MP3EI Breakthrough Indonesia strategi In

MP3EI
BREAKTHROUGH STRATEGY
INDONESIA MENUJU NEGARA MAJU

LIPI PRESS
iii

© 2012 Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Katalog dalam Terbitan

MP3EI, Breakthrough Strategy Indonesia Menuju Negara Maju/Syahrir Ika,
Mohamad Nasir, Praptono Djunaedi, Widodo Ramadyanto, Adrianus
Dwi Siswanto, Abdul Aziz, Wiloejo Wijono Winoto, Sofia Arie Damayanty, Hadi Setiawan, Suska, Triyono Utomo, Yuventus Affandi, Yusuf
Munandar, Widodo Ramadyanto, dan Edi M.P. Sitepu.–Jakarta: LIPI
Press, 2012.
xxvii+ 436 hlm.; 14,8 x 21 cm
ISBN 978-979-799-690-1
1. MP3EI

2. Pembangunan Ekonomi


338.9
Editor
Copyeditor

Desain Isi
Desain Sampul

: Freddy R. Saragih
: M. Fadly Suhendra
Risma Wahyu Hartiningsih
Sarwendah Puspita Dewi
: Ariadni
: Aan Rustandi
Diterbitkan oleh:
LIPI Press, anggota IKAPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta 10350
Telp. (021) 314 0228, 314 6942. Faks. (021) 314 4591
E-mail: bmrlipi@centrin.net.id
lipipress@centrin.net.id

press@mail.lipi.go.id

iv

DISCLAIMER

Pandangan, gagasan, atau ide yang termuat dalam artikel bukanlah
representasi dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Pusat Pengelolaan
Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, dan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab profesional penulis

v

PREFACE
Freddy R. Saragih

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) merupakan strategi yang cerdas, fokus, dan
terukur untuk mendorong percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi serta menjadikan Indonesia sebagai negara maju (developed

nation) nomor 12 dunia pada tahun 2025 dan nomor 9 dunia pada
tahun 2045. MP3EI hadir untuk mendorong terciptanya kegiatan
ekonomi yang terintegrasi, sinergi, dan bernilai tambah tinggi,
serta mengatasi berbagai sumbatan atau hambatan pembangunan
melalui strategi debotlenecking dan connectivity. MP3EI dikembangkan dengan pendekatan breaktrough yang didasari oleh semangat
‘not business usual’, melalui perubahan mindset bahwa keberhasilan
pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada pemerintah
saja, tetapi merupakan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, BUMN, BUMND, dan Swasta. Pemerintah
berperan sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator, sementara
swasta berperan dalam meningkatkan investasi dan penciptaan
lapangan kerja.
Impian akan sesuatu yang terbaik di masa depan merupakan
hal yang perlu, tetapi probabilitas mencapainya fifty-fifty, mengingat

vii

banyak faktor di luar kendali yang sulit dikontrol. Akan tetapi,
bila pemerintah memiliki perencanaan yang baik dan memastikan
adanya strategi yang tepat serta berusaha secara sungguh-sungguh

untuk mengimplementasikan rencana dan strategi tersebut, maka
setidak-tidaknya setengah dari harapan tersebut bisa diraih. Pakar
manajemen, Jack Trout (2004) dalam bukunya Trout on Strategy
menulis bahwa “… success isn’t about having the right people, the right
attitude, the right tools, the right role models, or the right organization,
it’s about having the right strategy.”
Hari ini kita menyaksikan Indonesia tertinggal dalam banyak
hal dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, termasuk
dengan beberapa negara di lingkungan ASEAN. Dari sepuluh
negara yang hari ini memiliki daya saing terbaik menurut World
Economic Forum (WEF), enam di antaranya berada di kawasan
Eropa, dua di kawasan Amerika, dan dua lagi di kawasan Asia.
Ranking tertinggi diraih Swiss dengan score 5,63, disusul oleh
Swedia (5,56), Singapura (5,48), Amerika Serikat (5,43), Jerman
(5,39), Jepang (5,37), Polandia (5,36), Belanda (5,33), Denmark
(5,32), dan Kanada (5,30). Sementara Indonesia menempati ranking 44 dengan score 4,43.
Rendahnya daya saing Indonesia terutama disebabkan oleh belum baiknya kondisi infrastruktur, pendidikan, kesiapan teknologi,
dan inovasi. Di bidang Infrastruktur, Indonesia berada di ranking
82, jauh tertinggal dari Korea Selatan (18), Malaysia (30), Thailand
(35), dan China (50). Di bidang Pendidikan, Indonesia berada di

ranking 66, dan sekali lagi berada jauh di bawah Korea Selatan
(12), Malaysia (49), Thailand (59), dan China (60). Di bidang
Kesiapan Teknologi, Indonesia berada di ranking 91, sementara
Korea Selatan berada di rangking 19, Malaysia (40), Vietnam
(65), Thailand (68), dan China (78). Sementara di bidang Inovasi,
Indonesia baru menduduki posisi 39, sementara Korea Selatan (12),

viii

China (26), dan Malaysia (24). Karena itu, untuk mewujudkan
visi Indonesia 2025, pemerintah harus memperbaiki keempat hal
tersebut, dan target jangka menengah adalah bagaimana meningkatkan daya saing Indonesia melebihi negara-negara di lingkungan
ASEAN. Hal ini hanya bisa dicapai bila Indonesia memiliki strategi
dan program-program yang bersifat terobosan (breakthrough) seperti
yang sudah ditetapkan dalam MP3EI.
Strategi tersebut adalah (i) pengembangan potensi ekonomi
melalui koridor ekonomi, (ii) penguatan konektivitas nasional, dan
(iii) penguatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan iptek
nasional. Kekayaan sumber daya alam (SDA) di bidang pertanian,
perkebunan, pertambangan, minyak, dan gas, yang tersebar merata

di seluruh tanah air harus benar-benar dikelola dengan baik agar
memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Sumber
daya alam (SDA) tersebut termasuk juga yang potensinya sangat
besar, namun belum dijamah seperti panas bumi (geothermal) dan
Coal Bed Methane (CBM) yang bisa digunakan untuk mendukung
pembangkit tenaga listrik. Konektivitas antarwilayah harus segera
dibangun agar memperlancar arus barang dan jasa dengan ongkos
yang lebih murah, dan tentunya diperlukan dukungan infrastruktur
jalan, jembatan, pelabuhan, ketenagalistrikan, air, dan jaringan kereta api. Sementara SDM dan iptek menjadi strategi penentu karena
tanpa didukung SDM yang berkualitas, inovatif, dan produktif,
serta dukungan research and development, sulit bagi Indonesia
untuk melaksanakan kedua strategi lainnya (pengembangan potensi
ekonomi dan konektivitas) dan pencapaian visi Indonesia 2025.
Para peneliti di Badan Kebijakan Fiskal (BKF), khususnya di
Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal (PPRF) telah mengkaji sejumlah isu
yang terkait dengan MP3EI, baik dari sisi pendalaman konseptual,
maupun strategi implementasinya serta telah menghasilkan beberapa
rekomendasi penting yang bisa dipertimbangkan pemerintah untuk

ix


mendukung suksesnya pelaksanaan MP3EI. Rekomendasi tersebut
termasuk juga peran Kementerian Keuangan, khususnya Badan
Kebijakan Fiskal sebagai unit yang bertanggung jawab dalam
memformulasikan kebijakan fiskal. Peran Kemenkeu antara lain
terkait dengan pemberian insetif fiskal untuk meningkatkan daya
tarik investasi pada proyek-proyek MP3EI, pemberian insentif fiskal
untuk mendukung pengembangan energi alternatif, pemberian
dukungan pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur, serta
hal-hal yang terkait dengan potensi risiko fiskal yang perlu dimitigasi. Beberapa gagasan yang ditulis para peneliti, dalam beberapa
hal mungkin masih memerlukan uji akademis, namun banyak yang
dapat diterapkan karena gagasan tersebut dibangun berdasar hasil
kajian yang dilakukan di PPRF.
Sebagai Kepala PPRF, saya menyampaikan penghargaan yang
tinggi kepada para peneliti yang telah dengan sungguh-sungguh
melakukan kajian dan menuangkannya ke dalam sebuah buku,
karena hal ini selain menjadi bagian dari tanggung jawabnya sebagai peneliti, juga sebagai pegawai Kemenkeu yang berkewajiban
secara proaktif men-delivery gagasan-gagasan terbaiknya kepada
pimpinan. Budaya “menawarkan gagasan besar dan terobosan” ini
harus terus ditumbuhkembangkan dan ditingkatkan kualitasnya

agar mendukung proses formulasi kebijakan dan pengelolaan risiko
fiskal yang lebih kredibel dan akuntabel. Akhirnya, semoga karya
ini bermanfaat bagi masyarakat dan Bangsa Indonesia dalam rangka
mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2025.
Jakarta, Desember 2011
Kepala Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal

x

DAFTAR ISI

DISCLAIMER............................................................................................v
PREFACE .............................................................................................. ...vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ....xi
CONTRIBUTORS..................................................................................xix
ABBREVIATIONS ................................................................................ ..xxv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
MP3EI, BREAKTHROUGH STRATEGY MENUJU
NEGARA MAJU ................................................................................... ...13
A. PENGANTAR ................................................................................. ...13

B. KONSEP DASAR MP3EI ............................................................... ...17
1. Pengertian ................................................................................. ...17
2. Misi MP3EI................................................................................ ...18
3. Indikator Negara Maju ........................................................... ...19
4. Perubahan Mindset ................................................................. ...19
5. Kegiatan Utama MP3EI ........................................................... ...24
6. Indikasi Investasi MP3EI ......................................................... ...25
7. Penetapan 22 Kegiatan Utama MP3EI ................................... ...27
8. Menuju Indonesia yang Mandiri ........................................... ...27
C. POTENSI SUMBER DAYA ALAM ............................................... ...34
1. Potensi Pangan ......................................................................... ...35
2. Potensi Nikel ............................................................................ ...37

xi

3. Potensi Emas ................................................................................... ...42
4. Potensi Batu Bara .......................................................................46
5. Potensi Bauksit ......................................................................... ...49
6. Potensi Gas ............................................................................... ...51
7. Potensi Karet ........................................................................... ...53

8. Potensi Minyak Sawit .............................................................. ...54
9. Potensi Kakao ........................................................................... ...55
10. Potensi Perikanan .................................................................... ...56
E. BENCHMARKING KE NEGARA DAN PEMIMPIN
YANG SUKSES ............................................................................... ...78
1. Jepang ............................................................................................79
2. China dan India ....................................................................... ...84
3. Pemimpin Negara dan Bisnis yang Sukses ............................. ...87
F. PENUTUP ....................................................................................... ...93
PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM
MENDUKUNG MP3EI........................................................................107
A. PENDAHULUAN ............................................................................ .107
B. STRATEGI UTAMA MP3EI .......................................................... .110
1. Pengembangan Potensi Ekonomi Melalui Koridor
Ekonomi ......................................................................................111
2. Penguatan Konektivitas Nasional ......................................... .116
3. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Nasional ............... .119
C. PERANAN KEMENKEU DALAM MENDUKUNG MP3EI ......121
1. Dukungan Kemenkeu dalam Pembangunan Infrastruktur
untuk Pembangunan Koridor Ekonomi dan Penguatan

Konektivitas Nasional ............................................................ .122
2. Pendidikan dan Litbang untuk Meningkatkan Kemampuan
SDM dan Mengembangkan Iptek .......................................... .131
D. PENUTUP ....................................................................................... .133
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .136
MP3EI: PETA PROYEK INFRASTRUKTUR
DAN PENDANAANNYA..................................................................... .139
A. PENDAHULUAN ............................................................................ .139
B. PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL ................................ .142
C. POSISI INFRASTRUKTUR INDONESIA DI DUNIA ...............144
1. Infrastruktur: Salah Satu Fokus MP3EI ............................. .144
2. Porsi Belanja Infrastruktur Dalam APBN .......................... .145

xii

D. NILAI INVESTASI MP3EI ............................................................ .147
E. RUANG LINGKUP UMUM MP3EI ........................................... .150
1. Lokasi Proyek MP3EI ............................................................... .150
2. Periode Pengerjaan Proyek MP3EI ....................................... .151
F. RUANG LINGKUP KHUSUS MP3EI ......................................... .155
1. Sektor Jalan Raya .................................................................... .155
2. Sektor Perkeretaapian ............................................................. .156
3. Sektor Pelabuhan......................................................................156
4. Sektor Transportasi Udara/Bandara ..................................... .157
5. Sektor Kelistrikan ................................................................... .158
6. Sektor Telekomunikasi ............................................................ .159
G. PENUTUP ....................................................................................... .160
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .162
MP3EI, TERANCAM KEKURANGAN PASOKAN TENAGA
LISTRIK .............................................................................................. .165
A. PENGANTAR .................................................................................. .165
B. DAYA DUKUNG KETENAGALISTRIKAN..................................169
C. TANTANGAN PENGEMBANGAN LISTRIK ............................. .172
1. Sumber Pembiayaan ................................................................... .173
2. Pengusahaan Listrik oleh PT PLN (Persero) ...................... .177
3. Pengeloaan Energi Primer...................................................... .182
D. PENUTUP...................................................................................... .185
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .186
MP3EI DAN OPTIMALISASI POTENSI GEOTHERMAL
DI INDONESIA ................................................................................. .187
A. PENGANTAR .................................................................................. .187
B. SISTEM PANAS BUMI .................................................................. .189
1. Definisi Geothermal ............................................................... .189
2. Sejarah Pengembangan Panas bumi di Indonesia................. .190
3. Rezim Peraturan Terkait Panas bumi .................................... .193
C. PENGEMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA ................ .195
1. Potensi Panas bumi ................................................................... .195
2. Kapasitas Terpasang .................................................................. .196
3. Peta Persaingan Pengembang Panas Bumi di Indonesia.......198
D. HAMBATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI ...................... .201
1. Data .............................................................................................201
2. Sumber Pembiayaan Eksplorasi.................................................202

xiii

3. Infrastruktur ........................................................................... .202
4. Perizinan ................................................................................... .203
5. Proses Lelang ........................................................................... .203
E. INSENTIF FISKAL ........................................................................ .204
1. Fasilitas Dana Panas Bumi........................................................204
2. Jaminan Kelayakan Usaha ....................................................... .205
3. Insentif Fiskal Lainnya.............................................................206
F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................... .207
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .208
INSENTIF FISKAL UNTUK MENDORONG
PENGEMBANGAN COALBED METHANE SEBAGAI
SUMBER ENERGI BARU DI INDONESIA .....................................209
A. PENDAHULUAN ............................................................................ .209
B. POTENSI PENGEMBANGAN CBM DI INDONESIA ............. .213
C. PENGEMBANGAN CBM DALAM MP3EI ................................. .215
D. PERLUNYA INSENTIF FISKAL DALAM
PENGEMBANGAN CBM ............................................................. .217
E. INSENTIF PERPAJAKAN UNTUK KEGIATAN USAHA
HULU MIGAS ................................................................................ .219
F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM
PEMBERIAN INSENTIF FISKAL BAGI PENGUSAHAAN
CBM..................................................................................................222
G. KESIMPULAN ................................................................................ .230
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .231
PERLUNYA KEBIJAKAN YANG STRATEGIS UNTUK
PENYEDIAAN PELABUHAN YANG KOMPETITIF
DI INDONESIA ................................................................................... .235
A. PENGANTAR .................................................................................. .235
B. KONDISI INFRASTRUKTUR PELABUHAN DANKENDALA
DALAM SUPPORTING MP3EI ................................................... .238
C. PERLUNYA KEBIJAKAN STRATEGIS DAN
TERINTEGRASI ............................................................................. .244
1. Kebijakan/Dukungan dari Sisi Fiskal .................................... .245
2. Kebijakan/Dukungan dari Sisi Moneter
(dari Perbankan) ...................................................................... .247
3. Dukungan dalam Bentuk Pembuatan Aturan/Regulasi ...... .248

xiv

4. Kebijakan/Dukungan dari Swasta dan BUMN:
Mengoptimalkan Program Kerja Sama Pemerintah Swasta
(KPS).............................................................................................249
5. Kebijakan/Dukungan Lain: Tambahan Loan untuk
Mendukung Program Pembangunan Pelabuhan ................... .253
D. PENUTUP ....................................................................................... .254
E. SARAN-SARAN .............................................................................. .256
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .257
MENAKAR KONSEKUENSI FISKAL DARI RISIKO
PEMEKARAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN KORIDOR
EKONOMI MP3EI .............................................................................. .259
A. PENDAHULUAN ............................................................................ .259
B. KONSEP KORIDOR EKONOMI DALAM MP3EI .................... .262
C. PEMEKARAN DAERAH DAN DESENTRALISASI ................... .263
1. Desentralisasi dan Kompetisi Antardaerah .......................... .263
2. Pemekaran Daerah Dalam Konsep Otonomi Daerah ........... .264
3. Pemekaran Daerah, Desentralisasi Fiskal, dan
Kesenjangan Fiskal.................................................................... .269
4. Efektivitas Pemekaran Daerah ................................................ .271
D. PEMEKARAN DAERAH DAN RISIKO FISKAL ....................... .273
1. Perkembangan Pemekaran Daerah ......................................... .273
2. Konsekuensi Pemekaran Daerah Terhadap Risiko Fiskal ... .276
E. MENAKAR KONSEKUENSI FISKAL DARI RISIKO
PEMEKARAN DAERAH DALAM KERANGKA MP3EI ............277
F. PENUTUP ....................................................................................... .283
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .284
MENGINTEGRASIKAN KEKUATAN PUSAT, DAERAH DAN
SWASTA SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR .............................................................................. .287
A. URGENSI INVESTASI DI BIDANG INFRASTRUKTUR ..........287
B. PERSOALAN TANAH .................................................................... .294
C. DEREGULASI PERIZINAN TINGKAT DAERAH ................... .295
D. KETELITIAN PETA TATA RUANG: SUATU KEBUTUHAN ...298
E. POTENSI DAN TANTANGAN ..................................................... .301
F. SINERGI KEKUATAN ANTAR LAPISAN PEMERINTAHAN...303
G. PENUTUP ....................................................................................... .306
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .308

xv

DUNIA USAHA DALAM SKEMA MP3EI....................................... .311
A. PERANAN DUNIA USAHA DALAM PEMBANGUNAN
2011–2014 .........................................................................................311
1. Ajakan Presiden Menuju Negara Maju Indonesia .............. .311
2. Perlu Kesepakatan dan Komitmen Besar ............................. .312
3. Peranan yang Lebih Besar dari Dunia Usaha...................... .314
4. Perluasan Ekonomi Perlu Pergeseran Pembangunan...........317
B. Interpretasi Atas “Ingkar Janji Dunia Usaha”........................... .321
C. PENUTUP ....................................................................................... .330
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .332
PENDANAAN INVESTASI MP3EI:
PELAJARAN DARI SKEMA KEMITRAAN PEMERINTAH
DAN SWASTA ...................................................................................... .335
A. PENGANTAR .................................................................................. .335
B. KEBUTUHAN INVESTASI MP3EI DAN KERANGKA
KEBIJAKAN PENDANAAN NASIONAL ..................................... .337
C. KEBUTUHAN INVESTASI DAN PENDANAAN SKEMA KPS ... .343
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PELAKSANAAN
SKEMA KPS......................................................................................346
E. PENUTUP ....................................................................................... .349
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .352
PEMBERIAN FASILITAS PP 52 TAHUN 2011 UNTUK
MENINGKATKAN PERINDUSTRIAN NASIONAL ........................353
A. PENGANTAR .................................................................................. .353
1. Tujuan Fasilitas PP No. 52 Tahun 2011 .................................... .356
2. Penetapan Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan DaerahDaerah Tertentu ........................................................................ .358
3. Pemanfaatan PP No. 52 Tahun 2011 ......................................... .362
C. PERBEDAAN FASILITAS PP NO. 52 TAHUN 2011 DENGAN
FASILITAS PASAL 31E UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN
2008 ...................................................................................................365
D. PERBEDAAN FASILITAS PP NO. 62 TAHUN 2008 DENGAN
FASILITAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)
NO. 130/PMK.011/2011 ................................................................. .367
E. KESIMPULAN..................................................................................371
F. SARAN.. ........................................................................................... .371
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .374

xvi

KAJIAN PERBANDINGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
DI INDONESIA DAN BEBERAPA NEGARA ASIA...........................377
A. PENDAHULUAN ........................................................................... .377
B. ANALISIS EKONOMI DAN HUKUM KAWASAN EKONOMI
KHUSUS .......................................................................................... .382
C. ECONOMIC ZONES DI BEBERAPA NEGARA ......................... .387
1. India .............................................................................................387
2. Thailand ..................................................................................... .388
3. Filipina .........................................................................................389
D. PENUTUP........................................................................................ .390
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .391
KUALITAS BIROKRASI: SALAH SATU KUNCI SUKSES MP3EI ..393
A. PENGANTAR .................................................................................. .393
1. Kondisi Birokrasi pada Beberapa Era Pemerintahan.............. .394
2. Tantangan Birokrasi.................................................................. .399
3. Reformasi Birokrasi yang Dipercepat ...................................... .402
B. PNS DIMATA MASYARAKAT ....................................................... .404
C. TREN BELANJA PEGAWAI ........................................................... .407
D. BELANJA NEGARA DAN IMPLIKASI PADA IPM........................ .409
E. PRODUKTIVITAS BIROKRASI .................................................... .411
F. PENGELOLAAN SDM DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN..418
1. Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
PNS ...............................................................................................418
2. Formasi Pegawai Negeri Sipil .................................................... .419
3. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ............................................... .421
4. Kenaikan Pangkat PNS .............................................................. .422
5. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS .................................. .423
G. IMBALAN TERKAIT KINERJA ..................................................... .424
H. REMUNERASI PEJABAT NEGARA .............................................. .426
1. Remunerasi Presiden dan Wakil Presiden ............................... .429
2. Usulan Indeks Remunerasi Pejabat Negara ............................ .430
I. PENUTUP ........................................................................................ .431
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .434

xvii

CONTRIBUTORS

Syahrir Ika, Senior Economist di bidang Management and Business di
Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal-Kementerian Keuangan. Awal kariernya dimulai di Kantor Menteri Koordinator Ekuin dan Wasbang (1985–1988), kemudian pindah ke Badan
Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan,
Departemen Keuangan (1989–1994), lalu menjadi peneliti di
Badan Analisis Keuangan dan Moneter (BKAM) yang kemudian
berubah nama menjadi Badan Kebijakan Fiskal (1995–2002). Sejak
2003, ditugaskan pemerintah menjadi Direktur Umum dan SDM
PT Antam Tbk. (2003–2008), dan kini kembali bekerja sebagai
Peneliti Madya di Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian
Keuangan (2009–sekarang). Ia menamatkan studi Strata I pada
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) KupangNTT (1979–1983) dan Strata II Bidang Magister Management di
Universitas Trisakti Jakarta (1993–1994). Di lingkungan profesi, Ia
pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia (2007–2009)
dan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Insinyur
Indonesia atau PII (2008–sekarang). Beberapa buku yang sudah

xix

diterbitkannya adalah (i) Reformasi Struktur Ekonomi Indonesia, (ii) Pengetahuan Dasar Pasar Modal, (iii) Profil Perusahaan
Sekuritas Indonesia, (iv) Reksadana (Bunga Rampai), dan (v)
Subprime Mortgage Crisis Mengguncang Perekonomian Dunia
(dalam proses penerbitan). Beberapa artikel lainnya bisa dibaca
pada Jurnal Keuangan dan Moneter (JKM) yang diterbitkan oleh
BKF-Kementerian Keuangan, serta beberapa jurnal atau majalah
lainnya yang bisa diakses di internet. Ia juga pernah beberapa kali
menjadi pembicara di forum internasional antara lain di Denver-AS,
Kyoto-Jepang, dan Beijing-China.
Sofia Arie Damayanty, Economist di bidang Public Policy pada Pusat
Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan. Sebelumnya pernah berkarier di Direktorat Jenderal
Pajak, Kementerian Keuangan. Dia meraih gelar Sarjana Ekonomi
Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1998), kemudian menyelesaikan Magister Ekonomi (M.E.) diperoleh dari
Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (2007).
Yuventus Effendi, Economist di bidang Keuangan pada Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan. Sebelumnya dia pernah berkarier di Direktorat Jenderal
Pajak, Kementerian Keuangan. Meraih Sarjana Ekonomi (S.E.)
dari STIE Perbanas (2007) dan Sarjana Sains Terapan (S.S.T.) di
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (2009).
Mohamad Nasir. Economist di bidang Corporate Finance pada Pusat
Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan. Sebelumnya dia pernah bekerja di Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan (1999–2002), di Komite Audit PT Telkom
(Persero) Tbk. (2003–2004). Meraih Akuntan (Ak.) dari Sekolah

xx

Tinggi Akuntansi Negara (STAN) (2002), Master of Applied
Finance (M. App. Fin) dari the University of Adelaide, Australia
(2009), dan mendapatkan sertifikasi Certified Risk Management
Professional (CRMP) (2011).
Widodo Ramadyanto, Economist di bidang Risk Management dan
Kepala Sub-Bidang Risiko BUMN di Pusat Pengelolaan Risiko
Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. Aktif di
Tim Perubahan Iklim Depkeu tahun 2008–2011 dan kegiatan formulasi kebijakan fiskal terkait panas bumi hingga kini Sebelumnya
bekerja sebagai fasilitator diklat pegawai Kemenkeu dan pengajar di
STAN. Mendapatkan akuntan dari Sekolah Tinggi Akuntasi Negara
(STAN), Master of Risk Management dari Monash University,
Melbourne, Australia (2008).
Eddy Mayor Putra Sitepu, Economist di bidang Akuntansi pada
Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan. Pernah berkarier di Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai-Kementerian Keuangan. Meraih gelar Sarjana Sains
Terapan (S.ST.) dan Akuntan (Ak.) dari Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (2003), Master of Commerce (Accounting) dari the University of Adelaide, Australia (2009).
Abdul Aziz. Economist di bidang Keuangan Publik di Pusat
Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan. Sebelumnya pernah bekerja Direktorat Jenderal Anggaran. Meraih gelar sarjana dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,
Magister Ekonomi (M.E.) dari Universitas Indonesia Jakarta pada
tahun 2009.
Suska, Economist di bidang Keuangan Publik pada Pusat Kebijakan
Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuan-

xxi

gan. Sebelumnya pernah berkarier pada Direktorat Jenderal Pajak,
Kementerian Keuangan. Meraih gelar Akuntan di Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (2000), Master of Public Finance (MPF) dari
National Graduate Institute for Public Policy (GRIPS) Tokyo,
Jepang (2006), dan Magister Ekonomi (ME) dari Universitas
Indonesia (2007).
Adrianus Dwi Siswanto, Economist di bidang Keuangan Publik
di Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. Sebelumnya pernah bekerja di Direktorat
Jenderal Anggaran. Meraih Gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas
Airlangga Surabaya (1994), Magister Ekonomi di Universitas Indonesia (2006).
Praptono Djunedi, Economist di bidang Keuangan Publik pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan. Sebelumnya pernah bekerja di Direktorat Jenderal Anggaran. Meraih gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.) di Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara pada tahun 1996. Kemudian memperoleh gelar
Magister Manajemen (M.M.) konsentrasi manajemen keuangan
dari salah satu universitas swasta di Jakarta.
Wiloejo Wirjo Wijono, Economist di bidang Ekonomi
Pem¬bangunan pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan
Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. Sebelumnya pernah
berkarier Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian
Keuangan. Meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Program Studi
Ilmu Ekonomi Pembangunan di Universitas Airlangga pada tahun
1996. Saat ini sedang menyelesaikan tesis di bidang Ekonomi
Industri pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

xxii

Yusuf Munandar, Economist Pusat Kebijakan Pendapatan Negara,
Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. Pernah berkarier
Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan. Meraih gelar
Sarjana Saint Terapan (S.ST.) di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(2005), Magister Ekonomi (M.E.) diperoleh dari Universitas Indonesia (2010).
Triyono Utomo, Economist di bidang Public Policy pada Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan. Sebelumnya bekerja pada Direktorat Jenderal Piutang
dan Lelang Negara (DJPLN), Kemenkeu. Meraih gelar Sarjana Sains
Terapan (S.ST.) dan Akuntan (Ak.) di Sekolah Tinggi Akuntansi
(2004), Master of Public Administration (MPA) di Flinders University of South Australia (2009).
Hadi Setiawan, Economist di bidang keuangan publik khususnya
perpajakan di Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Kementerian Keuangan. Sebelumnya pernah berkarier di Direktorat Jenderal Pajak
Kemenkeu. Meraih gelar Sarjana Saint Terapan (S.ST.) di Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara (2005), Master of Accounting (M.Acc.)
dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2010).

xxiii

ABBREVIATIONS

BBM

: Bahan Bakar Minyak

BMPK

: Batas Maksimal Pemberian Kredit

BOE/D

: Barrels of Equivalent Oil per Day

BPMIGAS

: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi

BUMN

: Badan Usaha Milik Negara

BUMD

: Badan Usaha Milik Daerah

CBM

: Coal Bed Methane

CDM

: Clean Development Mechanism

CIDA

: Canadian International Development Agency

CSR

: Corporate Social Responsibility

Ditjen Migas

: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi

EPZ

: Economic Processing Zones

ESC

: Energy Sales Contract

ESDM

: Energi dan Sumber Daya Mineral

FCZ

: Free Comercial Zone

xxv

FDG

: Fasilitas Dana Geothermal

FDIs

: Foreign Direct Investments

FIZ

: Free Industrial Zone

FTP

: First Tranche Petroleum

GDP

: Gross Domestic Product

GEA

: Geothermal Energy Association

GMB

: Gas Metan Batubara

IPP

: Independent Power Producer

IRR

: Internal Rate of Return

IUP

: Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi

JOC

: Joint Operation Contract

KEK

: Kawasan Ekonomi Khusus

KPS

: Kemitraan Pemerintah dan Swasta

LNG

: Liquefied Natural Gas

MDGs

: Millenium Development Goals

MMSCFD

: Million Standard Cubic Feet per Day

MP3EI

: Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia

MSCFD

: Thousand Standard Cubic Feet per Day

MK

: Menteri Keuangan

MW

: Mega Watt

MWe

: Mega Watt electrical

PEZA

: Philippine Economic Zone Authority

Perpres

: Peraturan Presiden

PGE

: Pertamina Geothermal Energy

PIP

: Pusat Investasi Pemerintah

xxvi

PKP2B/KP

: Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu
Bara/Kuasa Pertambangan

PLN

: Perusahaan Listrik Negara

PLTP

: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

PMK

: Peraturan Menteri Keuangan

PP

: Peraturan Pemerintah

PPA

: Power Purchase Agreement

PPP

: Public Private Partnership

PSC

: Production Sharing Contract

PPh

: Pajak Penghasilan

PPN

: Pajak Pertambahan Nilai

QC

: Quality Control

SOEs

: State Owned Enterprises

SSC

: Steam Sales Contract

SDM

: Sumber Daya Manusia

SEZ

: Special Economic Zones

TCF

: Trillion Cubic Feet

UMKM

: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

VGF

: Viability Gap Fund

WKP

: Wilayah Kerja Pertambangan

xxvii