RENCANA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMPROD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MEMPRODUKSI TEKS FABEL/LEGENDA
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Materi Pokok
Waktu
A.

: Bahasa Indonesia
: VII
: Teks Fabel/Legenda
: 4 x 40 menit (2 kali tatap muka)

Kompetensi Inti
Tujuan pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk
kompetensi yang terdiri atas (1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi
sikap sosial, (3) kompetensi pengetahuan, dan (4) kompetensi keterampilan.
Rumusan kompetensi sikap spiritual, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”; kompetensi sikap sosial, “Mengahayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”,
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung, dan digunakan sebagai dasar bagi guru
dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.

KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humoniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta, menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

KI4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah kailmuan.

B. Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Sikap
1. Siswa diharapkan mampu menggunakan Bahasa Indonesia di dalam kelas
dengan baik dan benar
2. Siswa diharapkan mampu menggunakan Bahasa Indonesia di luar kelas
dengan baik dan benar
3. Siswa diharapkan mampu memahami informasi berbahasa Indonesia secara
lisan dengan baik dan benar saat pembelajaran teks fabel.
4. Siswa diharapkan mampu memahami informasi berbahasa Indonesia secara
tulis dengan baik dan benar.
5. Siswa diharapkan mampu menyajikan informasi berbahasa Indonesia secara
lisan dengan baik dan benar saat pembelajaran teks fabel.
6. Siswa diharapkan mampu menyajikan informasi berbahasa Indonesia secara
tulis dengan baik dan benar saat pembelajaran teks fabel.
Kompetensi Pengetahuan
1. Siswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian fabel setelah proses pembelajaran.

2. Siswa dharapkan mampu menjelaskan pengertian legenda setelah proses
pembelajaran.
3. Siswa diharapkan mampu membedakan fabel dan legenda setelah proses
pembelajaran.
4. Siswa diharapkan mampu menyimpulkan informasi tentang fabel/legenda

daerah setempat yang didengar/dibaca.
Kompetensi Keterampilan
1. Siswa diharapkan mampu menceritakan kembali secara pribadi isi cerita
fabel/legenda daerah yang didengar/dibaca.
2. Siswa diharapkan mampu menjelaskan secara berkelompok unsur-unsur yang
terdapat di dalam fabel/legenda yang didengar/dibaca.

3. Siswa diharapkan mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalam fabel/legenda daerah yang didengar/dibaca.
4. Siswa diharapkan mampu menunjukkan alur, latar dan amanat yang terdapat
di dalam fabel/legenda yang didengar/dibaca
Kompetensi Pengetahuan
1.


Siswa

diharapkan

mampu

menjelaskan

struktur

teks

fabel

yang

didengar/dibaca.
2.

Siswa diharapkan mampu menjelaskan struktur legenda daerah setempat yang

didengar/dibaca.

3.

Siswa mampu membedakan struktur teks fabel dan legenda.

4.

Siswa mampu mengidentifikasi struktur kebahasaan yang digunakan penulis
dalam teks fabel yang didengar/dibaca.

5.

Siswa mampu mengidentifikasi struktur kebahasaan yang digunakan penulis
dalam teks legenda yang didengar/dibaca.

Kompetensi Keterampilan
1.

Siswa diharapkan mampu menggambarkan perasaan tokoh yang terdapat di

dalam teks fabel/legenda.

2.

Siswa mampu menyusun kembali peristiwa-peristiwa di dalam teks
fabel/legenda.

3.

Siswa mampu memproduksi drama dari isi teks fabel/legenda yang
didengar/dibaca.

4.

Siswa mampu merekonstruksi teks fabel menjadi naskah drama secara
pribadi.

C. Kompetensi Dasar dan Indikator
No
Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi
KI 1 1.1 Mengahargai da mensyukuri 1.1.1
Peserta
didik
terbiasa
keberadaan
Bahasa
menggunakan
Bahasa

Indonesia sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa untuk
mempersatukan
bangsa
Indonesia
di
tengah
keberagaman bangsa dan
budaya.


KI2

KI3

Indonesia dengan baik dan
benar
selama
proses
pembelajarann memahami
teks fabel dan legenda
sebagai
wujud
syukur
terhadap anugerah Tuhan
Yang Maha Esa untuk
mempersatukan
bangsa
Indonesia
di
tengah

keberagaman bangsa dan
budaya.
1.2 Menghargai dan mensyukuri 1.1.2
Peserta
didik
terbiasa
keberadaan
Bahasa
menggunakan
Bahasa
Indonesia sebagai anugerah
Indonesia dengan baik dan
Tuhan Yang Maha Esa
benar
sebagai
sarana
sebagai sarana memahami
memahami informasi dalam
informasi lisan dan tulis.
memahami informasi dalam

memahami teks fabel dan
legenda.
1.3 Menghargai dan mensyukuri 1.1.3
Peserta
didik
terbiasa
keberadaan
Bahasa
menggunakan
Bahasa
Indonesia sebagai anugeraj
Indonesia dengan baik dan
Tuhan Yang Maha Esa
benar dalam menyajikan
sebagai sarana menyajikan
informasi selama proses
informasi lisan dan tulis.
pembelajaran
memahami
teks fabel dan legenda.

2.1 Memiliki perilaku percaya 2.1.1 Memiliki perilaku percaya
diri, peduli, dan santun
diri dalam merespon secara
dalam merespon secara
pribadi persitiwa jangka
pribadi peristiwa jangka
pendek.
pendek.
2.1.2 Memiliki perilaku peduli
dalam merespon secara
pribadi peristiwa jangka
pendek.
2.1.3 Memiliki perilaku santun
dalam merespon secara
pribadi peristiwa jangka
pendek.
3.16 Menelaah struktur dan 3.16.1 Menjelaskan struktur fabel
kebahasaan fabel/legenda daerah
yang didengar/dibaca.
setempat yang dibaca dan didengar 3.16.2 Menjelaskan struktur legenda
daerah
setempat
yang
didengar/dibaca.
3.16.3 Membedakan
struktur
fabel/legenda daerah setempat
yang didengar/dibaca.

3.16.4 Mengidentifikasi

kebahasaan
yang digunakan dalam fabel
yang didengar/dibaca.
3.16.5 Mengidentifikasi kebahasaan
legenda daerah setempat yang
didengar/dibaca.
3.16.6 Membedakan kebahasaan yang
digunakan dalam fabel/legenda
daerah
setempat
yang
didengar/dibaca.

KI4

4.16Memerankan
isi
fabel/legenda daerah setempat
yang dibaca dan didengar

4.16.1 Menggambarkan
perasaan
tokoh di dalam fabel/legenda
yang didengar/dibaca.
4.16.2 Menyusun
perisiwaperistiwa
di
dalam
fabel/legenda daerah yang
didengar/dibaca.
4.16.3 Memproduksi drama dari isi
fabel/legenda daerah yang
didengar/dibaca
secara
berkelompok.
4.16.4 Merekonstruksi teks fabel
menjadi naskah drama secara
pribadi.

D.
1.

Materi Pembelajaran
Materi Pokok
Teks fabel dan legenda

2.

Materi Pembelajaran
a. Pengertian teks fabel dan legenda
b. Struktur teks fabel dan legenda
c. Unsur-unsur fabel dan legenda
d. Unsur kebahasaan teks fabel dan legenda

3.

Fakta
a. Contoh Fabel

Merpati, Ayam dan Musang
Konon, di tepi desa yang damai dan sejuk ada sebuah air mancung yang
amat indah, selain tempatnya memang asri, tempat itu juga gemah rimpah loh
jinawi. Begitulah yang sering diceritakan para dalang dalam serial pewayangan.
Di tempat itu juga hiodup sepasang merpati yang amat rukun dan masingmasing sedang membuat rumah. keduanya amat rukun karena yakin bahwa setelah
rumahnya jadi, akan segera di tempatinya dengan tenang.
Mereka senang dapat memperoleh tempat bermukim yang layak, aman,
tentram dan damai serta kecukupan hidupnya. Mereka pun yakin bahwa nantinya
akan hadir sepasang anak merpati yang sehat.
Oleh karena itu mereka berdua rajin membuat rumah. Kerja semakin di
tingkatkan, menjadi kerja keras tak kenal lelah. Andaikata hewan-hewan lain
melihatnya, tentulah mereka iri terhadap sepasang merpati tadi. Begitu juga,
mereka akan melihat alangkah indah pemandangan di sekitar rumah merpati.
Dari sekian jenis hewan yang iri melihat rumah sang merpati, sepasang
ayamlah yang paling iri melihat keindahan rumah merpati. Jago, aku ingin
mempunyai rumah seindah rumah merpati itu. Marilah kita tempati saja rumah
elok permai itu, kita rebut saja. Bukankah tubuhmu lebih kuat, paaruhmu lebih
kokoh dan kaki-kakimu mampu meremukkan tubuh merpati jantan, jikalau ia
hendak memangsamy.
Ayan jago pun terbujuk dan langsung menyambutnya dengan anggukan
sombong

sambil

melagukan

nyanyian

panjang

kukukuruyukkkk...

kukukuruuyoouu...
Alkisah, kedua ayam itu pun segera menempati rumah sang merpati. Kedua
ayam tentu saja lebih besar dan memporak-porak pandakan rumah sepasang
merpati yang indah itu. Tidak hanya itu yang mereka lakukan. Sepasang ayam itu
dengan rakus menghabiskan semua makanan yang terdapat di rumah itu.
Tatkala, suatu senja sepasang merpati tersebut kembali ke rumahnya.
Mereka melihat sepasang ayam yang sedang memporak-pandakan rumah mereka.
Alangkah terkejutnya mereka melihat kejadian itu.

Walaupun tubuh merpati lebih kecil, demi melihat kejadian tidak adil seperti
itu, sang merpati jantanpun murka dan mengundang perkelahian. Perkelahian
sengit pun terjadi. Kedua merpati melawan kedua ekor ayam tentunya akan
kewalahan. Setelah lama mereka berkelahi, oleh merpati jantan mereka di ajak
mengahdap hakim.
Mereka pun hendak menemui pak kancing, belum lagi sempat bertemu
dengan pak kancil, tiba-tiba datanglah seekor musang yang sebenarnya tidak
mengetahui apa persoalannya. Dengan tenang musang pun berjalan mendekati
kedua belah pihak, terutama sangat dekat dengan sepasang ayam, seolah-olah
ingin membelanya. “Coba ayam ceritakan apa yang sebenarnya terjadi” tanya
musang. “Mendekatlah agar merpati tidak mendengarnya” lanjutnya.
Tanpa pikir panjang, kedua ayam itu mendekat. Begitu sampai di dekat
tubuh musang, keduanya lantas menjadi santapan musang yang dengan rakus lalu
melumat tubuh keduanya itu. Merpati tersentak, sadar lalu terbang. Sambil
terbang tak lupa ia berkata, “Terima kasih pak Musang, Jasamu tak terlupakan”.
b. Contoh Legenda
LEGENDA TANGKUBAN PERAHU
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat
rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu
artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya
memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat
parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini
ceritanya.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja
dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang
Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari
saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing.
Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh
untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan
menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-

kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan
menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai
dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai
seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti
ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya,
Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang
yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya.
Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya
untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari
tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan
ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan
mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging
Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging
rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya
pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa
takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang
Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang
hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir
keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi
pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah
dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia
luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang
sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah
ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya.
Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati.
Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya,
Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia

menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut
Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia
akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin
dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat
sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu
untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar
menyingsing.
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang
memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang
dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan
lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat
sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat
sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir
menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi
pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan
Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia
mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke
tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk
Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu
terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita
mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang
menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana
Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi
kabarnya hingga kini.

4.
a.

Konsep
Pengertian Fabel dan Legenda

Fabel atau cerita binatang adalah salah satu cerita tradisional yang
menjadikan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat
berpikir dan berinteraksi layaknya manusia. Selain itu, di dalam febel binatang
juga memiliki permasalahan hidup layaknya manusia (Nurgiyantoro, 2005: 190).
Dengan kata lain, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi
manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang, memiliki pendidikan moral
dan bud pekerti. Contoh cerita fabel yaitu Kancil dan Buaya, Kancil dan Harimau,
dan lain-lain.
Legenda atau cerita rakyat adalah cerita masa lampau yang menjadi ciri
khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa legenda adalah cerita
rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Jadi
secara umum legenda dapat diartikan sebagai sebuah cerita masa lampau yang
berkembang di tengah masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun.
b.

Struktur Fabel dan Legenda
Fabel dan legenda pada dasarnya memiliki struktur yang sama di dalam

sebuah penceritaan. Adapun struktur fabel dan legenda tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Orientasi, adalah bagian awal dari sebuah cerita fabel. Orientasi berisi
pengenalan dari cerita fabel, seperti pengenalan background, pengenalan
tokoh, maupun latar tempat dan waktu.
2) Komplikasi, merupan klimaks dari cerita, berisi puncak permasalahan
yang dialami tokoh.
3) Resolusi, berisi pemecahan masalah yang dialami tokoh.
4) Koda, merupakan bagian akhir dari cerita. Biasanya berisi pesan dan
amanat yang ada pada cerita fabel tersebut.

c.

Unsur Fabel dan Legenda
Fabel dan legenda memiliki unsur pembangun di dalam penceritaannya.

Adapun unsur-unsur fabel dan legenda tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tema, gagasan dasar yang menopang sebuah kara sastra dan yang
terkandung di dalam teks.
2) Tokoh, para pelaku yang terdapat dalam sebuah cerita fiksi. Tokoh
dalam cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan
penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan
kepada pembaca.
3) Alur atau plot, peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang
tidak berifat sederhana. Peristiwa-peristiwa tersebut tersusun karena
adanya sebab-akibat di dalam cerita.
4) Latar, latar merupaka landas tumpu terjadinya sebuah peristiwa di
dalam sebuah cerita. Latar terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
5) Sudut pandang, sudut pandang merupakan posisi atau cara penulis
dalam menyampaikan peristiwa-peristiwa yang terdapat di dalam cerita.
6) Amanat, pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
d.

Unsur Kebahasaan Teks Fabel dan Legenda

Unsur Kebahasaan Teks Fabel
1.

Kata Kerja
Salah satu kaidah atau unsur kebahasaan dalam sebuah teks cerita fabel

adalah adanya kata kerja. Kata kerja dalam cerita fabel dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif.
a.

Kata Kerja Aktif Transitif, adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek
dalam kalimat, misalnya memegang, mengangkat.

b.

Kata Kerja Aktif Intransitif, adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan
objek dalam kalimat, misalnya diam.

2.

Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang
Pada teks cerita fabel sering sekali adanya penggunaan kata sandang si dan

sang. Berikut merupakan penggunaan kata sandang si dan sang yang ada pada
teks cerita fabel.
Contoh:
1) Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yang
berada di taman itu.
2) Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut.
3) “Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek,” kata si kupu-kupu.
3.

Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu
Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan kata

keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk keterangan tempat
biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu biasanya digunakan kata
depan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu.
Contoh:
1) Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di
taman.
2) Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan,
di mana-mana terdapat genangan lumpur.
3) Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang
aman.
4.

Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan

sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya
digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau
dalam teks.
Contoh:
1) Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.

2) Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupukupu telah menyelamatkan nyawanya.
3) Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan
menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
E.

Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (KD.3.16)
No
Kegiatan
Alokasi Waktu
1 I.
Kegiatan Pendahuluan
10 menit
a. Guru mengambil daftar hadir siswa sebelum
pembelajaran dimulai.
b. Guru menyampaikan manfaat, tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran teks fabel dan
2

II.

legenda.
Kegiatan Inti

60 menit

Pengorientasian
a. Guru menjelaskan mengenai langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Peserta didik menyimak penjelasan guru di
depan kelas.
Pembimbingan
a. Guru membagikan sebuah teks fabel yang
belum selesai kepada peserta didik.
b. Guru membacakan isi teks fabel

yang

dibagikan kepada peserta didik.
c. Peserta didik memperhatikan secara tertib.
d. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
untuk menyelesaikan bagian fabel yang belum
selesai

(rumpang)

dengan

bahasa

yang

sederhana.
e. Saat peserta didik bekerja (menulis sambungan
teks fabel secara individu), guru membimbing
dan memperhatikan hasil kerja siswa.
Penyajian

a. Peserta didik diminta secara sukarela untuk
membacakan

hasil

tulisan

(sambungan/kelanjutan teks fabel) yang telah
dikerjakan di depan kelas.
b. Peserta didik membacakan hasil kerjanya di
depan kelas dengan santun dan intonasi yang
jelas.
c. Guru

mengarahkan

peserta

didik

lain

memberikan tanggapan.
Penganalisisan
a. Guru memeriksa hasil kerja peserta didik
secara bergantian dan memberikan masukan
yang baik kepada peserta didik.
b. Guru memberikan komentar yang baik kepada
siswa atas hasil kerja yang telah diselesaikan.
c. Guru
bersama-sama
dengan
siswa
mendiskusikan ciri kebahasaan yang terdapat
di dalam teks fabel.
d. Guru mengarahkan siswa untuk memperbaiki
hasil kerjanya di rumah agar mendapatkan
3

hasil yang maksimal.
III. Kegiatan Penutup
a. Peserta
didik
bersama-sama

10 menit
guru

menyimpulkan materi pembelajaran.
b. Peserta didik menerima umpan balik dan
penegasan dari guru mengenai pembelajaran
fabel dan legenda.
c. Peserta didik menerima informasi mengenai
pembelajaran

yang

akan

dibahas

pada

pertemuan berikutnya.
Pertemuan ke-2 (KD 4.16)
No
Kegiatan
Alokasi Waktu
1
I. Kegiatan Pendahuluan
10 menit
a. Guru mengambil daftar hadir siswa sebelum
pembelajaran dimulai.

b. Guru menyampaikan manfaat, tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran teks fabel dan
2

legenda.
II. Kegiatan Inti

60 menit

Pengorientasian
a. Guru menjelaskan mengenai langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Peserta didik menyimak penjelasan guru di
depan kelas.
Pengorganisasian
a. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok kecil.
b. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai
lima orang.
c. Peserta didik menerima instruksi dari guru
mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
Pembimbingan
a. Guru membagikan teks legenda yang berbeda
kepada masing-masing kelompok.
b. Guru menjelaskan kepada peserta

didik

mengenai cara merekonstruksi teks legenda
menjadi sebuah drama.
c. Bersama anggota kelompok, peserta didik
membagi peran tokoh yang terdapat di dalam
legenda.
d. Peserta didik menghafal naskah yang akan
ditampilkan.
e. Peserta didik berlatih secara singkat dibimbing
oleh guru.
Penyajian
a. Peserta

didik

secara

berkelompok

menampilkan dramatisasi legenda singkat di
depan kelas.
b. Peserta didik yang berasal dari kelompok lain

memberikan

tanggapan

dan

komentar

mengenai penampilan kelompok.
Penganalisisan
a. Peserta

didik

bersama

dengan

guru

menyebutkan tokoh-tokoh yang berada di
dalam cerita legenda beserta karakternya.
b. Peserta didik bersama guru mendiskusikan
tema dan rangkaian peristiwa yang terjadi di
dalam cerita legenda.
c. Kelompok yang mampu
dramatisasi

legenda

menampilkan

terbaik

mendapat

penghargaan sederhana dari guru.
d. Guru melakukan evaluasi hasil belajar dan
memberikan tugas individu kepada peserta
3

didik untuk dikerjakan di rumah.
III. Kegiatan Penutup
a. Peserta
didik
bersama-sama

10 menit
guru

menyimpulkan materi pembelajaran.
b. Peserta didik menerima umpan balik dan
penegasan dari guru mengenai pembelajaran
fabel dan legenda.
c. Peserta didik menerima informasi mengenai
pembelajaran

yang

akan

dibahas

pada

pertemuan berikutnya.
F.
Penilaian
1.
Aspek Penilaian Sikap (Afektif)
No
Aspek
Teknik
yang Dinilai
Penilaian
1 Percaya Diri
Pengamatan
2 Peduli
di dalam
3 Sopan Santun
kelas

Waktu

Instrumen

Penilaian
Selama proses

Penilaian
Lembar

pembelajaran

pengamatan

dan diskusi
(4x40menit)

Ket.

Indikator perkembangan sikap siswa (religious, tanggungjawab, kreatif, dan
santun)
a. BT (Belum Tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas.
b. MT (Mulai Tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum konsisten.
c. MB (Mulai Berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai konsisten.
d. MK (Membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sunggh-sunggh dalam
menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan konsisten.
Rubrik Penilaian Pecaya Diri
No

Pernyataan

1
2

Berani melakukan presentasi di depan kelas.
Berani bertanya atau menjawab pertanyaan

3

selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berani menyampaikan pendapat selama

4

proses pembelajaran berlangsung.
Berani membuat keputusan dengan cepat

Skor
1

2

3

4

5
Tidak mudah putus asa/pantang menyerah
Skor Maksimal
Petunjuk penilaian:

20

4 = selalu, apabila siswa selalu bersikap sesuai pernyataan
3 = sering, apabila siswa sering bersikap sesuai pernyataan
2 = kadang-kadang, apabila siswa kadang-kadang bersikap sesuai pernyataan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor = Nilai yang diperoleh X 100
Nilai Maksimal
Rubrik Penilaian Peduli
No
Pernyataan
1
Melaksanakan tugas individu dengan baik
2
Berani menerima resiko atas tindakan yang
dilakukan
3
Tidak menuduh orang lain tanpa bukti
4
Mengembalikan barang yang dipinjam dari

1

Skor
2
3

4

orang lain
5
Meminta maaf jika melakukan kesalahan
Skor Mksimal
20
Petunjuk penilaian:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang
tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor = Nilai yang diperoleh X 100
Nilai Maksimal
Rubrik Penilaian Santun
No
Pernyataan
Skor
1
Menghormati orang yang lebih tua
1
2
3
4
2
Mengucapkan terima kasih setelah menerima
bantuan orang lain
3
Menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan pendapat
4
Menggunakan bahasa yang santun saat
mengkritik pendapat teman
5
Bersikap 3S (Salam, Senyum, Sapa) saat
bertemu orang lain
Skor Maksimal
20
Petunjuk penilaian:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang
tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Skor = Nilai yang diperoleh X 100
Nilai Maksimal
2.

Aspek Penilaian Pengetahuan/Kognitif
a. Teknik Penilaian : Tes tulis, tes lisan, dan unjuk kerja
b. Bentuk instrumen : Uraian
c. Kisi-kisi
No
Indikator
Butir Instrumen
1
Disajikan legenda, peserta didik 1) Tuliskan rangkaian peristiwa
dapat menentukan rangkaian
yang terdapat di dalam legenda
peristiwa legenda tersebut.
berikut!

2

3

4
5

Disajikan fabel, peserta didik
dapat
menentukan
aspek
kebahasaan yang terdapat di
dalam fabel tersebut.
Disajikan teks fabel rumpang dan
beberapa
peristiwa
secara
terpisah, peserta didik dapat
menentukan peristiwa yang tepat
untuk melengkapi bagian fabel
yang rumpang.
Disajikan sebuah fabel, peserta
didik dapat menganalisis unsur
pembangun teks fabel tersebut.
disajikan sebuah teks legenda,
peserta didik dapat menentukan
perasaan tokoh dan rangkaian
peristiwa yang terdapat di dalam
teks legenda tersebut.

Pedoman penilaian
No
Soal
1
No 1
2
No 2
3
No 3
4
No 4
5
No 5
Skor Maksimal

2) Tentukanlah
aspek-aspek
kebahasaan yang terdapat di
dalam teks fabel berikut!
3) Baca dan isilah bagian fabel
yang
rumpang
dengan
rangkaian peristiwa yang
tersedia!
4) Tentukanlah tokoh, latar, dan
amanat yang terdapat di dalam
teks fabel berikut!
5) Tentukanlah perasaan tokoh
dan rangkaian pertistiwa yang
terdapat di dalam teks legenda
berikut!

Skor
10
20

100

Keterangan:
20
: Jika siswa mampu mejawab secara benar dan lengkap
10
: Jika siswa mampu menjawab tetapi kurang lengkap
Skor = Nilai yang diperoleh X 100
Nilai Maksimal
3.

Penilaian Keterampilan
No
Indikator
1
Ditayangkan sebuah cerita singkat
yang berhubungan dengan tema
persahabatan, peserta didik dapat
menulis sebuah teks fabel
berdasarkan tersebut.
Pedoman penilaian

Butir Instrumen
1) Ubahlah
cerita
pendek
tersebut menjadi sebuah fabel
yang bertema pesahabatan.

No
1

2

3

Indikator
Unsur pembangun teks fabel
a. Penceritaan sesuai dengan tema yang
ditentukan.
b. Penggambaran karakter tokoh disajikan
secara jelas.
c. Penggunaan latar menarik dan logis.
d. Alur yang diciptakan tidak berbelit-belit
(jelas).
e. Terdapat amanat di dalam pnceritaan.
Unsur Kebahasaan
a. Di dalam penulisan patuh pada kaidah
kebahasaan.
b. Terdapat kata kerja di dalam teks fabel.
c. Terdapat penggunaan kata sandang si dan
sang.
Struktur Teks Fabel
a. Terdapat seluruh struktur teks fabel.
b. Penggambaran bagian komplikasi jelas
dan menarik.
c. Resolusi dijelaska dengan sangat baik.

4

3

2

1

Skor = Nilai yang diperoleh X 100
Nilai Maksimal
G.

Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
: Potongan majalah (teks fabel/legenda)
2. Alat
: Laptop, Proyektor
3. Sumber Pembelajaran : Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, Edisi
Revisi 2016, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Dokumen yang terkait

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

DESKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT USAHA RAKYAT KEPADA USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Way Halim)

10 98 46

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBAKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

6 47 9

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62