PROBLEMATIKA PEMELIHARAAN TANAMAN KENTAN

PROBLEMATIKA PASCA PANEN KENTANG DI WONOSOBO
Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Kelompok 4:
Siti Safitri Nafi’ah

(20120210110)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

I.

Permasalahan

Pak Diran seorang petani padi di Wonosobo karena beberapa alasan beralih
menjadi petani kentang. Dia menggunakan kentag varietas Granola sebagaimana
petani di sekitarnya. Setelah 1 bulan ditanam, tanaman kentang tumbuh normal denga
jarak tanam lebih lebar dari jarak tanam yang biasa digunakan oleh petani kentang di

daerah tersebut. Kondisi permukaan tanah yang ditanami tampak datar sehingga alur
antara barisan kentang tidak jelas dan tertutup rimbunnya daun kentang. Setelah 3
bulan lebih, Pak Diran memanen kentang yang didalamnya. Kentang yang diperoleh
berukuran besar-besar, sesuai untuk kentang konsumsi, namun demikian permukaan
kulit kentang yang seharusnya berwarna kuning kecoklatan nampak berwarna hijau di
satu sisi. Pak Diran termenung memandangi hasil kentang yang diperolehnya,
mengapa gerangan sebagian kulit kentang berwarna hijau. Pak Diran juga
memikirkan tentang penyediaan bibit untuk penanaman berikutnya, apabila kentang
yang diperolehnya berukuran besar dan akan digunakan sebagai bibit, tentu banyak
sekali jumlah kentang yang diperlukan dengan berat yang secara ekonomis bernilai
tinggi.
a. Berdasar kondisi di atas, analisis mengapa kentang yang diperoleh Pak Diran
berukuran besar dan pemeliharaan apa yang sebaiknya dilakukan Pak Diran
agar kentang yang diperoleh tidak memiliki kulit sebagian berwarna hijau?
b. Deskripsikan teknik budidaya yang tepat untuk kentang dan bantulah Pak
Diran menyelesaikan permasalahan penyediaan bibit untuk penanaman
berikutnya, kaitkan dengan teknik budidaya dan pemeliharaan yang
diperlukan!

II.

a.

Deskripsi/Landasan Teori

Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Kentang merupakan tanaman daerah iklim sedang (subtropis) dan dataran
tinggi (1000-3000 m). Tanaman kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotiledonae
Family
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies

: Solanum tuberosum L.
Umbi dari kentang ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan
memiliki mata tunas yang banyak sehingga tanaman dapat diperbanyak atau
dikembangbiakkan dengan menggunakan umbinya. Dengan banyaknya mata tunas
pada umbi, maka pembibitan dapat dilakukan dengan pembelahan umbi sehingga
dapat menghemat penggunaan umbi dalam pembibitan. Selain mengandung zat
gizi, umbi kentang juga mengandung solanin.
Zat solanin bersifat racun dan berbahaya

bagi

yang

memakannya.

Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar tanah dan terkena sinar
matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau
walaupun telah tua (Samadi, 2007).
Tanaman kentang di Indonesia sangat diminati dan telah mengalami kemajuan
yan pesat sehingga diperoleh berbagai varietas baru yang lebih unggul, yaitu mampu

berproduksi lebih tinggi dari varietas-varietas yang terdahulu, baik jumlah maupun
kualitasnya; memiliki ketahanan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit; adaptasi
yang luas terhadap lingkungan; dan berumur pendek. Salah satu kentang varietas
unggul yang diminati petani yakni kentang varietas Granola. Berikut adalah
karakteristik kentang varietas Granola.
Asal
: Introduksi Jerman Barat
Klon
: Granola
Umur
: 110-115 hari
Tinggi Tanaman
: 60-70 cm
Penampang Batang
: Segi lima
Bentuk Daun
: Oval
Sayap Batang
: Oval
Permukaan Bawah Daun

: Berkerut

Kedalaman Mata Umbi
Warna Batang
Warna Daun
Warna Urat Daun
Warna Benang Sari
Warna Putik
Warna Daging Umbi
Jumlah Tandan Bunga
Kandungan karbohidrat
Ketahanan Penyakit

Bakteri dan Busuk Daun
: 20-26 ton/ha
: 30%
: Kentang Sayur (Rukmana, 2002)

Produktivitas
Kadar Air

Kegunaan
b.

: Dangkal
: Hijau
: Hijau
: Hijau Muda
: Kuning 5 buah
: Putih
: Kuning-Putih
: 2-5 Buah
: 20%
: Tahan PVA, PLRV, agak peka terhadap Layu

Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
i.

Ketinggian Tempat
Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah
tropis dan subtropis dan dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi

dengan ketinggian 1.500 – 3.000 m dpl (Cahyono, 1996).

ii.

Jenis tanah
Secara umum kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur,

memiliki drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu
berpasir, dan jenis tanah yang paling cocok ialah andosol (Sunaryono
2007). Kentang sangat toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas
yakni 4,5–8,0, tetapi pH yang baik untuk pertumbuhan dan ketersediaan
unsur hara ialah 5,0–6,5 (Martodireso dan Suryanto 2001).
iii.

Suhu dan Kelembaban
Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan
dengan suhu rendah yakni 15 sampai 20 ˚C, cukup sinar matahari dan
kelembaban udara sekitar 80–90 % (Sunaryono 2007).
Adanya peningkatan suhu akan merubah keseimbangan yang akan
menyebabkan kecepatan respirasi akan melebihi kecepatan fotosintesis

yang menyebabkan berkurangnya hasil (Janic, 1972 dalam Harlastuti,
1980).

Namun, Borah dan Milthorpe (1962) dalam Hynes (1988)

menyatakan bahwa pada suhu yang terlalu rendah akan menghambat
pertumbuhan, asimilat yang dihasilkan rendah dan menghambat
pembesaran umbi.
iv.

Curah hujan
Sulistiono (2005) menyatakan bahwa curah hujan yang dibutuhkan
tanaman kentang sekitar 300–1000 mm/tahun. Apabila curah hujan terlalu
tinggi akan mengakibatkan umbi kentang mudah terserang hama dan
penyakit, karena tanah menjadi jenuh air dan untuk mengatasi hal ini
tentu diperlukan sistem drainase yang baik sehingga tanah tidak jenuh.

v.

Angin

Angin yang kencang dan berkelanjutan secara langsung dapat
merusak tanaman, seperti robohnya tanaman, patahnya ranting-ranting,
dan lain-lain. Angin secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi
tanah. Angin yang kencang dapat mempercepat penguapan air tanah
sehingga menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras (Cahyono,
1996).

vi.

Cahaya
Lama penyinaran cahaya matahari bervariasi antara 10-16 jam per
hari tergantung varietasnya. Tanaman kentang memerlukan intensitas
cahaya yang besar. Semakin besar intensitas cahaya yang dapat ditangkap
akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Apabila
intensitas cahaya matahari yang dapat ditangkap lemah akan menghambat
proses pembentukan umbi karena tanaman akan tumbuh memanjang,
kurus, lemah dan pucat (Cahyono, 1996).

c.


Teknik Budidaya Tanaman Kentang
Untuk mewujudkan usaha tani kentang yang menguntungkan, diperlukan
teknik yang mampu meningkatkan produksi, kualitas jumlah dan kualitas umbi.
Teknik budidaya tanaman tersebut meliputi:

i.

Persiapan bibit
Bibit yang digunakan untuk menanam kentang dapat berasal dari
membibitkan sendiri atau membeli. Bibit yang baik untuk ditanam yakni
bibit yang tua dengan ciri kulit umbi kuat (tidak mudah dikelupas) serta
kulitnya tidak memiliki cacat, bobot umbi 45/50-60gram, besar rata-rata
55 mm dan mata tunas sekitar 3-5 mata. Kebutuhan kentang dapat
digunakan ukuran standar para petani kentang, yakni untuk lahan satu
hektar petani membutuhkan bibit antara 1,2-2 ton.
vii.

Persiapan lahan
Sebelum ditanam, harus dipersiapkan seperti :


-

Pengolahan lahan : untuk menggemburkan tanah, memutuskan
siklus hama dan penyakit, melancarkan sirkulasi udara dalam

-

tanah dan menghilangkan gas-gas beracun.
Lahan diberakan selama sebulan
Membuat guludan : dengan membentuk guludan dan parit untuk

-

saliran air (irigasi) dan mengeluarkan air (drainase)
Pemberian pupuk dasar : biasanya berupa pupuk organik yang

-

diberikan sebelum penanaman
Jarak dan lubang tanam : umumnya jarak tanam tanaman kentang
sekitar 30-40 cm dan lubang tanam sekitar 5-7 cm

viii.

Penanaman
Penanaman dilakukan seminggu setelah persiapan lahan dengan

langkah-langkah:
-

Tanah digali lagi sedalam ukuran bibit atau 7,5-10 cm.
Setelah itu, bibit ditanam. Bibit yang ditanam harus sudah tumbuh

-

tunasnya sekitar 2-3 cm.
Bibit diuruk hingga batas mata tunas.
Tunas yang tumbuh diatas permukaan tanah disemprot dengan
pestisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit.

ix.

Pemeliharaan
Setelah penanaman bibit, dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai

tanaman siap panen.
• Pemupukan
Pemupukan antar daerah tidak sama/berbeda. Untuk
daerah Dieng biasanya dengan takaran Urea 500 kg, TSP 300 kg
dan KCl 1.200 kg per hektarnya. Adanya variasi pemberian
dikarenakan kondisi tanah yang berbeda, seperti kesuburan tanah,
pH tanah dan strktur tanahnya. Pemberian pupuk dilakukan 20
hari sekali dengan pertimbangan:


Setelah tanaman berumur 20-30 hari sejak bibit ditanam



(NPK perbandingan sama)
Menginjak umur 40-50 hari (pupuk dengan kandungan NP




tinggi)
Umur 60-90 hari (pupuk dengan kandungan PK tinggi)
Umur 80-90 hari (pupuk dengan kandungan NP tinggi)
• Penyiangan
Pada umumnya penyiangan atau pembersihan gulma

dilakukan pada tanaman yang berumur sekitar 30 hari dan 50
hari, namun peyiangan ini sebenarnya dapat dilakukan kapan
saja. Penyiangan dilakukan agar pertumbuhan tetap terjaga
karena tidak ada tanaman lain yang mengganggu, tanah di sekitar
tanaman menjadi gembur, melancarkan aliran air, dan dapat
mencegah hama dan penyakit.
• Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Pembumbunan ini dilakukan dengan mempertinggi permukaan
tanah di sekitar tanaman agar lebih tinggi dari tanah di
sekelilingnya. Tinggi pembumbunan yang baik yakni 25 cm.
Tujuan dari pembumbunan yakni:





Perakaran tanaman akan menjadi lebih baik
Umbi kentang terhindar dari sinar matahari langsung
Menaikkan produksi tanaman dan kualitas umbi.
• Pemeliharaan lain
Pemeliharaan lain yang berperan terhadap produktivitas

dan kualitas umbi adalah:


Menghilangkan bunga kentang : dilakukan dengan
membuang bunga kentang sebelum mekar agar tidak ada
perebutan makanan antara bunga dan umbi. Biasanya pada



umur tanaman 25-30 hari.
Penyiraman : penyiraman dilakukan dengan menyiram
tanah yang terlihat kering hingga tanah terlihat basah.
Selain itu, penyiraman juga dilakukan dengan menyemprot
tanaman secara merata ke seluruh bagian tanaman sampai
bagian tanaman paling bawah.

d.

Wilayah Wonosobo
i.

Letak
Kabupaten Wonosobo berjarak 120 km dari ibukota Jawa Tengah
(Semarang), berada pada ketinggian 250 dpl – 2.250 dpl dengan dominasi
pada ketinggian 500 dpl – 1.000 dpl sebesar 50% (persen) dari seluruh
areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten
Wonosobo.
x.

Iklim
Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan
penghujan. Suhu udara rata-rata 24 – 30 C di siang hari, turun menjadi
o

20 C pada malam hari. Pada bulan Juli – Agustus turun menjadi 12 –
o

15 C pada malam hari dan 15 – 20 C di siang hari. Rata-rata hari hujan
o

o

adalah 196 hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400 mm/tahun, tertinggi di

Kecamatan Garung (4.802 mm) dan terendah di Kecamatan Watumalang
(1.554 mm).
xi.

Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Wonosobo meliputi tanah andosol seluas
10.817,7 ha, tanah regosol seluas 19.372,7 ha, tanah latosol seluas
63.043,4

ha, tanah

argonosol seluas

761,1

ha, mediterian

merah

kuning seluas 3.054 ha dan grumusol seluas 1.778,6 ha.
Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang terletak di sekitar
gunung api muda menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal
ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian
utama masyarakat Wonosobo.

III.

Analisis Permasalahan

a. Kentang berukuran besar
Kentang yang diperoleh Pak Diran lebih besar dibanding kentang yang
diperoleh petani lain dan sesuai untuk kentang konsumsi. Hal ini dikarenakan Pak
Diran menggunakan jarak tanam yang lebih lebar dari jarak tanam yang biasa
digunakan oleh petani lain. Jarak tanam ini dapat mempengaruhi ukuran kentang
karena menurut Cahyono (1996), pada jarak tanam yang rapat akan menghasilkan
umbi yang kecil-kecil sehingga umbi berkualitas rendah. Selain itu, dengan jarak
yang rapat, persaingan tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara menjadi
lebih besar. Sementara dengan menggunakan jarak tanam yang lebih lebar akan
mengurangi persaingan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga umbi
menjadi lebih besar tetapi tidak menjamin berkualitas tinggi. Namun, apabila
jarak tanam yang digunakan terlalu lebar maka akan merugikan petani sendiri
terutama terhadap efisiensi penggunaan tanah. Penggunaan tanah menjadi tidak
efisien karena jumlah tanaman yang dapat ditanam menjadi lebih sedikit.
Kentang berukuran besar yang diperoleh oleh Pak Diran dapat
dikarenakan perawatan yang dilakukan Pak Diran selama masa pemeliharaan
tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan seperti pemupukan, penyiangan,
pembumbunan, dan pemeliharaan lain seperti menghilangkan bunga sebelum

mekar dan penyiraman. Menghilangkan bunga sebelum mekar dilakukan karena
adanya bunga dapat membuat umbi kecil-kecil hal ini dikarenakan bunga dan
umbi sama-sama membutuhkan makanan yang banyak sehingga terjadi perebutan
makanan (Setiadi dan Nurulhuda, 1994).
Faktor lain yang dapat berpengaruh yakni keadaan tanah yang digunakan
Pak Diran untuk menanam kentang. Daerah Wonosobo merupakan daerah yang
sesuai

untuk pertumbuhan kentang karena memiliki topografi dataran tinggi

dengan rata-rata 500 dpl – 1.000 dpl dari seluruh areal. Wonosobo memiliki suhu
rata-rata 24 – 30˚C dan masih dapat mendukung pertumbuhan kentang meski
suhu yang ideal untuk kentang yakni sekitar 15-20 ˚C. Selain itu, Wonosobo
merupakan daerah dengan intensitas curah hujan yang tinggi yakni 3.400
mm/tahun. Jenis tanah di daerah Wonosobo memiliki jenis tanah andosol seluas
10.817,7 ha yang sesuai dan untuk menanam kentang. Intensitas cahaya matahari
menurut Cahyono (1996), sangat dibutuhkan oleh tanaman kentang dalam jumlah
yang besar. Semakin besar intensitas cahaya yang dapat ditangkap atau diterima
oleh tanaman kentang, maka akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu
pembungaan. Daerah Wonosobo sesuai untuk menanam kentang karena sudah
tidak banyak tanaman-tanaman tinggi yang dapat mengganggu proses
penangkapan sinar matahari oleh tanaman kentang tersebut.
e. Kulit kentang berwarna hijau
Kentang varietas Granola memiliki karekteristik warna kulit kuning
kecoklatan. Namun, pada kentang yang diperoleh dari hasil panen Pak Diran
nampak berwarna hijau di satu sisi. Warna hijau pada permukaan kulit kentang ini
dikarenakan zat solanin pada kentang tidak hilang atau bertambah. Zat solanin
merupakan zat hasil fotosintesis yang memiliki kandungan racun dan berbahaya
bagi yang memakannya. Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut
keluar tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung
racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua (Samadi, 2007).
Pak Diran diduga tidak melakukan pembumbunan saat pemeliharaan
tanaman kentangnya. Padahal pembumbunan ini sangat dibutuhkan untuk
tanaman kentang agar umbi kentang tidak menyembul ke atas tanah dan terkena

sinar matahari yang kemudian dapat menimbulkan kandungan solanin pada
kentang.
f. Penyediaan bibit
Dengan ukuran kentang yang diperoleh Pak Diran, tentunya penyediaan
bibit untuk penanaman selanjutnya akan sedikit terhambat karena banyak sekali
jumlah kentang yang diperlukan dengan berat yang secara ekonomis bernilai
tinggi. Selain itu, apabila bibit yang digunakan berukuran besar dan kemudian
umbinya dibelah, jumlah umbi yang diperoleh justru turun 2,7 % (Setiadi dan
Nurulhuda, 1994).

IV.

Penyelesaian Masalah

a. Kulit kentang berwarna hijau
Warna hijau yang terdapat pada kulit kentang dikarenakan umbi kentang
terkena sinar matahari langsung sehingga umbi kentang melakukan proses
fotosintesis yang menghasilkan zat beracun solanin. Oleh karenanya, agar kulit
umbi kentang tidak berwarna hijau maka dilakukan pemeliharaan dengan cara
pembumbunan. Pembumbunan ini dilakukan dengan mempertinggi permukaan
tanah di sekitar tanaman agar lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya sehingga
umbi kentang tidak akan menyembul ke permukaan tanah. Selain itu, dengan
pembumbunan juga dapat menaikkan produksi tanaman dan kualitas umbi.
g.

Penyediaan bibit
Umbi kentang yang diperoleh dari hasil panen Pak Diran besar-besar
sehingga pembibitan untuk penanaman berikutnya mengalami permasalahan.
Sebenarnya pembibitan untuk umbi yang besar dapat dijadikan bibit dengan cara
membelah menjadi 2 bagian, 3 bagian atau 4 bagian. Namun, dengan cara seperti
ini jumlah umbi yang diperoleh menurun sebesar 2,7 %. Oleh karenanya Pak
Diran dapat menggunakan stek batang dan tunas daun sebagai persediaan bibit
untuk penanaman selanjutnya.
i.

Stek batang
Tanaman induk yang akan dijadikan bibit ditanam pada media
pot dengan perbandingan media berupa pupuk kandang, kompos, dan

pasir dengan perbandinag 1 : 1 : 1, sebelumnya media tersebut harus
disterilkan terlebih dahulu agar terbebas dari hama dan penyakit.
Selanjutnya lakukan pemupukan NPK selama pemeliharaan tanaman
induk, penyiraman setiap hari dan penyemprotan pestisida seminggu
dua kali. Setelah tanaman mencapai ketinggian sekitar 25-30 cm dan
sudah memiliki 5-6 helai daun tunggal, maka stek batang dapat
dilakukan. Stek diambil dengan 2-3 daun dengan cara memotongnya.
Selanjutnya stek ditanam pada media lain dengan jarak tanam 5x10cm,
dalam penanaman buku atau ruas terbawah harus berada diatas
permukaan media. Selama pertumbuhan akar , media harus dijaga
kelembabannya. Setelah berumur 2 minggu bibit sudah dapat
dipindahkan kelahan. Dalam penanaman dilahan perlu diperhatikan
kedalaman tanamanya, yaitu beberapa buku atau ruas terbawa stek
harus terpendam didalam tanah. Sebab umbi yang terbentuk berasal
dari pertumbuhan tunas lateral yang tertutup tanah.
xii.

Stek tunas daun
Setelah tanaman berumur 4-6 minggu, stek dapat diambil.

Stek hanya terdiri dari satu buku/ruas dan satu daun. Stek yang baik
adalah diambil dari bagian tengah sampai ujung. Dengan demikian
stek tunas daun adalah berupa potongan batang,

setiap potongan

batang terdiri dari tunas ketiak dan daun. Selanjutnya stek ditanam
pada media tanam dengan dengan jarak tanam 5x5 cm . Setelah
berumur 4-6 minggu sudah terbentuk umbi berukuran kecil dan siap
untuk ditanam setelah melewati masa dormansi selama 2 minggu.

V.
Pemkab

Wonosobo.

Daftar Pustaka
2013.

Geografis.

http://www.wonosobokab.go.id/index.php/profil/geografis diakses pada tanggal
17 September 2013

Anonim.2013. Potato. http://www.potato2008.org/en/potato/index.html
Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. Kanisius
Cahyono, Bambang. 1996. Budidaya Intensif Tanaman Kentang. Solo. CV Aneka
Sunaryono, Hendro. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Jakarta. AgroMedia
Pustaka
Martodireso, Sudadi dan Widada Agus Suryanto. 2001. Terobosan Teknologi
Pemupukan dalam Era Pertanian Organik, Budi Daya Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan. Yogyakarta. Kanisius
Rukmana, R. 2002. Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta. Kanisius
Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1994. Kentang: Varietas dan Pembudidayaan.
Jakarta. Penebar Swadaya
Harlastuti, 1980. Pemupukan Gandasil D Lewat Daun Dibandingkan Dengan
Pemupukan NPK Berat Tanah Pada Tanaman Kentang. Fakultas Pertanian UGM.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

KAJIAN APLIKASI PUPUK KASCING PADA TIGA JENIS TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA YANG BERBEDA

3 58 19

PENGARUH TINGKAT SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica, Linn.)

2 32 14

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

KARAKTERISASI HIDROLISAT PROTEIN IKAN WADER (Rasbora jacobsoni) SECARA ENZIMATIS DENGAN ENZIM PROTEASE DARI TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

5 51 48

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

PENGARUH APLIKASI BEBERAPA BAHAN PEMBENAH TANAH DAN TANAMAN SELA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) YANG DITANAMI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta)

1 18 9