BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Antena - Rancang Bangun Antena Mikrostrip Patch Segiempat 2 Elemen Dengan Pencatuan Aperture Coupled Untuk Aplikasi Evdo

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Antena

  Antena merupakan salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik akan mempertinggi performansi dari keseluruhan sistem tersebut.

Gambar 2.1 Antena sebagai pengirim dan penerima gelombang elektromagnetikGambar 2.1 menunjukkan bahwa antena merupakan alat untuk mentransformasikan sinyal radio yang merambat pada sebuah konduktor menjadi

  gelombang elektromagnetik yang merambat di udara[1]. Antena memiliki sifat resonansi, sehingga antena akan beroperasi pada daerah tertentu. Antena digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya, antena bisa berwujud berbagai bentuk, mulai dari seutas kabel, dipole, ataupun yagi, dsb. Antena adalah alat pasif tanpa catu daya (power), yang tidak bisa meningkatkan kekuatan sinyal radio, dia seperti reflektor pada lampu senter, membantu mengkonsentrasi dan memfokuskan sinyal. Kekuatan dalam mengkonsentrasi dan memfokuskan sinyal radio, satuan ukurnya adalah dB. Jadi ketika dB bertambah, maka jangkauan jarak yang bisa ditempuhpun bertambah. Jenis antena yang akan dipasang harus sesuai dengan sistem yang akan kita bangun, juga disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran sinyalnya.

2.2 Antena Mikrostrip

  Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro (sangat tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan). Antena Mikrostrip dapat didefinisikan sebagai salah satu jenis antena yang mempunyai bentuk seperti bilah/potongan yang mempunyai ukuran sangat tipis/kecil.

  Antena mikrostrip adalah suatu konduktor metal yang menempel di atas

  

ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik [2]. Konsep antena

  mikrostrip diperkenalkan pada awal tahun 1950an di USA oleh Deschamps dan Perancis oleh Gutton dan Baissinot, dan baru dibuat pada sekitar tahun 1970 oleh Munson dan Howell, dan merupakan salah satu antena gelombang mikro yang digunakan sebagai radiator pada sejumlah system telekomunikasi modern saat ini.

  Beberapa kemajuan pada area penelitian ini mulai menghasilan perkembangan antena praktis untuk pertama kalinya. Bentuk paling sederhana dalam peralatan mikrostrip adalah berupa sisipan dua buah lapisan konduktif yang saling paralel yang dipisahkan oleh suatu substrat dielektrik. Konduktor bagian atas adalah potongan metal yang tipis (biasanya tembaga atau emas) yang merupakan fraksi kecil dari suatu panjang gelombang. Konduktor bagian bawah adalah bidang pentanahan yang secara teori bernilai tak hingga. Keduanya dipisahkan oleh sebuah substrat dielektrik yang non magnetik. Antena mikrostrip merupakan antena yang memiliki massa ringan, mudah untuk difabrikasi, dengan sifatnya yang konformal sehingga dapat ditempatkan pada hampir semua jenis permukaan dan ukurannya kecil dibandingkan dengan antena jenis lain, karena sifat yang dimilikinya, antena mikrostrip sangat sesuai dengan kebutuhan saat ini, sehingga dapat diintegrasikan dengan peralatan telekomunikasi lain yang berukuran kecil [2].

  Antena mikrostrip mempunyai struktur yang terdiri dari 3 lapisan [3] seperti yang diperlihatkan pada ,yaitu : elemen peradiasi (radiator), elemen substrat

  (substrate), dan elemen pentanahan (ground), seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. peradiasi pentanahan substrat

Gambar 2.2 Struktur dasar antena mikrostrip

  Elemen peradiasi (radiator) atau biasa disebut sebagai patch, berfungsi untuk meradiasi gelombang elektromagnetik dan terbuat dari lapisan logam (metal) yang memiliki ketebalan tertentu. Jenis logam yang biasanya digunakan

  7 adalah tembaga (copper) dengan konduktifitas 5,8 x 10 Siemens/meter.

  Berdasarkan bentuknya, patch memiliki jenis yang bermacam-macam diantaranya bujur sangkar (square), persegi panjang (rectangular), garis tipis (dipole), lingkaran, elips, segitiga, dll. Gambar 2.3 memperlihatkan beberapa jenis patch dari antena mikrostrip [4][5].

Gambar 2.3 Beberapa bentuk patch

  Bentuk patch bujur sangkar, persegi panjang, garis tipis, dan lingkaran adalah yang paling umum digunakan karena mudah untuk dibuat dan dianalisa, dan memiliki karakteristik radiasi yang menarik, serta memiliki tingkat radiasi polarisasi silang yang kecil.

  Elemen substrat (substrate) berfungsi sebagai bahan dielektrik dari antena mikrostrip yang membatasi elemen peradiasi dengan elemen pentanahan. Elemen ini memiliki jenis yang bervariasi yang dapat digolongkan berdasarkan nilai konstanta dielektrik ( ) ε dan ketebalannya (h). Kedua nilai tersebut r mempengaruhi frekuensi kerja, bandwidth, dan juga efisiensi dari antena yang akan dibuat.Terdapat berbagai jenis substrat yang dapat digunakan dalam perancangan antena mikrostrip, dan biasanya yang memiliki rentang konstanta dielektrik 2,2 ≤ ≤ 12 . Substrat yang paling baik digunakan untuk menghasilkan performa antena yang baik adalah substrat yang tebal dan memiliki konstanta dielektrik yang kecil, karena akan menghasilkan efisiensi yang baik, bandwidth yang besar.

  Sedangkan elemen pentanahan (ground) berfungsi sebagai pembumian bagi sistem antena mikrostrip. Elemen pentanahan ini umumnya memiliki jenis bahan yang sama dengan elemen peradiasi yaitu berupa logam tembaga.

  2.3 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip

  Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan antena lainnya, seperti secara fisik antena mikrostrip lebih tipis, lebih kecil, dan lebih ringan, biaya pembuatan yang murah, dapat dilakukan polarisasi linear dan lingkaran dengan pencatuan yang sederhana, dan sebagainya. Tetapi, antena mikrostrip juga memiliki keterbatasan dibandingkan dengan antena lainnya, diantaranya memiliki bandwidth yang sempit, gain yang rendah, dan memiliki efek gelombang permukaan (surface wave).

  Karena memiliki bentuk dan ukuran yang ringkas, antena mikrostrip sangat berpotensi untuk digunakan pada berbagai macam aplikasi yang membutuhkan spesifikasi antena yang berdimensi kecil, dapat mudah dibawa (portable) dan dapat diintegrasikan dengan rangkaian elektronik lainnya (seperti IC, rangkaian aktif, dan rangkaian pasif).

  2.4 Metode Pencatuan Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mencatu antena mikrostrip.

  Empat cara yang paling terkenal adalah mikrostrip line, coaxial probe, aperture coupling, dan proximity coupling. Adapun beberapa teknik tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Beberapa teknik pencatuan antena mikrostrip

  Pencatuan microstrip line adalah pencatuan secara langsung, menggunakan penghantar berupa garis yang biasanya memiliki lebar yang lebih kecil dari lebar

  patch

  . Pencatuan dengan teknik microstrip line mudah untuk dibuat, tidak sulit untuk dicocokkan impedansinya dengan mengatur posisi inset dan mudah untuk dimodelkan. Namun, seiring bertambahnya ketebalan substrat, gelombang permukaan dan radiasi spurious feed meningkat, yang mengakibatkan terbatasnya

  bandwidth (sekitar 2-5%).

  Teknik pencatuan coaxial-line, dimana konduktor inti dari coaxial dihubungkan dengan patch peradiasi dan bagian luar dari coaxial dihubungkan ke bidang pertanahan (ground plane), juga sering digunakan. Pencatuan secara

  coaxial probe

  juga mudah dibuat dan dicocokkan impedansinya, selain itu juga memiliki radiasi spurious yang kecil. Namun pencatuan dengan teknik ini menghasilkan bandwidth yang sempit dan susah untuk dimodelkan.

  Kedua teknik pencatuan diatas memiliki radiasi polarisasi silang yang besar, untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperkenalkanlah teknik pencatuan

  

aperture-coupled. Teknik pencatuan aperture-coupled adalah yang paling sulit

untuk dibuat diantara keempatnya dan juga memiliki bandwidth yang sempit.

  Namun, pencatuan dengan teknik ini cukup mudah untuk dimodelkan, dan memiliki radiasi spurious yang sedang. Pencatuan ini terdiri dari dua buah substart yang dipisahkan oleh bidang pertanahan (ground plane). Pada bagian bawah substrat bawah terdapat microstrip feed line yang energinya dikopling pada

  

patch melalui sebuah celah pada bagian tanah yang memisahkan kedua substrat

  tersebut. Pengaturan ini memungkinkan untuk mengoptimalisasikan secara bebas baik mekanisme pencatuan ataupun elemen peradiasi.

  Dari keempat teknik pencatuan, teknik pencatuan dengan kopling proximity memiliki bandwidth yang paling lebar (sebesar 13%), mudah untuk dimodelkan dan memiliki radiasi spurious yang kecil. Namun, proses pembuatan dengan teknik ini lebih sulit.

2.5 Parameter Umum Antena Mikrostrip

  Unjuk kerja (performance) dari suatu antena mikrostrip dapat diamati dari parameternya. Beberapa parameter utama dari sebuah antena mikrostrip akan dijelaskan sebagai berikut.

2.5.1 Bandwidth

  Bandwidth (Gambar 2.5) suatu antena didefinisikan sebagai rentang

  frekuensi di mana kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi masukan, pola, beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss , axial ratio) memenuhi spesifikasi standar [5].

Gambar 2.5. Rentang frekuensi yang menjadi bandwidth [6]

  Bandwidth dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini : ff 2 1 BW

  = × 100% f c

  (2-1)

  dimana : f 2 = frekuensi tertinggi

  f 1 = frekuensi terendah f c = frekuensi tengah

  Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya [6]:

  Impedance bandwidth

  a. , yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Pada umumnya nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik masing- masing adalah kurang dari -9,54 dB dan 2.

  b. Pattern bandwidth , yaitu rentang frekuensi di mana beamwidth, sidelobe, atau gain, yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.

  c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.

2.5.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

  VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing

  wave

  ) maksimum (|V| max ) dengan minimum (|V| min ) [7]. Pada saluran transmisi

  • ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V )
    • dan tegangan yang direfleksikan (V ). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (Γ) [8]:

  −

  

V Z Z

L − Γ = =

  

V Z Z

L (2-2)

  Dimana Z L adalah impedansi beban (load) dan Z adalah impedansi saluran

  lossless

  . Koefisien refleksi tegangan (Γ) memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari Γ adalah nol, maka [8]:

  • refleksi negatif maksimum, ketika saluran

  Γ = − 1 :

  terhubung singkat,

  • : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan

  Γ = 0 matched

  sempurna,

  • : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam

  Γ = + 1 rangkaian terbuka.

  Sedangkan rumus untuk mencari nilai VSWR adalah [8]: ~

  V max 1 + Γ S = = ~

  1 − Γ

  V min (2-3)

  Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti

tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun

kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Pada umumnya nilai VSWR

  ≤

  yang dianggap masih baik adalah VSWR

  2. Sedangkan pada penelitian ini, nilai

  

VSWR yang diharapkan adalah 1,5 untuk memenuhi spesifikasi teknis aplikasi

CPE pada WiMAX [8].

  2.5.3 Return Loss Return Loss

  adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan [9]. Return Loss digambarkan sebagai peningkatan amplitudo dari gelombang yang direfleksikan

  (V ) dibanding dengan gelombang yang dikirim (V ). Return Loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi [7].

  −

  V Z Z L

  VSWR

  1

  − Γ = =

  VSWR

  • V Z Z L

  1 = (2-4)

  return loss 20 log = Γ 10

  (2-5)

  ≤

  Dengan menggunakan nilai VSWR 2 maka diperoleh nilai return loss

yang dibutuhkan adalah di bawah -9,5 dB. Dengan nilai ini, dapat dikatakan

bahwa nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan

dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah

dapat dianggap matching . Nilai parameter ini dapat menjadi salah satu acuan

untuk melihat apakah antena sudah mampu bekerja pada frekuensi yang

diharapkan atau tidak.

  2.5.4 Polarisasi Polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan oleh

antena [9]. Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada

arah gain maksimum. Pada praktiknya, polarisasi dari energi yang teradiasi

bervariasi dengan arah dari tengah antena, sehingga bagian lain dari pola radiasi

mempunyai polarisasi yang berbeda.

  Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefinisikan sebagai suatu

keadaan gelombang elektromagnet yang menggambarkan arah dan magnitudo

vektor medan elektrik yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga

dapat didefinisikan sebagai gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh antena

pada suatu arah tertentu.

  Polarisasi dapat diklasifikasikan sebagai linear (linier), circular (melingkar), atau elliptical (elips). Polarisasi linier (Gambar 2.6) terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada suatu titik di ruang memiliki vektor medan elektrik (atau magnet) pada titik tersebut selalu berorientasi pada garis lurus yang sama pada setiap waktu. Hal ini dapat terjadi jika vektor (elektrik maupun magnet) memenuhi [5]:

  a. hanya ada satu komponen, atau

  b. komponen yang saling tegak lurus secara linier yang berada pada perbedaan fasa waktu atau 180 atau kelipatannya

Gambar 2.6 Polarisasi linier

  Polarisasi melingkar (Gambar 2.7) terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik (atau magnet) pada titik tersebut berada pada jalur lingkaran sebagai fungsi waktu. Kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai jenis polarisasi ini adalah :

  a. Medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus linier

  b. Kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitudo yang sama

  c. Kedua komponen tersebut harus memiliki perbedaan fasa waktu pada kelipatan ganjil 90 .

  Polarisasi melingkar dibagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular

  Polarization

  (LHCP) dan Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP terjadi ketika

  / 2 δ π = +

  , sebaliknya RHCP terjadi ketika

  / 2 δ π = −

Gambar 2.7 Polarisasi melingkar Polarisasi elips (Gambar 2.8) terjadi ketika gelombang yang berubah menurut waktu memiliki vektor medan (elektrik atau magnet) berada pada jalur kedudukan elips pada ruang. Kondisi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan polarisasi ini adalah : a. medan harus mempunyai dua komponen linier ortogonal

  b. Kedua komponen tersebut harus berada pada magnitudo yang sama atau berbeda c. Jika kedua komponen tersebut tidak berada pada magnitudo yang sama, perbedaan fasa waktu antara kedua komponen tersebut harus tidak bernilai atau kelipatan 180 (karena akan menjadi linier). Jika kedua komponen berada pada magnitudo yang sama maka perbedaan fasa di antara kedua komponen tersebut harus tidak merupakan kelipatan ganjil dari 90 (karena akan menjadi lingkaran).

Gambar 2.8 Polarisasi Elips

2.5.5 Keterarahan (Directivity)

  Keterarahan dari sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata- rata pada semua arah [9]. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan . Jika arah tidak ditentukan, arah intensitas radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

  4 rad U U D U P

  π = =

  (2-6)

  Dan jika arah tidak ditentukan, keterahan terjadi pada intensitas radiasi maksimum yang didapat dengan rumus [8]:

  

U

  4 U max max π D = D = = max U P rad

  (2-7)

  dimana :

  D

  = keterarahan

  D = keterarahan maksimum U = intensitas radiasi U max = intensitas radiasi maksimum U = intensitas radiasi pada sumber isotropik P rad = daya total radiasi

2.5.6 Penguatan (Gain)

  Ada dua jenis parameter penguatan (Gain) yaitu absolute gain dan relative gain [9]. Absolute gain pada sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena teradiasi secara isotropik. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya yang diradiasikan secara isotropik sama dengan daya yang diterima oleh antena (P ) dibagi dengan . Absolute gain ini dapat dihitung

  in

  dengan rumus [8]:

  U ( , ) θ φ gain =

4 π

P in

  (2-8)

  Selain absolute gain juga ada relative gain. Relative gain didefinisikan sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan juga. Daya masukan harus sama di antara kedua antena itu. Akan tetapi, antena referensi merupakan sumber

  (lossless)

  isotropik yang lossless (P in ). Secara rumus dapat dihubungkan sebagai berikut [8]:

  4 U ( , ) π θ φ

  G = P lossless ( ) in (2-9)

  Jika arah tidak ditentukan, maka perolehan daya biasanya diperoleh dari arah radiasi maksimum.

  Gain total antena uji secara sederhana dirumuskan oleh persamaan 2.10

  (2-10)

  Gt (dB) = (Pt(dBm) – Ps(dBm)) + Gs(dB) Dimana : Gt = Gain antena mikrostrip Pt = Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena mikrostrip Ps = Nilai level sinyal maksimum yang diterima USB modem EV-DO Gs = Gain USB modem EV-DO

2.6 Antena Mikrostrip Persegi Panjang

  Patch berbentuk persegi panjang merupakan bentuk yang paling umum

  digunakan dan mudah untuk dianalisa. Berikut adalah beberapa perhitungan yang digunakan untuk merancang antena mikrostrip berbentuk persegi panjang [5][6]: Menentukan lebar patch (W) :

  

c

W =

  • 2 f o

  

ε

r

  1 ( )

  2 (2-11)

  8 Dimana c adalah kecepatan cahaya di ruang bebas yaitu sebesar 3x10 m/det, f o

  adalah frekuensi kerja dari antena, dan adalah konstanta dielektrik dari bahan r

  ε

  substrat. Sedangkan untuk menentukan panjang patch (L) diperlukan parameter

L yang merupakan pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect.

  ∆

  Pertambahan panjang dari L ( L ) tersebut dirumuskan dengan [5][6]:

  ∆

 

  W ε  0.264  reff + +

  0.3 ( )

  

h

L 0.412 h

  ∆ =

 

  W

  0.8 ε −   reff

  • +

    0.258

  ( )  h

  (2-12)

Dimana h merupakan tinggi substrat, dan ε reff adalah konstanta dielektrik relatif

yang dirumuskan sebagai [8][9]:

 

  ε

  1

  • 1 ε

  

1

r r +

 

ε = reff

  

 

  2

1 12 h W

  (2-13)

  • 2

  Dengan demikian panjang patch (L) diberikan oleh : L = L − ∆ eff

  

2 L (2-14) Dimana L eff merupakan panjang patch efektif yang dapat dirumuskan dengan :

  

c

L eff =

  2 f

  

ε

reff (2-15)

2.7 Antena Mikrostrip Array

  Umumnya antena mikrostrip dengan patch elemen tunggal memiliki pola radiasi yang sangat lebar, dan menghasilkan keterarahan dan perolehan (gain) yang kurang baik [5]. Sedangkan pada beberapa aplikasinya diperlukan antena dengan keterarahan yang baik dan perolehan (gain) yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan karakteristik tersebut, maka antena mikrostrip disusun dengan beberapa konfigurasi. Susunan antena ini sering disebut sebagai antena susun (array).

  Antena array adalah susunan dari beberapa antena yang identik. Dalam antena mikrostrip patch, yang disusun secara array adalah bagian patch. Medan total dari antena array ditentukan oleh penjumlahan vektor dari medan yang diradiasikan oleh elemen tunggal. Untuk membentuk pola yang memiliki keterarahan tertentu, diperlukan medan dari setiap elemen array berinterferensi secara konstruktif pada arah yang diinginkan dan berinterferensi secara destruktif pada arah yang lain. Pada antena array dengan elemen yang identik, terdapat lima parameter yang dapat digunakan untuk membentuk pola antena, yaitu [5]: a. konfigurasi geometri (linier, melingkar, rectangular, spherical, dll)

  b. pemindahan relatif antara elemen

  c. amplitudo eksitasi dari setiap elemen

  d. fasa eksitasi dari setiap elemen

  e. pola relatif dari setiap elemen Ada beberapa macam konfigurasi antena array [8], di antaranya : linear,

  

planar , dan circular. Antena array linear adalah array dengan titik pusat elemen

array berada pada satu garis lurus. Antena array planar adalah array dengan

  susunan elemen array membentuk sebuah area yang berbentuk kotak (ditunjukkan pada gambar 2.9). Antena array circular adalah array dengan elemen array terletak pada suatu lingkaran dengan radius tertentu. Masing-masing konfigurasi memiliki keuntungan, misalnya linear array memiliki kelebihan dalam perhitungan yang tidak terlalu rumit, sedangkan planar array memiliki kelebihan dalam pengaturan dan pengendalian arah pola radiasi.

  (a) Linear (b). Circular (c). Planar 4 x 4

Gambar 2.9 Antena array

2.8 TEKNIK PENCATUAN APERTURE COUPLED

  Teknik pencatuan pada antena mikrostrip merupakan teknik untuk mentransmisikan energi elektromagnetik ke antena mikrostrip. Terdapat berbagai konfigurasi teknik yang telah dikembangkan yang masing-masingnya tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu teknik yang populer, sederhana dan mudah dipabrikasi adalah teknik line feed, tetapi teknik ini menghasilkan

  

bandwidth yang tidak lebar (biasanya 2-5%)[5]. Untuk kebutuhan mendapatkan

  bandwidth yang lebar, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan teknik pencatuan aperture coupled. Arsitektur teknik pencatuan ini ditunjukkan pada Gambar 2.10 [13].

  Pada konfigurasi teknik pencatuan aperture copled, pengkopelan dari saluran pencatu (feed-line) ke patch melalui sebuah aperture kecil yang berupa

  

slot pada bidang pentanahan (ground plane). Bentuk, ukuran, dan lokasi

  penempatan slot aperture dapat mempengaruhi pengkopelan dari saluran pencatu ke patch, begitu juga dengan tinggi substrat yang digunakan dapat bervariasi dengan susunan yang berlapis-lapis (multilayer). Umumnya slot aperture tersebut ditempatkan di tengah bawah dari patch [9].

Gambar 2.10 Teknik pencatuan aperture coupled

  Teknik pencatuan jenis ini pertama sekali dibuat pada tahun 1985 yang bertujuan untuk meningkatkan bandwidth dari antena mikrostrip. Dengan pengoptimalan beberapa parameter termasuk dimensi slot aperture, maka dapat dicapai bandwidth mendekati 70 % [10]. Untuk menentukan dimensi slot aperture dari teknik pencatuan ini dapat digunakan Persamaan (2-16) dan (2-17) [1]. Panjang slot aperture (L a ):

  L (0,1 0, 2) a = − λ (2-16)

  Lebar slot aperture (W a ):

  (2-17)

  W a = 0,10L a

2.9 T-JUNCTION 50 OHM

  T-junction merupakan sebuah teknik power divider yang umum digunakan

  pada konfigurasi antena array. T-junction 50 Ohm yang digunakan sebagai power divider seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11 [2].

Gambar 2.11 T-junction 50 ohm

  2.10 EVDO (Evolution Data Optimized)

  EVDO merupakan suatu standar telekomunikasi untuk mentansmisikan data secara nirkabel dengan menggunakan sinyal radio, biasanya untuk akses internet

  broadband

  . EVDO menggunakan teknik multiplexing, termasuk didalamnya CDMA (Code Division Multiple Access) dan TDM (Time Division Mutiplexing) untuk meningkatkan throughput dari masing-masing pengguna dan throughput dari keseluruhan sistem.

  Di Indonesia, teknologi EVDO bekerja pada dua frekuensi, yaitu 800 MHz dan 1900 MHz.

  2.11 Kecepatan EVDO

  Protokol EVDO menggunakan komunikasi asimetris, dimana bandwidth yang disediakan untuk download lebih besar dari bandwidth untuk upload. Pada EVDO revisi 0, kecepatan transmisi data yang disediakan untuk download adalah 2,4 Mbps dan unutk upload adalah 0,15 Mbps

  Pada perkembangan selanjutnya, diperoleh peningkatan pada EVDO revisi

  A, dimana kecepatan transfer data mencapai 3,1 Mbps untuk download dan 0,8 Mbps untuk upload. Perkembangan berikutnya dari teknologi EVDO adalah EVDO revisi B. EVDo revisi B menyediakan kecepatan yang jauh lebih baik dari revisi sebelumnya karena memiliki kemampuan untuk menggabungkan bandwidth dari beberapa kanal wireless. Untuk 1 carrier kecepatan yang didapat adalah 4,9 Mbps. Dalam penggunaan sehari-hari dapat menggunakan 2-3 carrier, sehingga pada kecepatan maksimum diperoleh kecepatan transfer data sebesar 14,7 Mbps.

  2.12 Mekasnisme Kerja EVDO

  CDMA (Coded Division Multiple Access) menggunakan metode matematis untuk dapat melewatkan multiple wireless devices untuk mengirim data secara bersamaan pada frekuensi yang sama. Setiap perangkat, seperti telepon seluler, ditandai dengan tanda unik matematis. Tanda unik tersebut diterapkan pada sinyal asli dan dikirim sebagai sinyal modified. Penerima juga menerapkan invers tanda matematika dari sinyal kirim untuk mendapatkan sinyal asli. Jaringan nirkabel dulunya memanfaatkan sebuah penghalang antara pengirim dan penerima, seperti kebanyakan telepon tradisional. EVDO, sebagai penggantinya mengadopsi pendekatan yang sama untuk untuk internet. IP, Internet Protocol, memecah data pada pada pecahan kecil yang kemudian disebut paket. Tiap paket dikirim secara independen terhadap Paket yang lain. Tentu hal ini akan mengirit bandwidth yang memungkinkan dipakai oleh perangkat lain; ketika tak ada percakapan telepon pastinya juga tidak ada paket yang lewat karena tidak ada paket yang dikirim. atau ketika sebuah website diakses, tidak akan ada bandwidth yang dipakai sampai site tersebut mulai mengirim web pages.

  Berdasarkan standard yang digunakan pada sistem EVDO, modulasi ditentukan oleh besar ukuran data physical bit dalam satu frame yaitu: 1024, 2048, 3072 dan 4096 bit, modulasi yang digunakan dalam sistem EVDO yaitu QPSK, 8- PSK, 16-QAM dengan code rate 1/3.

  2.13 Keunggulan dan Kelemahan EVDO

  Sebagai 3G-nya jaringan CDMA, teknologi EVDO memiliki beragam keunggulan yang bisa menjadi keuntungan bagi penggunanya. Berikut ini dapat dipaparkan beberapa keunggulan teknologi EVDO :

  • Memiliki kecepatan akses data yang tinggi
  • Biaya upgrade murah
  • Adanya Quality of Service (QoS)
  • Backward Compability - Fleksibel - Tidak ada batasan konfigurasi spektrum
  • Menggunakan protokol IP, dan

  • Meningkatkan kinerja VoIP

  Adapun kelemahan dari teknologi EVDO, yaitu : - Jangkauan masih terbatas.

  • Tidak dapat melakukan panggilan, dan - Base Transceiver Station (BTS) masih terbatas.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pelaksanaan Pap’smear Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2013

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kanker Serviks - Analisis Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pelaksanaan Pap’smear Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2013

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pelaksanaan Pap’smear Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2013

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati 2.1.1 Definisi - Korelasi Antara Skor Child-Pugh Dengan Gastropati Hipertensi Portal Pada Penderita Sirosis Hati

0 0 23

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 33

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karsinoma Nasofaring - Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 17

Ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2) Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Dengan Pemberian Kemoradioterapi Konkuren

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Tekuk Profil Baja Siku Sama Sisi dan Tidak Sama Sisi ( Teori dan Eksperimental )

0 5 53

BAB I PENDAHULUAN - Tekuk Profil Baja Siku Sama Sisi dan Tidak Sama Sisi ( Teori dan Eksperimental )

0 0 9