pengertian manusia menurut al quran 3.do

RESUME AGAMA

DISUSUN OLEH :
MEI SURANTI
NIM : 1615401040

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2016

RESUME AGAMA
1. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
Ketika berbicara tentang manusia, al-Qur'an menyebutnya dengan beberapa sebutan di
antaranya adalah basyar, ins, insaan, naas dan bani Adam konteks masing-masing dapat
diungkap sebagai berikut :
Ditinjau dari materi huruf yang membentuk kata-kata tersebut, maksudnya ins, insaan dan
naas, hanya kata basyar dan bani Adam yang secara morfologis tidak memiliki kaitan dengan
ketiga kata tersebut. Kata ins merupakan kata dasar bagi kata insaan, dan kata naas, yang
menurut satu pendapat dianggap berasal dari kata unaas yang kemudian hamzah-nya
dibuang, merupakan bentuk jamak dari kata insaan (Ibn al-Mandzur, t.t.:307). Secara umum,
makna dasar kata ins dan derivasinya berkisar di antara 2 makna yaitu pertama lawan dari

kata liar, yang berarti jinak, dan kedua memperlihatkan atau diperlihatkan, ditampakkan (Ibn
al-Manzdur, t.t.: 313).
Meskipun hanya tiga kata tersebut yang memiliki kaitan morfologis antara satu kata
dengan yang lainnya, namun secara semantik kata basyar dan bani Adam, ditinjau dari makna
yang dikandungnya memiliki makna yang sama, yaitu berkisar pada aspek ketampakan
makhluk tertentu dari ciptaan Tuhan, dengan segala konsekwensi yang timbul dari makna
ketampakan tersebut seperti mengalami perpindahan dan perubahan sebagaimana yang
ditunjukkan pada makna kata basyar dan bani Adam. Bahkan secara khusus kata basyar
menunjukkan aspek materiil dari manusia yang pertama kali dapat dilihat, yaitu kulit yang
merupakan bagian terluar dari wujud manusia. Makna ini akan menjadi tampak jelas apabila
kita memperhatikan makna tersebut secara kebahasaan sekaligus pemakaian al-Qur'an
terhadap kata-kata tersebut.
Pertama al-, Basyar
Kata ini muncul baik dalam surat-surat makkiyah maupun madaniyyah. Surat-surat
makkiyah yang memuat kata ini, sekitar 20 surat, dalam kaitannya dengan penciptaan
manusia, kemanusiaan para nabi dan rasul dan ketidak-mungkinan basyar untuk
berkomunikasi secara langsung dengan Allah. Sementara itu dalam surat madaniyyah kata ini
muncul dalam tiga surat, yaitu QS. al-Taghaabun: 6, QS. Ali Imran: 47 dan 79, dan QS. alMaidah: 18. Dalam surat-surat tersebut kata ini berkaitan dengan ke-basyar-an para rasul,
orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta ketidakmungkinan basyar, dalam konteks Nabi Isa,
untuk mengaku sebagai Tuhan setelah ia diberi al-Kitab, Hikmah dan kenabian.


Yang ditunjuk oleh kata ini dalam al-Qur'an secara spesifik adalah apa yang terlihat
dan tampil di permukaan dari wujud manusia, apakah itu secara fisik-biologis ataupun
tindakan-tindakan aktual dari fisik manusia. Makna ini ditampilkan melalui ungkapan basyar
yang menunjuk pada makna kulit. Apabila kata ins di atas juga bermakna makhluk yang
diperlihatkan, maka yang dimaksudkan di sini adalah bagian-bagian dari makhluk tersebut
yang diperlihat, yaitu anggota tubuh dan fungsi-fungsinya. Dengan demikian kata basyar
dapat dianggap sebagai penjelasan terhadap makna ins yang bersifat umum, atau kata tersebut
merupakan bentuk aktualisasi dari makna ins yang sangat luas yang mencakup semua
makhluk yang ditampakkan. Oleh karena itu, menurut Abd Shabuur Syahin (2001:76) kata
basyar bermakna asal "yang paling menonjol di antara semua makhluk Tuhan". Makna ini
sejalan dengan makna dasar dari kata tersebut ditinjau dari makna bahasanya, yaitu kulit
tempat di mana rambut manusia dapat tumbuh, kulit sebagai simbol dari bagian paling luar
dari fisik manusia (Ibn al-Mandzur, t.t.: 125). Demikian pula halnya dengan tindakantindakan fisik manusia. Yang ditonjolkan dalam kata ini adalah kemanusiaan manusia yang
terdiri dari kulit, daging dan tulang serta konsekwensi yang muncul dari fisik kemanusiaan
ini, seperti makan, minum, pergi ke pasar dan lain-lain tindakan yang menjadi tindakan
umum kemanusiaan.
Makna kata basyar yang semacam ini tampaknya berkaitan erat dengan asal-usul
materi yang dipergunakan untuk menciptakan mereka, yaitu "thiin" yang mengandung unsur
debu dengan air (Syahin, 2001:77). Di samping itu kata basyar juga dipergunakan dalam

kaitannya dengan penciptaan. Secara umum penciptaan manusia sebagai basyar dikaitkan
dengan elemen-elemen fisik yang kasar, selain air, seperti debu, tanah kemudian tanah liat
yang kering dan keras (QS. al-Hijr: 28, 33; QS. al-Ruum: 20; QS. al-Furqaan: 54 dan QS.
Shaad: 71).
Oleh karena yang ditonjolkan pada kata basyar adalah pada aspek ini, banyak ayat alQur'an yang berkaitan dengan kata basyar, dan ayat-ayat tersebut mengindikasikan bahwa
manusia dalam pengertian basyar ini tidak memiliki kualitas kemanusiaan yang menunjukkan
kelebihan manusia yang satu atas yang lainnya. Sebagai basyar manusia hanyalah kumpulan
dari organ-organ tubuh yang memiliki fungsi fisiologis semata dan memiliki kaitan dengan
tindakan-tindakan yang memerlukan topangan organ-organ fisik.
Oleh karena demikian, tidak mengherankan, ketika aspek ini yang ditekankan, apabila
para nabipun dipandang sama dengan manusia lainnya. Mereka memiliki anggota tubuh yang
sama sebagaimana anggota tubuh manusia lainnya. Sebagai konsekwensinya, sebagian
masyarakat ketika diajak untuk mengikuti nabi, menolak untuk mentaati atau mempercayai

nabi ataupun rasul karena mereka melihat nabi atau rasul pada aspek ini sama saja dengan
manusia lainnya. Tidak ada perbedaan antara manusia biasa dengan mereka yang mengaku
sebagai nabi atau rasul (QS. al-Maidah: 18; QS. al-An’am: 91; QS. Ibrahim: 10; QS. al-Nahl:
103; QS. al-Anbiya': 3; QS. al-Mukminun: 24, 33, 34; QS. al-Syua’ra': 153, 186; QS.
Yaasiin: 36; QS. al-Taghaabun: 6; QS. al-Mudatstsir: 25; QS. Huud: 27; QS. Yusuf: 31; QS.
al-Isra': 94; QS. al-Qamar: 34). Bahkan ketika dikatakan seorang malaikat, sebagaimana

dalam surat Maryam ayat 17, merubah wujudnya sebagai manusia dinyatakan dengan kata
basyar. Ini berarti bahwa wujud malaikat tersebut dilihat dari organ-organ fisik manusia.
Pada aspek ini semua manusia dalam berbagai tingkatan sosial-budaya adalah sama,
tidak ada yang melebihi satu sama lainnya. Oleh karenanya, pada saat yang sama, para Rasul
dan Nabi juga menekankan aspek ini ketika mereka menyebarkan dakwahnya. Mereka adalah
manusia biasa sebagaimana manusia lainnya yang terdiri dari berbagai organ tubuh yang
sama, hanya saja mereka adalah manusia yang diberi wahyu, yang diutus oleh Tuhan untuk
menyampaikan tauhid (lihat QS. Ibrahim: 11; QS. al-Kahfi: 110; QS. Fushshilat: 6 dan QS.
al-Isra': 9).
2. PROSES KEJADIAN MANUSIA DALAM AL’QUAN
Fase Penciptaan Manusia Dari Tanah
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia dicipta dari sulâlâh min
thin. Dalam menafsirkan ayat ini, ada beberapa pendapat ulama. Pertama, Alfarisi dan Ibnu
Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-insan dalam ayat ini adalah nabi Adam
As yang diciptakan dari saripati (sulâlâh) setiap jenis tanah. Kedua, pendapat Abu
Shalih,

yang

mengatakan


bahwa al-insan adalah bani

Adam dan sulâlâhadalah nabi

Adam. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa sulâlâh min thin adalah sperma dan sel
telur, keduanya berasal dari makanan, dan makanan asalnya adalah tanah. [2]
‫واقند خلقناا لناسانَ من للا ٍة من طين‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati(berasal) dari
tanah”. (QS. Al-Mu’minun: 12)
Jika kita telaah ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa kata yang digunakan untuk menunjukkan
asal penciptaan manusia. Untuk itu beberapa mufassir mencoba berijtihad membuat urutan
priode dari kata-kata tersebut sesuai dengan penciptaan Adam dan anak cucunya; [3]
1. Debu(‫من ترلب‬,) menunjukkan pada penciptaan awal.
2. Tanah liat(‫ )من طين‬menunjukkan pada bercampurnya tanah dan air.

3. Lumpur hitam yang dibentuk (‫ )من حماء ٍمساون‬menunjukkan pada tanah liat yang sudah
dibentuk dan sedikit berubah karena udara.
4. Tanah yang lekat atau tetap (‫)من طين نزاب‬, menunjukkan pada tanah liat yang sudah
memiliki bentuk yang tetap.

5. Tanah liat yang kering ( ‫ )من صلصسسا ٍل من حمسساء ٍمسسساون‬menunjukkan bahwa tanah yang
memiliki bentuk tetap tadi sudah kering dan bisa menimbulkan suara.
َ
6. Tanah kering seperti tembikar ( ‫كاافخا ِر‬
‫من صلصا ٍل‬,) yaitu yang sudah disempurnakan
dengan memasukkannya ke dalam api, seperti porselen.
7. Kemudian Allah Swt. mengabarkan tentang ditiupnya ruh kedalam jasad tadi dan
sempurnalah penciptaannya.
Fase Penciptaan Dalam Rahim
‫ون مماتتك خلقنا لً من بد خللق ف لمات ثلثا‬m ‫كيخلقنتك ف‬
“Dialah (Allah) yang menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian,
dalam tiga kegelapan”(QS. az-Zumar: 6)
1. An-Nuthfa
‫متين‬
‫فةلً ف قرل ٍر‬m‫ثك جبلااه ا‬
ٍ
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim)”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Inilah fase awal terjadinya manusia. Nuthfah adalah air mani yang berasal dari sperma lakilaki dan sel telur wanita, dan masing-masing memiliki peran seimbang. Ayat di atas dimulai
dengan sebuah kata ‫ ثك‬yang mungkin tidak membutuhkan waktu lama untuk membahasnya.

Tapi, berapa lama jarak antara penciptaan Adam dan penciptaan kita dari nuthfah?
Kata ini meski sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Tsumma dalam ayat ini,
menunjukkan hubungan antara permulaan species, Adam As.(sebagai manusia pertama), dan
permulaan setiap manusia. Betapa antara Adam dan setiap manusia di dunia memiliki
hubungan yang terus berkesinambungan dan tak pernah terpisah. Jika saja ada di antara
hubungan itu yang terpisah, maka adakah manusia lain selain keturunan Adam? [4]
Nuthfah(zygote), yang merupakan hasil dari pembuahan ovum oleh sperma, terus
berkembang dalam rahim ibu, membelah dan menjadi bagian-bagian yang lebih banyak. Ia
bergerak dalam rahim ibu dan mendapatkan makanan dari sari-sari makanan ibu yang ada di
dalamnya. Saat sel-sel tadi terbelah, ada kejadian di mana sel terbelah sempurna menjadi
bagian-bagian yang sama dan berkembang menjadi 2 individu yang kita kenal dengan kembar
identik. Nuthfah terus berkembang, ia mengelompok dan menjadi gumpalan darah yang
disebut ‘Alaqoh. [5]

2. Al-’Alaqoh (Merula)[6]
ً‫فةَ علقنةل‬m‫ثك خلقناا لاا‬
Lalu air mani itu Kami jadikan segumpal darah (QS. Al-Mu’minun: 14)
Pada awalnya ‘alaqoh bergerak bebas di dalam ovarium dan mendapatkan makanan dari sari
makanan ibu. Kemudian secara perlahan, ia bergerak keluar dari ovarium dan mulai
menempel di dinding rahim, untuk berproses menjadi mudghah.

3.

Al-Mudghah
ً‫خلقناا لابلقنةَ مضغةل‬

Maka segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al-Mu’minun: 14)
Mudghah adalah gumpalan daging yang manjadi wadah dari gumpalan darah. Fase ini
dimulai pada minggu ke-4 masa kehamilan dan dikenal dengan fase awal tumbuhnya anggota
vital dari tubuh manusia. [7]
Mudghah inilah yang kemudian membelah dirinya menjadi 2 lapisan, yaitu:


Mukhallaqoh (Lapisan Dalam)

Mudghah Mukhallaqoh, yang sempurna kejadiannya, atau lapisan dalam dari mudghah inilah
yang kemudian berproses menjadi embrio atau calon bayi


Ghairu Mukhallaqoh (Lapisan Luar)


Mudghah Gairu Mukhallaqoh, yang tidak sempurna kejadiannya, atau lapisan luar dari
mudghah, kemudian berproses menjadi plasenta atau ari-ari yang di antara fungsinya adalah
untuk menyalurkan makanan kepada bayi. [8]
4.

Al-’Idzâm dan Al-Lahm[9]
ً‫خلقناا لامضغةَ عظاما لً تسواا لابظا َم احما ل‬

“Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Sebagian Mufassir mengatakan bahwa perubahan gumpalan daging menjadi tulang belulang
bisa seluruhnya, bisa pula sebagian dari daging. Dan setelah diadakan penelitian ilmiah,
proses perubahan menjadi tulang hanya melibatkan sebagian dari gumpalan daging.
Mengapa Al-Qur’an memisahkan fase gumpalan darah dan fase pembentukan tulang? Allah
A’lam– karena Al-Qur’an mengidentifikasikan setiap fase sesuai proses terpenting yang
terjadi,

pada

fase


ini

yang

terpenting

adalah

pembentukan

tulang,

yaitu

berubahnya mudghah menjadi ‘idzam, atau gumpalan kecil darah menjadi tulang belulang
yeng merupakan rangka dari tubuh manusia.
Bersamaan dengan perubahan menjadi tulang, muncul pula daging lengket yang
membungkus tulang. Menurut ilmu kedokteran, hal ini terjadi pada minggu ke-4, karena ilmu


kedokteran tidak memisahkan antara fase mudghah, ‘idzam dan lahm. Tapi ada kesesuian
dengan Al-Qur’an tentang urutan kejadian setiap fase pada minggu ke-4 ini.
5.

Al-Khalq Al-Akhar
َ‫آخر تبار ل حسنُ لاخااقنين‬
َ ً‫ثك اشأااه خلقنا ل‬

“Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta Yang
Paling Baik”. (QS. Al-Mu’minun: 14)
Ayat ini menjelaskan tentang proses kejadian manusia dalam kandungan setelah melewati 4
bulan pertama, yang oleh sebagian ulama disebut dengan dzulumat tsalats (40 hari pertama di
dalam ovarium,

40

hari

kedua,

sejak ‘alaqoh dalam

ovarium

berproses

menjadi mudghah dan berpindah ke dalam rahim. 40 hari terakhir, saat embrio terbungkus
kuat dalam suatu selaput yang disebut Tuba Fallopy (kulit ketuban). [10]
Kata ansya-a yang digunakan dalam ayat ini, menunjukkan ketelitian penciptaan manusia,
karena

kata insya’berarti

tentang khalq

mencipta

akhar, Ibnu

Katsir

sesuatu
mengatakan

dan

mengatur/mendidiknya.

bahwa

proses

perubahan

Adapun
manusia

menjadi khalq akhar adalah saat dimana Allah meniupkan ruh hingga ia menjadi makhluk
yang memiliki pendengaran, penglihatan, pengetahuan gerakan dan sebagainya. Serupa
dengan Ibnu Katsir, Al-Khudzri, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi hatim menafsirkan ayat tersebut
dengan penafsiran yang sama.
Ada pula yang menafsirkan ayat tadi dengan lahirnya manusia atau tumbuhnya rambut,
tumbuhnya gigi atau perubahan keadaan setelah lahir ke dunia, dari sejak baru lahir kemudian
menyusui, dan seterusnya hingga mati.[11]
Pada hakekatnya, pertumbuhan janin dalam rahim berbeda antara satu dan lainnya,
sebagaimana perbedaan pertumbuhan manusia setelah dilahirkan. Maka, setelah memasuki
bulan ketiga dari masa kehamilan, terjadi perbedaan perkembangan antar tiap janin. Tapi,
setiap janin yang sudah memasuki bulan keempat, akan memasuki fase baru dalam
pertumbuhannya, karena telah memiliki organ-organ vital dalam dirinya.
Demikian janin terus berkembang hingga saat memasuki usia 7 bulan, ia sudah dapat
bertahan hidup dengan organ tubuh yang lengkap tapi belum sempurna. Setelah berusia 9
bulan, maka ia mulai siap dilahirkan ke dunia.
3. TUJUAN DAN FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN
Allah menciptakan manusia bukanlah kerena kebetulan semata, yang hanya hidup dan
mati tanpa tanggung jawab sebagai mana pandangan kebendaatan di atas.
Manusia diciptakan oleh allah mempunyai fungsi ganda, yaitu :

a. Sebagai Kholiah Allah
Kholifah berarti pengganti, penguasa, pengelola, dan pemakmur. Selaku kholifah manusia
mempunyai tanggung jawab untuk mengelola bumi ini. Sebagai ladang untuk untuk
menanam bekal untuk kehidupan di akherat nanti. Dan salah stau syarat mutlak agar
manusia bisa mengelola bumi ini dengan baik adalah dengan ilmu pengetahuan yang
diperolh dari proses belajar secara terus-menerus.
b. Sebagai Hamba Allah
Selaku hamba Allah, secara otomatis manusia haruslah tunduk dan patuh dengan
perintah-Nya. Selain itu dalam meminta pertolonganpun haruslah kepada Allha bukan
pada sesame mahluk Allah, karena itu merupakan perbuatan syirik dan tak bisa diampuni
dosanya oleh Allah.
c. Tujuan Hidup Manusia
Hidup menurut konsep islam bukan hanya kehidupan duniawi semata, tetapi
berkelanjutan sampai pada kehidupan ukhrowi (alam akherta). Dan apa yang kita
lakukan selama di dunia, maka itulah yang akan kita petik di akherat nanti.
Hidup di dunia ini merupakan terminal dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang,
mulai dari alam arwah, alam arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam
akherat. Dan untuk bisa berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan
mendapat ridho dari Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu
mencari ridho Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan
tugas dan fungsi gandanya tersebut.

4. SIFAT-SIFAT MANUSIA MENURUT ISLAM
a. Tidak percaya diri dan ragu ragu. Firman Allah: Kebenaran itu adalah dari
Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
(Albaqarah:147)
b. Mudah terpedaya. Firman Allah : Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan
kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.(Alinfithar : 6)
c. Kuatir dan bersedih. Firman Allah :Siapa saja diantara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.(Albaqarah : 62)

d. Suka tergesa-gesa. Firman Allah :Dan manusia mendoa untuk kejahatan
sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
(Al Isra 11)
e. Suka bermain-main dan bersenda gurau. Firman Allah : (yaitu) orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan
dunia telah menipu mereka”.(Al Araf: 51)
f. Berputus asa. Firman Allah : Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika
mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.(Al Fushilat :
49)
g. Kufur nikmat. Firman Allah : Dan mereka menjadikan sebahagian dari hambahamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).(Azzukhruf : 15)
h. Menuruti prasangka. Firman Allah : Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti
kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.(Yunus:36).

5. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam fungsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi
kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas yang pada gilirannya
ditentukan oleh struktur syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang,
semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat
ditemukan inteligensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan,
sehingga memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah digariskan secara
naluri.

Namun

setinggi-tingginya

perkembangan

binatang,

elemen-elemen

dasar

eksistensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung pengetahuan dan
kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
tungkat tujuan. Disinilah letak kelebihan dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding
dengan makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di muka bumi merupakan makhluk yang
memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang,

sehingga pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan utama antara manusia
dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan binatang hanya mampu bergerak
dalam ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang mampu bergerak di darat dan di air
(laut) namun tetap memiliki keterbatasan dan dan tidak dapat melampaui manusia. Kelebihan
manusia atas makhluk lainnya dijelaskan dalam QS. 17 (Al-Isra’) : 70.
Oleh sebab itu manusia akan selalu mulia dan dilebihkan dari makhluk lainnya sepanjang
tetap

memanfaatkan

potensi

untuk

mempertahankan

kemuliaannya.

Manusia memiliki kekhasan dibandingkan dengan makhluk yang paling mirip sekalipun.
Menurut al-Qur’an kekhasan ini menyebabkan adanya konsekuensi kemanusiaan diantaranya
kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Karakterisrik manusia adalah :
a. Aspek Kreasi
Apapun yang ada dalam tubuh manusia dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna. Hal ini dapat dibandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya.
Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan
simpanse, demikian pula organ-organ lainnya.
b. Aspek Ilmu
Hanya manusia yang punya kemampuan memahami lebih jauh hakikat alam semesta ini.
Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan
melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban
yang terus berkembang.
c. Aspek Kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan adanya pilihan dalam hidup. Makhluk
hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tidak akan pernah berubah. Para malaikat
yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
d. Aspek Akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya
baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu menjadi penjahat atau sebaliknya. Oleh
sebab itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang
akan datang agar lebih baik. .(Hamdan, dkk,2004:36)
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan
kesederhanaan langsung bahwa diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaanperbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan
makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak

monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan, makhluk hidup yang
paling rendah tingkatannya.
Selain mempunyai gerak monoton juga mempunyai kemampuan bergerak secara
bervariasi diantaranya ada gerak vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih
tinggi daripada tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan hewan selain mempunyai
kemampuan bergerak bervariasi juga memiliki rasa yang disebut prinsip jiwa sensitif.
Dalam kenyataan, manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga
mempunyai prinsip an nafs al insaniyyat yang memungkinkan untuk berpikir dan memilih
dan prinsip inilah yang menjadi pembeda manusia dari makhluk hidup lainnya.

6. EKSITENSI DAN MARTABAT MANUSIA
a. Pengertian Eksistensi martabat manusia adalah
Bahwasanya manusia diciptakan kedunia ini oleh Allah melaui berbagai rintangan
tentunya tiada lain untuk mengabdi kepadaNya, sehingga dengan segala kelebihan
yang tidak dimiliki mahluk Allah lainya tentunya kita dapat memanfaatkan bumi dan
isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari Allah SWT. Dan dengan
segala potensi diri masing-masing kita berusaha untuk meningkatkan Keimanan dan
Ketakwaan kita sehingga dapat selamat Dunia dan Akhirat.
b. Tujuan manusia diciptakan Allah
Didunia ini tentunya kita lihat begitu kita lahir, biasanya diberikan adzan dan iqomah
di telinga kanan dan kiri, maka kita diperdengarkan kebesaran Allah, mengakui Allah
dan Rasulullah, mengerjakan shalat dan berbuat kebajikan. Manusia ada di dunia
karena sebagai tanda kebesaran Allah dan wajib membentuk Keimanan kepada Allah
( hablum minnallah ) dan berbuat baik pada sesame manusia dan alam sebagai bentuk
hubungan social kemasyarakatan ( hablum minannaas)
Firman Allah QS Adz-dzaariyaat : 56 “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku “
Jadi jawaban Allah atas keberadaan manusia didunia adalah untuk mengabdi kepada
Allah. Dengan melaksanakan perintahnya dan menjahui laranganNya.( Mengikuti
Rukun Iman dan Islam ).

c. Tujuan manusia didunia
1) Bagi diri sendiri
Adalah adanya kehidupan yang baik didunia dan di akhirat, untuk mencapai itu
maka setiap orang harus mengerjakan amal shaleh.
Firman Allah : ”Barang siapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanaya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan” ( QS An Nahl : 97 ).
2) Bagi Masyarakat
Adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah, Baik kebutuhan fisik
( perumahan , pakaian, makanan) juga kebutuhan sosial, kebutuhan rasa aman dan
kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini dapat diperoleh apabila masyarakat beriman
dan bertakwa.
3) Bagi Negara
Adalah kita ingin negara kita menjadi negara yang baik, yaitu negari yang
makmur atau setiap saat mendapatkan rejeki yang cukup dan aman. Dengan cara
semua anak bangsa harus rajin bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah
SWT dan tidak berpaling padaNya.
d. Fungsi dan Peranan Manusia di Bumi
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi”. Mereka berkata : ” Mengapa Engkau
hendak menjadikan (Khalifah) di bumi orang yang akan mebuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman : ’Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah : 30 ).
Dari firman Allah diatas jelas bahwa fungsi dan peran manusia di bumi adalah
sebagai khalifah atau pemimpin, dalam hal ini adalah pemimpin bagi dirinya sendiri,
keluarga, bangsa dan negara, memimpin mulai diri sendiri untuk menjalankan Al
Quran dan Hadits sebaik baiknya, kemudian mengajak keluarga dan apabila kita di
jadikan suri tauladan menjadi pemimpin pemimpin masyarakat tentunya pegangan
Sumber Hukum kita adalah tetap al Quran dan Hadits sehingga kita membuat
kebajikan di muka bumi ini dan menjaga bumi dari kehancuran.