BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) 2.1.1 Teh (Camellia sinensis L.) - Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Sediaan Hand Cream Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Teh (Camellia sinensis L.)

2.1.1 Teh (Camellia sinensis L.)

  Tanaman teh umumnya ditanam diperkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200-2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Batang tegak, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuk elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warna hijau permukaan mengkilap. Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, stek, sambungan atau cangkokan (Arisandi, 2008).

  Dari cara pemprosesannya, teh terbagi menjadi tiga, yaitu teh hijau, teh oolong (baca: ulung), dan teh hitam. Teh hijau dihasilkan tanpa proses fermentasi.

  Teh oolong dihasilkan dengan menggunakan semifermentasi (fermentasi tidak sempurna). Sementara teh hitam adalah hasil fermentasi sempurna. Proses fermentasi menyebabkan senyawa polifenol didalam teh teroksidasi sehingga kandungannya menurun. Karena itu kandungan polifenol tertinggi terdapat pada teh hijau dan terendah pada teh hitam. Akan tetapi teh hijau kurang begitu disukai karena rasanya yang agak sepat (Kumalaningsih, 2006).

   Kandungan dan Manfaat Teh (Camellia sinensis L.)

  Daun teh hijau mengandung sejumlah zat gizi penting. Dalam setiap 100 g daun teh mengandung 7-80% air, polifenol 25 - 35% berat kering, kafein 2,5 - 4,5% , dan per gram berat kering daun teh mengandung mineral magnesium 1,90 mg, alumunium 400 µg, natrium 27 µg, kalium 21,50 mg, kalsium 3,70 µg, besi 89 µg, seng 34 µg, fosfor 3,30 mg, vitamin C, vitamin B2, vitamin D, vitamin K dan karotenoid (Rohdiana, 2009).

  Polifenol utama dalam teh hijau adalah katekin. Kandungan katekin dalam daun teh hijau mencapai 25-35% bobot kering. Hasil penelitian menyebutkan bahwa, kandungan senyawa polifenol yang tinggi dalam daun teh hijau berperan sebagai pelindung terhadap serangan radikal bebas (Kumalaningsih, 2006) juga kandungan katekin didalam daun teh hijau mampu mempertahankan kesehatan kolagen, meningkatkan sintesis kolagen dan elastisitas kulit (Rohdiana, 2009).

2.2 Kulit Kulit adalah bagian tubuh yang terluas dan terdapat pada tubuh kita.

  Sebagai bagian tubuh paling luar, kulit menjalankan fungsi perlindungan, yaitu melindungi tubuh dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari luar. Luas kulit

  2

  orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 1997).

  Kulit yang sehat merupakan salah satu unsur kecantikan yang sangat penting. Tetapi matahari, radikal bebas dan diet yang buruk berdampak negatif bagi kesehatan kulit. Mengingat sel kulit memiliki jangka waktu hidup yang pendek, hanya beberapa hari, maka kulit dapat dijadikan salah satu indikator awal kesehatan kulit (Rohdiana, 2009).

2.2.1 Anatomi Kulit

  Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: 1.

  Lapisan Epidermis Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit sebelah luar. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.

  2. Lapisan Dermis Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Lapisan ini terdiri atas:

  • Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
  • Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin.

  3. Lapisan Subkutis Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.2 Fungsi Kulit 1.

  Fungsi proteksi misalnya gesekan, tarikan, tekanan. Dan gangguan mekanik seperti gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, bakteri, atau virus.

  2. Fungsi pengatur suhu tubuh Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit.

  Dengan penguapan keringat membantu membuang kalori atau panas tubuh. Vasokontriksi pembuluh darah kapiler kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin.

  3. Fungsi pembentukan pigmen (Melagonesis) Sel pembentukan pigmen kulit (melanosit) terletak dilapisan basal epidermis.

  Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.

  4. Fungsi ekspresi emosi Kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan, ketegangan, ketakutan, dan lain–lain.

2.2.3 Jenis Kulit

  Jenis-jenis kulit berdasarkan ciri-cirinya terbagi atas tiga bagian: 1.

  Kulit normal Merupakan kulit ideal atau kulit dambaan. Dengan ciri-ciri kulit bertekstur halus atau lembut, terlihat cerah, tampak segar, pori-porinya kecil, elatis, memiliki kelembaban yang bagus serta tidak berminyak dan tidak kering.

  Kulit berminyak Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

  Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah, sehingga terlihat pecah-pecah karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku, kering, kusam, bersisik dan mudah timbul keriput. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit kering. (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Kulit Menua

  Proses tua ( menjadi tua = aging ) merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup yang ditandai dengan adanya kemunduran fungsi dari berbagai organ tubuh secara berlahan-lahan. Yaitu menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Kosasih, 2005). Proses menua pada kulit disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

  • Faktor Intrinsik (intrinsic aging)

  Merupakan proses menua fisiologi yang berlangsung secara alamiah disebabkan oleh berbagai faktor didalam tubuh seperti genetik, hormonal dan rasial. Proses penuaan ini menyebabkan perubahan kulit yang menyeluruh sesuai dengan pertambahan usia.

  • Faktor Ekstrinsik (Extrinsic aging)
stres, kurang tidur serta perawatan yang tidak tepat yang dapat mempercepat proses menua kulit sehingga terjadi penuaan dini. Perubahan pada kulit terutama terjadi didaerah yang sering terpapar sinar UV seperti kulit wajah sehingga wajah terlihat lebih tua (Jusuf, 2005).

  Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari usia yang sebenarnya atau yang seharusnya. Penuaan dini dapat dilihat pada kulit yaitu berupa timbulnya kerutan dan garis-garis halus, bintik hitam, kulit kering, kasar dan kusam, warna kulit cenderung gelap atau tidak merata, pori-pori besar dan penurunan elastisitas kulit. Salah satu mekanisme penyebab utama terjadinya penuaan dini yaitu teori proses radikal bebas. Radikal bebas terbentuk selain secara alamiah melaui sistem biologis tubuh juga berasal dari lingkungan (Ardhi, 2011). Perubahan karakteristik dalam penuaan dini yang timbul pada epidermis dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis Bagian Kulit Penuaan Dini Penuaan Alami

  Lapisan Dermis

  • Tebal • Tipis Sel-sel epidermis • Sel-sel tidak seragam. • Sel-sel seragam.

  (keratonosit)

  • Sel-sel terdistribusi tidak • Sel-sel terdistribusi merata. secara merata.

  Stratum korneum • Peningkatan lapisan sel. • Lapisan sel normal.

  • Ukuran serta bentuk • Ukuran dan bentuk korneosit bervariasi. korneosit seragam.

  Melanosit

  • Peningkatan jumlah sel. • Pengurangan jumlah sel
  • Peningkatan produksi • Peningkatan melanosom relatif cepat. melanosom normal.

  Bagian Kulit Penuaan Dini Penuaan Alami

  Jaringan elastis

  • Meningkat secara drastis
  • Berubah menjadi masa yang tidak berbentuk.
  • Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal.

  Kolagen

  • Serat kolagen dan jaringan ikat menurun jumlahnya.
  • Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal.

   (Mitsui, 1997)

2.4 Sinar Ultraviolet (UV)

  Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari matahari. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat memacu timbulnya radikal bebas pada kulit. Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV dibagi menjadi tiga:

  • Sinar UV-A (terpanjang) UV-A memiliki panjang gelombang terpanjang yaitu antara 320 - 400 nm. Sinar UV-A meliputi 90 - 95% radiasi yang mencapai permukaan bumi dan mampu menembus kaca. Radiasi UV-A mampu menembus kulit lebih dalam dari UV-B yaitu sampai lapisan dermis (lapisan kedua dari kulit).
  • Sinar UV-B (sedang)

  UV-B memiliki panjang gelombang sedang, yaitu antara 290-320 nm. Sinar UV-B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (epidermis) dengan radiasi sinar 5 – 10 % mencapai bumi. Sinar UV-B sebagian besarnya terblokir oleh lapisan ozon di atmosfer dan tidak dapat menembus kaca.

  • Sinar UV-C (terpendek) UV-C memiliki panjang gelombang pendek, yaitu antara 200-290 nm. Mayoritas sinar ini terserap di lapisan ozon atmosfer sehingga tidak sampai kepermukaan bumi (Darmawan, 2013).

  2.5 Antioksidan dalam krim

  Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas.

  Antioksidan digunakan untuk memberi perlindungan dan memperbaiki kerusakan yang terjadi termasuk kulit (Kumalaningsih, 2006).

  Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Meskipun antioksidan dapat diberikan melalui diet tetapi adanya pengaruh absorbsi, kelarutan dan perjalanan obat sehingga yang sampai kekulit hanya dalam jumlah terbatas. Pemakaian langsung pada kulit akan menambah perlindungan terhadap radikal bebas (Deny, dkk., 2006).

  2.6 Vitamin C (Asam askorbat) sebagai salah satu antioksidan

  Asam askorbat dapat berfungsi sebagai antioksidan dengan cara menetralisir spesies oksigen reaktif. Vitamin C topikal digunakan untuk mencegah kerusakan karena radiasi ultraviolet. Kerja asam askorbat terhadap efek UV adalah dengan menetralisir radikal bebas dan mengaktifkan vitamin E. Asam askorbat penting untuk sintesi kolagen, yang merupakan kofaktor untuk enzim prolil dan lisil hidrosilase yang berguna untuk kestabilan kolagen. Pemakaian asam askorbat 15% di kombinasi dengan α tokoferol 1% memberikan 4 kali lipat perlindungan dibandingkan dengan penggunaan secara sendiri-sendiri (Deny, dkk., 2006).

   Krim

  Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Ditjen POM, 1995). Krim berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu: krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). Untuk penstabilan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan adalah Nipagin 0,12-0,18 %, Nipasol 0,02-0,05 % (Anief, 2000). Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 70°C - 80°C (Dirjen POM,1995).

  Kosmetik protective Hand Cream membantu terbentuknya pelindung terhadap bahan kimia dan sinar ultraviolet. Krim ini dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap serangan luar yang tidak bisa ditanggulangi oleh kulit dalam keadaan biasa. Krim ini juga disebut krim pelindung dibuat untuk keadaan lingkungan tertentu seperti pada lingkungan tropis (Haynes, 1994).

2.8 Skin Analyzer (Aramo SG)

  Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

  Skin analyzer merupakan seperangkat alat yang dirancang untuk

  mediagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer ini memberikan informasi pori, sensitivitas dan garis kerutan dari kulit (Aramo, 2012).

  Skin analyzer terdiri dari beberapa alat pengukur yaitu dua buah kamera

  (perbesaran 60x dan 10x), alat cek kelembaban dan stik busa pengukur minyak, juga terdapat lampu UV yang digunakan untuk mensterilkan kamera sehingga tidak terjadi iritasi dikulit dikarenakan pemakaian yang bergantian pada kulit yang berbeda. Skin analyzer dilengkapi dengan pengaturan warna lampu (biru, pink dan orange). Lampu biru (normal 1) digunakan untuk dapat melihat minyak, permukaan kulit, pori-pori dan kerutan. Lampu orange (polarizing) digunakan untuk melihat flek dan pigmentasi. Sedangkan lampu pink (normal 2) digunakan untuk melihat keratin pada kulit (Aramo, 2012).

2.8.1 Pengukuran kondisi kulit dengan Skin analyzer

  Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan Skin analyzer, yaitu:

  1. Moisture (Kadar air) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

  2. Sebum (Kadar minyak) Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. kulit yang diukur.

  3. Evennes (Kehalusan) Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudiaan tekan tombol

  

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi

kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer berupa foto (image).

  4. Pore (pori) Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulti. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer berupa foto (image).

  5. Spot (Noda) Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyakknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer berupa foto (image).

  6. Wrinkle (Keriput) Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera

  capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi

  kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalam keriput juga dapat terdeteksi dengan alat Skin analyzer.

2.8.2 Parameter pengukuran

  Hasil pengukuran kulit dengan menggunakan Skin analyzer dapat dilihat kriterianya pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan Skin analyzer Pengukuran Parameter (%)

  Moisture Dehidrasi Normal Hidrasi (Kelembaban) 0 - 29 30 - 45 46 – 100 Evennes Halus Normal Kasar (Kehalusan) 0 - 31 32 - 51 52 – 100 Pore (pori)

  Kecil Sedang Besar 0 - 19 20 - 39 40 – 100 Spot (Noda) Sedikit Sedang Banyak 0 - 19 20 - 39 40 – 100 Wrinkle (Keriput) Tidak keriput Berkeriput Berkeriput parah 0 - 19 20 - 52 53 - 100 Sumber : Aramo (2012) Skin and Hair Diagnostic System.