BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko Dengan Coso Erm Framework Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pada tahun 2001 terungkap skandal akuntansi yang melibatkan perusahaan besar, Enron. Perusahaan ini pernah mendapat peringkat 7 dari daftar Fortune500. Perusahaan energi terbesar di Amerika Serikat ini bangkrut dengan meninggalkan hutang hingga US$ 31 milyar (www.bbc.co.uk). Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa pengungkapan informasi begitu penting. Informasi yang positif maupun negatif seharusnya diungkapkan sepenuhnya agar para pemangku kepentingan tidak salah dalam mengambil keputusan.

  Skandal ini menjadi sangat terkenal karena melibatkan salah satu KAP terbesar di dunia, KAP Arthur Andersen, yang menyulap laporan keuangan Enron.

  Laporan keuangan Enron yang rugi dibuat mejadi berlaba 600 juta dollar AS. KAP Arthur Andersen kemudian mengganti rugi hingga 750 juta dollar AS kepada pengadilan. Namun, kepercayaan investor dan masyarakat terlanjur luntur. Terlalu banyak informasi mengenai risiko yang tidak diungkapkan sehingga tidak sampai ke telinga investor. Sebagai reaksi atas kasus tersebut, pada tahun 2001 Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

  (COSO) bekerjasama dengan Pricewaterhouse Coopers (PWC)

  Commission

  menyusun kerangka kerja manajemen risiko. Kemudian pada tahun 2004, kerja sama ini menghasilkan COSO Enterprise Risk Management (ERM) -

  Integrated Framework .

  Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission

  (COSO) Enterprise Risk Management (ERM)

  • Integrated Framework

  

merupakan satu dari beberapa pedoman manajemen risiko di dunia. Pedoman

lain dalam penerapan manajemen risiko, yaitu The International Organization

for Standardization (ISO) 31000: 2009 Risk Management

  • – Principles and

  . COSO Enterprise Risk Management (ERM) - Integrated

  Guidelines

  terdapat 2 bagian yaitu Executive Summary dan Application

  Framework Techniques . COSO ERM Integrated Framework

  • – Executive Summary

  memberikan kerangka manajemen risiko meliputi definisi, tujuan, dan komponen ERM. COSO ERM Integrated Framework

  • – Application Techniques memberikan penjelasan tentang penerapan ERM secara teknis.

  Praktik manajemen risiko dan pengungkapan risiko menarik perhatian dunia setelah skandal akuntansi besar dan kejatuhan perusahaan di awal tahun 2000-an (Power, 2004, dalam Zhang, et al., 2013) serta krisis keuangan global pada tahun 2008 (Kirkpatrick, 2009). Kejadian ini melibatkan perusahaan yang telah berumur ratusan tahun seperti Enron dan Lehman Brothers. Bagaimanapun, kebangkrutan beberapa perusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom mengindikasikan prinsip ERM tidak efektif diterapkan baik pada pasar negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia (Husaini, et

  

al. , 2013: 1). Praktik manajemen risiko di Indonesia masih terbilang baru.

  Praktik ini sendiri masih digabungkan dengan praktik Good Corporate (GCG) sehingga belum efektif. Kemudian baru pada tahun 2012,

  Governance

  Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mengeluarkan Pedoman Manajemen Risiko Berbasis Governance yang terpisah dari Pedoman GCG.

  Deloitte (2009: 1) menyebutkan bahwa dari 111 perusahaan global yang diteliti, hanya 36% perusahaan yang menerapkan ERM dan 23% sedang dalam proses merumuskannya. Hasil penelitian ini memperlihatkan penerapan manajemen risiko masih rendah. Penelitian oleh Mercer Management terhadap kegagalan perusahaan yang termasuk dalam Fortune1000 selama tahun 1993- 1998 menunjukkan bahwa 58% kerugian dipicu oleh risiko strategis yang gagal dikelola serta penelitian oleh Booz Allen Hamilton terhadap 1.200 perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari US$1 triliun selama tahun 1999-2003 menunjukkan bahwa dari 360 perusahaan berkinerja terburuk, 87% penyebab kerugian berasal dari risiko strategis yang gagal dikelola (Christina, 2013).

  Hasil penelitian - penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa manajemen risiko perusahaan belum efektif diterapkan dan penerapan manajemen risiko mempengaruhi kinerja perusahaan.

  Di Indonesia, peraturan terkait manajemen risiko baru diwajibkan untuk sektor perbankan saja karena sektor ini memiliki lebih banyak risiko dibanding sektor lain. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/35/DPNP tahun 2012 perihal Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu mewajibkan pengungkapan ERM pada perusahaan perbankan. Lalu Peraturan Bank Indonesia No. 5 Tahun 2003 mengatur penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Sedangkan untuk sektor selain perbankan, penerapan manajemen risiko masih berpatok pada Pedoman Manajemen Risiko Berbasis Governance yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Pedoman ini hanya sebatas dorongan etika dan tidak punya ikatan hukum sehingga perusahaan di Indonesia tidak wajib menggunakannya. Di Indonesia, pedoman manajemen risiko pada bidang selain perbankan sudah seharusnya mulai diwajibkan.

  COSO (2009: 2) menyebutkan bahwa risiko merupakan bagian yang tidak lepas dari keseharian bisnis dan strategi organisasi. Tetapi, perusahaan dengan transaksi bisnis yang kompleks, teknologi canggih, globalisasi, siklus produk yang cepat, dan segala perubahan yang ada telah meningkatkan jumlah dan kompleksitas risiko yang dihadapi organisasi selama dekade terakhir (COSO, 2009:2). Perusahaan

  • – perusahaan di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 ini tentunya tidak akan luput dari risiko global. Globalisasi ekonomi ini menembus batas –batas negara.

  Perpindahan barang dan jasa antar negara semakin mudah, arus tenaga kerja semakin deras, persaingan perusahaan dalam negeri dengan luar negeri semakin ketat. Sirait (2012) mengatakan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian yang terjadi karena kurang atau tidak tersedianya informasi yang cukup tentang apa yang akan terjadi. Informasi ini tentunya sangat berhubungan dengan pengungkapan (disclosure). Informasi dikomunikasikan kepada para pemangku kepentingan melalui pengungkapan dalam laporan keuangan atau laporan tahunan. Aspek penting dalam pengelolaan risiko ini adalah pengungkapan risiko (Syifa‟, 2013: 2). Ketidakpastian tersebut dapat

  • – diredam dengan sistem manajemen risiko melalui pengungkapan informasi informasi tentang risiko perusahaan.

  Bappenas (2011) melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa pada jangka waktu yang lebih panjang, krisis global diperkirakan akan memberi dampak besar pada sektor riil terutama perdagangan terkait perlambatan perekonomian dunia terutama pada negara-negara maju. Pada tahun 2008, Lehman Brothers yang merupakan bank investasi terbesar di AS dan telah berumur 158 tahun mengalami kebangkrutan. Indonesia terkena dampaknya walaupun tidak terlalu parah seperti krisis moneter pada tahun 1998. Negara AS terpaksa mengurangi impornya dari negara seperti RRT agar terjadi penghematan. Dampaknya, negara

  • – negara yang mempunyai kerja sama dengan RRT seperti Indonesia dan negara ASEAN lainnya juga mengalami pelemahan ekonomi.

  (2013: 5) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki

  Asia Risk Report

  lima risiko yang paling perlu diperhatikan yaitu ketidakpastian politik, perubahan peraturan, ketahanan dan perpindahan SDM, kondisi ekonomi, dan hubungan industrial. Risiko ketidakpastian politik berkaitan dengan pemilihan kepala pemerintahan. Perubahan peraturan terutama peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup semakin ketat seiring dengan kesadaran masyarakat. Ketahanan dan perpindahan SDM berkaitan dengan bagaimana perusahaan merekrut pegawai baru, memberdayakannnya, serta mempertahankan pegawai yang berprestasi. Kondisi ekonomi misalnya defisit neraca perdagangan, yang secara makro dapat mempengaruhi keadaan industri khususnya ekspor

  • – impor.
  • Johan Candra, pakar ERM PT XL Axiata, dalam Asia Risk Report (2013: 8), mengatakan bahwa dalam skala 1-5, Indonesia punya nilai

  Indonesia

  2 (dua) dalam ERM rate of maturity di mana 5 (lima) merupakan nilai tertinggi. Kenyataanya memang menunjukkan penerapan manajemen risiko perusahaan di Indonesia masih rendah. Sekarang banyak perusahaan besar yang mencari pakar manajemen risiko untuk membantu manajemen dalam penerapan Enterprise Risk Management (ERM) dan mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan (countinous improvement). Penerapan manjemen risiko semakin penting dan semakin dibutuhkan setiap harinya. Konsultan

  • risiko Astra International, Duma I. Mitalevanie, dalam Asia Risk Report

  

Indonesia (2013: 8), mengatakan bahwa penerapan manajemen risiko di

  Indonesia masih minim akibat anggapan umum bahwa manajemen risiko bukan suatu kewajiban dan persepsi bahwa divisi manajemen risiko hanya akan menambah biaya. Anggapan tersebut salah. Kimmel (2010: 50) mengatakan bahwa ERM justru menekan biaya dan mendorong pengembalian investasi menjadi lebih tinggi. Menurut Cintya (2014), terdapat keterkaitan logis antara pengelolaan manajemen risiko yang baik dengan kinerja perusahaan yang baik yang kemudian diyakini dapat membantu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penerapan manajemen risiko yang efektif secara logis tentu akan membantu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik.

  Jika kinerja perusahaan membaik, tentunya hal ini membuat tujuan perusahaan tercapai yaitu untuk mensejahterakan pemegang saham (shareholders). ERM memungkinkan sebuah organisasi untuk secara efektif menangani beragam jenis risiko dan peluang, sehingga meningkatkan nilai (Susanto, 2012). Beasley (2005) mengatakan bahwa untuk

  stakeholders

  meningkatkan nilai pemegang saham, manajemen harus mengetahui risiko bisnis yang merupakan aspek penting dalam mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Jadi, seiring dengan persaingan global antar perusahaan multinasional yang semakin ketat, penerapan manejemen risiko merupakan hal yang wajib dilakukan jika perusahaan ingin terus kompetitif.

  Berdasarkan poling para manajer pemantau risiko di Indonesia dalam

  Asia Risk Report

  • – Indonesia (2013), terdapat beberapa risiko yang paling

  perlu diperhatikan yaitu kondisi ekonomi, ketahanan dan perekrutan SDM, perubahan peraturan, ketidakpastian politik. Putri Perdana Sari, manajer pemantau risiko Aerofood Indonesia, dalam Asia Risk Report

  • – Indonesia

  (2013: 9), mengatakan bahwa banyak perusahaan besar telah mengembangkan ERM yang kokoh, namun penerapan manajemen risiko seperti rencana kontijensi tidak didokumentasikan dengan baik. Hal ini terjadi karena di Indonesia, komite manajemen risiko pada mayoritas perusahaan tergabung dengan komite audit internal. Simon McCrum, presiden direktur Willis Indonesia, dalam laporan yang sama mengatakan bahwa tingkat risk maturity di Indonesia sangat rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian AON pada tahun 2013, risk maturity atau tingkat kematangan manajemen risiko, khususnya di kawasan Asia Pasifik masih tergolong cukup rendah. Penerapan manajemen risiko di kawasan ini belum sebaik di kawasan lain, misalnya Australia. Menurut Arman Juffry, presiden direktur JLT Indonesia, dalam Asia Risk

  Report

  • – Indonesia (2013: 10), permintaan terhadap jasa ERM melalui

  konsultan manajemen risiko di Indonesia khususnya untuk perusahaan besar telah meningkat. Konsultan manajemen risiko merupakan ujung tombak dari perkembangan manajemen risiko di Indonesia. Walaupun saat ini tingkat risk

  

maturity di Indonesia cukup rendah, namun penerapan manajemen risiko terus

meningkat.

  Penelitian mengenai pengungkapan ERM di luar negeri sudah banyak, namun di Indonesia masih sedikit. Beberapan penelitian sebelumnya tentang pengungkapan Enterprise Risk Management telah dilakukan namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Elzahar dan Hussainey (2012) menemukan bahwa variabel komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan risiko perusahaan.

  Namun, penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) dan Husaini, et al., (2013) menemukan bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Hasil penelitian Husaini,

  

et al. , (2013) lebih lanjut juga menemukan bahwa komite audit tidak memiliki

  pengaruh signifikan terhadap pengungkapan ERM. Elzahar dan Hussainey (2012) dalam penelitiannya justru menyimpulkan bahwa komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan ERM. Hasil penelitian Sari (2013) menemukan bahwa variabel konsentrasi kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mokhtar dan Mellet (2013), yang menyimpulkan bahwa variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan risiko. Azlan, et al., (2009) dan Seamer, et al., (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen risiko. Probohudono, et al., (2013) menemukan hasil yang berbeda, yaitu leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan risiko. Kemudian, penelitian yang dilakukan Probohudono, et al., (2013) dan Syifa‟ (2013) menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko.

  Sedangkan hasil penelitian Seamer, et al., (2012) dan Mokhtar dan Mellet (2013) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko.

  Pengungkapan ERM masih akan terus berkembang di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan tak hentinya menuntut pengungkapan ERM yang lebih baik. Selain itu penerapan ERM berhubungan dengan isu Good Corporate dan internal audit. Hal ini membuat penelitian mengenai

  Governance

  pengungkapan ERM sangat menarik untuk dilakukan. Penelitian ini menggabungkan variabel

  • – variabel dari beberapa penelitian sebelumnya terkait pengungkapan manajemen risiko/ERM. Objek penelitian ini adalah perusahaan sektor properti yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013. Alasan pemilihan objek penelitian ini adalah karena pertumbuhan properti di Indonesia terus meningkat sehingga risiko yang mungkin timbul bagi para stakeholders semakin besar. Sektor properti memiliki efek pelipatgandaan yakni dengan mendorong serangkaian aktivitas sektor ekonomi yang lain (Wuryandini, et al., 2005: 4) . Ketika pertumbuhan industri properti meningkat tentu sektor lain
juga terkena dampaknya. Berdasarkan laporan Perkembangan Properti Komersial 2010-2014 oleh Bank Indonesia, kredit properti tahun 2010 tercatat sebesar Rp 249,7 triliun. Tahun 2011 naik menjadi Rp 301,27 triliun dan tahun 2012 naik lagi menjadi Rp 374,43 triliun. Pada puncaknya tahun 2013, kucuran kredit bank umum untuk sektor properti meningkat hingga Rp 469,86 triliun.

  Persentase kredit ini adalah 14,62% dari total outstanding credit bank umum sebesar Rp 3.180,5 triliun dan merupakan persentase tertinggi sejak tahun 2010. Pada periode sebelum krisis, perkembangan properti begitu kencang dan pendanaannya berasal dari sektor perbankan dalam dan luar negeri. Sekitar 60% (1500 pengembang) bangkrut dan kredit macet di sektor properti meningkat tajam (Wuryandini, et al., 2005: 5).

Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Kredit Properti

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

  “Analisis Faktor – Faktor Yang

  

Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko Dengan COSO ERM

Framework Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar di BEI Tahun

2011- 2013”.

  1.2 Perumusan Masalah

  Latar belakang di atas menjadi dasar rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

  1. Apakah komisaris independen, komite audit, konsentrasi kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko?

  2. Apakah komisaris independen, komite audit, konsentrasi kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

  1. Menganalisis pengaruh komisaris independen, komite audit, konsentrasi kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap pengungkapan manajemen risiko

  2. Menganalisis pengaruh komisaris independen, komite audit, konsentrasi kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap pengungkapan manajemen risiko

1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya di bidang manajemen risiko dan menjadi ide, referensi untuk penelitian yang berhubungan dengan pengungkapan manajemen risiko di masa yang akan datang.

  2. Bagi manajemen perusahaan Penelitian ini diharapkan membuat manajemen perusahaan sadar bahwa praktik manajemen risiko penting dan dibutuhkan sehingga pengungkapan manajemen risiko menjadi lebih baik.

  3. Bagi investor dan kreditur Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dan kredit dengan menganalisis bagaimana praktik manajemen risiko pada perusahaan.

  4. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun peraturan dan ketentuan yang berhubungan dengan praktik manajemen risiko bagi perusahaan di Indonesia.

Dokumen yang terkait

Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

0 1 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku - Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

0 0 34

Perilaku Penjamah Pestisida di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

0 0 13

Analisis Kinerja Jaringan Komputer Di SMK Darussalam Medan Dengan Menggunakan Cisco Packet Tracer

0 0 10

I. DATA RESPONDEN - Pengaruh Lingkungan dan Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Mega Tbk. Cabang Pembantu Katamso Medan

0 0 16

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja - Pengaruh Lingkungan dan Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Mega Tbk. Cabang Pembantu Katamso Medan

0 0 20

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Lingkungan dan Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Mega Tbk. Cabang Pembantu Katamso Medan

0 1 9

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko Dengan Coso Erm Framework Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013

0 0 15

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko Dengan Coso Erm Framework Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan - Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko Dengan Coso Erm Framework Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2013

0 0 30