Makalah BK tentang client center

I.

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai bangsa yang multikultural terdiri dari
suku-suku
dan
kelompok-kelompok
dalam
masyarakat.
Banyaknya kelompok dalam masyarakat tidak bisa dipungkiri
lagi akan timbulnya masalah-masalah yang bersumber dari latar
belakang kelompok dan budaya yang berbeda-beda. Dalam hal
ini sangat diperlukan adanya bimbingan dan konseling yang
dapat menyatukan antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain. Salah satunya yakni dengan menggunakan bimbingan
dan konseling kelompok. Layanan kelompok memberikan
manfaat kepada sejumlah individu. Kemanfaatan yang lebih
meluas inilah yang paling menjadi menjadi perhatian semua
pihak berkenaan dengan layanan kelompok tersebut. Apalagi
pada zaman sekarang ini. Zaman yang menekankan perlunya
efisiensi, perlunya perluasan pelayanan jasa yang mampu

menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat
layanan kelompok semakin menarik. Dalam layanan kelompok
interaksi antara individu anggota kelompok merupakan suatu
yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling
perseorangan.
Dalam pelaksanaannya, bimbingan dan konseling kelompok
memerlukan teknik-teknik atau cara-cara agar proses konseling
tidak berjalan di luar jalur yang sudah ditentukan. Setiap
layanan konseling tentunya memiliki teknik atau cara yang
berbeda-beda. Bimbingan dan konseling kelompok memiliki
beberapa teknik layanan yang akan diterapkan pada klien. Salah
satunya yakni dengan teknik clien-centered. Client-centered
merupakan teknik dalam bimbingan dan konseling yang bisa
digunakan oleh para konselor sebagai pemahaman pada klien.
Pada kesempatan ini akan dibahas secara lebih rinci menganai
teknik client-centered dalam konseling kelompok.

II.

RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana biografi Carl R. Rogers?
B. Apa konsep utama Carl R. Rogers dalam padangan tentang
manusia?
C. Bagaimana Ciri-Ciri Pendekatan Client-Center?
D. Apa tujuan konseling?
E. Bagaimana peran dan funsi konselor?
F. Teknik apa yang dingunakan dalam proses konseling?
G. Apa kelebihan dan kekurangan teori yang dikemukakan Carl
R. Rogers?

H. Bagaimana studi kasus yang berkaitan dengan teori yang
dikemukakan oleh Carl R. Rogers?

III.

PEMBAHASAN
A. Biografi Carl R. Rogers
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, pada 8 Januari 1902.
Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian
dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah.

Pertanian ini membawa ke perguruan tinggi, dan pada tahun
pertama Rogers sangat gemar akan limu alam dan ilmu
hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran diUniversity of
wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological
College of Columbia, disana ia mendapat pandangan yang
liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudia pindah ke
Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh
oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis
dengan bimbingan. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928
dan doctor pada 1931 di Columbia.
Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers
menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian
menjadi pemimpinnya. Selama masa ini Rogers dipengaruhi
oleh Otto Rank, seorang psychoanalsyt yang memisahkan diri
dari freudian.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi
guru besar psikologi di Ohio state University. Perpindahan
dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh
Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsanganya Rogers
merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam

psikoterapi itu menjadi jelas, dan ini dikerjakannya pada
1942 dalam buku Counseling and psychotheraphy.
Pada tahun 1945 Rogers menjadi guru psikologi di
Universitas of Chicago, yng dijabatnya hingga kini, tahun
1946-1957 menjadi presiden the American psychological

Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 februari 1987
karena serangan jantung.
Rogers

B. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan client-centered tentang sifat manusia menolak
konsep tengtang kecenderungan-kecenderungan negatif
dasar. Sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa
manusia
menurut
kodratnya
adalah
irasional
dan

berkecederungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi.
Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada
manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak
ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, seta memiliki
kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam.
Pandangan tentang manusia yang positif ini memiliki
implikasi-implikasi yang berarti bagi praktik terapi clientcentered. Berkat pandangan filosofis bahwa individu memiliki
kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjutment
menuju keadaan psikologis yang sehat, terapis meletakkan
tanggung jawab utamanya bagi proses terapi pada klien.
Model client-centered menolak konsep yang memandang
terapis sebagai otoritasyang mengetahui yang terbaik dan
yang memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya
mengikuti perintah-perintah terapis. Oleh karena itu, terapi
client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar
dan membuat putusan-putusan.
C. Ciri-ciri Pendekatan client-centered
Rogers tidak mengemukakan teori client-centered sebagai
suatu pendekatan terapi yang tetap dan tuntas. Ia

mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai
sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan
perkembangan proses terapi, dan bukan sebagai suatu
dogma. Rogers (1974, hlm.213 – 214) menguraikan ciri-ciri
yang
membedakan
pendekatan
client-centered
dari

pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini adaptasi dari uraian
Rogers.
 Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung
jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan caracara menghadapi kenyataan secara lebih penuh.
 Pendekatan
client-centered
menekankan
dunia
fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan
dengan usaha untuk memahami kerangka acuan

internal
klien,
konselor
memberikan
perhatian
terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya
terhadap dunia.
 Adanya sikap-sikap tertentu pada konselor (ketulusan,
kehangatan, penerimaan yang nonposesif, dan empati
yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang
diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik
pada klien. Teknik client-centered memasukkan konsep
bahwa fungsi konseling adalah tampil langsung dan
bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian
pada pengalaman pada saat proses konseling
berlangsung yang tercipta melalui hubungan antara
klien dan konselor.
 Konseling
client-centered
dikembangkan

melaui
penelitian tentang proses dan hasil konseling. Teknik
client-centered bukanlah suatu teknik yang tertutup,
melainkan suatu teknik yang tumbuh melaui observasiobservasi konseling bertahun-tahun dan yang secara
sinambung berubah sejalan dengan peningkatan
pemahaman terhada manusia dan terhadap proses
konseling yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian
baru.
D. Tujuan Konseling
1. Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan bertahan, keterbukaan, keterbukaan pada
pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap
kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar
dirinya.
2. Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam
membangun rasa percaya diri sendiri. Dengan meningkat
nya keterbukaan klien pada pengalaman- pengalamannya
sendiri, kepercayaan klien kepada dirinya sendiri pun
mulai timbul.


3. Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi ini berkaitan dengan kepercayaan diri,
berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri
sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Orang
semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya daripada
mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia
mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan
persetujuan dari diri sendiri. Dia menetapkan standarstandar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri
dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi
hidupnya.
4. Kesediaan untuk menjadi Satu Proses
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian
merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk.
Meskipun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari
sebuah formula guna membangun keadaan berhasil dan
berbahagia,
tapi
mereka
menjadi

sadar
bahwa
pertumbuhan
adalah
suatu
proses
yang
berkesinambungan. Para klien dalam terapi ini berada
dalam
proses
pengujian
persepsi-persepsi
dan
kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi
pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
5. Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk
mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan
pertumbuhannya.
6. Mampu
mendirikan

klien
untuk
mengatasi
permasalahannya, serta membantu klien untuk mencapai
perkembangan yang optimal dalam hidupnya.
7. Membantu klien agar dapat bergerak ke arah
keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada
dirinya keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri
dan meningkatkan spontanitas hidupnya.

E. Peran dan Fungsi Konselor
 Konselor berperan sebagai fasilitator, yaitu konselor
hanya mengarahkan klien agar mereka dapat
mengambil keputusan dan memecahkan masalahnya
sendiri dengan tepat sesuai keinginan klien dan
tentunya dengan arahan yang tepat pula.
 Konselor
merefeksikan
perasaan-perasaan klien,
sedangkan arah pembicaran ditentukan oleh klien.

 Konselor menerima individu dengan sepenuhnya dalam
keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
 Konselor memberi kebesan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya.
 Konselor harus dapat membuat klien merasa nyaman,
menghormati klien, dan menghargai klien apa adanya.
 Konselor tidak membiarkan klien berjalan sendiri jika
pada suatu ketika menemukan sendiri apa yang ingin
dicapai, tetapi konselor tetap mengatur proses
konseling
menurut
fase-fase
tertentu
dengan
mengambil pula langkah-langkah kerja tertentu.
F. Teknik-teknik
 Acceptance (penerimaan)
 Respect ( rasa hormat)
 Understanding (pemahaman)
 Reassurance (menetramkan hati)
 Encouragementlimited (menetramkan hati)
 Refection ( memantulkan pernyataan dan perasaan )
G. Kelebihan dan Kekurangan teknik yang digunakan Carl R.
Rogers
A. Kelebihan
a) Menekankan pada peranan klien sendiri sebagai
pihak yang akhirnya menentukan keberhasilan
atau kegagalan proses konseling sesuai dengan
keinginan klien.
b) Klien diberi kebebasan untuk menentukan apa
yang akan diubahnya pada diri sendiri.
c) Lebih mementingkan hubungan antar pribadi.
d) Lebih mementingkan konsep diri (penghayatan
dan kesadaran tengtang dirinya sendiri).
e) Konselor menunjukkan sikap penuh pemahaman
dan penerimaan.
f) Tingginya rasa menghargai terhadap apa yang
mrnjadi keputusan klien.
g) Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada
teknik.
h) Lebih pada penekanan emosi, perasaan dan
afektif dalam konseling.
B. Kelemahan

a) Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu
sederhana
b) Terlalu menekankan aspek afektif, emosional,
perasaan
c) Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan
diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit
untuk menilai individu
d) Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama
yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung
jawabnya

H. Studi Kasus
Seseorang akan menghadapi persoalan apabila diantara unsur
Dalam gambaran terhadap diri sendiri yang timbul konfik dan
pertentangan, diantara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan
saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self).
Berbagai pengalaman hidup menyadarkan orang akan keadaan
dirinya yang tidak selaras.
Kasus yang dapat ditangani oleh pendekatan client-centered.
Seperti, seorang siswa yang duduk dibangku SMA mengira
bahwa dia sangat sayang pada adiknya yang laki-laki, tetapi
pada suatu saat dia mulai sadar akan tingkah lakunya yang
bertentangan dengan fikiran itu, karena apa ternyata dia selalu
mengucapkan kata-kata yang sangat iri kepada adiknya yang
sudah punya pacar, padahal terhadap adik sendiri seharusnya
tidk boleh bertindak seperti itu, senagaimana seorang kakak
itu harus bisa membuat adiknya bahagia. Pengalaman yang
menunjukan pada suatu pertentangan antara siapa saya
sebenarnya dan seharusnya menjadi orang yang bagaimana.
Sebagaimana siswa itu mulai menyadari kesenjangan dan
mengakui pertentangan itu, dia menghadapi keadaan dirinya.
Kesadaran yang masih samar-samar akan kesenjangan itu
mengganjal dalam perasaan kurang tenang dan cemas serta
dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak pantas.
I. Analisis
Terapi clien-centered menempatkan tanggung jawab utama
terhadap arah terapi pada klien. Tujuan umumnya ialah
menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai
organisenya sendiri, mengembangkan evaluasi internal,
kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan dengan cara lain

bergerak menuju taraf yang lebih tinggi dari aktuaslisasi.
Terapi tidak mengajukan tujuan dan nilai yang spesifik
terhadap klien, klien sendirilah yang menetpkan tujuan dan
nila hidupnya yang spesifik.

IV SIMPULAN
Terapi Clien-Centered berlandaskan suatu filsafat tentang
manusia yang menekankan bahwa kita memiliki dorongan
bawaan pada aktualisasi diri. Selai itu Rogers memandang
manusia secara fenomenologis, yakni bahwa manusia
menyusun dirinya sendiri menurut persepsi-persepsi tentang
kenyataan.
Teori ini bahwa klien memiliki kesangupan untuk memahami
faktor yang ada dalam hidupnya menjadi penyebab ketidak
bahgiaan. Terapi Clien-Centered menempatkan tanggung
jawab utama terhadap arah terapi pada klien, tujuan umunya
ialah menjadi lebih terbuka pada pengalaman, mempercayai
organism sendirinya sendiri, mengembangkan evaluasi
internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan dengan
cara lain bergerak menuju taraf yang lebih tinggi dan
aktualisasi diri.

V. PENUTUP
Demuikian makalah dari kami, tersadar bahwa di dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangannya. Maka dari itu, segala kritik
dan saran yang membangun sangat saya nantikan guna untuk
menyempurnakan makalah kami berikutnya. Semoga makalah ini
memberikan faidah dan serta bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Corey gerald.Teori dan Praktek
Konseling&Psikoterapi.Bandung:PT.Refika Aditama.2005
Umriana Anila.Pengantar Konseling.semarang:CV.Karya Abadi
Jaya.2015
Winkel, W.S.Bimbingan dan Konseling di Intitusi
Pendidikan.Jakarta:PT.Grasindo.1991