dengan range spektrum frekuensi radio yang ada 700/800 MHz untuk layanan 4G dapat memberikan dampak menyebabkan meningkatnya jumlah penyelenggara layanan. penurunan 70% CAPEX bagi operator dibandingkan jika Hal ini dapat menyebabkan industri penyiaran menjadi jenuh digelar pada pita 2100 MHz, karena pada frekuensi tersebut yang sebelumnya terdiri dari 40 kanal untuk 40 penyelenggara layanan dapat digelar dengan jumlah BTS yang lebih sedikit, siaran 240-400 penyelenggara siaran. Sebagai bentuk namun dengan radius jangkauan yang lebih luas (Gambar 2). pembatasan jumlah penyelenggara siaran, maka alokasi Lebih jauh, tentunya ada potensi penurunan tarif pungut spektrum

ditingkat pelanggan (konsumen).

mempertimbangkan bahwa jumlah penyelenggara yang dapat

ditampung dapat iptimal. Salah satu rencara pengalokasiannya

oleh pemerintah ditunjukkan pada Gambar 1.

Studi Pemanfaatan Digital Dividend Untuk Layanan Long Term Evolution (LTE) (Sri Ariyanti)

berkeinginan untuk menggunakan teknologi Long Term Evolution (LTE) yang merupakan teknologi 4G. Pada petengahan 2010 dan awal 2011, beberapa operator seperti Telkomsel dan XL melakukan uji coba LTE pada frekuensi eksisting DCS 1800 MHz di Indonesia dengan melibatkan beberapa vendor rekanan. Pemerintah dalam hal ini regulator belum memberikan alokasi definitif untuk teknologi LTE dikarenakan salah satunya apakah teknologi LTE ini memberikan keuntungan bagi semua pihak terutama operator seluler atau tidak.

kominfo No. 22/PER/M/KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free To Air), pada tahun 2018 semua TV analog migrasi secara penuh ke TV digital. Dengan demikian ada

alokasi tersisa sebesar 2 x 45 Mhz FDD yang disebut sebagai

Gambar 2. Karakteristik Propagasi Spektrum digital dividend. Frekuensi tersebut rencananya akan (sumber : BBS R&D)

digunakan untuk teknologi LTE. Namun sebelum digelar Berdasarkan data dari Bank Dunia mengenai Indikator

teknologi LTE pada frekuensi digital dividend tersebut maka Pembangunan Dunia, jumlah pengguna internet dari tahun ke

perlu dikaji bagaimana pemanfaatan digital dividend untuk tahun semakin bertambah. Hal ini dapat ditunjukkan pada

layanan LTE.

gambar 3. Kebutuhan layanan data khususnya data mobile sangat diminati oleh masyarakat karena kemudahan untuk

A. Perumusan Masalah

menggunakannya. Semakin banyak pelanggan maka akan Berdasarkan latar belakang dan fakta tersebut di atas dapat dirasa kebutuhan bandwidth atau teknologi baru yang ditemukenali beberapa permasalahan yang akan dijawab menawarkan efisiensi bandwidth dan kecepatan akses data.

melalui studi ini, yaitu :

1. Bagaimana hasil perhitungan link budget frekuensi 700 MHz untuk LTE?

2. Bagaimana perbandingan kapasitas user pada daerah tipe dense-urban, urban, sub-urban dan rural?

3. Berapa estimasi jumlah pelanggan LTE?

4. Berapa jumlah operator LTE optimum dan pembagian bandwidthnya?

B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalah diatas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil perhitungan link budget frekuensi 700 Gambar 3. Pengguna Internet dalam bentuk Persentase Populasi

MHz untuk LTE

2. Mengetahui perbandingan kapasitas user pada daerah tipe Salah satu teknologi generasi ke-4 (4G) yang menawarkan

dense-urban, urban, sub-urban dan rural efisiensi dan akses data berkecepatan tinggi adalah teknologi

3. Mengetahui estimasi jumlah pelanggan LTE Long term Evolution (LTE). Long term Evolution (LTE)

4. Mengetahui jumlah operator LTE optimum dan pembagian merupakan salah satu teknologi jaringan telekomunikasi

bandwidthnya

generasi keempat (4G) yang masih dalam tahap

pengembangan oleh 3GPP dengan kemampuan pengiriman data mencapai kecepatan secara teoritis 100 Mbps untuk

II. L ANDASAN T EORI DAN G AMBARAN U MUM downlink dan 50 Mbps untuk uplink.

A. Penelitian/Karya Ilmiah Sebelumnya Indonesia sudah di launching sejak akhir tahun 2006. Meski

Seperti kita ketahui bahwa Teknologi generasi ke-3 (3G) di

sudah lama, namun pengguna layanan teknologi 3G masih

1. Penelitian “Pemodelan Akselerasi Implementasi Digital sedikit. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Telekomunikasi

Dividend di Indonesia”, oleh Denny Setiawan Seluler Indonesia (ATSI) Dian Siswarini dalam konferensi

Penelitian tersebut mengembangkan suatu model tekno pers tentang Indonesia Cellular Show (ICS) 2013 di Jakarta,

ekonomi mengenai percepatan migrasi analog ke digital Minggu (26/5), pengguna telepon seluler di Indonesia yang

dengan memanfaatkan potensi pendapatan negara dari Biaya memakai layanan teknologi 3G baru mencapai sekitar 20

hak Penggunaan (BHP) frekuensi untuk Digital Dividend LTE persen dari total pemilik ponsel di Indonesia. Sebagian besar

untuk membantu biaya-biaya yang dibutuhkan penyelenggara pengguna telepon seluler di Indonesia saat ini masih

TV dalam masa transisi dari analog ke digital, yaitu insentif menggunakan layanan teknologi telepon seluler generasi

set-top-box, biaya oeprasional sewa kapasitas multiplex TV kedua atau 2G. Adopsi teknologi 3G di masyarakat masih

digital dan modal infrastruktur multiplex TV digital terestrial rendah, baru mencapai 20 persen. (PT. Kompas Cyber

di Indonesia.

Media,2013). Meskipun

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.3 Maret 2013 : 189-208

Berdasarkan model yang dikembangkan tersebut dilakukan Kebutuhan operator dan vendor dalam memenuhi peningkatan perhitungan Present Worth relatif terhadap kebijakan eksisting

permintaan terhadap mobile broadband, terbatasnya menunggu Digital Dividend tahun 2018 untuk 3 skenario

ketersediaan spektrum dan peluang pendapatan negara subsidi biaya sewa kapasitas TCDTV yaitu skenario A

terhadap proses lelang frekuensi merupakan alasan seberapa (subsidi sewa kapasitas TV digital selama masa simulcast),

besar digital dividend mempengaruhi industri telekomunikasi. skenario B (subsidi sewa kapasitas TV digital saat Digital

White paper ini bertujuan menggambarkan signifikansi dan Switchover) dan skenario C (tanpa subsidi sewa kapasitas TV

implikasi dari digital dividend terhadap strategi operator digital) dengan asumsi variabel-variabel lain seperti BHP

dalam menentukan action plan. Selain itu dapat memberikan frekuensi Digital Dividend LTE, insentif set-top-box dan

bentuk peluang bisnis baru yang belum terlihat. biaya infrastruktur Multiplexer TV digital bernilai tetap.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa skenario A White Paper “The Benefits of Digital Dividend” oleh 4G

Americas

tidak layak dilakukan, skenario b layak dilakukan pada tahun 2014, sedangkan skenario C layak dilakukan pada tahun 2014

White paper ini membahas mengenai keuntungan dari dan 2015. Ditemukenali pula bahwa sensitivitas modela

digital dividend pada pita 698-806 Mhz di Amerika Serikat (Region 2) dan APT (Region 3). Amerika Serikat merupakan

akselerasi digital dividend ini terdapat pada variabel BHP frekuensi dan subsidi set-top-box

negara pertama di dunia yang melakukan pelelangan terhadap spektrum frekuensi 698-806 MHz dan memiliki keuntungan

2. Penelitian “Perkiraan Kebutuhan Spektrum Frekuensi dari pembangunan awal jaringan pita lebar bergerak. Operator Untuk Implementasi Layanan Mobile Broadband di

layanan utama di Amerika Serikat telah meluncurkan layanan Indonesia”, oleh Aditya Yoga Perdana

LTE komersial pada tahun 2010-2011. Rencana alokasi Dengan meningkatnya adopsi masyarakat terhadap layanan

spektrum frekuensi Amerika Serikat juga telah mengakomodir mobile broadband, akan dibutuhkan peningkatan kapasitas

persyaratan khusus AS untuk keselamatan masyarakat dan jaringan yang berimplikasi pada bertambahnya kebutuhan

penyiaran. Pada bulan September 2010, APT mencapai spektrum frekuensi. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut,

kesepakatan untuk rencana pita harmonisasi pada 698-806 diperlukan suatu perkiraan yang cermat mengenai lebar

Mhz untuk region 3. Jepang telah mulai menerapkan rencana spektrum yang harus tersedia sampai beberapa tahun ke

APT dan diharapkan untuk memulai layanan LTE pada tahun depan. Pada penelitian ini digunakan model Bass dengan

parameter penjelas untuk memperkirakan jumlah potensi Salah satu keuntungan penerapan 700 MHz pada seluruh demand dengan skenario pasar yang berbeda antara tahun

region adalah adopsi umum LTE, baik FDD maupun TDD. 2011 sampai 2020.

Chipset seperti pita 3GPP 2, 4 dan 5. Terdapat perbedaan Untuk mengetahui kapasitas jaringan yang diperlukan, juga

pada pita yang diterapkan Amerika Serikat dan APT dalam hal dilakukan network dimensioning jaringan mobile broadband.

lebar pita kanal yang beroperasi, lokasi kanal, jarak duplex Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi spektrum BWA

dan lingkungan interferensi serta tumpang tindih spektral. Hal saat ini hanya bisa mencukupi kebutuhan spektrum frekuensi

ini memberikan peluang bagi skala ekonomi manufaktur bagi sampai dengan tahun 2013, selebihnya dibutuhkan tambahan

peralatan yang beroperasi pada kedua rencana pita. alokasi spektrum sebesar 25 MHz – 85 MHz pada tahun 2014,

Perkembangan teknologi dan komponen akan menurunan

15 MHz – 150 MHz antara 2015-2017, 470 MHz – 750 MHz harga dan meningkatkan peluang bagi skala ekonomi pada antara tahun 2018-2019 dan 1230 MHz – 1735 MHz pada

pita jamak dan format radio .

3. White Paper “Digital Dividend Green Paper” oleh

B. Pengertian Digital Dividend

Department of Broadband, Communications and the Menurut (Oxford Dictionaries), dividend didefinisikan Digital Economy of Australia sebagai sejumlah uang yang dibayar secara berkala (biasanya

Tujuan dari whitepaper ini untuk memperlihatkan potensi per tahun) oleh perusahaan kepada para pemegang saham pembebasan frekuensi radio khususnya pita UHF yang

yang berasal dari keuntungan (atau cadangan) perusahaan. digunakan oleh televisi analog agar dapat memaksimalkan Dividend bisa juga diartikan sebagai sebuah imbalan uang efisiensi alokasi spektrum. Pemerintah Australia melalui (pengembalian) untuk investasi yang diharapkan, kadang- Department of Broadband, Communications and the Digital

kadang diperoleh pada akhir siklus bisnis. Sedangkan digital Economy melakukan studi yang memperlihatkan bahwa pada

dividend didefinisikan sebagai jumlah spektrum yang tersedia pita UHF dapat memberikan 126 MHz apabila peruntukan

oleh adanya transisi penyiaran televisi terrestrial dari analog televisi analog di migrasi menuju digital.

ke digital (BOZSOKI, 2013)

Meskipun begitu, sebelum menentukan keputusan final Digital dividend terjadi apabila TV analog sudah maka hal tersebut di paparkan kepada komunitas

bermigrasi semua ke TV digital. TV analog menggunakan telekomunikasi di Australia, selain itu dikaji pula tentang

bandwidth sebesar 328 MHz. Namun setelah proses besarnya biaya yang dibutuhkan dalam melakukan

digitalisasi, bandwidth TV digital menjadi lebih sempit yaitu pembebasan blok frekuensi di pita UHF. Kelanjutan dari studi sebesar 192 MHz. Dengan demikian ada alokasi bandwidth ini merupakan langkah dalam menentukan peruntukan digital sebesar 112 MHz dan 24 Mhz yang tersisa dari peninggalan dividend

TV analog tersebut. Bandwidth sebesar 112 MHz tersebut

4. White Paper “The Digital Divideng in Europe:in the eye of dialokasikan untuk digital dividend, sedangkan bandwidth 24 “The Perfect Storm” oleh Alberto Pamias dan Daniel

Mhz untuk kanal reserve.

Torras (Delta Partners) Kelebihan digital dividend tersebut dapat digunakan Pita yang menjadi fokus digital dividend dalam paper ini

berbagai keperluan, antara lain :

adalah pita 800MHz dan digital dividend ini dapat

1. Meningkatkan jumlah layanan penyiaran televise digital menyebabkan pergolakan dalam industri telekomunikasi.

terrestrial.

Studi Pemanfaatan Digital Dividend Untuk Layanan Long Term Evolution (LTE) (Sri Ariyanti)

2. Meningkatkan cakupan wilayah (Coverage) transmisi rentang channel yang cukup lebar, mulai dari 1,4MHz sampai televisi digital.

20MHz. jadi, teknologi ini dapat memenuhi regulasi yang

3. Digunakan untuk layanan televisi digital yang dapat telah ditentukan di setiap Negara. Jaringan LTE komersil diterima pada perangkat genggam (contoh : DVB-H).

pertama sudah ditawarkan di Swedia (Dewantoro, 2010).

4. Meningkatkan kualitas gambar dan suara, khususnya pada High Definition TV.

5. Digunakan untuk layanan non-penyiaran, seperti Wimax, UMTS, LTE dan sebagainya. Keuntungan yang diperoleh oleh customer dengan adanya digitalisasi penyiaran adalah sebagai berikut: (Telkomsel, 2013)

1. Pemilihan program TV lebih banyak

2. Kualitas gambar dan suara TV lebih bagus

3. Flexible digunakan baik untuk portable maupun mobile

4. Meningkatkan layanan informasi termasuk electronic programming guide.

5. Meningkatkan inovasi dan kompetisi market Keuntungan yang diperoleh industri dengan adanya digitalisasi penyiaran adalah sebagai berikut: (Telkomsel, 2013)

1. Harga kanal lebih murah bagi industri penyiaran

2. Adanya layanan baru (Pay-TV)

3. Jaringan transmitter baru Gambar 4. Evolusi UMTS FDD dan TDD berdasarkan Data Rate dan

4. Latency Receiver devices yang baru (set top box)

5. Munculnya teknologi baru Para ahli menyimpulkan bahwa dengan bandwidth mulai

C. Teknologi Long Term Evolution dari 80 Mbps sampai 150 Mbps sudah cukup untuk sebagian

1. Pengertian Teknologi Long Term Evolution besar pengguna Internet. Paling tidak untuk permulaan, karena rencananya kecepatan download teknologi LTE mencapai 300

Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi standard 3GPP, evolusi dari teknologi GSM dan UMTS. Data rate

Mbps. Untuk memperoleh kecepatan ini, diperlukan transmisi yang

Untuk itu pengembang yang ditawarkan LTE lebih besar diabndingkan teknologi

bebas

interferensi.

sebelumnya. Adapun kelebihan dari LTE adalah sebagai mengkombinasikannya dengan beberapa teknologi, seperti berikut:

MIMO, QAM, dan OFDM yang menggunakan beberapa

a. Latency/delay lebih rendah antena sekaligus untuk memancarkan dan menerima sinyal. Selain itu, teknologi ini pun memungkinkan bitrate yang lebih

b. Data rate lebih tinggi

c. Meningkatkan kapasitas dan coverage besar. Paket data dikirim ke user melalui Internet Protocol (IP), seperti pada koneksi DSL (Dewantoro, 2010).

d. Cost-reduction Teknologi WCDMA yang mulai dibangun jaringannya

Kecepatan ini dapat dicapai dengan menggunakan tahun 2003/2004 mempunyai data rate mencapai 384 kbps

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) pada untuk downlink dan 128 kbps untuk uplink dengan round trip

downlink dan Single Carrier Frequency Division Multiplex (SC-FDMA) pada uplink, yang digabungkan dengan

time 150 ms. Pada tahun 2005/2006 muncul teknologi baru yaitu High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) dengan

penggunaan MIMO. Nantinya seluruh jaringan pada teknologi LTE akan berbasiskan Internet Protocol (IP) atau disebut juga

data rate downlink mencapai 14 Mbps dan uplink sebesar 5.7 Mbps. Kemudian tahun 2008/2009 3GPP merelease teknologi

All IP Networks (AIPN).

HSPA+ dengan data rate mencapai 28 Mbps untuk donlink Jadi, teknologi LTE sangat mirip dengan WLAN. Dan LTE dan 11 Mbps untuk uplink. Pada tahun 2010 muncul

tidak kalah dengan WiMax yang sedang dikembangkan terutama di India dan Afrika dan hanya berfungsi sebagai

teknologi yang terbaru yaitu Long Term Evolution (LTE) dengan data rate mencapai 150 Mbps. Untuk lebih jelasnya

akses internet saja.

dapat dilihat gambar 4. Koneksi supercepat inilah kelebihan dari LTE. Kecepatan

2. Konfigurasi Teknologi Long Term Evolution (LTE) Meningkatnya penggunaan mobile data dan kemunculan

yang tidak kalah dengan koneksi DSL. Dengan kemampuan ini, LTE tidak hanya menguntungkan bagi perangkat mobile,

aplikasi-aplikasi baru seperti MMOG (Multimedia Online Gaming ), mobile TV, Web2.0, dan konten-konten streaming

tetapi juga bagi home user. Berkat transmisi yang saat ini berkecepatan 100 Mbps (setara WLAN), home user tidak

lainnya telah memicu 3rd Generation Partnership Project membutuhkan koneksi telepon lagi. Jangkauan LTE pun lebih

(3GPP) untuk mengusung sistem Long-Term Evolution (LTE). jauh sehingga koneksi telepon akan hanya menjadi cadangan

LTE adalah cabang paling mutakhir dari pohon teknologi mobile network yang sudah kita kenal luas seperti teknologi

(Dewantoro, 2010). Keunggulan lain dari LTE adalah bila koneksi LTE terlalu

jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSxPA yang saat ini menjangkau lebih dari 85% pelanggan komunikasi bergerak

lambat, sinyalnya dapat dialihkan ke jaringan teknologi lain, seperti GSM, UMTS, dan teknologi mobile lainnya. Agar LTE

(Dewantoro, 2010).

menjangkau seluruh wilayah, teknologi ini menggunakan

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.3 Maret 2013 : 189-208

Gambar 5. Arsitektur Jaringan 3G UMTS dan LTE ( Sumber: Perkenalan Teknologi LTE. Presentasi FGD I “Studi pemanfaatan Digital Dividend untuk Layanan LTE oleh Budi Prasetya, 16 Juli 2013)

LTE, yang akses radionya kita sebut Evolved UMTS Radio

i. Pilihan spektrum frekuensi yang dapat disesuaikan dengan Access Network (E-UTRAN), diharapkan dapat meningkatkan

jaringan saat ini yaitu band GSM, CDMA, UMTS secara substansial pesat data pengguna, kapasitas per sektor,

(450,700, 850, 900, 1700, 1800, 1900, 2100, 2500MHz )

dan mengurangi tunda sehingga secara signifikan dapat dengan demikian dimungkinakan pula roaming secara memberikan pengalaman baru bagi pengguna sembari

global.

bergerak secara leluasa. Dengan kemunculan Intenet Protocol j. Mampu melayani pengguna yang melaju hingga 500 (IP), yang mana protokol ini dapat mengangkut segala macam

km/jam meskipun demikian kondisi optimum mobilitas muatan data, LTE dirancang untuk sepenuhnya mendukung

yang dapat diakomodasi adalah mulai dari 0 hingga trafik berdasar IP dengan Quality of Service (QoS) secara

15km/jam.

menyeluruh. Komunikasi suara akan dibawa melalui k. Cakupan ukuran sel adalah 5 – 100km dengan penurunan mekanisme Voice over IP (VoIP) sehingga penyatuan dengan

kualitas setelah 30km.

layanan multimedia lain menjadi lebih baik. Peletakan batu l. VoIP secara kasar mencapai 3 kali kapasitas suara UMTS. pertama LTE dilakukan pada tahun 2010 ini dan diharapkan

m. Antenna MIMO sudah terstandardisasi sehingga secara dalam 1-2 tahun ke depan akan tersedia luas secara komersial.

umum dapat meningkatkan pesat data sektoral (sector Berbeda dengan HSPA (High Speed Packet Access), yang

throughput ).

diakomodir di dalam arsitektur Release 99 (R99) UMTS, n. Memungkinkan adanya skala prioritas untuk berbagai 3GPP merumuskan layanan core paket baru yaitu arsitektur

kelas layanan dengan skema End-to-End Quality of Service jaringan Enhanced Packet Core (EPC) untuk mendukung E-

(QoS).

UTRAN melalui pengurangan

elemen

jaringan,

penyederhanaan fungsi, penambahan redundansi dan yang

Evolved Packet Core (EPC)

terpenting adalah dimungkinkannya sambungan dan hand- a. Core Network dengan data center yang baru dan sederhana over ke jalur tidak bergerak (fixed line) dan teknologi akses

(all IP) dengan collapsed architecture dan redundansi yang nirkabel lain. Dengan demikian memungkinkan adanya

meningkat.

layanan bergerak yang tiada terputus sama sekali.

b. Layer aplikasi/servis dan mobilitas terpusat (IMS).

c. Skala prioritas untuk kelas servis tertentu dengan E2E

3. Fitur dan Kemampuan yang ditawarkan oleh LTE

QOS

Evolved UMTS Radio Access Network (EUTRAN)

d. Core Network dengan teknologi akses setara

a. Downlink OFDM 100Mbps (untuk spektrum 20MHz) memungkinkan koneksi ke jaringan akses tetap (PSTN)

b. Uplink SC-FDMA 50Mbps (untuk spektrum 20MHz)

maupun nirkabel lainnya.

e. Koneksi ke core GSM/UMTS yang ada saat ini dapat menyebar data ke dalam beberapa sub-carrier sehingga

c. Desain dan teknologi radio OFDM dipakai untuk

memperlancar migrasi pelanggan LTE. lebih kebal terhadap fading sekaligus meningkatkan

kecepatan dan keandalan pengiriman data.

4. LTE 700MHz Spectrum Band Plan (3GPP)

a. Asia-Pacific Telecommunity (APT) Band Plan di 700 MHz Division Duplex )

d. FDD (Frequency Division Duplex) dan TDD (Time

Band frekuensi 698-806 MHz (biasanya disebut sebagai

e. End-user latency <10mS band 700 MHz) diresmikan APT pada tahun 2008 – 2010 dan

f. Control plane latency (waktu perpindahan menuju active dikonfigurasi secara khusus untuk teknologi mobile state ) < 100mS (dari idle ke active)

broadband (misalnya teknologi LTE). LTE tersegmentasi

g. Lebar bandwidth: 1.25, 2.5, 5, 10, 15 dan 20MHz). dalam dua macam yaitu TDD dan FDD yang telah

h. Spektrum 1.25MHz bisa diterapkan pada proses refarming distandardisasi 3rd Generation Partnership Project (3GPP) (pemakaian ulang spektrum saat ini) sementara 5MHz – dan direkomendasikan oleh International telecommunications

20MHz dapat dipakai untuk implementasi spektrum baru Union (ITU). APT band plan didesain untuk efisiensi dan perluasan spektrum seiring dengan peningkatan

spektrum, dengan membagi blok frekuensi yang berdekatan kebutuhan.

dengan memperhitungkan kebutuhan frekuensi serta 194

Studi Pemanfaatan Digital Dividend Untuk Layanan Long Term Evolution (LTE) (Sri Ariyanti) menghindari interferensi terhadap frekuensi layanan lainnya.

tertentu dengan mengalokasikan blok mulai dari 5x2 MHz TDD menggunakan bandwidth 100 MHz secara kontinyu

sampai 20x2 MHz.

(gambar 8) , sedangkan FDD membagi dua blok yaitu 45 MHz Adapun keuntungan secara teknik adalah sebagai berikut: untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink (gambar 7).

a. Full interoperability: Dengan memasukkan sistem dua Besarnya guardband pada FDD dan TDD 700 MHz yaitu 5

duplexer pada device dan peralatan jaringan, keseluruhan Mhz dan 3 MHz masing-masing pada tepi atas dan bawah.

interoperability di semua band frekuensi terjamin FDD memasukkan center gap sebesar 10 MHz. Penggunaan

b. Ukuran kanal yang lebih lebar : APT band plan guardband untuk mengurangi interferensi frekuensi yang

memungkinkan operator menikmati kanal yang lebih lebar berdekatan. Sedangkan FDD center gap digunakan untuk

dibandingkan kanal yang disediakan pada US band plan menghindari interferensi transmisi antara uplink dan downlink.

c. Upaya pencegahan lebih kuat terhadap interferensi: APT Standard 3GPP yang ada untuk APT band plan dapat dilihat

band plan menjamin pencegahan interferensi terhadap pada tabel 1 berikut ini: (ZTE)

frekuensi yang berdekatan. Baik dari frekuensi rendah T ABEL 1. S TANDARD 3GPP UNTUK APT BAND PLAN sampai frekuensi tinggi

d. Adaptif terhadap kebutuhan teknologi masa depan :

3GPP Duplex Uplink frequency

Downlink

Kedepannya, fenomena asimetrik trafik (trafic downlink

band

frequency

lebih besar dari trafik uplink) dapat dikurangi dengan

28 FDD 703 - 748 MHz

758 – 803 MHz

teknik signal processing yang sekarang sedang dalam

44 TDD 703 – 803 MHz

703 – 803 MHz

proses pengembangan standard APT band plan.

III. M ETODE P ENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Proses

penelitian menggunakan perhitungan yang mengacu pada konsep dasar telekomunikasi. Hasil penelitian terukur, sehingga penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kuantitatif.

Gambar 7. Segementasi APT frekuensi 700 MHz pada FDD-mode

B. Sumber Data Data dari penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik, data dari direktorat Pengendalian, Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika serta studi literatur.

Gambar 8. Segementasi APT frekuensi 700 MHz pada TDD-mode

C. Teknik Analisis

Keuntungan memanfaatkan frekuensi 700 MHz dapat Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitif dilihat dari segi ekonomi dan teknik. Adapun keuntungan dari

deskriptif dengan mengacu pada konsep perhitungan link segi ekonomi adalah sebagai berikut:

budget serta capacity dimensioning teknologi Long Term

a. Skala ekonomi : karena ada potensi adopsi global, maka

Evolution (LTE).

skala ekonomi juga terpengaruh

1. Dimensioning

b. Harmonisasi spektrum di dunia : APT band plan telah Dimensioning dilakukan pertama kali untuk penilaian menjadi pita spektrum harmonis secara multi regional yang

secara cepat konfigurasi jaringan wireless. Dimensioning akan memberikan ekosistem koheren untuk perangkat

merupakan bagian dari proses perencanaan, yang juga LTE. Sebagian besar negara Asia telah memilih APT

termasuk detailed planning dan optimization. Secara band.

keseluruhan, perencanaan merupakan proses yang meliputi

c. Fleksibilitas perencanaan spektrum: APT band plan desain, sintesis, dan realisasi. Gambar 9 menunjukkan proses memungkinkan spektrum nasional yang lebih besar bagi

perencanaan jaringan wireless seluler secara umum dan posisi pemerintah di seluruh dunia, memberikan kemungkinan

dimensioning dari keseluruhan proses.

untuk menyesuaikan besarnya kanal utnuk kebutuhan pasar

Gambar 9. Proses Perencanaan Jaringan Wireless Seluler Secara Umum

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.3 Maret 2013 : 189-208

Dimensioning memberikan estimasi perencanaan jaringan secara detil. Setelah jaringan direncanakan, parameter jaringan yang dioptimasi untuk memaksimalkan efisiensi sistem. Parameter input untuk dimensioning meliputi trafik dan QoS yang diharapkan. Dimensioning memberikan evaluasi persyaratan infrastruktur jaringan. Dimensioning jaringan selular secara langsung berkaitan dengan kualitas dan efektivitas jaringan, dan sangat dapat mempengaruhi perkembangannya. Adapun angkah-langkah dimensioning dapat dilihat pada gambar 10 berikut ini:

Gambar 11. Langkah-langkah menentukan Cell Radius

T ABEL 2. N ILAI PARAMETER YANG DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN LTE Gambar 10. Langkah-langkah dasar dimensioning jaringan seluler

R ADIO L INK B UDGET Input dimensioning yang tepat sangat diperlukan untuk

Parameter

Nilai

a Daya pancar makasmum Base Station 43 – 48 dBm elemen

hasil yang akurat. Dimensioning seluler membutuhkan

Tergantung dari subscriber/pelanggan, distribusi trafik, area geografi yang

yang fundamental,

termasuk

populasi

b Gain antena Base Station

pabrik dicover , band frekuensi, alokasi bandwidth, serta persyaratan

1-6 dB coverage dan kapasitas. Model propagasi berdasarkan band

c Redaman kabel antara konektor

antena base Station dan antena

frekuensi dan area seharusnya dipilih dan dimodifikasi (jika

d EIRP Base Station, dihitung a + b –c diperlukan). Hal ini diperlukan untuk estimasi coverage.

6 – 11 dB Parameter spesifik seperti power transmit antena, gain

e UE RF Noise Figure, tergantung pada

band frekuensi

antena, estimasi redaman sistem, jenis antena yang digunakan,

f Terminal noise dapat dihitung sebagai -104.5 dBm dll harus diketahui pada awal dimensioning jaringan. Analisis

berikut:

untuk 50 blok (9 “K (Boltzmann constant) x T (290K)

trafik diperlukan untuk mengestimasi trafik yang dibawa oleh MHz)

x bandwidth ”

sistem. Jenis trafik meliputi voice calls, VOIP, PS atau CS Bnadwidth tergantung pada bit rate, traffic. Overhead dibawa tiap trafik yang dikalkulasi dan

yang didefinisikan sejumlah resource termasuk dalam model. Waktu dan jumlah trafik diramal

block . Dasumsikan 50 resource block untuk mengevaluasi performansi jaringan dan untuk

sama dengan 9 MHz, transmisi

menentukan apakah persyaratan jaringan terpenuhi atau tidak.

downlink untuk 1 Mbps

Estimasi koverage digunakan utnuk menentukan area

g Perhitungan total Noise = e+f

coverage base station. Perhitungan estimasi coverage

h Signal-to-noise ratio dari simulasi -9 s/d 7 dB menghitung area dimana sinyal dapat diterima oleh user atau

atau pengukuran. Nilai tergantung receiver. Hal ini menunjukkan maksimum area yang dapat

pada jensi modulasi dan coding, yang dicover oleh Base Station. Coverage planning termasuk radio

tergantung pada data rate dan

link budget (RLB) dan coverage analisis.

resource block yang dialokasikan

Hitung g+h

Interference margin dengan rumus :

3 8 dB

2. Radio Link Budget

108Log10(1+10^(G factor - /10))

10 – 25% = 0.4 – menentukan cell radius (maksimum area yang dicover oleh

Radio link budget adalah langkah pertama untuk

Control channel overhead termasuk

1.0 dB Base Station). Perhitungan link budget digunakan untuk

overhead dari sinyal referensi, PBCH,

PDCCH dan PHICH

mengestimasi maksimum redaman sinyal antara mobile

Tergantung dari station (MS) dan antena base station. Maksimum path loss

UE antean gain

pabrik allows (MAPL) diestimasi berdasarkan model propagasi.

Tergantung Untuk menentukan maksimum area yang dicover oleh Base

Body loss

peralatan Station , diperlukan langkah-langkah yang dapat digambarkan

Perhitungan link budget pada arah uplink bertujuan untuk pada gambar 11.

mendapat nilai Maximum Allowable path Loss (MAPL), yaitu Perhitungan radio link budget membutuhkan parameter

nilai path loss maksimum yang diperbolehkan antara baik daya pancar, gain antena, signal-to-noise ratio, dan lain- transmitter dan receiver untuk memperoleh Signal-to-Noise lain. Adapun parameter-paramater tersebut dapat dilihat pada

Ratio (SNR) minimum yang dibutuhkan untuk mencapai tabel 2.

kualitas yang mencukupi dengan turut memperhitungkan soft handover dan log-normal fading. Link budget arah uplink merupakan perhitungan link budget dari User Equipment (UE) sebagai transmitter ke arah Base Station (BS) sebagai receiver. Link budget arah downlink merupakan perhitungan link budget dari Base Station (BS) sebagai transmitter ke arah User Equipment (UE) sebagai receiver. Ilustrasi konfigurasi transmisi untuk uplink budgeting dapat dilihat pada gambar 12

Studi Pemanfaatan Digital Dividend Untuk Layanan Long Term Evolution (LTE) (Sri Ariyanti) dan konfigurasi transmisi untuk arah downlink dapat dilihat

yang diijinkan pada cell range maksimum. Propagasi (path pada gambar 13.

loss ) tergantung pada:

a. Lingkungan : urban, dense urban, rural, suburban, open, dari persamaan sebagai berikut:

Maximum Allowable path Loss (MAPL) dapat diperoleh

forest, sea, dan lain-lain.

b. Dalam penelitian ini memperhitungkan untuk area dense Margin

a. RxSensitivity = EIRP – MAPL + G(R) – L(R) – Fade

urban, urban, suburban dan rural

b. MAPL = EIRP – RxSensitivity + G(R) – L(R) – fade

c. Jarak

Margin

d. Frekuensi

c. RxSensitivity = SNR +Nf + NT

e. Kondisi atmosfir

d. EIRP = P(T) + G(T) – L(T)

f. Indoor/outdoor

Dimana: Model propagasi yang digunakan untuk menghitung path - MAPL (MaxPathLoss) = path loss maksimum (dB)

loss pada frekuensi 700 MHz dalam penelitian ini adalah - EIRP = Effective Isotropica(ally) radiated Power receiver

model Okumura Hatta Model. Berikut ini merupakan (dB)

persamaan-persamaan model Okumura Hatta untuk masing- - RxSensitivity = sensitivitas receiver (dBm)

masing karakteristik wilayah. (F. Molisch, 2011) - SNR = Signal-to-Noise Ratio (dB)

Urban

- Nf = Noise figure receiver (dB)

: 69,55 + 26,16 log f – 13,82 log Hb + - NT = thermal noise (dBm)

Lu

(44,9 – 6,55 log Hb – 0Hb)/log d - P(T)= daya maksimum transmitter (dBm)

: (1,1 log f-0,7) Hr – (1,56 log f – 0,8) - G(T)= gain antena transmitter (dB)

a(Hr)

Total

: Lu

– a(Hr)

- L(T)= loss kabel/konektor transmitter

- Fade margin = batas fading sinyal diterima (dB)

Dense Urban Lu

: 69,55 + 26,16 log f – 13,82 log Hb + (44,9 – 6,55 log Hb – 0Hb)/log d

a(Hr)

: 3,2 log 2 (11,75 Hr) – 4,97

Total

: Lu – a(Hr)

Suburban Lu

: 69,55 + 26,16 log f – 13,82 log Hb + (44,9 – 6,55 log Hb – 0Hb)/log d

a(Hr)

: (1,1 log f – 0,7) Hr – (1,56 log f – 0,8) Total 2 : Lu – a(Hr) – 2 log (f/28)-5,4

Rural Lu

: 69,55 + 26,16 log f – 13,82 log Hb + (44,9 – 6,55 log Hb – 0Hb)/log d

a(Hr)

: (1,1 log f – 0,7) Hr – (1,56 log f – 0,8)

Gambar 12. Link Budget Arah Uplink (Huawei Technologies co.,LTD, 2010)

Total

: Lu

– a(Hr) – 4,78 log 2 f + 18,33 log f –

35,94 Keterangan : Lu

: Redaman lintasan

f : Frekuensi (MHz) Hb : Ketinggian antenna BTS

Hr

: Ketinggian antenna mobile

a(Hr)

: Faktor koreksi antenna mobile

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh d (jarak antara base Station dan Mobile Station) yang menentukan besarnya cell radius , dengan diketahui Maximum path loss (MAPL) atau Lu.

4. Capacity Dimensioning Tujuan dari LTE capacity dimensioning adalah untuk

memperoleh PS throughput yang didukung jaringan Gambar 13. Link Budget Arah Downlink (Huawei Technologies co.,LTD,

berdasarkan pada bandwidth yang tersedia dan kondisi kanal tiap user. Capacity planning menawarkan kemampuan

3. Model propagasi (Path Loss) jaringan untuk menyediakan layanan pada user dengan kualitas yang bagus. Adapun tahapan dari capacity

Model propagasi menunjukkan rata-rata sinyal propagasi, dan kemudian dikonversi menurut maksimum loss propagasi

dimensioning adalah sebagai berikut (gambar 14):

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.3 Maret 2013 : 189-208

d. Menentukan jumlah cell dengan rumus:

Jumlah cell = network Throughput/Throughput per cell

IV. H ASIL P ENELITIAN DAN P EMBAHASAN

D. Analisis Kapasitas Transponder Satelit dengan Memanfaatkan Modulasi QPSK

1. Perhitungan Link Budget Teknologi LTE pada frekuensi 700 MHz Untuk menentukan besarnya radius pada daerah dense urban , urban, sub urban dan rural diperlukan perhitungan link budget seperti yang dijelaskan pada sub bab 3.1. Adapun definisi dari daerah dense urban, urban, sub urban, dan rural adalah sebagai berikut: Dense urban : Wilayah yang memiliki banyak gedung tinggi,

Gambar 14. Diagram Alur LTE Capacity Dimensioning (Huawei, 2010) sinyal komunikasi tidak dapat berdifraksi dari atap gedung

Tahapan Capacity Dimensioning (Huawei, 2010):

: Wilayah dimana sinyal dapat berdifraksi dari

a. Melakukan analisa model kebutuhan trafik atap ke gedung-gedung dengan ketinggian

Urban

b. Menghitung throughput per user dengan rumus sebagai rendah dan jalan-jalan yang lebar berikut:

Sub urban

: Wilayah yang memiliki gedung-gedung dengan

1) Single User Throughput (IP) Kbps = (∑ ketinggian rendah dan kerapatan kurang (Throughput/Session) x BHSA x Penetration rate x (1 +

: Wilayah yang memiliki gedung-gedung dengan Peak to Average Ratio ) )/3600

Rural

ketinggian rendah dan kerapatan kurang, serta

2) Throughput = Session Time x Session Duty Ratio x Bearer memiliki banyak pepohonan Rate x [1/(1-BLER)]

Langkah awal dalam perencanaan (planning) dari Radio Dengan

Access Network (RAN) dimulai dengan menghitung radio link - Session time = duration per service

budget. Radio link budget menghitung semua gain dan loss - Session duty ratio = data transmission ratio per session

yang terjadi diantara transmitter (pengirim), media transmisi - BLER

= tolerated block error rate (ruang bebas, kabel, waveguide, fiber dan lain-lain) sampai - Bearer rate = application layer bit rate

dengan receiver (penerima) di dalam sebuah sistem - Penetration rate = how good service can affect customer

telekomunikasi Tabel 3 memperlihatkan nilai parameter- - BHSA

= service attempt in busy hour parameter yang digunakan dan hasil perhitungan Maximum Allowable Path Loss (MAPL) untuk Uplink dan Downlink.

c. Menentukan network throughput dan throughput per cell Model propagasi yang digunakan untuk menghitung path loss (Cell Average Throughput)

pada frekuensi 700 MHz dalam penelitian ini adalah model

1) Network Throughput (IP)(Mbps)= (Total User Number x Okumura Hatta Model seperti yang dijelaskan pada bab 3. Single User Throughput (IP)/1000

2) Cell Average Throughput(MAC) UL/DL = Throughput

x/y1 x A + Throughput x/y2 x B + Throughput x/y3 x C+ ……

T ABEL 3. S PESIFIKASI L INK B UDGET U PLINK D AN D OWNLINK

UPLINK

DOWNLINK

UE TX Power dBm 22

43 a Body Loss

a eNB TX Power

dBm

18 b eNB Gain

dB 1 b eNB Gain

dBi

dB 2 c Feeder Loss

dBi

18 c Feeder Loss

0.5 d TMA Insertion Loss

dB 2 d TMA Insertion Loss dB

0 e Thermal Noise

dB 0.5 e UE Antenna Gain

dBi

dBm -174

f=k*T

Body Loss

dB 3 f

g=k*T SINR

eNB Noise Figure

dB 2.2 g Thermal Noise

dBm

dB 7 h System Bandwidth

dB -7

h UE Noise Figure

i Receiver Sensitivity

dB 69.54 i=15*12*50*1000

SINR

dB -5

dBm -106.25

j=f+g+h+i

System Bandwidth

dB 69.54 J=15*12*50*1000

Penetration Loss

k=g+h+i+j Fading Margin

dB 12 k

Receiver Sensitivity

dBm

dB 16 l Interference Margin

dB 4 l

Penetration Loss

dB 5 m MAPL

dB 3 m

Fading Margin

dB 120.737 n=a-b+c-d-e-(-j)-k-l-m

Interference Margin dB

o=a-c+b-f-d-(-k)-l-m- n

Studi Pemanfaatan Digital Dividend Untuk Layanan Long Term Evolution (LTE) (Sri Ariyanti)

Dengan diketahuinya MAPL sebesar 120.74 dB untuk

a : Designed DL Cell Capacity

Uplink dan 121.75 dB untuk Downlink, maka dengan menggunakan persamaan pada model okumura hatta, dengan

b : Sector number per site

menggunakan asumsi tinggi antenna LTE (Hb) 30 m dan

c : Peak to average ratio

tinggi antenna mobile (Hr) 1,5 m, diperoleh radius coverage untuk masing-masing karakteristik wilayah yang ada. Dalam

d : Average DL Busy Hour Troughput/subscr bentuk grafik, radius coverage disajikan pada Gambar 15.

Designed DL cell capacity sendiri merupakan hasil Dari Gambar 15 diketahui bahwa jangkauan paling besar

perkalian dari DL Cell average capacity dengan Designed DL untuk layanan LTE pada frekuensi 700 MHz yaitu pada

Cell loading. Beberapa asumsi yang digunakan pada proses daerah rural karena redaman di daerah rural paling sedikit

dimensioning ini adalah sebagai berikut : dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan di

1. Sector number per site = 3

daerah rural terdapat sedikit gedung-gedung tinggi yang

2. Peak to average ratio, nilainya berbeda-beda sesuai dengan menyebabkan adanya multipath fading. Daerah urban dan

karakteristik wilayah, untuk dense urban sebesar 40%, dense urban mempunyai jangkauan paling kecil karena di

urban 20%, sub urban 10% dan rural 0%. daerah tersebut banyak gedung-gedung tinggi yang dapat

3. Designed DL cell loading = 50%

menyebabkan pantulan sinyal. Pantulan sinyal tersebut

4. DL Cell average capacity disajikan pada Tabel 4. menimbulkan efek multipath fading yang dapat menambah

redaman. 2. T ABEL 4. DL C ELL AVERAGE CAPACITY

1.4 3 5 10 15 Capacity Dimensioning 20

Capacity dimensioning adalah sebuah proses dalam menentukan

MHz

MHz MHz MHz MHz MHz

2.11 5.28 8.80 17.60 26.40 35.20 kapasitasnya. Capacity dimensioning dilakukan untuk setiap

skala jaringan

berdasarkan

kebutuhan

Dense Urban

karakteristik wilayah dan bandwidth yang berbeda-beda.

Urban

Karakteristik wilayah meliputi wilayah dense urban, urban, sub urban dan rural.Sedangkan bandwidth meliputi seluruh

2.06 5.16 8.60 17.20 25.80 34.40 bandwidth yang dapat digunakan untuk impelemntasi jaringan

Sub urban

LTE, yaitu 1.4 MHz, 3 MHz, 5 Mhz, 10 Mhz, 15 Mhz dan 20

2.06 5.16 8.60 17.20 25.80 34.40 Mhz. Untuk mendapatkan kapasitas user/site dalam area

Rural

cakupan seluas 1 KM 2 digunakan formual sebagai berikut : Berdasarkan hasil perhitungan capacity dimensioning diperoleh kapasitas user per site dalam area cakupan seluas 1 KM2 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 16.

Gambar 15. Perbandingan Radius Atau Jangkauan Untuk Daerah Rural, Sub Urban, Dense Urban Dan Urban Teknologi LTE Frekuensi 700 MHz

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.3 Maret 2013 : 189-208

Gambar 16. Kapasitas user per site dalam 1 Km2

Besar kecilnya kapasitas per site tersebut dipengaruhi oleh sampai delapan tahun kedepan, tidak diperlukan penambahan aktifitas user di wilayah yang bersangkutan. Karena kapasitas

site baru. Namun untuk dense urban, pada tahun ke 6 cell tetap, aktifitas user yang semakin tinggi, termasuk

diperlukan penambahan site. Untuk lebih jelasnya dapat semakin

dilihat pada Gambar 17.

menyebabkan jumlah user yang dapat dilayani menjadi semakin kecil. Berdasarkan Gambar 16 terlihat bahwa

b. Skenario 2 (BW 3 MHz)

Hasil simulasi apabila bandwidth yang digunakan sebesar urban adalah yang terendah dan yang tertinggi adalah di

kapasitas user per site dalam area seluas 1 Km 2 di daerah dense

Dokumen yang terkait

Do Productive Uses of ICT Connect to Income Benefits: A Case Study on TeleuseBOP4 Survey in Indonesia analisis hubungan produktivitas penggunaan tik dengan pendapatan: studi kasus survey teleusebop4 di indonesia

0 0 16

Keywords — Trunked Radio, Migration Readiness, Digital

0 1 14

Deskripsi Kualitas Layanan Jasa Akses Internet di Indonesia dari Sudut Pandang Penyelenggara Description of Internet Quality of Services (Qos) in Indonesia From the Providers’ Point of View

0 1 10

Studi Perkembangan dan Kondisi Satelit Indonesia The Study of Development and Condition of Indonesian Satellites

1 1 16

Pengukuran Kualitas Layanan Pengujian Perangkat di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi Service Quality Measurement of Device Sertification in The Center of Telecommunication Device Sertification Center

0 0 12

Persepsi dan Harapan Pengguna terhadap Kualitas Layanan Data pada Smartphone di Jakarta User Perception and Expectation on Smartphone Data Service Quality in Jakarta

0 0 16

Analisis Migrasi Radio Trunking Analog ke Radio Trunking Digital di Indonesia The Analysis of Migrating Analog Trunked Radio to Digital Trunked Radio in Indonesia

0 1 18

Analisis Kualitas Layanan Perizinan Spektrum Frekuensi Radio Siaran Dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) Analysis of Quality of Service Radio Broadcast Frequency Spectrum Licensing Methods Importance Performance Analysis (IPA)

0 0 12

Studi Kesiapan Direktorat Standardisasi Dalam Menerapkan SNI ISOIEC 17065 Study of The Directorate of Standardization Readiness in Implementing SNI ISOIEC 17065

0 0 12

Kualitas Pelayanan Internal Direktorat Jenderal Sumber Daya Dan Perangkat Pos Dan Informatika Internal Service Quality Of Directorate General Of Resources And Equipment Of Post And Informatics

0 0 14