Karya Tulis Ilmiah PKn 11 Maret 2010 Fad

Karya Tulis Ilmiah PKn
11 Maret 2010 FadieL Tinggalkan komentar Go to comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pengalaman guru di SMP Negeri 39 Medan + 50 % siswa kelas IX mengalami kesulitan
mengemukakan pendapat. Hal ini terlihat dari aktivitas selama proses belajar mengajar, yang selanjutnya
berdampak pada hasil belajar siswa. Banyak siswa yang mengatakan bahwa pelajaran Kewarganegaraan
membosankan dan tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka penulis menduga
bahwa pendekatan pembelajaran yang dialkukan guru Kewarganegaraan selama ini belum efektif.
Melalui penerapan model pembelajaran portofolio, guru berharap dapat meningkatkan kemampuan siswa
mengemukakan pendapat juga hasil belajar siswa dapat mengalamai peningkatan baik secara individu maupun
klasikal.
B. Rumusan Masalah
Dari deskripsi masalah diatas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah model pembelajaran
portofolio dapat meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat
C. Analisis Penyebab Masalah
Permasalahan siswa kurang mampu mengemukakan pendapat disebabkan faktor-faktor berikut :
1. kurang variasi metode pembelajaran yang diterapkan
2. materi kurang menarik sehingga membosankan
3. tidak memahami materi pembelajaran

4. malu dan takut di tertawakan bila salah ketika mengemukakkn pendapat
5. kurangnya kompetensi guru dalam menggali dn memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat
D. Tujuan Penelitian
Menggunakan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Adapun manfaat penelitian ini
1. Siswa
…. a. Meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat
…. b. Lebih senang mengikuti pembelajaran Kewarganegaraan
2. Guru
…. a. Meningkatkan kinerja dan profesionalisme
…. b. Menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam proses belajar
3. Sekolah
…. a. Mutu Sekolah Meningkat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KAJIAN PUSTAKA
Portofolio merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik dan menggambarkan rencana berkenaan
dengan suatu isu yang telah disepakati untuk di kaji. Portofolio berisiskan pernyataan tertulis, peta, grafik, foto,
dan karya seni. Portofolio memiliki spesifikasi tertentu yang memiliki dua seksi yaitu seksi penayangan dan seksi

dokumentasi. Seksi penayangan adalah bagian portofolio yang disusun untuk di tampilkan kepada para peserta
yang ahadir. Bagian ini memberikan tinjauan tentang seluruh portofolio yang terdiri atas empat lembar papan
poster atau papan busa atau yang sejenisnya. Karya dari setiap kelompok portofolio ditempatkan pada salah satu
1

dari empat panel tayangan tersebut. Tayangan empat panel ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
diletakkan dan menarik. Bahan-bahan yang ditayangkan dapat berupa pernyataan tertulis, daftar sumber informasi,
peta, grafik, foto, gambar karikatur dann karya seni.
Seksi dokumentasi merupakan bagian dari portofolio yang berisi catatan terpilih serta makalah asli dari hasil
karya tim peneliti. Bagian ini merupakan kumpulan bahan-bahan terbaik sebagai dokumen atau bukti penelitian,
misalnya berupa berita, artikel, gambar, foto, grafik, tabel, data lengkap hasil wawancara dan data hasil analisis.
Bahan-bahan ini disatukan dalam sebuah map jepit (binder) yang harus dipisahkan ke dalam empat bab sesuai
dengan tugas kelompok masing-masing. Gunakan kertas warna yang berbeda untuk memisahkan kekmpat bab.
Untuk mempermudah pemeriksaan, buatlah daftar isi dari setiap data yang terkumpul. Setelah portofolio kelas
selesai dibuat, kelas dapat menyajikannya dalam kegiatan show-case (gelar kasus).
Untuk mengembangkan kemampuan siswa mengemukakan pendapat, guru perlu memberikan tugas secara
kelompok untuk bertanggungjawab membuat satu bagian portofolio. Hal ini dimaksudkan agar siswa aktif selama
pelaksanaan kegiatan berlangsung. Selain itu agar suasana menarik dan menyenangkan, maka setiap siswa dapat
mengemukakan pendapatnya dikertas yang berwarna dan dengan beranekaragam bentuk.
Keberhasilan pelaksanaan tindakan ini dapat dilihat dari kemampuan siswa menjelaskan dan memecahkan masalah

yang disepakati dari masing-masing bagian portofolio dan selanjutnya dapat dibandingkan dalam kegiatan showcase (gelar kasus).
B. HIPOTESA TINDAKAN
Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesa tindakan penelitian ini adalah “ model pembelajaran portofolio sebagai
alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa mengemukakanpendapat”.
Contoh PTK /KTI PKn Guru SD

Dra.Endang Susiloningsih
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena
itu seorang guru Sekolah Dasar (SD) dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa
mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKN.
Berdasarkan pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini
pembelajaran PKN di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan
menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran
PKN, PKN dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam

pelajaran PKN siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi
dalam penyampaian mata pelajaran PKN dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar pelajaran PKN
menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri.
Pembelajaran PKN haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan dengan strategi atau urutan
penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Hal ini sangat
memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep yang tidak berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya.
Dalam latihan soal sebaiknya dihadapi bentuk soal cerita yang mungkin terkait dengan terapan PKN atau kehidupan seharihari (Guntur Sumilih 2002:103).
Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SMPN I Gondangwetan, siswa masih
merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami, sementara itu peneliti kurang
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran PKN akan semakin menurun dan gagal
dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus
mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam
menemukan konsep.
Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan
lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar PKN, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah. Pengalaman
peneliti sebagai guru PKN di SMPN I Gondangwetan sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai
dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai gur u
memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata
membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik,

2

sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan
sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun
guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya.
Salah satu langkahnya adalah menggunakan metode variasi dan bantuan alat peraga. Menurut Holstein (1986: 67) media
akan memperjelas dan membuat pelajaran menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I
Gondangwetan pada PKN ?
2.
Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas SMPN I Gondangwetan pada materi norma dalam kehidupan
bermasyarakat ?
3.
Bagaimanakah peningkatan kreativitas siswa kelas SMPN I Gondangwetan melalui implementasi pembelajaran
berbasis inkuiri ?
4.

Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I
Gondangwetan?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN
I Gondangwetan
2. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas SMPN I Gondangwetan
3. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kreativitas siswa
kelas SMPN I Gondangwetan
4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I
Gondangwetan
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa, guru, maupun guru lain.
a. Bagi siswa :
Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat, makna pembelajaran
bagi siswa, dan meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang benda dan sifatnya
b. Bagi guru,
Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses pembelajaran di

kelas
c. Bagi guru lain :
Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian dan menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Inkuiri
Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang
mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri,
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang
ditemukan orang lain.
Dahar (1988) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwaperistiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah
suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau
mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan
secara jelas
Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses
pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid
bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional .
Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan
dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan

menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Hal senada dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa
inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada
proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
3

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis
data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk
memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para
ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar
Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut
Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional
(instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal
tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum
atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang
kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa
tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi.

Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya
lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif
(intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada
tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka
mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the
problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian
dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan
benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman
relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.

4

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

CITRA PEREMPUAN BERCADAR DALAM FILM (Analisis Semiotika Pada Film Khalifah Karya Nurman Hakim 2011)

2 44 53

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

Mari Belajar Seni Rupa Kelas 7 Tri Edy Margono dan Abdul Aziz 2010

17 329 204

PP 23 TAHUN 2010 TENTANG KEGIATAN USAHA

2 51 76

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 85 1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60