Tsunami bahasa Jepang kedu. docx (1)
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah
laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat
ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan
500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut
dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga
sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan
dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami
dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami
masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut
seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang
disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut
normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya
bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang
mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di
sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System
(IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan
beberapa pulau dapat tenggelam
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami
januari 2014
Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat
tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor
jarang terjadi.
Namun tidak semua gempa bumi menyebabkan terjadinya Tsunami. Tsunami akan terjadi
bila:
•
Pusat gempa terjadi di dasar laut.
•
Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
•
Kekuatan gempa mencapai lebih dari 7 skala richter.
Di Indonesia pernah juga terjadi tsunami akibat letusan Gunung Karkatau, sebuah gunung
yang terletak di tangah-tengah Selat Sunda. Kejadian ini terjadi pada tahun 1883, letusan
Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya
menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan
banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m,
menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000 orang.
Bahkan katanya bunyi letusan Gunung Krakatau ini mencapai Amerika Serikat.
http://carapedia.com/penyebab_ternya_tsunami_info1864.html
april 2013
Penyebab terjadinya tsunami : Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh
gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tibatiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang
terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai
dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naikturun
secara tibatiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.
Pengertian Tsunami secara sederhana : Tsunami adalah serangkaian gelombang air
laut yang dipicu oleh gempa bumi, tanah longsor yang terjadi dilaut ataupun dipantai,
atau juga bisa disebabkan oleh letusan gunung berapi di laut. Untuk tsunami yang
disebabkan karena gempa bumi, rangkaian gelombang air laut tersebut datang dalam
kurun waktu antara 5 menit sampai 1 jam setelah gempa bumi yang terjadi di laut.
Namun ada juga tsunami yang datang setelah beberapa jam terjadinya gempa, yang
merupakan tsunami kiriman dari jarak yang jauh dari pusat gempa. Rangkaian
gelombang tsunami datang secara tibatiba dan gelombang pertama belum tentu
merupakan gelombang yang paling berbahaya, karena kedatangan gelombang tsunami
akan berlanjut dan tidak menutup kemungkinan gelombang berikutnya akan lebih
besar. Tsunami akan menyapu semua pesisir pantai yang dilandanya, dan
menghancurkan bangunanbangunan, memporakporandakan perkotaan dan pedesaan
didekat pantai hingga nyawa manusia pun akan jadi korbannya. Ketinggian gelombang
tsunami dapat mencapai hingga puluhan meter (tsunami di Aceh tahun 2004 memiliki
ketinggian 30 meter), tergantung dari kondisi goegrafis tanah daerah terjangan tsunami
tersebut.
Tandatanda Tsunami :
Gempa bumi. Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi dangkal didasar laut,
sudah tentu tanda awalnya adalah terjadinya gempa dengan kekuatan minimal 6 skala
richter dan episentrumnya berada di laut. Ini merupakan tanda awal yang harus selalu
diwaspadai oleh masyarakat yang tinggal dipesisir pantai hingga beberapa kilometer
dari pantai.
Keadaan air laut. Setelah terjadinya gempa yang memicu tsunami, air laut
biasanya akan surut dengan tidak sewajarnya. Dasar laut, terumbu karang dan ikan
terlihat karena surutnya air laut. Ini merupakan tandatanda bahwa gelombang besar
sedang menuju pantai.
Suara Gemuruh. Ini merupakan tanda akhir sebelum tsunami menyapu pesisir,
karena gelombang tsunami akan semakin tinggi ketika melewati perairan dangkal
dengan disertai suara gemuruh. Bila pada saat kita mendengar suara gemuruh tsunami
tersebut kita masih berada dipesisir pantai, sepertinya kita sudah terlambat untuk berlari
menuju tempat yang lebih tinggi karena itu bertanda bahwa tsunami sudah dekat.
Tsunami yang masih berada ditengah laut nyaris tidak dapat dirasakan oleh para
nelayan, karena ketinggiannya hanya beberapa meter saja layaknya gelombang laut
biasa. Akan tetapi energi gelombang laut tersebut sangat besar dan para nelayan tidak
menyadari akan hal tersebut. Namun ketika gelombang tersebut mendekati pantai atau
perairan dangkal, ketinggiannya akan naik hingga beberapa puluh meter dan siap untuk
menyapu daratan di pesisir pantai.
http://herisuhaeri13008.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=106
desember 2013
Pengertian & Proses Terjadinya Tsunami
Di Indonesia khususnya, kita teramat dekat dengan kata “Tsunami”.
Memang, bencana alam yang satu ini pernah menggoreskan luka yang
dalam bagi bangsa kita. Beberapa tahun yang lalu, ribuan nyawa
melayang tersapu Tsunami di Banda Aceh. Indonesia berduka, dunia
berduka. Tsunami sesungguhnya bukan milik Indonesia saja. Semua
Negara yang berbatasan dengan laut dan memiliki potensi gempa
yang tinggi rawan terkena tsunami. Salah satunya adalah negeri yang
digdaya dengan teknologi, Jepang. Sayangnya, meski tsunami sudah
demikian akrab, tapi tak sedikit di antara kita yang tak tahu pengertian
tsunami yang sesunggunya. Demikian halnya dengan proses terjadinya
tsunami itu sendiri. Artikel ini mencoba menjawab kedua persoalan
tersebut.
Apa
Itu
Tsunami?
Kata “Tsunami” sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti Ombak
Besar (Tsu : pelabuhan dan Nami : gelombang). Adapan definisi yang
disepakati banyak orang adalah tsunami merupakan bencana alam
yang disebabkan oleh naiknya gelombang laut ke daratan dengan
kecepatan yang tinggi akibat adanya gempa yang berpusat di bawah
lautan. Gempa tersebut bisa saja diakibatkan oleh tanah yang longsor,
lempeng yang bergeser, gunung berapi yang mengalami erupsi serta
meteor yang jatuh di lautan. Tsunami ini biasanya terjadi apabila
besarnya gempa melebihi 7 skala richter. Tsunami ini cukup berbahaya,
utamanya bagi mereka yang bermukim di sekitaran pantai. Dengan
kekuatan besar, ia akan menyapu apa saja yang dilewatinya.
Proses
Terjadinya
Tsunami
Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu
harus memulai dari penyebabnya, yakni gempa di wilayah lautan.
Tsunami selalu diawali suatu pergerakan dahsyat yang lazim kita sebut
gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun
90% tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut
bumi yang letaknya kebetulan ada di dalam wilayah lautan. Akan
tetapi perlu juga disebutkan, sejarah pernah merekam tsunami yang
dahsyat
akibat
meletusnya
Gunung
Krakatau.
Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan
munculnya tekanan ke arah vertical sehingga dasar lautan akan naik
dan turun dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini kemudian akan
memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong
menjadi gelombang besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.
Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut,
wajar saja jika bangunan di daratan bisa tersapu dengan mudahnya.
Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan yang tak
terbayangkan. Ia bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di
lautan. Dan saat mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang
menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam. Meski berkurang pesat,
namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang
parah
bagi
manusia.
Jika kita mencermati proses terjadinya tsunami, tentu kita paham
bahwa tak ada campur tangan manusia di dalamnya. Dengan
demikian, kita tak memiliki kendali untuk mencegah penyebab
tersebut. Namun, dengan persiapan dan kewaspadaan yang maksimal,
kita bisa meminimalisir dampak bencana tsunami ini sendiri. Contoh
yang baik sudah diperlihatkan Jepang. Meski rawan tsunami, namun
kesadaran rakyatnya mampu menekan jumlah korban akibat bencana
tersebut.
http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/10/pengertian-proses-terjadinyatsunami.html
Mitigasi Tsunami
Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat
dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat
didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan
teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk
mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya(hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan
3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya
yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung
adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).
Langkah-langkah mitigasinya:
1) Menerbitkan peta wilayah rawan bencana
2) Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangandi wilayah rawan bencana
3) Mengembangkan sumber daya manusia satuan pelaksana
4) Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada masyarakat di wilayah rawan
bencana
5) Mengadaka penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan masyarakat di wilayah
rawan bencana
6) Menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana
7) Memindahkan masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana ke tempat yang aman
8) Membuat banguna untuk mengurangi dampak bencana
9) Membentuk pos-pos siaga bencana
Penerapan teknologi informasi terhadap tanda-tanda bencana alam
1. Radio komunikasi
Radio komunikasi adalah pilihan mutlak untuk komunikasi di tingkat lokal,terutama bagi
satuan tugas pelaksana penaggulangn bencana alam dan penangana pengungsi. Alat
ini minimal telah tersebar di seluruh wilayah rawan bencana.
2. Telepon
Melalui telepon , semua pihak dapat berbagi informasi dan komunikasi dengan mudah
karena hampir semua masyarakat mempunyai telepon
3. Pengeras suara
Pengeras suara merupakan pilihan untuk mengkomunikasikan kondisi kerawanan
bencana alam dalamcakupan wilayah yang sangat terbatas
4. Kentongan
Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang cukup akrab dengan kehidupan
masyarakat di berbagai pelosok dikawasa di indonesia. Isi pesan yang disampaikan
melalui tanda kentongan hendaknya singkat dan bermakna. Seperti bunyi kentongan
yang berbeda memiliki arti yang berbeda juga.
Menghindari Dampak Tsunami
a. Sebelum terjadinya tsunami
Mengenali apa yang disebut tsunami
Memastikan struktur dan letak rumah
Jika tinggal atau berada di pantai, segera menjauhi pantai
Jika terjadi getaran atau gempa bumi, segera menjauhi pantai
Selalu sedia alat komunikasi
b. Saat terjadi tsunami
Bila berada di dalam ruangan, segera keluar untuk menyelamatkan diri
Berlari menjauhi pantai
Berlari ke tempat yang aman atau tempat lebih tinggi
c. Sesudah terjadi tsunami
Periksa jika ada keluarga yang hilang ataupun yang terluka
Minta pertolongan jika ada keluarga yang yang hilang atau terluka
Jangan berjalan di sekitar daerah tsunami atau pantai, karena kemungkinan terjadi
bahaya susulan
http://syafiraistyani.blogspot.com/2012/11/mitigasi-tsunami.html
A. DEFINISI TSUNAMI
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan Nami = Gelombang. Jadi
Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal dan
baku secara umum. Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan
periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang terjadi pada medium
laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
-- Gempa didasar laut,
-- Letusan Gunung api didasar laut, dan
-- Longsoran yang terjadi didasar laut.
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu
gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya
yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa.
Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami mempunyai panjang
gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut
dalam mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari
kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah
pantai yang dilaluinya. Kalau ditengah laut tingi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter,
maka pada saat mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter.
B. IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI
Analisis Bahaya Tsunami
Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya
tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode :
-- Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan gunung api,
longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil simulasi tinggi gelombang
tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata guna, topografi, morfologi
dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir.
-- Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut
dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami. Dari hasil analisa
tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena dampak gelombang tsunami.
Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.
Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang berupa
jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa hancurnya
pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun jangka panjang
yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam
lainnya.
Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan
pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian masyarakat pada
sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun penyelamatan serta
keterbatasan akses komunikasi.
Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami
Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta
masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu
mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga) aspek,
yaitu :
Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan
Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.
C. MITIGASI BENCANA TSUNAMI
Mitigasi adalah segenap usaha untuk meminimalisir kerugian dan resiko akibat bencana
alam. Perlu kita sadari, bahwa gempa sangat jarang sekali membunuh, umumnya yang membunuh
itu adalah reruntuhan bangunan akibat gempa dan si korban tidak melindungi diri dari bangunan
tersebut.
Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika berlangsung
dan setelah terjadi gempa bumi.
1. Sebelum terjadi gempa
- Kenalilah dengan baik TANDA-TANDA datangnya Tsunami, seperti:
à Air laut yang surut secara tiba-tiba
à Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
à Munculnya BUIH BUIH AIR sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
à Terlihat gelombang hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
- Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan
bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif
anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
- penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan perlindungan terumbu
karang
- Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami,
- Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana,
- Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta
infrastruktur sarana dan prasarana,
- Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
- Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan,
sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang memperhaikan berbagai
aspek,
- Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
- Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
- Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
- Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
- Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang beresiko.
- Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah Indonesia, Tim SAR.
- Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan juga Radio, karena
pada saat tsunami alat komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi, Internet akan
terganggu. Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna disaat bencana. Dan
kotak Persediaan Pengungsian tersebut dimasukan ke dalam suatu tempat yang mudah dibawa
(ransel punggung) dan disimpan di tempat yang mudah digapai pada saat tsunami berlangsung
seperti di belakang pintu keluar.
- Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit dll.
2. Selama terjadi gempa
- Yang pertama sekali adalah DON’T BE PANIC, kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari
bencana tersebut.
- Jika air laut surut secara tiba-tiba , JANGAN mengambil ikan yang ada di pantai.
- Jika berada di pantai atau di dekat pantai, panjat bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling
dekat dari anda.
- Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal anda kearah laut yang
lebih jauh.
- Utamakan keselamatan jiwa daripada harta.
- Berdoa dan beristigfar kepada Allah semoga diberi keselamatan
3. Sesudah terjadi gempa
- Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam, kebocoran gas, dinding retak
dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya, lakukanlah pertolongan pertama.
- Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh
- Jangan ke arah pantai sampai peringatan bahaya dicabut Banyak kali tsunami datang dalam 2
atau 3 kali.
- Cari posko bantuan terdekat.
- Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.
http://tugasplhvildamega.blogspot.com/
desember 2011
MARCH 22, 2010
Identifikasi dan Mitigasi Bencana Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan Nami = Gelombang. Jadi
Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal
dan baku secara umum. Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang
laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang
terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
1.
Gempa didasar laut,
2.
Letusan Gunung api didasar laut, dan
3.
Longsoran yang terjadi didasar laut.
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu
gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut
lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik
benda angkasa. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami
mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat
gelombang tsunami di laut dalam mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran
tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung
mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat
mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Kalau
ditengah laut tingi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka pada saat
mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter.
1.
IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI
1.
Analisis Bahaya Tsunami
Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya
tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode :
1.
Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan gunung
api, longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil simulasi tinggi
gelombang tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata
guna, topografi, morfologi dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir.
2.
Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran
dasar laut dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami.
Dari hasil analisa tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena
dampak gelombang tsunami.
1.
Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.
Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang
berupa jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa
hancurnya pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun
jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun
kerusakan sumberdaya alam lainnya.
Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan
pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian masyarakat
pada sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun
penyelamatan serta keterbatasan akses komunikasi.
1.
Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami
Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta
masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu
mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga)
aspek, yaitu :
1.
Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
2.
Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan
3.
Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.
1.
MITIGASI BENCANA TSUNAMI
1.
Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang
bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke
kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik
gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka
upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok, yaitu :
1.
Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai
dan perlindungan terumbu karang.
2.
Buatan,
3.
Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk
menahan tsunami,
4.
Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik
bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan
mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
1.
Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi
structural maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut meliputi antara lain :
1.
Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana,
2.
Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya)
serta infrastruktur sarana dan prasarana,
3.
Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
4.
Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat
ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang
memperhaikan berbagai aspek,
5.
Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan
pantai,
6.
Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
7.
Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
8.
Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
Ancaman tsunami dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu ancaman tsunami jarak dekat
(local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian tsunami di Indonesia pada umumnya
adalah tsunami local yang terjadi sekitar 10-20 ment setelah terjadinya gempa bumi
dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh terjadi 1-8 jam setelah
gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan gempa buminya.
Sumber : Buku Pedoman Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil, Tahun
2009. Direktorak Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K Kementrian Kelautan dan Perikanan.
http://kskbiogama.wordpress.com/2010/03/22/identiikasi-dan-mitigasi-bencanatsunami/
TSUNAMI, GELOMBANG PASANG DAN SEMPADAN PANTAI
Oleh : Djoko Marsono
PENDAHULUAN
Masih segar dalam ingatan masyarakat bencana tsunami yang melanda kawasan Aceh dan sekitarnya
sekitar dua tahun yang lalu. Betapa dahsyat bencana tersebut dapat ditandai dengan banyaknya korban
yang mencapai ratusan ribu jiwa, rusaknya sejumlah pemukiman, infrastruktur dan lain sebagainya, tanpa
kita bisa berbuat apa-apa. Semuanya terjadi begitu saja dalam bilangan menit, namun dampak kerusakan
dan korban sangat terasa menyesakkan bagi seluruh bangsa bahkan cenderung traumatis. Oleh karena itu
pada saat gempa dengan skala 5,9 skala Richter di Daerah Istimewa Yogyakarta 27 Mei yang lalu di saat
orang baru saja bangun dari tidur untuk memulai aktivitas kesehariannya, isu tsunami muncul dengan
mencekam hampir seluruh warga. Hal ini menggambarkan betapa traumatisnya masyarakat akan terjadinya
tsunami di Aceh yang begitu memilukan. Dan ternyata beberapa waktu kemudian benar-benar muncul
tsunami di Pangandaran yang dampaknya sampai di DIY dan sampai merenggut korban jiwa. Berita
seminggu terakhir masih menyisakan rasa was-was karena adanya gelombang pasang di pantai selatan DIY
yang juga mengakibatkan berbagai kerusakan.
Sumber informasi tentang kebumian mengisyaratkan bahwa kita berada pada jalur gempa tektonik. Para ahli
hampir semua sepakat bahwa masalah gempa dan tsunami tampak akrab dengan kondisi geografis negara
kita. Akan tetapi yang menarik perhatian adalah adanya kecenderungan besarnya dampak yang
ditimbulkannya, walaupun pada besaran dan jarak gempa yang sama. Atau paling tidak ada kawasan
dengan kondisi geografis sama tetapi dampak kerusakan bisa berbeda. Demikian pula pada jaman dulu
menurut sejarahnya dampak tsunami tidak separah yang sekarang. Sudah barang tentu situasi ini tidak akan
terlepas dari peran setiap komponen penyebab dampak tsunami itu sendiri. Berikut ini disajikan bahasan
terhadap salah satu komponennya sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak kerusakan tsunami dan
atau gelombang pasang. Terlebih peluang terjadinya gelombang pasang akan semakin besar seiring dengan
semakin besarnya efek rumah kaca yang belum terselesaikan cara pengendaliannya.
EKOSISTEM ALAMI KAWASAN PANTAI
Menurut sejarahnya, pada saat ekosistem kawasan pantai belum dimanfaatkan atau masih asli, terdapat
beberapa tipe ekosistem alami (vegetasi hutan). Ekosistem ini memanjang mengikuti garis pantai di seluruh
pulau baik yang besar maupun yang kecil. Setiap tipe ekosistem ini mempunyai karakteristik yang berbeda
sesuai dengan kondisi ekologis setempat. Saat ini ekosistem tersebut sudah rusak karena dimanfaatkan jasa
ekonomisnya secara berlebihan, dan tidak mampu lagi berfungsi memberikan jasa lingkungannya. Dan dari
waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya penduduk dan kesulitan ekonomi setiap ekosistem sumber
daya alam (termasuk ekosistem pantai) terus dimanfaatkan sehingga laju kerusakan sangat luar biasa.
Namun demikian sisa-sisa atau benteng terakhir ekosistem pantai ini masih dapat dinikmati di beberapa
cagar alam dan taman nasional yang mempunyai garis pantai.
Beberapa tipe ekosistem pantai yang dimaksud adalah mangove, hutan pantai dan gumuk pasir (sand dune)
beserta vegetasi prescapraenya. Setiap pantai di Indonesia (juga di DIY) memiliki ekosistem ini. Di kawasan
yang berlumpur, sedikit gelombang, dekat dengan aliran sungai dan dipengaruhi pasang surut air laut
tumbuh mangrove seperti di pantai utara Jawa, Segara Anakan dan cekungan sungai di Kulonprogo. Namun
di pantai terjal, ombak besar seperti sebagian besar wilayah DIY telah berkembang ekosistem hutan pantai
dan gumuk pasir dan prescaprae (dominasi rumput dan tanaman menjalar). Pada saat seperti ini kawasan
pantai memberikan jasa lingkungan yang optimal sesuai dengan kaidah ekologis yang mengatakan struktur
ekosistem menentukan fungsi ekosistem. Salah satu fungsi ekosistem tersebut adalah menahan gempuran
ombak dari laut termasuk tsunami dan gelombang pasang yang tinggi. Inilah yang menjadi salah satu sebab
mengapa pada jaman dulu tidak banyak kerusakan akibat tsunami dan gelombang pasang. Pada saat
tsunami Aceh kawasan ekosistem mangove masih terlihat utuh dan terbukti mampu menahannya. Oleh
karena itu secara otomatis dan terkesan sangat emosional pemerintah cq Departemen Kehutanan segera
merehabilitasi kawasan mangove di Aceh, seakan akan ini merupakan langkah terbaik dalam penanganan
pasca tsunami Aceh.
PENGELOLAAN SEMPADAN PANTAI
Sebenarnya kondisi ini sudah diantisipasi dengan baik oleh pemerintah dengan melalui berbagai peraturan
perundangan. Sejak dikeluarkannya UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, telah diatur perlindungan sistem penyangga kehidupan yang ditujukan bagi terpeliharanya
proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dikatakan pemerintah akan mengatur dan menertibkan penggunaan dan pengelolaan tanah dan
di perairan yang terletak di kawasan sistem penyangga kehidupan tersebut. Berdasarkan perundangan ini
sebenarnya bola pengaturan ada di pihak pemerintah, namun perlu kemudian dicermati sampai dimanakah
pengaturan dijalankan.
Aturan perundangan tersebut kemudian dilengkapi dengan Keppres 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung (termasuk kawasan pantai), yaitu diatur jalur hijau pantai yang perlu ditetapkan, ditanami
dan dijaga dari kerusakan baik oleh manusia maupun alam. Oleh karena itu telah ditetapkan kawasan
perlindungan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan
bentang pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertingggi ke arah darat. Jalur hijau semacam ini
mestinya ada bukan saja diatas kertas tapi juga ada di lapangan, ditetapkan, dikukuhkan dengan tata batas
dan berkekuatan hukum. Jika tidak ditindak lanjuti sampai tahap operasional, manfaat peraturan
perundangan itu tidak dapat dirasakan bagi kesejahteraan masyarakat di tempat tersebut. Masalahnya yaitu
sampai dimana ketentuan ini dilaksanakan. Kekuatan hukum lain adalah UU No 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang yang menyatakan bahwa penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya adalah
merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah, namun arahan pengelolaan hutan lindung dan budidaya dilakukan melalui Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Daerah Tk I yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian jika dicermati
akan tampak bahwa landasan hukum kawasan perlindungan pantai di kawasan selatan DIY ini belum
sempurna, apalagi tahap operasional. Inilah kenyataan yang dijumpai di kawqasan pantai yang berpeluang
tsunami dan gelombang pasang tersebut. Sudah barang tentu penegakan hukum setiap peraturan
perundangan sangat penting menyusul jika telah disahkan/dikukuhkan kawasan perlindungan pantai
tersebut. Tanpa penegakan hukum yang konsisten aturan perundangan tidak akan berarti sedikitpun.
Dengan telah disahkannya kawasan lindung pantai maka tahap berikutnya adalah dilakukan Rencana
Pengelolaan Kawasaan Lindung. Rencana ini dapat menjadi pedoman seluruh stakeholder agar bisa
berpartisipasi aktif dalam mengelola kawasan. Ini sangat relevan dengan paradigma akuntabilitas publik
yang telah menjadi paradigma pemerintah dalam mengelola sumber daya alam, menuju pembangunan
berkelanjutan berbasis masyarakat. Ternyata partisipasi masyarakat sebenarnya sudah mulai muncul dengan
penanaman cemara udang di pantai selatan DIY walau masih dalam skala kecil. Yang perlu disarankan disini
sebenarnya bukan harus menanam cemara udang tetapi membangun ekosistem kawasan pantai yang
unggul sesuai dengan karakteristik ekologis kawasan setempat. Demikian pula partisipasi internasional yang
diprakarsai Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dengan mengundang Sumitomo merupakan langkah yang
positif. Suatu hal penting yang perlu diingat adalah bahwa manfaat perlindungan kawasan pantai ini bukan
saja dari segi lingkungan tetapi juga mampu memberikan dampak positif peningkatan produksi pertanian
melalui teknik tertentu yang tidak disampaikan disini.
Demikianlah sekilas tentang perlindungan sempadan pantai yang mestinya tidak digarap secara sporadis
dan sesaat seperti sekarang ini tetapi mestinya dirancang melalui landasan hukum dan rancangan baku dan
menjadi pedoman bagi seluruh stakeholder. Dengan paradigma partisipatif dan akuntabilitas/keterbukaan
seperti ini Insya Alllah perlindungan kawasan pantai akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat
pantai. Tapi kapan mulainya ya, saya tidak bisa menjawabnya.
http://konservasisumberdayaalam.blogspot.com/2007/11/tsunami-gelombangpasang-dan-sempadan.html
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah
laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat
ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan
500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut
dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga
sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan
dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami
dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami
masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut
seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang
disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut
normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya
bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang
mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di
sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System
(IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan
beberapa pulau dapat tenggelam
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami
januari 2014
Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat
tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor
jarang terjadi.
Namun tidak semua gempa bumi menyebabkan terjadinya Tsunami. Tsunami akan terjadi
bila:
•
Pusat gempa terjadi di dasar laut.
•
Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
•
Kekuatan gempa mencapai lebih dari 7 skala richter.
Di Indonesia pernah juga terjadi tsunami akibat letusan Gunung Karkatau, sebuah gunung
yang terletak di tangah-tengah Selat Sunda. Kejadian ini terjadi pada tahun 1883, letusan
Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya
menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan
banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m,
menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000 orang.
Bahkan katanya bunyi letusan Gunung Krakatau ini mencapai Amerika Serikat.
http://carapedia.com/penyebab_ternya_tsunami_info1864.html
april 2013
Penyebab terjadinya tsunami : Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh
gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tibatiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang
terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai
dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naikturun
secara tibatiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.
Pengertian Tsunami secara sederhana : Tsunami adalah serangkaian gelombang air
laut yang dipicu oleh gempa bumi, tanah longsor yang terjadi dilaut ataupun dipantai,
atau juga bisa disebabkan oleh letusan gunung berapi di laut. Untuk tsunami yang
disebabkan karena gempa bumi, rangkaian gelombang air laut tersebut datang dalam
kurun waktu antara 5 menit sampai 1 jam setelah gempa bumi yang terjadi di laut.
Namun ada juga tsunami yang datang setelah beberapa jam terjadinya gempa, yang
merupakan tsunami kiriman dari jarak yang jauh dari pusat gempa. Rangkaian
gelombang tsunami datang secara tibatiba dan gelombang pertama belum tentu
merupakan gelombang yang paling berbahaya, karena kedatangan gelombang tsunami
akan berlanjut dan tidak menutup kemungkinan gelombang berikutnya akan lebih
besar. Tsunami akan menyapu semua pesisir pantai yang dilandanya, dan
menghancurkan bangunanbangunan, memporakporandakan perkotaan dan pedesaan
didekat pantai hingga nyawa manusia pun akan jadi korbannya. Ketinggian gelombang
tsunami dapat mencapai hingga puluhan meter (tsunami di Aceh tahun 2004 memiliki
ketinggian 30 meter), tergantung dari kondisi goegrafis tanah daerah terjangan tsunami
tersebut.
Tandatanda Tsunami :
Gempa bumi. Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi dangkal didasar laut,
sudah tentu tanda awalnya adalah terjadinya gempa dengan kekuatan minimal 6 skala
richter dan episentrumnya berada di laut. Ini merupakan tanda awal yang harus selalu
diwaspadai oleh masyarakat yang tinggal dipesisir pantai hingga beberapa kilometer
dari pantai.
Keadaan air laut. Setelah terjadinya gempa yang memicu tsunami, air laut
biasanya akan surut dengan tidak sewajarnya. Dasar laut, terumbu karang dan ikan
terlihat karena surutnya air laut. Ini merupakan tandatanda bahwa gelombang besar
sedang menuju pantai.
Suara Gemuruh. Ini merupakan tanda akhir sebelum tsunami menyapu pesisir,
karena gelombang tsunami akan semakin tinggi ketika melewati perairan dangkal
dengan disertai suara gemuruh. Bila pada saat kita mendengar suara gemuruh tsunami
tersebut kita masih berada dipesisir pantai, sepertinya kita sudah terlambat untuk berlari
menuju tempat yang lebih tinggi karena itu bertanda bahwa tsunami sudah dekat.
Tsunami yang masih berada ditengah laut nyaris tidak dapat dirasakan oleh para
nelayan, karena ketinggiannya hanya beberapa meter saja layaknya gelombang laut
biasa. Akan tetapi energi gelombang laut tersebut sangat besar dan para nelayan tidak
menyadari akan hal tersebut. Namun ketika gelombang tersebut mendekati pantai atau
perairan dangkal, ketinggiannya akan naik hingga beberapa puluh meter dan siap untuk
menyapu daratan di pesisir pantai.
http://herisuhaeri13008.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=106
desember 2013
Pengertian & Proses Terjadinya Tsunami
Di Indonesia khususnya, kita teramat dekat dengan kata “Tsunami”.
Memang, bencana alam yang satu ini pernah menggoreskan luka yang
dalam bagi bangsa kita. Beberapa tahun yang lalu, ribuan nyawa
melayang tersapu Tsunami di Banda Aceh. Indonesia berduka, dunia
berduka. Tsunami sesungguhnya bukan milik Indonesia saja. Semua
Negara yang berbatasan dengan laut dan memiliki potensi gempa
yang tinggi rawan terkena tsunami. Salah satunya adalah negeri yang
digdaya dengan teknologi, Jepang. Sayangnya, meski tsunami sudah
demikian akrab, tapi tak sedikit di antara kita yang tak tahu pengertian
tsunami yang sesunggunya. Demikian halnya dengan proses terjadinya
tsunami itu sendiri. Artikel ini mencoba menjawab kedua persoalan
tersebut.
Apa
Itu
Tsunami?
Kata “Tsunami” sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti Ombak
Besar (Tsu : pelabuhan dan Nami : gelombang). Adapan definisi yang
disepakati banyak orang adalah tsunami merupakan bencana alam
yang disebabkan oleh naiknya gelombang laut ke daratan dengan
kecepatan yang tinggi akibat adanya gempa yang berpusat di bawah
lautan. Gempa tersebut bisa saja diakibatkan oleh tanah yang longsor,
lempeng yang bergeser, gunung berapi yang mengalami erupsi serta
meteor yang jatuh di lautan. Tsunami ini biasanya terjadi apabila
besarnya gempa melebihi 7 skala richter. Tsunami ini cukup berbahaya,
utamanya bagi mereka yang bermukim di sekitaran pantai. Dengan
kekuatan besar, ia akan menyapu apa saja yang dilewatinya.
Proses
Terjadinya
Tsunami
Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu
harus memulai dari penyebabnya, yakni gempa di wilayah lautan.
Tsunami selalu diawali suatu pergerakan dahsyat yang lazim kita sebut
gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun
90% tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut
bumi yang letaknya kebetulan ada di dalam wilayah lautan. Akan
tetapi perlu juga disebutkan, sejarah pernah merekam tsunami yang
dahsyat
akibat
meletusnya
Gunung
Krakatau.
Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan
munculnya tekanan ke arah vertical sehingga dasar lautan akan naik
dan turun dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini kemudian akan
memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong
menjadi gelombang besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.
Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut,
wajar saja jika bangunan di daratan bisa tersapu dengan mudahnya.
Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan yang tak
terbayangkan. Ia bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di
lautan. Dan saat mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang
menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam. Meski berkurang pesat,
namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang
parah
bagi
manusia.
Jika kita mencermati proses terjadinya tsunami, tentu kita paham
bahwa tak ada campur tangan manusia di dalamnya. Dengan
demikian, kita tak memiliki kendali untuk mencegah penyebab
tersebut. Namun, dengan persiapan dan kewaspadaan yang maksimal,
kita bisa meminimalisir dampak bencana tsunami ini sendiri. Contoh
yang baik sudah diperlihatkan Jepang. Meski rawan tsunami, namun
kesadaran rakyatnya mampu menekan jumlah korban akibat bencana
tersebut.
http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/10/pengertian-proses-terjadinyatsunami.html
Mitigasi Tsunami
Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat
dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat
didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan
teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk
mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya(hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan
3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci lainnya
yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung
adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).
Langkah-langkah mitigasinya:
1) Menerbitkan peta wilayah rawan bencana
2) Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangandi wilayah rawan bencana
3) Mengembangkan sumber daya manusia satuan pelaksana
4) Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada masyarakat di wilayah rawan
bencana
5) Mengadaka penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan masyarakat di wilayah
rawan bencana
6) Menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana
7) Memindahkan masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana ke tempat yang aman
8) Membuat banguna untuk mengurangi dampak bencana
9) Membentuk pos-pos siaga bencana
Penerapan teknologi informasi terhadap tanda-tanda bencana alam
1. Radio komunikasi
Radio komunikasi adalah pilihan mutlak untuk komunikasi di tingkat lokal,terutama bagi
satuan tugas pelaksana penaggulangn bencana alam dan penangana pengungsi. Alat
ini minimal telah tersebar di seluruh wilayah rawan bencana.
2. Telepon
Melalui telepon , semua pihak dapat berbagi informasi dan komunikasi dengan mudah
karena hampir semua masyarakat mempunyai telepon
3. Pengeras suara
Pengeras suara merupakan pilihan untuk mengkomunikasikan kondisi kerawanan
bencana alam dalamcakupan wilayah yang sangat terbatas
4. Kentongan
Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang cukup akrab dengan kehidupan
masyarakat di berbagai pelosok dikawasa di indonesia. Isi pesan yang disampaikan
melalui tanda kentongan hendaknya singkat dan bermakna. Seperti bunyi kentongan
yang berbeda memiliki arti yang berbeda juga.
Menghindari Dampak Tsunami
a. Sebelum terjadinya tsunami
Mengenali apa yang disebut tsunami
Memastikan struktur dan letak rumah
Jika tinggal atau berada di pantai, segera menjauhi pantai
Jika terjadi getaran atau gempa bumi, segera menjauhi pantai
Selalu sedia alat komunikasi
b. Saat terjadi tsunami
Bila berada di dalam ruangan, segera keluar untuk menyelamatkan diri
Berlari menjauhi pantai
Berlari ke tempat yang aman atau tempat lebih tinggi
c. Sesudah terjadi tsunami
Periksa jika ada keluarga yang hilang ataupun yang terluka
Minta pertolongan jika ada keluarga yang yang hilang atau terluka
Jangan berjalan di sekitar daerah tsunami atau pantai, karena kemungkinan terjadi
bahaya susulan
http://syafiraistyani.blogspot.com/2012/11/mitigasi-tsunami.html
A. DEFINISI TSUNAMI
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan Nami = Gelombang. Jadi
Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal dan
baku secara umum. Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan
periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang terjadi pada medium
laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
-- Gempa didasar laut,
-- Letusan Gunung api didasar laut, dan
-- Longsoran yang terjadi didasar laut.
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu
gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya
yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa.
Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami mempunyai panjang
gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut
dalam mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari
kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah
pantai yang dilaluinya. Kalau ditengah laut tingi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter,
maka pada saat mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter.
B. IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI
Analisis Bahaya Tsunami
Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya
tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode :
-- Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan gunung api,
longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil simulasi tinggi gelombang
tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata guna, topografi, morfologi
dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir.
-- Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut
dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami. Dari hasil analisa
tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena dampak gelombang tsunami.
Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.
Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang berupa
jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa hancurnya
pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun jangka panjang
yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam
lainnya.
Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan
pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian masyarakat pada
sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun penyelamatan serta
keterbatasan akses komunikasi.
Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami
Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta
masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu
mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga) aspek,
yaitu :
Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan
Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.
C. MITIGASI BENCANA TSUNAMI
Mitigasi adalah segenap usaha untuk meminimalisir kerugian dan resiko akibat bencana
alam. Perlu kita sadari, bahwa gempa sangat jarang sekali membunuh, umumnya yang membunuh
itu adalah reruntuhan bangunan akibat gempa dan si korban tidak melindungi diri dari bangunan
tersebut.
Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika berlangsung
dan setelah terjadi gempa bumi.
1. Sebelum terjadi gempa
- Kenalilah dengan baik TANDA-TANDA datangnya Tsunami, seperti:
à Air laut yang surut secara tiba-tiba
à Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
à Munculnya BUIH BUIH AIR sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
à Terlihat gelombang hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
- Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan
bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif
anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
- penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan perlindungan terumbu
karang
- Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami,
- Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana,
- Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta
infrastruktur sarana dan prasarana,
- Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
- Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan,
sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang memperhaikan berbagai
aspek,
- Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
- Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
- Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
- Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
- Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang beresiko.
- Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah Indonesia, Tim SAR.
- Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan juga Radio, karena
pada saat tsunami alat komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi, Internet akan
terganggu. Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna disaat bencana. Dan
kotak Persediaan Pengungsian tersebut dimasukan ke dalam suatu tempat yang mudah dibawa
(ransel punggung) dan disimpan di tempat yang mudah digapai pada saat tsunami berlangsung
seperti di belakang pintu keluar.
- Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit dll.
2. Selama terjadi gempa
- Yang pertama sekali adalah DON’T BE PANIC, kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari
bencana tersebut.
- Jika air laut surut secara tiba-tiba , JANGAN mengambil ikan yang ada di pantai.
- Jika berada di pantai atau di dekat pantai, panjat bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling
dekat dari anda.
- Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal anda kearah laut yang
lebih jauh.
- Utamakan keselamatan jiwa daripada harta.
- Berdoa dan beristigfar kepada Allah semoga diberi keselamatan
3. Sesudah terjadi gempa
- Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam, kebocoran gas, dinding retak
dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya, lakukanlah pertolongan pertama.
- Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh
- Jangan ke arah pantai sampai peringatan bahaya dicabut Banyak kali tsunami datang dalam 2
atau 3 kali.
- Cari posko bantuan terdekat.
- Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.
http://tugasplhvildamega.blogspot.com/
desember 2011
MARCH 22, 2010
Identifikasi dan Mitigasi Bencana Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan Nami = Gelombang. Jadi
Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal
dan baku secara umum. Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang
laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang
terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu :
1.
Gempa didasar laut,
2.
Letusan Gunung api didasar laut, dan
3.
Longsoran yang terjadi didasar laut.
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu
gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut
lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik
benda angkasa. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami
mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat
gelombang tsunami di laut dalam mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran
tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung
mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat
mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Kalau
ditengah laut tingi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka pada saat
mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter.
1.
IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI
1.
Analisis Bahaya Tsunami
Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya
tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode :
1.
Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan gunung
api, longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil simulasi tinggi
gelombang tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata
guna, topografi, morfologi dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir.
2.
Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran
dasar laut dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami.
Dari hasil analisa tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena
dampak gelombang tsunami.
1.
Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.
Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang
berupa jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa
hancurnya pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun
jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun
kerusakan sumberdaya alam lainnya.
Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan
pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian masyarakat
pada sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun
penyelamatan serta keterbatasan akses komunikasi.
1.
Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami
Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta
masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu
mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga)
aspek, yaitu :
1.
Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
2.
Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan
3.
Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.
1.
MITIGASI BENCANA TSUNAMI
1.
Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang
bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke
kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik
gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka
upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok, yaitu :
1.
Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai
dan perlindungan terumbu karang.
2.
Buatan,
3.
Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk
menahan tsunami,
4.
Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik
bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan
mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
1.
Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi
structural maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut meliputi antara lain :
1.
Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana,
2.
Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya)
serta infrastruktur sarana dan prasarana,
3.
Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
4.
Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat
ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang
memperhaikan berbagai aspek,
5.
Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan
pantai,
6.
Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
7.
Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
8.
Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
Ancaman tsunami dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu ancaman tsunami jarak dekat
(local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian tsunami di Indonesia pada umumnya
adalah tsunami local yang terjadi sekitar 10-20 ment setelah terjadinya gempa bumi
dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh terjadi 1-8 jam setelah
gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan gempa buminya.
Sumber : Buku Pedoman Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil, Tahun
2009. Direktorak Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K Kementrian Kelautan dan Perikanan.
http://kskbiogama.wordpress.com/2010/03/22/identiikasi-dan-mitigasi-bencanatsunami/
TSUNAMI, GELOMBANG PASANG DAN SEMPADAN PANTAI
Oleh : Djoko Marsono
PENDAHULUAN
Masih segar dalam ingatan masyarakat bencana tsunami yang melanda kawasan Aceh dan sekitarnya
sekitar dua tahun yang lalu. Betapa dahsyat bencana tersebut dapat ditandai dengan banyaknya korban
yang mencapai ratusan ribu jiwa, rusaknya sejumlah pemukiman, infrastruktur dan lain sebagainya, tanpa
kita bisa berbuat apa-apa. Semuanya terjadi begitu saja dalam bilangan menit, namun dampak kerusakan
dan korban sangat terasa menyesakkan bagi seluruh bangsa bahkan cenderung traumatis. Oleh karena itu
pada saat gempa dengan skala 5,9 skala Richter di Daerah Istimewa Yogyakarta 27 Mei yang lalu di saat
orang baru saja bangun dari tidur untuk memulai aktivitas kesehariannya, isu tsunami muncul dengan
mencekam hampir seluruh warga. Hal ini menggambarkan betapa traumatisnya masyarakat akan terjadinya
tsunami di Aceh yang begitu memilukan. Dan ternyata beberapa waktu kemudian benar-benar muncul
tsunami di Pangandaran yang dampaknya sampai di DIY dan sampai merenggut korban jiwa. Berita
seminggu terakhir masih menyisakan rasa was-was karena adanya gelombang pasang di pantai selatan DIY
yang juga mengakibatkan berbagai kerusakan.
Sumber informasi tentang kebumian mengisyaratkan bahwa kita berada pada jalur gempa tektonik. Para ahli
hampir semua sepakat bahwa masalah gempa dan tsunami tampak akrab dengan kondisi geografis negara
kita. Akan tetapi yang menarik perhatian adalah adanya kecenderungan besarnya dampak yang
ditimbulkannya, walaupun pada besaran dan jarak gempa yang sama. Atau paling tidak ada kawasan
dengan kondisi geografis sama tetapi dampak kerusakan bisa berbeda. Demikian pula pada jaman dulu
menurut sejarahnya dampak tsunami tidak separah yang sekarang. Sudah barang tentu situasi ini tidak akan
terlepas dari peran setiap komponen penyebab dampak tsunami itu sendiri. Berikut ini disajikan bahasan
terhadap salah satu komponennya sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak kerusakan tsunami dan
atau gelombang pasang. Terlebih peluang terjadinya gelombang pasang akan semakin besar seiring dengan
semakin besarnya efek rumah kaca yang belum terselesaikan cara pengendaliannya.
EKOSISTEM ALAMI KAWASAN PANTAI
Menurut sejarahnya, pada saat ekosistem kawasan pantai belum dimanfaatkan atau masih asli, terdapat
beberapa tipe ekosistem alami (vegetasi hutan). Ekosistem ini memanjang mengikuti garis pantai di seluruh
pulau baik yang besar maupun yang kecil. Setiap tipe ekosistem ini mempunyai karakteristik yang berbeda
sesuai dengan kondisi ekologis setempat. Saat ini ekosistem tersebut sudah rusak karena dimanfaatkan jasa
ekonomisnya secara berlebihan, dan tidak mampu lagi berfungsi memberikan jasa lingkungannya. Dan dari
waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya penduduk dan kesulitan ekonomi setiap ekosistem sumber
daya alam (termasuk ekosistem pantai) terus dimanfaatkan sehingga laju kerusakan sangat luar biasa.
Namun demikian sisa-sisa atau benteng terakhir ekosistem pantai ini masih dapat dinikmati di beberapa
cagar alam dan taman nasional yang mempunyai garis pantai.
Beberapa tipe ekosistem pantai yang dimaksud adalah mangove, hutan pantai dan gumuk pasir (sand dune)
beserta vegetasi prescapraenya. Setiap pantai di Indonesia (juga di DIY) memiliki ekosistem ini. Di kawasan
yang berlumpur, sedikit gelombang, dekat dengan aliran sungai dan dipengaruhi pasang surut air laut
tumbuh mangrove seperti di pantai utara Jawa, Segara Anakan dan cekungan sungai di Kulonprogo. Namun
di pantai terjal, ombak besar seperti sebagian besar wilayah DIY telah berkembang ekosistem hutan pantai
dan gumuk pasir dan prescaprae (dominasi rumput dan tanaman menjalar). Pada saat seperti ini kawasan
pantai memberikan jasa lingkungan yang optimal sesuai dengan kaidah ekologis yang mengatakan struktur
ekosistem menentukan fungsi ekosistem. Salah satu fungsi ekosistem tersebut adalah menahan gempuran
ombak dari laut termasuk tsunami dan gelombang pasang yang tinggi. Inilah yang menjadi salah satu sebab
mengapa pada jaman dulu tidak banyak kerusakan akibat tsunami dan gelombang pasang. Pada saat
tsunami Aceh kawasan ekosistem mangove masih terlihat utuh dan terbukti mampu menahannya. Oleh
karena itu secara otomatis dan terkesan sangat emosional pemerintah cq Departemen Kehutanan segera
merehabilitasi kawasan mangove di Aceh, seakan akan ini merupakan langkah terbaik dalam penanganan
pasca tsunami Aceh.
PENGELOLAAN SEMPADAN PANTAI
Sebenarnya kondisi ini sudah diantisipasi dengan baik oleh pemerintah dengan melalui berbagai peraturan
perundangan. Sejak dikeluarkannya UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, telah diatur perlindungan sistem penyangga kehidupan yang ditujukan bagi terpeliharanya
proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dikatakan pemerintah akan mengatur dan menertibkan penggunaan dan pengelolaan tanah dan
di perairan yang terletak di kawasan sistem penyangga kehidupan tersebut. Berdasarkan perundangan ini
sebenarnya bola pengaturan ada di pihak pemerintah, namun perlu kemudian dicermati sampai dimanakah
pengaturan dijalankan.
Aturan perundangan tersebut kemudian dilengkapi dengan Keppres 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung (termasuk kawasan pantai), yaitu diatur jalur hijau pantai yang perlu ditetapkan, ditanami
dan dijaga dari kerusakan baik oleh manusia maupun alam. Oleh karena itu telah ditetapkan kawasan
perlindungan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan
bentang pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertingggi ke arah darat. Jalur hijau semacam ini
mestinya ada bukan saja diatas kertas tapi juga ada di lapangan, ditetapkan, dikukuhkan dengan tata batas
dan berkekuatan hukum. Jika tidak ditindak lanjuti sampai tahap operasional, manfaat peraturan
perundangan itu tidak dapat dirasakan bagi kesejahteraan masyarakat di tempat tersebut. Masalahnya yaitu
sampai dimana ketentuan ini dilaksanakan. Kekuatan hukum lain adalah UU No 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang yang menyatakan bahwa penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya adalah
merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah, namun arahan pengelolaan hutan lindung dan budidaya dilakukan melalui Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Daerah Tk I yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian jika dicermati
akan tampak bahwa landasan hukum kawasan perlindungan pantai di kawasan selatan DIY ini belum
sempurna, apalagi tahap operasional. Inilah kenyataan yang dijumpai di kawqasan pantai yang berpeluang
tsunami dan gelombang pasang tersebut. Sudah barang tentu penegakan hukum setiap peraturan
perundangan sangat penting menyusul jika telah disahkan/dikukuhkan kawasan perlindungan pantai
tersebut. Tanpa penegakan hukum yang konsisten aturan perundangan tidak akan berarti sedikitpun.
Dengan telah disahkannya kawasan lindung pantai maka tahap berikutnya adalah dilakukan Rencana
Pengelolaan Kawasaan Lindung. Rencana ini dapat menjadi pedoman seluruh stakeholder agar bisa
berpartisipasi aktif dalam mengelola kawasan. Ini sangat relevan dengan paradigma akuntabilitas publik
yang telah menjadi paradigma pemerintah dalam mengelola sumber daya alam, menuju pembangunan
berkelanjutan berbasis masyarakat. Ternyata partisipasi masyarakat sebenarnya sudah mulai muncul dengan
penanaman cemara udang di pantai selatan DIY walau masih dalam skala kecil. Yang perlu disarankan disini
sebenarnya bukan harus menanam cemara udang tetapi membangun ekosistem kawasan pantai yang
unggul sesuai dengan karakteristik ekologis kawasan setempat. Demikian pula partisipasi internasional yang
diprakarsai Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY dengan mengundang Sumitomo merupakan langkah yang
positif. Suatu hal penting yang perlu diingat adalah bahwa manfaat perlindungan kawasan pantai ini bukan
saja dari segi lingkungan tetapi juga mampu memberikan dampak positif peningkatan produksi pertanian
melalui teknik tertentu yang tidak disampaikan disini.
Demikianlah sekilas tentang perlindungan sempadan pantai yang mestinya tidak digarap secara sporadis
dan sesaat seperti sekarang ini tetapi mestinya dirancang melalui landasan hukum dan rancangan baku dan
menjadi pedoman bagi seluruh stakeholder. Dengan paradigma partisipatif dan akuntabilitas/keterbukaan
seperti ini Insya Alllah perlindungan kawasan pantai akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat
pantai. Tapi kapan mulainya ya, saya tidak bisa menjawabnya.
http://konservasisumberdayaalam.blogspot.com/2007/11/tsunami-gelombangpasang-dan-sempadan.html