Kisah Anak Durhaka yang Menderita Kehidu
Kisah Anak Durhaka yang Menderita
Kehidupannya
Syahdan pada sekitar awal tahun 1950 an, ada sebuah keluarga di
daerah Ciamis. Sang ayah sebagai kepala keluarga adalah seorang supir
pribadi dengan anak 7 orang, 6 diantaranya laki-laki. Diantara keenam anak
laki-laki itu ada 1 orang anak (sebut saja namanya Cecep) yang sangat bandel
dan sangat kasar kepada orangtuanya sendiri sehingga mereka tidak bisa
berbuat apa-apa lagi kepada Cecep. Jika keinginannya tidak dipenuhi Cecep
akan mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumahnya bahkan setelah
Cecep menginjak dewasa dia sering memaksa orangtuanya untuk memberikan
uang dengan ancaman akan membunuh orangtuanya sendiri. Sungguh Cecep
telah tumbuh menjadi seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Setelah dewasa Cecep jatuh cinta kepada seorang wanita cantik yang
berasal dari tanah minang (sebut saja namanya Mina). Awalnya orang tua
Mina tidak menyetujui hubungan mereka karena melihat kelakuan Cecep
yang tidak baik. Tapi Mina tetap mengejar-ngejar Cecep sampai mau bunuh
diri kalau tidak direstui oleh orangtuanya. Akhirnya Cecep dan Mina menikah
pada tahun 1975 dan mereka dikaruniai 2 orang anak, yang tua anak laki-laki
dan yang kedua anak perempuan.
Pada awal pernikahan, Cecep dan Mina bahagia sekali karena harta
mereka cukup banyak. Tetapi disaat anak-anaknya berusia 10 tahunan,
mulailah goyang perekonomian, Cecep kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Disaat itulah mereka sering bertengkar dan Mina ingin bercerai, tetapi
Cecep tidak mau. Dan akhirnya Mina ingin pulang ke kampung halamannya,
mereka hijrah ke sana dengan membawa kedua anaknya.Setelah sampai di
tanah Minang mereka tinggal di tempat orangtua Mina.
Baru sebulan mereka tinggal disana, istrinya mengadu kepada
orangtuanya bahwa dia hidup susah bersama Cecep sehingga orangtua
istrinya mengusir Cecep dari rumahnya. Setelah beberapa waktu kemudian
Mina dijodohkan dengan sesama orang minang sampai menikah mereka
menikah, melihat kejadian itu Cecep sakit hati, dia tidak bisa berontak
karena lemah tanpa daya berada di kampung orang lain dan tanpa sanak
saudara yang jauh di Jawa. Cecep menjadi stress dan sakit hati bagai
disambar petir di atas kepalanya karena status pernikahannya belum
bercerai.
Cecep akhirnya sebatang kara sengsara jadi gelandangan, dia ingin
pulang ke Ciamis tapi tidak punya ongkos tidak ada uang sepeserpun. Suatu
hari Cecep bertemu dengan seorang Jawa dan orang jawa itu merasa kasihan
kepadanya. Dia memberi makan dan ngobrol “darimana asalmu de?” Cecep
menjawab “sayah mah dari Ciamis, sayah teh bukan orang sini, saya ingin
pulang ke kampung halaman tapi tidak punya uang”. Setelah lama bercerita
akhirnya orang jawa itu mengajak pulang ke Jawa dengan memberi ongkos.
Setelah sampai di Ciamis dan tiba di rumah orangtuanya, orang jawa itu
mengantar dan menceritakan keadaan Cecep di Sumatera hidup terluntalunta sejak diusir istrinya. Setelah itu orangtua Cecep berusaha mengobati
ke paranormal tetapi tidak juga ada hasilnya, paranormal mengatakan bahwa
Cecep telah diguna-guna oleh istrinya agar menjadi gila.
Mendengar hal itu orangtua Cecep jadi kecewa karena anaknya tidak
bisa sembuh lagi sampai berobat ke berbagai tempat.Setelah beberapa
tahun kemudian orangtua Cecep meninggal dunia. Cecep hidup sendiri lagi,
hanya ada seorang adiknya yang mengurusnya di Ciamis sedangkan adik-adik
yang lainnya sudah berumah tangga dan takut kepada Cecep karena dia
sering mengamuk dan jahat kepada adik-adiknya untuk melampiaskan
kemarahan kepada istrinya yang menghianatinya. Menginjak usia 40 tahun,
Cecep meninggal dunia di Ciamis, adik-adiknya menguburkannya. Setelah 2
tahun Cecep meninggal, anaknya yang perempuan di Sumatera juga meninggal
karena tidak diurus oleh ibunya terkena keracunan makanan, sedangkan anak
yang laki-lakinya pergi mencari ayahnya ke Jawa, tetapi sayang Cepep itu
sudah meninggal dunia sehingga tidak bisa bertemu.
Dari kisah tersebut dapat kita tarik hikmah bahwa seorang anak yang
durhaka kepada orang tuanya akan mengalami banyak penderitaan pada
hidupnya.
http://kisahimuslim.blogspot.com/2014/08/kisah-anak-durhaka-kepada-orangtua.html
“Hardi, aku tahu nyawaku tinggal sesaat lagi” Kata Dani dengan suara terbata.
“Dani, kamu tak perlu bicara seperti itu” Kata Hardi pada Dani sambil menatap
wajahnya
“Tidak, Hardi” Bantah Dani masih dengan suara terbata. “Aku merasa nyawaku tinggal
sesaat, aku tak kuat lagi, sekujur tubuhku sakit dan panas” Kata Dani lagi membuat
semua yang hadir membesuknya meneteskan air mata
“Kamu harus yakin sahabatku, bahwa Allah akan menolong kamu” Kata Hardi sambil
menyapu dada Dani.
“Terimakasih Hardi, tapi aku tetap tak kuat” Dani terus lelap dalam keputus-asaannya.
“Ssstt…jangan bicara apa-apa lagi, berdoalah, Allah sangat menyayangimu” Kata Hardi
terus menenangkannya.
Dani sakit karena kecelakaan maut yang menimpanya, ketika dia hendak pergi
merantau, belum sampai ditempat tujuan malah mobil yang dia tumpangi jatuh
terjerumus kejurang.
“Tolong panggil ibuku, Hardi” Pinta Dani yang saat itu terbaring di ruang ICCU
“Baiklah, aku akan menemui ibumu, tapi aku minta padamu bertahanlah, kamu harus
kuat, kamu harus yakin” Kata Hardi menenangkannya, dan setelah itu Hardi berlalu
pergi meninggalkan ruang ICCU tempat Dani dirawat.
Hardi meluncur menuju rumah orang tua Dani, sudah tiga hari Dani dirawat di Rumah
Sakit, tetapi orang tuanya tak pernah menemuinya sama sekali. Entah apa yang terjadi,
Hardi dalam kebingungan. Mobil angkot yang ditumpangi Hardi terus melaju, menuju
rumah yang dituju. Hampir sejam perjalanan menuju rumah orang tua Dani, barulah
Hardi sampai. Sebuah rumah yang sangat sederhana, sejuk nan asri terletak di ujung
sebuah desa dipinggirang Gorontalo.
“Assalamu alaikum” Hardi mengucapkan salam begitu sampai dirumah orang tua Dani
“Wa alaikum salam” Jawab pemilik rumah dari balik pintu. Dari suara yang menjawab
salam, Hardi merasa itu adalah orang tua Dani.
“Siapa kamu anak muda, dan kamu mencari siapa?” Tanya seorang wanita tua yang
ketika itu membukakan pintu. Hardi memperhatikan wanita pemilik rumah ini, betapa
susah dia berjalan dan harus menggunakan tongkat.
“Saya Hardi, temannya Dani bu” Kata Hardi memperkenalkan dirinya.
Sesaat ibu itu gemetar mendengar nama Dani, dia langsung terkulai lemas dan hampir
saja jatuh. Untung saja Hardi segera menolongnya.
“Ada apa ini?” Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang
“Oh, ibu tiba-tiba jatuh Pak” Jawab Hardi yang agak ketakutan
“Kamu siapa anak muda, terimakasih telah menolong istriku” Kata Bapak itu yang
rupanya adalah bapaknya Dani.
“Jangan sebut nama Dani dihadapanku” Kata Ibunya Dani begitu dia sadar dan mulai
membaik
“Oh, kamu teman Dani?” Tanya Bapak itu
“Iya, pak. Saya Hardi temannya Dani” Kata Hardi kemudian mengulurkan tangan.
“Ya, saya Bahar, dan ini istri saya, orang tuanya Dani” Kata Pak Bahar membalas
jabatan tangan hardi
“Kira-kira ada apa Nak Hardi kesini, ada yang bisa kami bantu?” Tanya Pak Bahar.
“Saya, membawa pesan dari Dani Pak” Kata Hardi dengan sedikit pelan suaranya.
“Kabar apa yang kamu tentang anak durhaka itu” Tanya Pak Bahar yang wajahnya
terlihat merah.
Hardi terdiam, dia merasa ada yang aneg antara Dani dan orang tuanya, ibunya pingsan
demi mendengar nama Dani, dan bapaknya mengatakan bahwa dia anak durhaka.
Sungguh ini menyedihkan, mungkin Dani telah menyakiti hati kedua orang tuanya
sehingga mereka begitu benci pada Dani anak mereka sendiri.
“Hardi” Panggil Pak Bahar mengagetkan lamunan Hardi
“Oh, maaf pak” Kata Hardi begitu sadar dari lamunannya.
“Ada berita apa tentang Dani” Tanya Pak Bahar dengan sedikit tempramen
“Dani….Dani…” Hardi terbata menjawabnya
“Dani kenapa?” Tanya Pak Bahar tak sabar mendengarnya, begitu juga ibunya Dani
“Dani kecelakaan bu, dan sekarang sudah tiga hari dirumah sakit, diruang ICCU” Kata
Hardi kemudian menundukkan pandangannya.
“Hah..? Dani kecelakaan? Tanya Pak Bahar sambil menatap tajam mata Hardi
“Ya, Pak. Saya datang kesini karena permintaa Dani, dia ingin bertemu orang tuanya”
Kata Hardi kemudian terdiam sesaat. Orang tua Dani makin merah mukanya seolah
Dani adalah anak yang telah mendurhakai mereka
“Katakan pada Dani, biarlah dia mati sekali pun, itu hukuman buat anak durhaka seperti
dia” Kata ibunya yang kemudian menceritakan bahwa selama ini Dani terlalu kejam
dengan kedua orang tuanya. Orang tuanya selalu dimaki bahkan ayahnya pernah
ditampar hanya karena tidak memberikan Dani uang.
Sungguh durhakanya Dani terhadap kedua orang tuanya, bahkan saking durhakanya
dalam keadaan sekaratpun Dani tak juga orang tua Dani menjenguknya.
“Hardi, sebaiknya kamu pulang” Kata Pak Bahar yang masih marah pada Dani
“Iya, Pak. Apa yang harus saya katakan pada Dani bila dia menanyakan tentang orang
tuanya pak?” Tanya Hardi pada pak Bahar
“Katakan pada Dani, kami mau melihatnya kecuali dia sebagai mayat” Kata ibu Dani
dengan perasaan perih. Rupanya Dani benar-benar menjahati mereka. Sungguh
keterlaluan Dani sampai tega kasar sana orang tuanya. Hardi mencoba memahami apa
yang terjadi pada Dani dan orang tuanya, kemudian sejurus kemudian Hardi pamitan
dengan Pak Bahar dan ibu Bahar.
*****
Sementara Dani masih terus sekarat, sekujur tubuhnya panas terbakar, tulang-tulangnya
patah, darah keluar dari mana-mana, suaranya terus terbata, tak terdengar jelas oleh
teman-temannya.
“Ibu…?” Rintih Dani dalam kesakitannya
“Maafkan aku ibu” Rintihnya lagi
“Dani, sabarlah. Kamu harus banyak istrirahat” Kata Keyla teman Dani yang saat itu
masih membesuknya
“Aku telah menyakiti kedua orang tuaku, dan inilah akibatnya” Kata Dani terbata
“Sabar Dani” Kata Keyla terus menenangkan Dani
“Sakiitt…tubuhku sakit semua, ibuuuu…..” Dani terus merintih.
“Yakinlah sahabatku, kamu pasti sembuh” Sekali lagi Keyla menenangkannya
Sungguh siksaan besar yang dihadapi Dani, dan ini adalah akibat dari kedurhakaannya
kepada kedua orang tuanya. Mentakiti jiwa dan raga orang tuanya, terkadang Hardi
menampar ayah dan ibunya, sungguh Dani adalah manusia yang tertutup hatinya dari
kebenaran.
Dani inilah hukuman bagi anak yang durhaka terhadap orang tuanya, menyakiti orang
yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuh hingga dewasa. Rela menjadi toilet
bila popok kehabisan, rela tidak tidur semalaman, hanya karena merawat dan
menenangkan sang anak agar tertidur pulas, memberinya makanan dan pakaian,
memenuhi apa yang diinginkan anak, tetapi begitu dewasa ternyata menjadi durhaka.
*****
“Bagaimana Hardi?” Tanya Keyla pada Hardi yang begitu sampai kembali dari
rumahnya Dani.
“Orang tua Dani belum bisa segera datang” Kata Hardi kepada Keyla
“Ibuuuuuuuuu……..” Teriak Dani yang mengagetkan semuanya termasuk para perawat
dan dokter diruang sebelah.
“Ibuuuuuuuu….” Dani terus histeris.
“Bertahanlah Dani” Kata Hardi mencoba menenangkan Dani
“Aku tidak kaut lagi, ibuku tak akan datang, aaaahhhhhh……” Kata Dani yang
kemudian suaraanya terhenti. Hardi dan Keyla panik melihat mata Dani melihat terus
keatas dan mulut menganga tak beruara sama sekali.
“Keyla panggil dokter, cepat” Kata Hardi kepada Keyla, seketika itu pula Keyla berlari
menuju ruang perawat dan dokter jaga. Sesaat kemudian dokter dan perawat berlari
menuju ruangan Dani di rawat.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” Kata dokter setelah melakukan pemeriksaan intensif
kepada Dani yang tak bernyawa lagi.
“Apa yang terjadi dok?” Tanya Keyla.
“Dani telah tiada, maafkan kami mbak tidak bisa melawan kehendak Allah” Kata dokter
yang kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan Dani.
“Dani telah dijemput yang kuasa, ya Allah mudahkanlah jalan Dani” Kata Hardi dalam
bisikan doanya.
Dani meninggal, dengan luka terbakar disekujur tubuhnya, sungguh siksaan buat Dani
belum terhenti. Dalam keadaan tak bernyawa pun Dani menerima siksaan, tubuhnya
mengeras, tak bisa diluruskan dengan normal. Sejam kemudian orang tua Dani
menjemput mayat Dani setelah pihak rumah sakit menghubungi keluarha Dani.
Begitulah orang-orang yang durhaka terhadap orang tuanya, akan mendapat siksaan
didunia dan yang pasti dikahirat. Anak durhaka digambarkan Allah dalam Al Quran
akan dijebloskan kedalam neraka yang apinya menyala-nyala.
“Selamat jalan Dani, semoga Allah mengampuni kamu” Kata Hardi yang ketika itu
tengah mengurus mayatnya Dani
SELESAI…
http://hardiyanto.blogdetik.com/2010/05/04/hukuman-anak-durhaka/
Kehidupannya
Syahdan pada sekitar awal tahun 1950 an, ada sebuah keluarga di
daerah Ciamis. Sang ayah sebagai kepala keluarga adalah seorang supir
pribadi dengan anak 7 orang, 6 diantaranya laki-laki. Diantara keenam anak
laki-laki itu ada 1 orang anak (sebut saja namanya Cecep) yang sangat bandel
dan sangat kasar kepada orangtuanya sendiri sehingga mereka tidak bisa
berbuat apa-apa lagi kepada Cecep. Jika keinginannya tidak dipenuhi Cecep
akan mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumahnya bahkan setelah
Cecep menginjak dewasa dia sering memaksa orangtuanya untuk memberikan
uang dengan ancaman akan membunuh orangtuanya sendiri. Sungguh Cecep
telah tumbuh menjadi seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Setelah dewasa Cecep jatuh cinta kepada seorang wanita cantik yang
berasal dari tanah minang (sebut saja namanya Mina). Awalnya orang tua
Mina tidak menyetujui hubungan mereka karena melihat kelakuan Cecep
yang tidak baik. Tapi Mina tetap mengejar-ngejar Cecep sampai mau bunuh
diri kalau tidak direstui oleh orangtuanya. Akhirnya Cecep dan Mina menikah
pada tahun 1975 dan mereka dikaruniai 2 orang anak, yang tua anak laki-laki
dan yang kedua anak perempuan.
Pada awal pernikahan, Cecep dan Mina bahagia sekali karena harta
mereka cukup banyak. Tetapi disaat anak-anaknya berusia 10 tahunan,
mulailah goyang perekonomian, Cecep kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Disaat itulah mereka sering bertengkar dan Mina ingin bercerai, tetapi
Cecep tidak mau. Dan akhirnya Mina ingin pulang ke kampung halamannya,
mereka hijrah ke sana dengan membawa kedua anaknya.Setelah sampai di
tanah Minang mereka tinggal di tempat orangtua Mina.
Baru sebulan mereka tinggal disana, istrinya mengadu kepada
orangtuanya bahwa dia hidup susah bersama Cecep sehingga orangtua
istrinya mengusir Cecep dari rumahnya. Setelah beberapa waktu kemudian
Mina dijodohkan dengan sesama orang minang sampai menikah mereka
menikah, melihat kejadian itu Cecep sakit hati, dia tidak bisa berontak
karena lemah tanpa daya berada di kampung orang lain dan tanpa sanak
saudara yang jauh di Jawa. Cecep menjadi stress dan sakit hati bagai
disambar petir di atas kepalanya karena status pernikahannya belum
bercerai.
Cecep akhirnya sebatang kara sengsara jadi gelandangan, dia ingin
pulang ke Ciamis tapi tidak punya ongkos tidak ada uang sepeserpun. Suatu
hari Cecep bertemu dengan seorang Jawa dan orang jawa itu merasa kasihan
kepadanya. Dia memberi makan dan ngobrol “darimana asalmu de?” Cecep
menjawab “sayah mah dari Ciamis, sayah teh bukan orang sini, saya ingin
pulang ke kampung halaman tapi tidak punya uang”. Setelah lama bercerita
akhirnya orang jawa itu mengajak pulang ke Jawa dengan memberi ongkos.
Setelah sampai di Ciamis dan tiba di rumah orangtuanya, orang jawa itu
mengantar dan menceritakan keadaan Cecep di Sumatera hidup terluntalunta sejak diusir istrinya. Setelah itu orangtua Cecep berusaha mengobati
ke paranormal tetapi tidak juga ada hasilnya, paranormal mengatakan bahwa
Cecep telah diguna-guna oleh istrinya agar menjadi gila.
Mendengar hal itu orangtua Cecep jadi kecewa karena anaknya tidak
bisa sembuh lagi sampai berobat ke berbagai tempat.Setelah beberapa
tahun kemudian orangtua Cecep meninggal dunia. Cecep hidup sendiri lagi,
hanya ada seorang adiknya yang mengurusnya di Ciamis sedangkan adik-adik
yang lainnya sudah berumah tangga dan takut kepada Cecep karena dia
sering mengamuk dan jahat kepada adik-adiknya untuk melampiaskan
kemarahan kepada istrinya yang menghianatinya. Menginjak usia 40 tahun,
Cecep meninggal dunia di Ciamis, adik-adiknya menguburkannya. Setelah 2
tahun Cecep meninggal, anaknya yang perempuan di Sumatera juga meninggal
karena tidak diurus oleh ibunya terkena keracunan makanan, sedangkan anak
yang laki-lakinya pergi mencari ayahnya ke Jawa, tetapi sayang Cepep itu
sudah meninggal dunia sehingga tidak bisa bertemu.
Dari kisah tersebut dapat kita tarik hikmah bahwa seorang anak yang
durhaka kepada orang tuanya akan mengalami banyak penderitaan pada
hidupnya.
http://kisahimuslim.blogspot.com/2014/08/kisah-anak-durhaka-kepada-orangtua.html
“Hardi, aku tahu nyawaku tinggal sesaat lagi” Kata Dani dengan suara terbata.
“Dani, kamu tak perlu bicara seperti itu” Kata Hardi pada Dani sambil menatap
wajahnya
“Tidak, Hardi” Bantah Dani masih dengan suara terbata. “Aku merasa nyawaku tinggal
sesaat, aku tak kuat lagi, sekujur tubuhku sakit dan panas” Kata Dani lagi membuat
semua yang hadir membesuknya meneteskan air mata
“Kamu harus yakin sahabatku, bahwa Allah akan menolong kamu” Kata Hardi sambil
menyapu dada Dani.
“Terimakasih Hardi, tapi aku tetap tak kuat” Dani terus lelap dalam keputus-asaannya.
“Ssstt…jangan bicara apa-apa lagi, berdoalah, Allah sangat menyayangimu” Kata Hardi
terus menenangkannya.
Dani sakit karena kecelakaan maut yang menimpanya, ketika dia hendak pergi
merantau, belum sampai ditempat tujuan malah mobil yang dia tumpangi jatuh
terjerumus kejurang.
“Tolong panggil ibuku, Hardi” Pinta Dani yang saat itu terbaring di ruang ICCU
“Baiklah, aku akan menemui ibumu, tapi aku minta padamu bertahanlah, kamu harus
kuat, kamu harus yakin” Kata Hardi menenangkannya, dan setelah itu Hardi berlalu
pergi meninggalkan ruang ICCU tempat Dani dirawat.
Hardi meluncur menuju rumah orang tua Dani, sudah tiga hari Dani dirawat di Rumah
Sakit, tetapi orang tuanya tak pernah menemuinya sama sekali. Entah apa yang terjadi,
Hardi dalam kebingungan. Mobil angkot yang ditumpangi Hardi terus melaju, menuju
rumah yang dituju. Hampir sejam perjalanan menuju rumah orang tua Dani, barulah
Hardi sampai. Sebuah rumah yang sangat sederhana, sejuk nan asri terletak di ujung
sebuah desa dipinggirang Gorontalo.
“Assalamu alaikum” Hardi mengucapkan salam begitu sampai dirumah orang tua Dani
“Wa alaikum salam” Jawab pemilik rumah dari balik pintu. Dari suara yang menjawab
salam, Hardi merasa itu adalah orang tua Dani.
“Siapa kamu anak muda, dan kamu mencari siapa?” Tanya seorang wanita tua yang
ketika itu membukakan pintu. Hardi memperhatikan wanita pemilik rumah ini, betapa
susah dia berjalan dan harus menggunakan tongkat.
“Saya Hardi, temannya Dani bu” Kata Hardi memperkenalkan dirinya.
Sesaat ibu itu gemetar mendengar nama Dani, dia langsung terkulai lemas dan hampir
saja jatuh. Untung saja Hardi segera menolongnya.
“Ada apa ini?” Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang
“Oh, ibu tiba-tiba jatuh Pak” Jawab Hardi yang agak ketakutan
“Kamu siapa anak muda, terimakasih telah menolong istriku” Kata Bapak itu yang
rupanya adalah bapaknya Dani.
“Jangan sebut nama Dani dihadapanku” Kata Ibunya Dani begitu dia sadar dan mulai
membaik
“Oh, kamu teman Dani?” Tanya Bapak itu
“Iya, pak. Saya Hardi temannya Dani” Kata Hardi kemudian mengulurkan tangan.
“Ya, saya Bahar, dan ini istri saya, orang tuanya Dani” Kata Pak Bahar membalas
jabatan tangan hardi
“Kira-kira ada apa Nak Hardi kesini, ada yang bisa kami bantu?” Tanya Pak Bahar.
“Saya, membawa pesan dari Dani Pak” Kata Hardi dengan sedikit pelan suaranya.
“Kabar apa yang kamu tentang anak durhaka itu” Tanya Pak Bahar yang wajahnya
terlihat merah.
Hardi terdiam, dia merasa ada yang aneg antara Dani dan orang tuanya, ibunya pingsan
demi mendengar nama Dani, dan bapaknya mengatakan bahwa dia anak durhaka.
Sungguh ini menyedihkan, mungkin Dani telah menyakiti hati kedua orang tuanya
sehingga mereka begitu benci pada Dani anak mereka sendiri.
“Hardi” Panggil Pak Bahar mengagetkan lamunan Hardi
“Oh, maaf pak” Kata Hardi begitu sadar dari lamunannya.
“Ada berita apa tentang Dani” Tanya Pak Bahar dengan sedikit tempramen
“Dani….Dani…” Hardi terbata menjawabnya
“Dani kenapa?” Tanya Pak Bahar tak sabar mendengarnya, begitu juga ibunya Dani
“Dani kecelakaan bu, dan sekarang sudah tiga hari dirumah sakit, diruang ICCU” Kata
Hardi kemudian menundukkan pandangannya.
“Hah..? Dani kecelakaan? Tanya Pak Bahar sambil menatap tajam mata Hardi
“Ya, Pak. Saya datang kesini karena permintaa Dani, dia ingin bertemu orang tuanya”
Kata Hardi kemudian terdiam sesaat. Orang tua Dani makin merah mukanya seolah
Dani adalah anak yang telah mendurhakai mereka
“Katakan pada Dani, biarlah dia mati sekali pun, itu hukuman buat anak durhaka seperti
dia” Kata ibunya yang kemudian menceritakan bahwa selama ini Dani terlalu kejam
dengan kedua orang tuanya. Orang tuanya selalu dimaki bahkan ayahnya pernah
ditampar hanya karena tidak memberikan Dani uang.
Sungguh durhakanya Dani terhadap kedua orang tuanya, bahkan saking durhakanya
dalam keadaan sekaratpun Dani tak juga orang tua Dani menjenguknya.
“Hardi, sebaiknya kamu pulang” Kata Pak Bahar yang masih marah pada Dani
“Iya, Pak. Apa yang harus saya katakan pada Dani bila dia menanyakan tentang orang
tuanya pak?” Tanya Hardi pada pak Bahar
“Katakan pada Dani, kami mau melihatnya kecuali dia sebagai mayat” Kata ibu Dani
dengan perasaan perih. Rupanya Dani benar-benar menjahati mereka. Sungguh
keterlaluan Dani sampai tega kasar sana orang tuanya. Hardi mencoba memahami apa
yang terjadi pada Dani dan orang tuanya, kemudian sejurus kemudian Hardi pamitan
dengan Pak Bahar dan ibu Bahar.
*****
Sementara Dani masih terus sekarat, sekujur tubuhnya panas terbakar, tulang-tulangnya
patah, darah keluar dari mana-mana, suaranya terus terbata, tak terdengar jelas oleh
teman-temannya.
“Ibu…?” Rintih Dani dalam kesakitannya
“Maafkan aku ibu” Rintihnya lagi
“Dani, sabarlah. Kamu harus banyak istrirahat” Kata Keyla teman Dani yang saat itu
masih membesuknya
“Aku telah menyakiti kedua orang tuaku, dan inilah akibatnya” Kata Dani terbata
“Sabar Dani” Kata Keyla terus menenangkan Dani
“Sakiitt…tubuhku sakit semua, ibuuuu…..” Dani terus merintih.
“Yakinlah sahabatku, kamu pasti sembuh” Sekali lagi Keyla menenangkannya
Sungguh siksaan besar yang dihadapi Dani, dan ini adalah akibat dari kedurhakaannya
kepada kedua orang tuanya. Mentakiti jiwa dan raga orang tuanya, terkadang Hardi
menampar ayah dan ibunya, sungguh Dani adalah manusia yang tertutup hatinya dari
kebenaran.
Dani inilah hukuman bagi anak yang durhaka terhadap orang tuanya, menyakiti orang
yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuh hingga dewasa. Rela menjadi toilet
bila popok kehabisan, rela tidak tidur semalaman, hanya karena merawat dan
menenangkan sang anak agar tertidur pulas, memberinya makanan dan pakaian,
memenuhi apa yang diinginkan anak, tetapi begitu dewasa ternyata menjadi durhaka.
*****
“Bagaimana Hardi?” Tanya Keyla pada Hardi yang begitu sampai kembali dari
rumahnya Dani.
“Orang tua Dani belum bisa segera datang” Kata Hardi kepada Keyla
“Ibuuuuuuuuu……..” Teriak Dani yang mengagetkan semuanya termasuk para perawat
dan dokter diruang sebelah.
“Ibuuuuuuuu….” Dani terus histeris.
“Bertahanlah Dani” Kata Hardi mencoba menenangkan Dani
“Aku tidak kaut lagi, ibuku tak akan datang, aaaahhhhhh……” Kata Dani yang
kemudian suaraanya terhenti. Hardi dan Keyla panik melihat mata Dani melihat terus
keatas dan mulut menganga tak beruara sama sekali.
“Keyla panggil dokter, cepat” Kata Hardi kepada Keyla, seketika itu pula Keyla berlari
menuju ruang perawat dan dokter jaga. Sesaat kemudian dokter dan perawat berlari
menuju ruangan Dani di rawat.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” Kata dokter setelah melakukan pemeriksaan intensif
kepada Dani yang tak bernyawa lagi.
“Apa yang terjadi dok?” Tanya Keyla.
“Dani telah tiada, maafkan kami mbak tidak bisa melawan kehendak Allah” Kata dokter
yang kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan Dani.
“Dani telah dijemput yang kuasa, ya Allah mudahkanlah jalan Dani” Kata Hardi dalam
bisikan doanya.
Dani meninggal, dengan luka terbakar disekujur tubuhnya, sungguh siksaan buat Dani
belum terhenti. Dalam keadaan tak bernyawa pun Dani menerima siksaan, tubuhnya
mengeras, tak bisa diluruskan dengan normal. Sejam kemudian orang tua Dani
menjemput mayat Dani setelah pihak rumah sakit menghubungi keluarha Dani.
Begitulah orang-orang yang durhaka terhadap orang tuanya, akan mendapat siksaan
didunia dan yang pasti dikahirat. Anak durhaka digambarkan Allah dalam Al Quran
akan dijebloskan kedalam neraka yang apinya menyala-nyala.
“Selamat jalan Dani, semoga Allah mengampuni kamu” Kata Hardi yang ketika itu
tengah mengurus mayatnya Dani
SELESAI…
http://hardiyanto.blogdetik.com/2010/05/04/hukuman-anak-durhaka/