Analisis Faktor faktor Eksternal Pada PT
BAB I
Profil Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), disingkat PTPN VI, adalah
bekas Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit, karet, dan teh. PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) berdiri sejak 1996 dari penggabungan beberapa perusahaan
perkebunan yang berada di provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Pendirian
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 1996 dan pengesahan dengan Akta Notaris
Harun Kamil SH, Nomor 39 tahun 1996 berkedudukan Kantor Direksi di
Padang yang telah diubah dengan Akte Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo,
SH Jakarta Nomor 19 Tahun 2002 tanggal 30 September 2002 bahwa
Kantor Direksi berkedudukan di Jambi. Perusahaan memiliki dua bisnis
inti, dengan komposisi 95% bisnis kelapa sawit dan 5% Bisnis Teh. Areal
perusahaan tersebar di dua wilayah, yaitu di Provinsi Jambi dan Sumatera
Barat.
PT Perkebunan Nusantara VI adalah Perusahaan Agro Industri
yang mengusahakan perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan
kelapa sawit dan Teh. Arah pengembangan usaha saat ini berkonsentrasi
kepada kelapa sawit secara horizontal melalui perluasan areal tanaman
serta meningkatkan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit. 1
PT Perkebunan Nusantara VI mengelola komoditas kelapa sawit dan PKS
dengan produk yang dihasilkan dan dijual berupa minyak sawit mentah
(CPO), inti sawit (kernel), di samping TBS (untuk kebun yang belum ada
pabriknya). Seperti tampak pada Gambar 1.1 berikut:
1
http://ptpn6.com/berita-sekilas-perusahaan.html
1
Perusahaan juga mengelola kebun teh dan pabrik teh, yang menghasilkan
produk teh hitam orthodox maupun CTC. Juga mengoperasikan mesin
yang menghasilkan pembungkus teh celup seperti tampak pada Gambar
1.2 berikut:
Sumber: http://ptpn6.com/
PT Perkebunan Nusantara VI mengelola CRF (Crumb Rubber Factory)
yang mengolah bokar (bahan olah karet) dari karet rakyat yang diolah
menjadi karet remah (crumb rubber) seperti tampak pada gambar 1.3
berikut:
Sumber: http://ptpn6.com/
Perusahaan didirikan dengan
modal saham yang 100% milik
pemerintah
senilai
Rp.350
telah
disetor
milyar
dan
Rp.200
milyar.
yang
dimiliki
Pencapaian
perusahaan
seperti terlihat pada gambar
2
1.4 di samping:
Untuk lebih jelas, berikut Gambar 1.5 mengenai data historis penjualan
perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013:
Sumber: http://ptpn6.com/
1.1 Strategi Perusahaan:
1. Strategi Korporasi
Dengan mempertimbangankan kekuatan dan kelemahan internal
dibandignkan peluang dan ancaman seperti yang digambarkan pada
peta grafis posisi perusahaan, maka strategi korporasi PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan
adalah diversifikasi konsentrik yang dapat ditempuh melalui usaha
patungan (joint-venture). Dalam kaitan tersebut perusahaan melakukan
langkah-langkah restrukturisasi yang meliputi :
a. Sistem pengendalian manajemen dengan menerapkan Strategic
Business Unit (SBU) dibeberapa unit/kebun sebagai Pilot Project.
b. Konversi tanaman karet menjadi kelapa sawit
c. Optimalisasi asset non produktif melalui divestasi dan atau
memanfaatkannya melalui aliansi Strategis.
d. Penyesuaian struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan.
3
2. Strategi Bisnis
Cost Leadership
Mengingat bahwa salah stu ciri bisnis perkebunan adalah harga
jual
ditentukan
kepemimpinan
pasar,
biaya
maka
yang
strategi
yang
ditempuh
menyeluruh
(cost
leadership)
adalah
yaitu,
menciptakan harga pokok serendah-rendahnya untuk memaksimalkan
profit margin dengan tetap memperhatikan tujuan jangka panjang
perusahaan melalui penetapan Strategic Business Unit (SBU) secara
bertahap seluruh unit/kebun.
3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
Menjadi Perusahaan agribisnis yang tumbuh berkembang dengan spirit
kemitraan.
Misi :
Mengelola bisnis kelapa sawit, teh dan HTI (Hutan Tanaman
Industri) karet secara profesional untuk menghasilkan produkproduk berkualitas yang dikehendaki oleh pasar,
Menumbuhkankembangkan perusahaan dengan spirit kemitraan
untuk mencapai kinerja unggul,
Mengelola
Usaha
dengan
Mempraktikkan
teknologi
ramah
lingkungan dalam mewujudkan triple bottom line principles, yaitu
plane, people dan profit,
Memposisikan karyawan sebagai pilar utama organisasi dan mitra
usaha serta stakeholder lainnya sebagai pendukung dalam
menciptakan nilai perusahaan.
1.2 Tata Nilai Perusahaan
1. Dinamic: Selalu siap dengan perubahan dan tantangan baru
dengan selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan.
2. On Target: Bekerja dan tekun demi tercapainya suatu target yang
diberikan oleh Managemen
4
3. Innovative: Aktif dalam memberikan ide dan terobosan baru serta
membuka diri terhadap semua dan koreksi demi tercapainya
perbaikan yang berkesinambungan.
4. Capable: Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan penuh
amanah dan sungguh-sungguh
5. Team Work: Mampu bekerja sama dengan rekan, karyawan
pelaksanan, maupun pimpinan serta tetap menjaga kekompakan
antar karyawan di dalam perusahaan
6. Environment Care: Senantiasa berusaha untuk selalu menjaga dan
peduli terhadap keberlansungan lingkungan hidup.
1.3 Time-Line Perusahaan
Sejak berdirinya perusahaan pada tahun 1996 hingga sekarang,
ada beberapa tahap yang dilalui oleh perusahaan yaitu, pada tahun 2001,
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) mengakuisisi PT. Bukit Kausar
yang sebelumnya adalah milik swasta. Pada tahun 2009, PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) berinvestasi pada PT. Alam Lestari Nusantara.
Pada tahun 2012, perusahaan mengakuisisi PT. Mendahara Agro Jaya
dan pada tahun yang sama perusahaan membangun Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) Solok Selatan dan PKS Aur Gading. Perhatikan Gambar 1.3.1 di
bawah ini:
Sumber: http://ptpn6.com/
5
1.4 Unit Usaha, Afiliasi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) memiliki 14 unit usaha, 3
anak perusahaan dan 3 afiliasi. 14 unit usaha (UU) tersebut meliputi UU
Sophir, UU Solok Selatan, UU Danau Kembar, UU Pangkalan Lima Puluh
Kota, UU PT Inti, UU Batang Hari, UU PKS Aur Gading, UU Tanjung
Lebar, UU Kayu Aro, UU Durian Luncuk, UU Rimsa, UU PKS Sei Bahar,
UU Bukit Cermin dan UU Rimdu. Untuk 3 anak perusahannya meliputi PT.
Mendahara Agro Jaya, PT. Alam Lestari Nusantara, PT. Bukit Kausar.
Sedangkan 3 afiliasi perusahaan meliputi PT. Riset Perkebunan
Nusantara, PT. Kharisma Pemasaran Bersama, dan Lembaga Pendidikan
Perkebunan. Perhatikan Gambar 1.4.1 berikut di bawah ini:
Gambar 1.4 Unit Usaha, Anak Perusahaan, dan Afiliasi
Sumber: http://ptpn6.com/
6
1.5 Wilayah Kerja Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) memiliki wilayah operasi
yang tersebar di sebagian Sumatera Barat dan sebagian di provinsi Jambi
dengan beberapa anak perusahaan yang ada.
Sumber: http://ptpn6.com/
7
1.6 Luas Areal Perkebunan
Total areal yang dikelola PTPN VI (Persero) pada saat peleburan
adalah seluas 105,761.74 Ha masing-masing terdiri dari areal inti seluas
42,740.10 Ha atau 40,41% dan areal plasma seluas 63.021,64 Ha atau
59,59%. Dengan areal plasma yang lebih dominan PTPN VI (Persero)
memiliki ketergantungan pasokan bahan olahan dari kebun petani plasma
untuk memenuhi kapasitas pabrik yang dimiliki perusahaan. Tetapi saat ini
menjadi lebih luas yaitu 26.800 Ha milik perusahaan ditambah 23.227 Ha
milik rakyat atau petani untuk lahan kelapa sawit, dan 2.383 Ha milik
perusahaan ditambah 344 Ha milik rakyat atau petani sebagai lahan
perkebunan teh.
Sumber: http://ptpn6.com/
8
BAB II
Profil Industri
Berdasarkan
sejarah,
agrobisnis
merupakan
komoditas
perdagangan paling tua di dunia. Bahkan dalam sejarah kolonialisme
dunia, faktor yang paling berperan adalah penguasaan hasil bumi. Kopi,
coklat, cengkeh, kopra dan rempah-rempah merupakan komoditi yang
paling banyak diperdagangkan pada masa itu. Sistem perdagangan hasil
bumi yang sampai sekarang diadopsi disebut dengan nama perdagangan
berjangka.
Seperti diketahui bersama bahwa Indonesia mempunyai lahan
perkebunan kelapa sawit. Bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia
dari tahun 2006 sudah mengalami peningkatan dan mengalahkan
produktivitas Malaysia. Ini memperlihatkan efisiennya pengolahan kelapa
sawit di Indonesia selama ini.
Bisnis perkebunan (agrobisnis) di Indonesia pada dasarnya
dikuasai oleh dua badan usaha, yaitu perusahaan negara melalui PT.
Perkebunan Nusantara dan perusahaan swasta. Sebanyak empat belas
PT. Perkebunan Nusantara di Indonesia tersebar dari Aceh hingga papua
dan paling banyak berlokasi di pulau Jawa dan Sumatera. Di luar pulau
Jawa dan Sumatera, dan sebagian di pulau Kalimantan yang merupakan
penghasil kelapa sawit dan karet terbesar di Indonesia.
Gambar 2.1. Penyebaran PT. Perkebunan Nusantara I – XIV (Persero)
9
Sebagai pemain lama, PT. Perkebunan Nusantara diperhitungkan
dalam konteks persaingan agrobisnis, terlebih dengan luas lahan, kuatnya
jaringan dan pengalaman yang dimilikinya dalam agrobisnis.
Prospek industri kelapa sawit di Indonesia dinilai masih bagus dan
akan tetap menjadi sebuah industri yang berkembang baik walau
perekonomian global yang melemah. Pertumbuhan ekonomi dunia selama
tahun 2013 masih belum sepenuhnya pulih akibat permasalahan
perekonomian yang dihadapi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Hal tersebut berdampak pada penurunan impor negara-negara maju dan
juga berdampak kepada negara-negara Emerging Markets seperti China
dan India, yang merupakan pasar utama produk CPO Indonesia.
Melemahnya ekonomi global, terutama di Tiongkok, menyebabkan harga
minyak kelapa sawit mentah (CPO) juga melemah.2 Padahal Tiongkok
(China) merupakan negara pengimpor CPO dari Indonesia yang terbesar
kedua setelah India. Seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Negara Tujuan
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2842,1
2343,4
2357,3
Berat Bersih (Ribu Ton)
Tiongkok1)
1766,9
Singapura
600,9
659,9
696,8
737,2
952,1
844,0
789,1
Malaysia
745,5
1195,7
1489,7
1532,6
1412,3
514,3
566,1
4789,7
5496,3
5290,9
4980,0
5253,8
5634,1
4867,8
Pakistan
409,7
214,6
90,3
279,2
749,1
1080,3
1814,8
Bangladesh
506,8
800,5
771,2
804,9
743,5
655,4
1043,3
48,4
5,8
12,7
25,4
10,8
29,4
38,9
495,9
497,2
488,7
790,7
494,1
735,5
1010,3
1295,9
1364,3
1197,3
873,0
1358,3
1361,4
1218,9
India
Sri Lanka
Mesir
Belanda
2645,4
2174,4
2032,8
Jerman
404,8
461,5
379,3
263,6
219,5
283,1
186,5
Lainnya
3226,2
3488,0
3700,6
4116,8
4809,4
7097,1
8999,4
Jumlah
14290,7
16829,2
16291,9
16436,2
18845,0
20578,0
22892,4
Sumber: www.bps.go.id
Dari tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata permintaan
akan CPO dari tahun 2008 hingga 2014 cenderung meningkat. Importir
utamanya ialah negara India dan China yang merupakan dua importir
terbesar untuk permintaan CPO. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
trend berikut di bawah ini:
2
http://www.aktual.com/ri-dan-malaysia-bakal-bangun-kawasan-industri-kelapa-sawit-awal2016/
10
Gambar 2.1 Trend Jumlah Ekspor CPO dari tahun 2008-2014
Berat Bersih (dalam ribu ton)
25 000,0
20 000,0
15 000,0
10 000,0
Jumlah
5 000,0
0,0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: www.bps.go.id (data diolah)
Pemerintah RI melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah
petinggi Malaysia di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia
untuk membahas pengembangan industri hilir kepala sawit. Dalam hal ini,
produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia bakal bekerja
sama dengan Negeri Jiran membangun kawasan industri kelapa sawit
pada 2016 mendatang.
Dalam konferensi pers usai melakukan kunjungan kehormatan
pada PM Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak, Menteri Koordinator
Maritim dan Sumber Daya Indonesia Rizal Ramli mengemukakan bahwa
kerja sama ini atas arahan Presiden Joko Widodo yang telah dibahas
sejak tiga bulan terakhir.
Peningkatan kerja sama di bidang industri hilir minyak sawit ini
diharapkan dapat mengatasi skenario ekonomi global serta dampaknya
terhadap permintaan produk-produk minyak sawit dari negara-negara
pengimpor utama.
11
BAB III
Analisis Faktor-faktor Lingkungan
3.1
Demographical Environment
Salah satu aspek lingkungan bisnis yang harus diperhatikan dalam
mengelola bisnis adalah aspek demografis. Variabel demografis sangat
berpengaruh terhadap kegiatan bisnis suatu perusahaan. Dalam konteks
penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), yang akan
dianalisis adalah mengenai jumlah penduduk dan proyeksi pertumbuhan
penduduk di Indonesia.
3.1.1 Jumlah Penduduk di Indonesia dan Proyeksi Jumlah Penduduk
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam
berlimpah serta jumlah penduduk yang sangat besar. Jumlah penduduk
yang sangat besar tersebut kemudian menjadi salah satu pertimbangan
bagi para investor untuk berbisnis di Indonesia karena mereka bisa
mendapatkan tenaga kerja dengan biaya yang lebih murah di
Indonesia. Bagi pelaku bisnis di Indonesia sendiri, jumah penduduk dan
proyeksi jumlah pendudu kbisa dijadikan sebagai alat perkiraan kasar
untuk
mengetahui
potensi
pasar,
mengetahui
kecenderungan
pergeseran potensi pasar dan memprediksi arah potensi pasar. Berikut
data mengenai kependudukan di Indonesia yang di dapatkan dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, yaitu tabel 3.1.1:
12
Tabel 3.1.1. Jumlah Penuduk di Indonesia Tahun 1971-2010
Penduduk
Provinsi
1971
1980
1990
1995
2000
2010
Aceh
2008595
2611271
3416156
3847583
3930905
4494410
Sumatera Utara
6621831
8360894
10256027
11114667
11649655
12982204
Sumatera Barat
2793196
3406816
4000207
4323170
4248931
4846909
Riau
1641545
2168535
3303976
3900534
4957627
5538367
Jambi
1006084
1445994
2020568
2369959
2413846
3092265
Sumatera Selatan
3440573
4629801
6313074
7207545
6899675
7450394
Bengkulu
519316
768064
1179122
1409117
1567432
1715518
Lampung
2777008
4624785
6017573
6657759
6741439
7608405
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
900197
1223296
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
1679163
DKI Jakarta
4579303
6503449
8259266
9112652
8389443
9607787
Jawa Barat
21623529
27453525
35384352
39206787
35729537
43053732
Jawa Tengah
21877136
25372889
28520643
29653266
31228940
32382657
DI Yogyakarta
2489360
2750813
2913054
2916779
3122268
3457491
Jawa Timur
25516999
29188852
32503991
33844002
34783640
37476757
Banten
-
-
-
-
8098780
10632166
Bali
2120322
2469930
2777811
2895649
3151162
3890757
Nusa Tenggara Barat
2203465
2724664
3369649
3645713
4009261
4500212
Nusa Tenggara Timur
2295287
2737166
3268644
3577472
3952279
4683827
Kalimantan Barat
2019936
2486068
3229153
3635730
4034198
4395983
Kalimantan Tengah
701936
954353
1396486
1627453
1857000
2212089
Kalimantan Selatan
1699105
2064649
2597572
2893477
2985240
3626616
Kalimantan Timur
733797
1218016
1876663
2314183
2455120
3553143
Sulawesi Utara
1718543
2115384
2478119
2649093
2012098
2270596
Sulawesi Tengah
913662
1289635
1711327
1938071
2218435
2635009
Sulawesi Selatan
5180576
6062212
6981646
7558368
8059627
8034776
Sulawesi Tenggara
714120
942302
1349619
1586917
1821284
2232586
Gorontalo
-
-
-
-
835044
1040164
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
1158651
Maluku
1089565
1411006
1857790
2086516
1205539
1533506
Maluku Utara
-
-
-
-
785059
1038087
Papua Barat
-
-
-
-
-
760422
Papua
923440
1173875
1648708
1942627
2220934
2833381
INDONESIA
119208229
147490298
179378946
194754808
206264595
237641326
Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
13
Gambar 3.1.1 Trend Jumlah Penduduk Tahun 1970-2010
INDONESIA
250000000
200000000
150000000
INDONESIA
100000000
50000000
0
1960
1970
1980
1990
2000
2010
2020
Sumber: www.bps.go.id (data diolah)
Beradasarkan trend pada gambar 3.1.1 di atas, dapat dilihat bahwa
jumlah penduduk tiap tahun sejak tahun 1970 sampai tahun 2010 selalu
mengalami peningkatan. Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk di Indonesia adalah sebanyak
237.641.326 jiwa. Dan
diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seperti yang terlihat pada
tabel 3.1.2 proyeksi jumlah penduduk di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2035 berikut ini:
14
Tabel 3.1.2 Proyeksi Jumlah Penduduk tahun 2010-2035 (dalam ribuan)
Tahun
Provinsi
2010
Aceh
2015
2020
2025
2030
2035
4523,10
5002,00
5459,90
5870,00
6227,60
6541,40
Sumatera Utara
13028,70
13937,80
14703,50
15311,20
15763,70
16073,40
Sumatera Barat
4865,30
5196,30
5498,80
5757,80
5968,30
6130,40
Riau
5574,90
6344,40
7128,30
7898,50
8643,30
9363,00
Jambi
3107,60
3402,10
3677,90
3926,60
4142,30
4322,90
Sumatera Selatan
7481,60
8052,30
8567,90
9000,40
9345,20
9610,70
Bengkulu
1722,10
1874,90
2019,80
2150,50
2264,30
2360,60
Lampung
7634,00
8117,30
8521,20
8824,60
9026,20
9136,10
Kepulauan Bangka Belitung
1230,20
1372,80
1517,60
1657,50
1788,90
1911,00
Kepulauan Riau
1692,80
1973,00
2242,20
2501,50
2768,50
3050,50
50860,30
55272,90
59337,10
62898,60
65938,30
68500,00
DKI Jakarta
9640,40
10177,90
10645,00
11034,00
11310,00
11459,60
Jawa Barat
43227,10
46709,60
49935,70
52785,70
55193,80
57137,30
Banten
10688,60
11955,20
13160,50
14249,00
15201,80
16033,10
Jawa Tengah
32443,90
33774,10
34940,10
35958,60
36751,70
37219,40
DI Yogyakarta
3467,50
3679,20
3882,30
4064,60
4220,20
4348,50
37565,80
38847,60
39886,30
40646,10
41077,30
41127,70
Pulau Sumatera
Jawa Timur
Pulau Jawa
137033,30
145143,60
152449,90
158738,00
163754,80
167325,60
Bali
3907,40
4152,80
4380,80
4586,00
4765,40
4912,40
Nusa Tenggara Barat
4516,10
4835,60
5125,60
5375,60
5583,80
5754,20
Nusa Tenggara Timur
4706,20
5120,10
5541,40
5970,80
6402,20
6829,10
Bali dan Kep. Nusa Tenggara
13129,70
14108,50
15047,80
15932,40
16751,40
17495,70
Kalimantan Barat
4411,40
4789,60
5134,80
5432,60
5679,20
5878,10
Kalimantan Tengah
2220,80
2495,00
2769,20
3031,00
3273,60
3494,50
Kalimantan Selatan
3642,60
3989,80
4304,00
4578,30
4814,20
5016,30
Kalimantan Timur
3576,10
4068,60
4561,70
5040,70
5497,00
5929,20
13850,90
15343,00
16769,70
18082,60
19264,00
20318,10
Sulawesi Utara
2277,70
2412,10
2528,80
2624,30
2696,10
2743,70
Sulawesi Tengah
2646,00
2876,70
3097,00
3299,50
3480,60
3640,80
Sulawesi Selatan
8060,40
8520,30
8928,00
9265,50
9521,70
9696,00
Sulawesi Tenggara
2243,60
2499,50
2755,60
3003,00
3237,70
3458,10
Gorontalo
1044,80
1133,20
1219,60
1299,70
1370,20
1430,10
Sulawesi Barat
1164,60
1282,20
1405,00
1527,80
1647,20
1763,30
Pulau Kalimantan
Pulau Sulawesi
17437,10
18724,00
19934,00
21019,80
21953,50
22732,00
Maluku
1541,90
1686,50
1831,90
1972,70
2104,20
2227,80
Maluku Utara
1043,30
1162,30
1278,80
1391,00
1499,40
1603,60
2585,20
2848,80
3110,70
3363,70
3603,60
3831,40
765,30
871,50
981,80
1092,20
1200,10
1305,00
2857,00
3149,40
3435,40
3701,70
3939,40
4144,60
3622,30
4020,90
4417,20
4793,90
5139,50
5449,60
238518,80
255461,70
271066,40
284829,00
296405,10
305652,40
Kep. Maluku
Papua Barat
Papua
Pulau Papua
15
Gambar 3.1.2 Trend Proyeksi Jumlah Penduduk di Indonesia untuk Tahun
2010-2035
INDONESIA
350000,00
300000,00
250000,00
200000,00
INDONESIA
150000,00
100000,00
50000,00
0,00
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040
Sumber: www.bps.go.id (data diolah)
Berdasarkan
data
dan
trend
pada
gambar 3.1.2
di
atas
menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada masa yang akan datang
hingga tahun 2035 akan selalu meningkat. Menurut BPS, jumlah
penduduk Indonesia selama 20 tahun mendatang yaitu berjumlah
305.652.400 jiwa.
Peluang:
Jika jumlah penduduk di Indonesia makin meningkat, memberikan
peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan market share atas
produk-produk yang dihasilkan. Karena jumlah penduduk yang banyak
menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial.
Bagi
sektor
pertanian,
dalam
proses
pencapaian
tujuannya
membutuhkan banyak peran untuk masing-masing divisi. Sehingga
dengan tingginya jumlah pendudui di Indonesia mengindikasikan
banyaknya ketersediaan tenaga kerja yang dapat direkrut oleh
perusahaan.
Ancaman:
Tingginya jumlah penduduk yang berpotensi sebagai tenaga kerja
namun tidak dapat diserap oleh perusahaan akan menyebabkan
meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. pengangguran ini
memicu tindakan kriminalitas yang akan berdampak buruk bagi
perusahaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
16
3.2 Natural Environment
Akhir-akhir ini, isu lingkungan yang terjadi adalah kebakaran hutan
yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Hampir bisa dikatakan setiap
tahun di musim panas, hutan di Sumatera dan Kalimantan terbakar. Hal ini
terjadi karena kesengajaan pihak-pihak yang berkepentingan. Kebakaran
hutan terjadi karena pihak terkait ingin membuka lahan sehingga
membakar hutan-hutan yang masih ada di wilayah Sumatera dan
Kalimantan.
Kebaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia.
Kebakaran oleh manusia biasanya karena bermaksud pembukaan lahan
untuk perkebunan. Dampaknya memberi kontribusi CO2 di udara,
hilangnya keaneragaman hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu
kesehatan dan asapnya bisa berdampak ke negara lain. Tidak hanya
pada lokal namun ke negra tetanggapun juga terkena.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengaku
harus menerima dua kali kerugian akibat bencana kebakaran hutan yang
melanda Sumatera dan Kalimantan belakangan ini. Selain sebagian lahan
kebun sawit yang mereka kelola turut terbakar, stigma negatif atas pelaku
pembakaran yang sering ditujukan kepada pelaku usaha mempersulit
anggota GAPKI berbisnis dengan pembeli di luar negeri.
Peluang:
Semakin banyak petani mandiri yang membuka lahan pertanian, akan
semakin besar kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan strategi
perluasan lahan dengan cara membeli lahan tersebut atau melakukan
kerja sama dengan petani tersebut tanpa harus melakukan perluasan
sediri dengan membakar lahan.
Ancaman:
Dengan kebakaran yang terjadi saat musim panas membuat api terus
menyebar sampai merembet ke lahan perkebunan perusahaan. Maka
untuk mengantisipasinya perusahaan harus mengeluarkan cost untuk
memadamkan api tersebut agar tidak membakar lahan perkebunan.
Dikarenakan pembakaran lahan yang disengaja tersebut bertujuan
untuk membuka lahan pertanian, maka banyak stigma negatif dari
masyarakat kepada perusahaan bahwa perusahaanlah yang bersalah
17
dan harus bertanggung jawab dengan kebakaran yang terjadi yang
pada akhirnya menimbulkan asap berkepanjangan.
3.3 Technological Environment: Information Technology
Salah satu kekuatan dalam membentuk kehidupan manusia adalah
teknologi. Tingkat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh berapa banyak
teknologi baru yang ditemukan. Dapat kita amati dari perkembangan yang
terjadi dalam dunia bisnis sekarang ini. Bahkan salah satu kriteria suatu
perusahaan
dikatakan
maju
atau
tidak
adalah
dengan
melihat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Informasi manajemen juga dirancang oleh PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) menggunakan teknologi informasi Broadband.
Yang diaplikasikan dalam bentuk internet maupun website internet, Local
Area Network (LAN) di kantor pusat dan unit-unit usaha serta mitra bisnis
perusahaan.
Perusahaan juga membuat situs resmi yang berguna untuk
mempublikasi kegiatan dan kinerja perusahaan. Keterbukaan informasi ini
dilakukan oleh perusahaan untuk memudahkan para pihak yang
berkepentingan untuk saling berkomunikasi.
Investasi pada PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) untuk
teknologi informasi ini sangat besar, tetapi manfaat yang diperoleh oleh
perusahaan juga besar, sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.
Teknologi informasi yang ada digunakan untuk memudahkan komunikasi
antar kantor atau karyawan yang ada di dalam perusahaan dan juga
digunakan untuk memudahkan komunikasi antara perusahaan dengan
konsumennya.
Peluang:
Jika perusahaan ikut berpartisipasi dalam penerapan teknologi mutakhir
untuk kegiatannya maka perusahaan akan dapat meningkatkan
produktifitas. Misalkan perusahaan membuat cloud computing (private
cloud) maka akan semakin mudah bagi perusahaan berkomunikasi dan
bertukar informasi dengan anak perusahaan, aliansi ataupun mitra
usaha perusahaan tersebut.
18
Ancaman:
Namun dengan membuat private cloud akan memungkinkan terjadinya
pembobolan sistem oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan
data internal perusahaan rentan untuk dibajak atau dicuri.
3.4 International Political Environment
Secara umum, politik internasional merupakan suatu perangkat
formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan,
megamankan dan memajukan kepentingan nasional di dalam dunia
internasional. Suatu komitmen yang pada dasarnya merupakan strategi
dasar untuk mencapai suatu tujuan, baik dalam konteks dalam negeri dan
luar negeri serta sekaligus menentukan keterlibatan suatu negara di
dalam isu-isu internasional atau lingkungan sekitarnya. Kebijakan luar
negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para
pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit
politik intenasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan
nasional spesifik yang dituangkan dalam terminology kepentingan
nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang
berkuasa di waktu itu pula.
Dalam perdagangan Jumat, 14 Agustus 2015 lalu, harga minyak
mentah turun menjadi US$ 41,35 per barel. Angka tersebut merupakan
yang terendah sejak Maret 2009. Perhatikan Gambar 3.4.1 berikut ini:
Sumber: www.tradingeconomics.com
Gambar
3.4.1
di
atas
menunjukkan
bahwa
menurunnya
perdagangan Crude Oil pada November tahun 2015. Untuk lebih jelasnya,
berikut trend dari data historis penjualan crude oil hingga tahun 2014 serta
19
proyeksi penjualan crude oil sampai tahun 2020. Perhatikan Gambar 3.4.2
dan 3.4.3 berikut ini:
Sumber: www.tradingeconomics.com
Sumber: www.tradingeconomics.com
Penurunan harganya telah terjadi dalam tujuh minggu berturut-turut
sebelum 14 Agustus 2015 lalu, berikut 6 pemicu turunnya harga minyak
seperti dikutip dariCNNMoney.3
Pasokan berlebih: Kondisi kelebihan pasokan ini ini akibat Amerika
Serikat
melakukan
revolusi
energi
yang
membanjiri
pasokan.
Organisasi Negara-negara pengekspor minyak (OPEC) bukannya
menyeimbangkan pasar, malah terus menggenjot produksi minyak.
Kartel yang dipimpin oleh Arab Saudi itu takut kehilangan pangsa pasar
dan terkalahkan oleh AS, Kanada, dan produsen minyak lainnya. Inilah
penyebab harga minyak turun drastis pada semester II 2014.
3
http://bisnis.liputan6.com/read/2295332/ini-6-penyebab-turunnya-harga-minyak
20
Pasokan shale gas dari AS terus naik: Produksi minyak AS terus
meningkat. Produsen di sana secara agresif terus meningkatkan
produksi. Banyak analis berpendapat harga minyak tidak akan kunjung
stabil sampai ada perusahaan minyak di AS yang bangkrut atau
melakukan merger.
Iran bakal membanjiri dunia dengan minyak: Kesepakatan nuklir Iran
dengan negara-negara Barat beberapa waktu lalu bakal membuat
minyak dari negara itu membanjiri pasar. Bahkan ada tanda kalau Iran
sedang menimbun banyak minyak saat ini.
Permintaan menurun: Ekonomi global sedang mengalami penurunan.
Negara maju sedang berjuang mempertahankan ekonominya. Negara
yang
perekonomiannya
membaik,
seperti
AS,
sedang
mengimplementasikan standar efisiensi agar permintaan minyak dapat
dibatasi. Pada saat yang sama, negara berkembang pun sedang
mengalami perlambatan ekonomi.
Kenaikan nilai dolar AS: Seperti harga komoditas lainnya, minyak pun
dihargai dengan dolar AS. Akibatnya, ketika sekarang nilainya naik
maka harganya pun demikian untuk di luar AS. Mata uang dolar ini
telah naik tujuh persen pada tahun ini dibandingkan mata uang negara
lainnya. Kebijakan Cina yang mendevaluasi nilai yuan semakin
membuat tekanan ke harga minyak.
Ekonomi China sedang lesu: Pendorong ekonomi dunia beberapa
tahun sebelumnya adalah China. Tapi saat ini terjadi banyak masalah
di sana. Perlambatannya membuat harga komoditas dunia menurun,
termasuk minyak mentah. Melemahnya perekonomian China dapat
dilihat pada grafik berikut ini yang menunjukkan turunnya GDP China:
Sumber: www.tradingeconomics.com
21
Gambar di atas menunjukkan persentase GDP China perkuartalnya
berfluktuasi namun cenderung menurun hingga Juli 2015. Pada awal
tahun 2015 GDP China sebesar 7,2% dan terus menurun menjadi 6,9%.
Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi China terus melambat.
Ancaman:
Krisis yang berkepanjangan tersebut akan berdampak buruk bagi
ekspor komoditas Indonesia yang mana PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) juga mengandalkan ekspor CPO ke luar negeri. Hal tersebut
dapat menurunkan profit perusahaan dikarenakan harga minyak yang
sangat rendah
3.5 Governmental Environment
Di setiap negara, pemerintah memerankan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakatnya, terlebih di negara yang
menganut paham sosialis. Fungsi pemerintah berkisar mulai dari
menyediakan layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, hingga
mendukung perkembangan ekonomi dan menjaga pelaksanaan hukum, Di
Indonesia, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara.
Bisnis tidak bisa lepas dari peraturan dan kebijakan yang telah
dibuat oleh pemerintah di suatu Negara. Aturan tersebut harus ditaati dan
dijalankan demi kelangsungan usaha, untuk itu manajer harus mampu
memahami situasi dan kondisi politik dan harus ikut serta aktif dalam
proses kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Mereka harus memastikan
ikut terlibat langsung untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam
mengambil keputusan. Peluang bisnis untuk ikut berpartisipasi dalam
proses kebijakan tiap Negara sangatlah berbeda-beda, tergantung
seberapa besar Negara tersebut melibatkan bisnis untuk ikut serta dalam
menentukan kebijakan yang sangat mempengaruhi ekonomi suatu
Negara.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit mentah (Crude
Palm Oil =CPO) terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Berdasarkan
data Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Indonesia
telah mencatat ekspor CPO dan turunannya pada tahun 2014 mencapai
22
21,76 juta ton, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
21,22 juta ton. Namun demikian, peningkatan tersebut tidak disertai
dengan peningkatan kebutuhan CPO dunia, sehingga terjadi kelebihan
pasokan CPO di pasar Internasional yang membuat harga terpengaruh
secara negatif. Indonesia merupakan eksportir terbesar dunia namun ia
belum mampu berperasn sebagai penentu harga CPO dunia. Dari total
produksi tahun 2014, nilai ekspor CPO Indonesia berada di atas 80%. Hal
ini menunjukkan bahwa industri CPO Indonesia lebih berorientasi pada
ekspor. Artinya, bahwa perilaku harga CPO Indonesia lebih tergantung
pada faktor kebutuhan ddunia dibandingkan dengan faktor kebutuhan
domestik.
Pemerintah mendukung kegiatan ekspor CPO tersebut dengan
mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
54/M-DAG/PER/7/2015
tentang
verifikasi
atau
penelusuran
teknis
terhadap ekspor kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk
turunannya.
Selain itu, pemerintah juga memungut dana bagi eksportir kelapa
sawit atau crude palm oil (CPO) mulai 1 Juli 2015 . Hal ini diakui
merupakan dukungan pemerintah untuk mewujudkan pembangunan
perkebunan kelapa sawit berkelanjutan serta pelaksanaan penurunan
emisi gas rumah kaca. Pungutan tersebut nantinya akan dikelola oleh
badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau CPO Fund yang
menjadi tindak lanjut Peraturan Presiden No. 61 tahun 2015 tentang
Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang
ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Mei lalu.
Peluang:
Perusahaan memperoleh peluang dari kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan ekspor
komoditas dan penentuan tarif dalam ekspor tersebut yang jelas agar
tidak lagi terjadi fenomena pungli (pungutan liar).
Ancaman:
Dengan kebijakan pemerintah tersebut yang mana tarif ekspor sudah
ditentukan maka, jika harga yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut
23
tergolong mahal, maka perusahaan harus cutting cost untuk keperluan
yang lain dalam perusahaan.
3.6 Technological Environment: Processing Technology
Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu
langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor
perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan
pada berbagai subsistem yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit
sejak
menjelang
akhir
tahun
1970-an
menjadi
bukti
pesatnya
perkembangan agribisnis kelapa sawit. Dalam dokumen praktis ini
digambarkan prospek pengembangan agribisnis saat ini hingga tahun
2010, dan arah pengembangan hingga tahun 2025. Masyarakat luas,
khususnya petani, pengusaha, dan pemerintah dapat menggunakan
dokumen praktis ini sebagai acuan. Perkembangan teknologi yang
semakin cepat dan masyarakat yang semakin kritis sangat berpengaruh
kepada dunia bisnis. Hal ini menuntut jajaran manajemen perusahaan
melakukan penyesuaian praktek bisnis yang sehat sekaligus suatu
tantangan yang berat dalam mengelola perusahaan.
Pada awalnya
pengelola
perusahaan
hanya
dituntut untuk
memuaskan kepentingan pemilik/ pemegang saham berupa pembagian
laba. Namun perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan
berbagai pihak bahwa ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak
langsung dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut adanya
perhatian dari pengurus perusahaan. Di samping itu, berbagai pihak
lainnya
dalam
masyarakat
termasuk
pemerintah
menuntut
agar
perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar terhadap
tanggung jawab sosial (corporate social responsibility).Dalam bisnis,
teknologi proses memegang peranan yang sangat penting dalam
penciptaan nilai tambah suatu produk. Processing technology sendiri
dapat didefinisikan sebagai sebuah proses transformasi input menjadi
output atau produk dengan menggunakan teknologi. Mengingat peran
penting tersebut, inovasi dalam teknologi proses suatu produk akan
menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi produk tersebut. Berikut
tahapan proses produksi CPO terlihat pada Gambar 3.6.1:
24
Sumber: https://zapthegreat.wordpress.com/2012/08/12/
Namun, belakangan ini banyak isu mengenai biodiesel yang dapat
diproduksi dengan bahan baku kelapa sawit. Biodiesel salah satu bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap
kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel.
Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang
dapat diperbaharui. Beberapa bahan baku untuk pembuatan biodiesel
antara lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu dan
beberapa jenis tumbuhan lainnya. Dari beberapa bahan baku tersebut di
Indonesia yang punya prospek untuk diolah menjadi biodiesel adalah
kelapa sawit dan jarak pagar, tetapi prospek kelapa sawit lebih besat
untuk pengolahan secara besar-besaran.
Dalam program pengembangan biodisel berbahan baku kelapa
sawit, maka perkebunan kelapa sawit sangat menjanjikan terutama dalam
mengangkat keterpurukan perekonomian nasional, selain manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat petani kelapa sawit yang menggantungkan
hidupnya dari hasil panen (Tandan Buah Segar) TBS, industri bio-diesel,
juga pemanfaatan bio-diesel akan dapat mengurangi atau menghentikan
impor minyak solar yang berakibat berkurangnya pembelanjaan luar
negeri. Berikut ini tampilan proses pembuatan biodiesel dari CPO pada
gambar 3.6.2:
25
Gambar 3.6.2 Proses Pembuatan Biodiesel
Sumber: http://lembagasemai.blogspot.co.id/search/label/Indonesia
Dari gambar 3.6.2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa proses
produksi CPO dan biodiesel memiliki perbedaan, sehingga dalam proses
pembuatannya atau pengolahannya tentu memerlukan mesin/teknologi
yang berbeda pula dan perusahaan harus menyediakan mesin-mesin baru
tersebut untuk dapat terus bersaing di pasar.
Peluang:
Biodiesel merupakan penemuan yang baru yang belum banyak
dikonsumi oleh masyarakat untuk kendaraannya. Jika perusahaan ikut
membuat biodiesel berbahan baku kelapa sawit maka perusahaan akan
mendapatkan total revenue yang cukup besar.
Ancaman:
Meskipun teknologi pembuatan diesel telah ditemukan, perusahaan
tetap harus melalukan pengadaan untuk proses produksi sehingga
akan memakan biaya yang sangat mahal.
3.7 Social Environment
Salah satu kunci sukses dalam mengelola perkebunan, adalah
pengelolaan lingkungan sosialnya. Sebagai bisnis dengan karakter labour
intensive, PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) berusaha sebaik
26
mungkin mengelola sumberdaya manusia, baik karyawan maupun
keluarganya. Namun,
Seiring dengan berjalannya waktu, telah terjadi perubahan sosial, di
mana masyarakat sekitar merupakan faktor produksi. Sebagai bisnis
dengan sistem terbuka, maka masyarakat sekitar dapat mempengaruhi
jalannya proses bisnis. Dengan demikian pengelolaan masyarakat sekitar
juga perlu dilakukan, selain pengelolaan tenaga kerja. Dukungan mereka
sangat berpengaruh pada eksistensi/kelestarian perusahaan.
Jika karyawan tidak puas, maka mereka menjadi kontra produktif.
Jika masyarakat tidak puas, maka mereka akan mengganggu kinerja
perusahaan. Jika masyarakat tidak berkesempatan untuk ikut merasakan
manfaat dari keberadaan kebun, maka akan muncul kesenjangan sosial
yang tinggi antara masyarakat di dalam kebun dengan masysrakat di luar
kebun, atau jika ada petani plasma, juga akan muncul kesenjangan antara
petani plasma dan petani yang belum berkesempatan menjadi petani
plasma. Kecemburuan sosial menjadi potensi untuk munculnya konflik
antara masyarakat dengan kebun dan dapat berakhir pada gangguan
produksi, lahan dan keamanan asset lainnya. Oleh karena itu, untuk
menjamin kelestarian perusahaan dibutuhkan dukungan karyawan,
keluarga dan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar dapat berperan
sebagai sumber tenaga kerja maupun pagar sosial bagi perusahaan.
Dengan membangun komunikasi yang harmonis, diharapkan
sinergi antara kebun dengan masyarakat sekitar ataupun masyarakat
yang lebih luas akan terjalin dengan baik. Dengan demikian, masyarakat
tidak hanya berperan sebagai sumber tenaga kerja melainkan juga
merupakan
pagar
sosial
bagi
perusahaan
perkebunan.Program
Pemberdayaan Masyarakat diharapkan dapat membantu agar masyarakat
dan perusahaan tumbuh dan berkembang bersama.
Peluang:
Perusahaan dapat melakukan kerja sama dengan petani yang
bermukim di wilayah tertentu perusahaan.
Ancaman:
Saat perusahaan menjalin kerja sama dengan beberapa petani, tentu
saja tidak semua petani dapat diajak kerja sama oleh perusahaan.
27
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Key Success Factors
Keberhasilan akan diperoleh oleh pelaku bisnis dan perusahaan
yang paling mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan lingkungan
saat ini. Keadaan ini memaksa pelaku bisnis maupun pihak-pihak baru
yang ingin menekuni bisnis untuk lebih kreatif dan proaktif dalam
menyikapi suasana persaingan yang semakin ketat.
Kondisi ini penting mengingat disamping pencapaian tujuan
ekonomis, bisnis sebagai suatu sistem juga dimampukan untuk memenuhi
tanggung jawab sosialnya bila sudah profitable dan bertahan dalam
persaingan.
Setiap perusahaan tentu memiliki kunci kesuksesannya masingmasing yang biasa dikenal dengan key success factors. Key success
factors (KSF) merupakan implikasi dari proses me-match-kan perusahaan
terhadap lingkungannya yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor
internal perusahaan. KSF adalah area atau aspek-aspek yang merupakan
potensi untuk memperoleh competitive advantage dalam suatu industri
tertentu, terutama dalam hal-hal yang penting bagi kemampuan
perusahaan
untuk
bertahan
dan
berhasil
dengan
sepenuhnya
memanfaatkan peluang yang ada dan menghindari tantangan yang
dihadapi perusahaan.
Begitu pula dengan PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) yang
memiliki key success factors untuk memperoleh competitive advantagenya. Lingkungan atau aspek yang menjadi satu kunci kesuksesan PT.
Perkebunan Nusantara VI (Persero) ini adalah profitabilitas. Tetapi profit
sendiri harus juga ditopang oleh Tanggung jawab Sosial Perusahaan dan
Ramah Lingkungan. Oleh karena itu selain laba, PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) dengan sabar dan telaten juga membina
hubungan kemasyarakatan dengan lingkungan sekitar yang terkenal
berpikiran maju. Pada saat yang sama manajemen PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) selalu berusaha agar operasi pabrik tidak
28
membuat lingkungan sekitar terganggu.4 Berikut 3 hal penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan terlihat pada Gambar 4.1
Sumber: http://ptpn6.com/
4
Annual Report PTPN VI (Persero) Tahun 2013
29
Tabel 4.1. Tabel Summary
No.
Faktor-faktor
1
Lingkungan
Demografi
2
Lingkungan
Natural
3
Variabel
(Driver)
Jumlah
Penduduk
Analisis
Peluang
Ancaman
Jumlah
penduduk yang
sangat besar
Jumlah
penduduk
Indonesia yang
besar dapat
menjadikan
Indonesia
sebagai pasar
yang sangat
potensial, Sektor
pertanian butuh
jumlah tenaga
kerja kerja yang
cukup besar
Kebakaran
Hutan dan
Kabut Asap
Perusahaan ikut
mengalami
masalah dengan
adanya
kebakaran hutan
di Sumatera
Jika para petani
membuka lahan,
ada kesempatan
bagi perusahaan
untuk
mengakuisisi
lahan yang
sudah terbuka
tersebut
Teknologi
Informasi
Keterbukaan
Informasi
yaitu
Informasi
perusahaan
yang di
publikasi di
situs resmi
perusahaan
Teknologi
informasi
memudahkan
komunikasi
antar pegawai,
antar kantor dan
juga dengan
konsumen serta
pihak-pihak lain
yang
berkepentingan
4
Lingkungan
Politik
Internasional
Krisis
5
Lingkungan
Pemerintah
Untuk
komunikasi antar
perusahaan,
antar karyawan
atau dengan
mitra
perusahaan
maka
dibutuhkan
teknologi dalam
bidang
komunikasi
Perbaikan
ekonomi di
Amerika Serikat
menyebabkan
krisis yang
menimpa semua
negara,
termasuk negara
importir CPO
terbesar
Indonesia.
Dengan
kebijakan-
Tingginya jumlah
penduduk dapat
menyebabkan
tingkat
pengangguran
yang cukup
tinggi dan
berdampak pada
kriminalitas.
Kriminalitas
dapat
memperngaruhi
kinerja
perusahaan
Perusahaan ikut
berinvestasi
dalam
memadamkan
api dan asap
akibat kebakaran
hutan, Stigma
Negatif (tuduhan
bahwa
perusahaan
sawit sebagai
penyebab utama
kebakaran)
Aplikasi
teknologi
informasi
memungkinkan
adanya
pembajakan
data oleh pihak
yang tidak
bertanggung
jawab
Kebijakan
Pemerintah
-
Kebijakan
pemerintah
Penurunan
harga minyak
menta dunia
berhubungan
positif dengan
harga CPO di
Indonesia. Hal
ini dapat
menyebabkan
penurunan profit
perusahaan
Dengan
kebijakan-
30
6
Teknologi
Proses
Biodiesel
7
Lingkungan
Sosial
Interaksi dan
Komunikasi
kebijakan yang
dikeluarkan oleh
pemerintah
memberikan
kemudahan
kepada
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnisnya
Pembuatan
Biodiesei
berbahan baku
CPO sedang
populer,
sehingga
perusahaan
perlu turut serta
dalam
pengembangan
bahan bakar
berupa biodiesel
tersebut
Perusahaan
yang membuka
lahan di sekitar
lingkungan
masyarakat
setempat harus
dapat
berinteraksi dan
berkomunikasi
dengan baik
dengan
masyarakat
sekitar bahkan
perusahaan
butuh
melakukan kerja
sama dengan
masyarakat
tersebut demi
keberlanjutan
perusahaan
cenderung
menciptakan
peluang bagi
jalanya usaha
PT. Perkebunan
Nusantara VI
(Persero)
Dengan
kebijakankebijakan yang
dikeluarkan oleh
pemerintah
memberikan
kemudahan
kepada
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnisnya
Dapat bermitra
dengan
masyarakat
sekitar yang
juga merupaka
petani sawit
kebijakan yang
dikeluarkan oleh
pemerintah
memberikan
kemudahan
kepada
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnisnya
Teknologi baru
akan
membutuhkan
investasi yang
besar.
Akan ada
kecemburuan
sosial yang
menimbulkan
konflik antara
petani sawit jika
tida semua
petani sawit
tersebut ikut
terlibat dalam
kegiatan
perusahan. Dan
konflik tersebt
akan
mengganggu
kinerja
perusahaan
31
REFERENSI
Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit oleh Pusat Data dan
Informasi, Departemen Perindustrian (2007)
Gusti B. Alfansyuri, (2013): Peran Pemerintah dalam Perekonomian dan
Sistem Bisnis
Laporan Tahunan (2013): Annual Report PT Perkebunan Nusantara VI
(Persero)
Rafika Sari, (2015): Rencana kebijakan Crude palm oil supporting fund
Bisnis dan Manajemen, Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik,
Pusat
Pengkajian
Pengolahan
Data
dan
Informasi
(P3DI)
Sekretariat DPR RI
Peraturan
Meteri
Perdagangan
Republik
Indonesia
Nomor
54/M-
DAG/PER/7/2015
Web Sitses:
http://asdarmunandar.blogspot.co.id/2012/02/bisnisdanlingkunganpolitik.
Html (diakses pada 01/11/2015 12.40)
http://bps.go.id/ (diakses pada 01/11/2015 12:17)
http://jabbarspace.blogspot.co.id/2010/10/pengaruhlingkunganterhadapper
usahaan.html (diakses pada 01/11/2015 11:39)
http://lembagasemai.blogspot.co.id/search/label/Indonesia (diakses pada
01/11/2015 11.10)
http://ptpn6.com/ (diakses pada 01/11/2015 11:24)
http://sawitindonesia.com/ (diakses pada 01/11/2015 10:35)
http://www.aktual.com/ri-dan-malaysia-bakal-bangun-kawasan-industrikelapa-sawit-awal-2016/ (diakses pada 01/11/2015 10:14)
http://www.antaranews.com/berita/491366/prospek-industri-kelapa-sawitmasih-bagus (diakses pada 01/11/2015 10:28)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201509210954109279956/
industrisawitterpukulduakaliakibatkebakaranhutan/
(diakses
pada
01/11/2015 12.11)
http://www.gapki.or.id/Page/PressRelease
(diakses
pada
01/11/2015
10:20)
32
http://www.okezone.com (diakses pada 09/11/2015 23:08)
http://www.tradingeconomics.com/ (diakses pada 03/11/2015 15:40)
http://www.voaindonesia.com/content/cadangan-minyak-berlimpah-hargaminyak-as-turun-hingga-40-dolar/2925327.html
(diakses
pada
03/11/2015 14:33)
33
Profil Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), disingkat PTPN VI, adalah
bekas Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit, karet, dan teh. PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) berdiri sejak 1996 dari penggabungan beberapa perusahaan
perkebunan yang berada di provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Pendirian
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 1996 dan pengesahan dengan Akta Notaris
Harun Kamil SH, Nomor 39 tahun 1996 berkedudukan Kantor Direksi di
Padang yang telah diubah dengan Akte Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo,
SH Jakarta Nomor 19 Tahun 2002 tanggal 30 September 2002 bahwa
Kantor Direksi berkedudukan di Jambi. Perusahaan memiliki dua bisnis
inti, dengan komposisi 95% bisnis kelapa sawit dan 5% Bisnis Teh. Areal
perusahaan tersebar di dua wilayah, yaitu di Provinsi Jambi dan Sumatera
Barat.
PT Perkebunan Nusantara VI adalah Perusahaan Agro Industri
yang mengusahakan perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan
kelapa sawit dan Teh. Arah pengembangan usaha saat ini berkonsentrasi
kepada kelapa sawit secara horizontal melalui perluasan areal tanaman
serta meningkatkan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit. 1
PT Perkebunan Nusantara VI mengelola komoditas kelapa sawit dan PKS
dengan produk yang dihasilkan dan dijual berupa minyak sawit mentah
(CPO), inti sawit (kernel), di samping TBS (untuk kebun yang belum ada
pabriknya). Seperti tampak pada Gambar 1.1 berikut:
1
http://ptpn6.com/berita-sekilas-perusahaan.html
1
Perusahaan juga mengelola kebun teh dan pabrik teh, yang menghasilkan
produk teh hitam orthodox maupun CTC. Juga mengoperasikan mesin
yang menghasilkan pembungkus teh celup seperti tampak pada Gambar
1.2 berikut:
Sumber: http://ptpn6.com/
PT Perkebunan Nusantara VI mengelola CRF (Crumb Rubber Factory)
yang mengolah bokar (bahan olah karet) dari karet rakyat yang diolah
menjadi karet remah (crumb rubber) seperti tampak pada gambar 1.3
berikut:
Sumber: http://ptpn6.com/
Perusahaan didirikan dengan
modal saham yang 100% milik
pemerintah
senilai
Rp.350
telah
disetor
milyar
dan
Rp.200
milyar.
yang
dimiliki
Pencapaian
perusahaan
seperti terlihat pada gambar
2
1.4 di samping:
Untuk lebih jelas, berikut Gambar 1.5 mengenai data historis penjualan
perusahaan untuk tahun 2012 dan 2013:
Sumber: http://ptpn6.com/
1.1 Strategi Perusahaan:
1. Strategi Korporasi
Dengan mempertimbangankan kekuatan dan kelemahan internal
dibandignkan peluang dan ancaman seperti yang digambarkan pada
peta grafis posisi perusahaan, maka strategi korporasi PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan
adalah diversifikasi konsentrik yang dapat ditempuh melalui usaha
patungan (joint-venture). Dalam kaitan tersebut perusahaan melakukan
langkah-langkah restrukturisasi yang meliputi :
a. Sistem pengendalian manajemen dengan menerapkan Strategic
Business Unit (SBU) dibeberapa unit/kebun sebagai Pilot Project.
b. Konversi tanaman karet menjadi kelapa sawit
c. Optimalisasi asset non produktif melalui divestasi dan atau
memanfaatkannya melalui aliansi Strategis.
d. Penyesuaian struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan.
3
2. Strategi Bisnis
Cost Leadership
Mengingat bahwa salah stu ciri bisnis perkebunan adalah harga
jual
ditentukan
kepemimpinan
pasar,
biaya
maka
yang
strategi
yang
ditempuh
menyeluruh
(cost
leadership)
adalah
yaitu,
menciptakan harga pokok serendah-rendahnya untuk memaksimalkan
profit margin dengan tetap memperhatikan tujuan jangka panjang
perusahaan melalui penetapan Strategic Business Unit (SBU) secara
bertahap seluruh unit/kebun.
3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
Menjadi Perusahaan agribisnis yang tumbuh berkembang dengan spirit
kemitraan.
Misi :
Mengelola bisnis kelapa sawit, teh dan HTI (Hutan Tanaman
Industri) karet secara profesional untuk menghasilkan produkproduk berkualitas yang dikehendaki oleh pasar,
Menumbuhkankembangkan perusahaan dengan spirit kemitraan
untuk mencapai kinerja unggul,
Mengelola
Usaha
dengan
Mempraktikkan
teknologi
ramah
lingkungan dalam mewujudkan triple bottom line principles, yaitu
plane, people dan profit,
Memposisikan karyawan sebagai pilar utama organisasi dan mitra
usaha serta stakeholder lainnya sebagai pendukung dalam
menciptakan nilai perusahaan.
1.2 Tata Nilai Perusahaan
1. Dinamic: Selalu siap dengan perubahan dan tantangan baru
dengan selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan.
2. On Target: Bekerja dan tekun demi tercapainya suatu target yang
diberikan oleh Managemen
4
3. Innovative: Aktif dalam memberikan ide dan terobosan baru serta
membuka diri terhadap semua dan koreksi demi tercapainya
perbaikan yang berkesinambungan.
4. Capable: Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan penuh
amanah dan sungguh-sungguh
5. Team Work: Mampu bekerja sama dengan rekan, karyawan
pelaksanan, maupun pimpinan serta tetap menjaga kekompakan
antar karyawan di dalam perusahaan
6. Environment Care: Senantiasa berusaha untuk selalu menjaga dan
peduli terhadap keberlansungan lingkungan hidup.
1.3 Time-Line Perusahaan
Sejak berdirinya perusahaan pada tahun 1996 hingga sekarang,
ada beberapa tahap yang dilalui oleh perusahaan yaitu, pada tahun 2001,
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) mengakuisisi PT. Bukit Kausar
yang sebelumnya adalah milik swasta. Pada tahun 2009, PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) berinvestasi pada PT. Alam Lestari Nusantara.
Pada tahun 2012, perusahaan mengakuisisi PT. Mendahara Agro Jaya
dan pada tahun yang sama perusahaan membangun Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) Solok Selatan dan PKS Aur Gading. Perhatikan Gambar 1.3.1 di
bawah ini:
Sumber: http://ptpn6.com/
5
1.4 Unit Usaha, Afiliasi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) memiliki 14 unit usaha, 3
anak perusahaan dan 3 afiliasi. 14 unit usaha (UU) tersebut meliputi UU
Sophir, UU Solok Selatan, UU Danau Kembar, UU Pangkalan Lima Puluh
Kota, UU PT Inti, UU Batang Hari, UU PKS Aur Gading, UU Tanjung
Lebar, UU Kayu Aro, UU Durian Luncuk, UU Rimsa, UU PKS Sei Bahar,
UU Bukit Cermin dan UU Rimdu. Untuk 3 anak perusahannya meliputi PT.
Mendahara Agro Jaya, PT. Alam Lestari Nusantara, PT. Bukit Kausar.
Sedangkan 3 afiliasi perusahaan meliputi PT. Riset Perkebunan
Nusantara, PT. Kharisma Pemasaran Bersama, dan Lembaga Pendidikan
Perkebunan. Perhatikan Gambar 1.4.1 berikut di bawah ini:
Gambar 1.4 Unit Usaha, Anak Perusahaan, dan Afiliasi
Sumber: http://ptpn6.com/
6
1.5 Wilayah Kerja Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) memiliki wilayah operasi
yang tersebar di sebagian Sumatera Barat dan sebagian di provinsi Jambi
dengan beberapa anak perusahaan yang ada.
Sumber: http://ptpn6.com/
7
1.6 Luas Areal Perkebunan
Total areal yang dikelola PTPN VI (Persero) pada saat peleburan
adalah seluas 105,761.74 Ha masing-masing terdiri dari areal inti seluas
42,740.10 Ha atau 40,41% dan areal plasma seluas 63.021,64 Ha atau
59,59%. Dengan areal plasma yang lebih dominan PTPN VI (Persero)
memiliki ketergantungan pasokan bahan olahan dari kebun petani plasma
untuk memenuhi kapasitas pabrik yang dimiliki perusahaan. Tetapi saat ini
menjadi lebih luas yaitu 26.800 Ha milik perusahaan ditambah 23.227 Ha
milik rakyat atau petani untuk lahan kelapa sawit, dan 2.383 Ha milik
perusahaan ditambah 344 Ha milik rakyat atau petani sebagai lahan
perkebunan teh.
Sumber: http://ptpn6.com/
8
BAB II
Profil Industri
Berdasarkan
sejarah,
agrobisnis
merupakan
komoditas
perdagangan paling tua di dunia. Bahkan dalam sejarah kolonialisme
dunia, faktor yang paling berperan adalah penguasaan hasil bumi. Kopi,
coklat, cengkeh, kopra dan rempah-rempah merupakan komoditi yang
paling banyak diperdagangkan pada masa itu. Sistem perdagangan hasil
bumi yang sampai sekarang diadopsi disebut dengan nama perdagangan
berjangka.
Seperti diketahui bersama bahwa Indonesia mempunyai lahan
perkebunan kelapa sawit. Bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia
dari tahun 2006 sudah mengalami peningkatan dan mengalahkan
produktivitas Malaysia. Ini memperlihatkan efisiennya pengolahan kelapa
sawit di Indonesia selama ini.
Bisnis perkebunan (agrobisnis) di Indonesia pada dasarnya
dikuasai oleh dua badan usaha, yaitu perusahaan negara melalui PT.
Perkebunan Nusantara dan perusahaan swasta. Sebanyak empat belas
PT. Perkebunan Nusantara di Indonesia tersebar dari Aceh hingga papua
dan paling banyak berlokasi di pulau Jawa dan Sumatera. Di luar pulau
Jawa dan Sumatera, dan sebagian di pulau Kalimantan yang merupakan
penghasil kelapa sawit dan karet terbesar di Indonesia.
Gambar 2.1. Penyebaran PT. Perkebunan Nusantara I – XIV (Persero)
9
Sebagai pemain lama, PT. Perkebunan Nusantara diperhitungkan
dalam konteks persaingan agrobisnis, terlebih dengan luas lahan, kuatnya
jaringan dan pengalaman yang dimilikinya dalam agrobisnis.
Prospek industri kelapa sawit di Indonesia dinilai masih bagus dan
akan tetap menjadi sebuah industri yang berkembang baik walau
perekonomian global yang melemah. Pertumbuhan ekonomi dunia selama
tahun 2013 masih belum sepenuhnya pulih akibat permasalahan
perekonomian yang dihadapi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Hal tersebut berdampak pada penurunan impor negara-negara maju dan
juga berdampak kepada negara-negara Emerging Markets seperti China
dan India, yang merupakan pasar utama produk CPO Indonesia.
Melemahnya ekonomi global, terutama di Tiongkok, menyebabkan harga
minyak kelapa sawit mentah (CPO) juga melemah.2 Padahal Tiongkok
(China) merupakan negara pengimpor CPO dari Indonesia yang terbesar
kedua setelah India. Seperti terlihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Negara Tujuan
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2842,1
2343,4
2357,3
Berat Bersih (Ribu Ton)
Tiongkok1)
1766,9
Singapura
600,9
659,9
696,8
737,2
952,1
844,0
789,1
Malaysia
745,5
1195,7
1489,7
1532,6
1412,3
514,3
566,1
4789,7
5496,3
5290,9
4980,0
5253,8
5634,1
4867,8
Pakistan
409,7
214,6
90,3
279,2
749,1
1080,3
1814,8
Bangladesh
506,8
800,5
771,2
804,9
743,5
655,4
1043,3
48,4
5,8
12,7
25,4
10,8
29,4
38,9
495,9
497,2
488,7
790,7
494,1
735,5
1010,3
1295,9
1364,3
1197,3
873,0
1358,3
1361,4
1218,9
India
Sri Lanka
Mesir
Belanda
2645,4
2174,4
2032,8
Jerman
404,8
461,5
379,3
263,6
219,5
283,1
186,5
Lainnya
3226,2
3488,0
3700,6
4116,8
4809,4
7097,1
8999,4
Jumlah
14290,7
16829,2
16291,9
16436,2
18845,0
20578,0
22892,4
Sumber: www.bps.go.id
Dari tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata permintaan
akan CPO dari tahun 2008 hingga 2014 cenderung meningkat. Importir
utamanya ialah negara India dan China yang merupakan dua importir
terbesar untuk permintaan CPO. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
trend berikut di bawah ini:
2
http://www.aktual.com/ri-dan-malaysia-bakal-bangun-kawasan-industri-kelapa-sawit-awal2016/
10
Gambar 2.1 Trend Jumlah Ekspor CPO dari tahun 2008-2014
Berat Bersih (dalam ribu ton)
25 000,0
20 000,0
15 000,0
10 000,0
Jumlah
5 000,0
0,0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber: www.bps.go.id (data diolah)
Pemerintah RI melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah
petinggi Malaysia di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia
untuk membahas pengembangan industri hilir kepala sawit. Dalam hal ini,
produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia bakal bekerja
sama dengan Negeri Jiran membangun kawasan industri kelapa sawit
pada 2016 mendatang.
Dalam konferensi pers usai melakukan kunjungan kehormatan
pada PM Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak, Menteri Koordinator
Maritim dan Sumber Daya Indonesia Rizal Ramli mengemukakan bahwa
kerja sama ini atas arahan Presiden Joko Widodo yang telah dibahas
sejak tiga bulan terakhir.
Peningkatan kerja sama di bidang industri hilir minyak sawit ini
diharapkan dapat mengatasi skenario ekonomi global serta dampaknya
terhadap permintaan produk-produk minyak sawit dari negara-negara
pengimpor utama.
11
BAB III
Analisis Faktor-faktor Lingkungan
3.1
Demographical Environment
Salah satu aspek lingkungan bisnis yang harus diperhatikan dalam
mengelola bisnis adalah aspek demografis. Variabel demografis sangat
berpengaruh terhadap kegiatan bisnis suatu perusahaan. Dalam konteks
penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), yang akan
dianalisis adalah mengenai jumlah penduduk dan proyeksi pertumbuhan
penduduk di Indonesia.
3.1.1 Jumlah Penduduk di Indonesia dan Proyeksi Jumlah Penduduk
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam
berlimpah serta jumlah penduduk yang sangat besar. Jumlah penduduk
yang sangat besar tersebut kemudian menjadi salah satu pertimbangan
bagi para investor untuk berbisnis di Indonesia karena mereka bisa
mendapatkan tenaga kerja dengan biaya yang lebih murah di
Indonesia. Bagi pelaku bisnis di Indonesia sendiri, jumah penduduk dan
proyeksi jumlah pendudu kbisa dijadikan sebagai alat perkiraan kasar
untuk
mengetahui
potensi
pasar,
mengetahui
kecenderungan
pergeseran potensi pasar dan memprediksi arah potensi pasar. Berikut
data mengenai kependudukan di Indonesia yang di dapatkan dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, yaitu tabel 3.1.1:
12
Tabel 3.1.1. Jumlah Penuduk di Indonesia Tahun 1971-2010
Penduduk
Provinsi
1971
1980
1990
1995
2000
2010
Aceh
2008595
2611271
3416156
3847583
3930905
4494410
Sumatera Utara
6621831
8360894
10256027
11114667
11649655
12982204
Sumatera Barat
2793196
3406816
4000207
4323170
4248931
4846909
Riau
1641545
2168535
3303976
3900534
4957627
5538367
Jambi
1006084
1445994
2020568
2369959
2413846
3092265
Sumatera Selatan
3440573
4629801
6313074
7207545
6899675
7450394
Bengkulu
519316
768064
1179122
1409117
1567432
1715518
Lampung
2777008
4624785
6017573
6657759
6741439
7608405
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
900197
1223296
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
1679163
DKI Jakarta
4579303
6503449
8259266
9112652
8389443
9607787
Jawa Barat
21623529
27453525
35384352
39206787
35729537
43053732
Jawa Tengah
21877136
25372889
28520643
29653266
31228940
32382657
DI Yogyakarta
2489360
2750813
2913054
2916779
3122268
3457491
Jawa Timur
25516999
29188852
32503991
33844002
34783640
37476757
Banten
-
-
-
-
8098780
10632166
Bali
2120322
2469930
2777811
2895649
3151162
3890757
Nusa Tenggara Barat
2203465
2724664
3369649
3645713
4009261
4500212
Nusa Tenggara Timur
2295287
2737166
3268644
3577472
3952279
4683827
Kalimantan Barat
2019936
2486068
3229153
3635730
4034198
4395983
Kalimantan Tengah
701936
954353
1396486
1627453
1857000
2212089
Kalimantan Selatan
1699105
2064649
2597572
2893477
2985240
3626616
Kalimantan Timur
733797
1218016
1876663
2314183
2455120
3553143
Sulawesi Utara
1718543
2115384
2478119
2649093
2012098
2270596
Sulawesi Tengah
913662
1289635
1711327
1938071
2218435
2635009
Sulawesi Selatan
5180576
6062212
6981646
7558368
8059627
8034776
Sulawesi Tenggara
714120
942302
1349619
1586917
1821284
2232586
Gorontalo
-
-
-
-
835044
1040164
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
1158651
Maluku
1089565
1411006
1857790
2086516
1205539
1533506
Maluku Utara
-
-
-
-
785059
1038087
Papua Barat
-
-
-
-
-
760422
Papua
923440
1173875
1648708
1942627
2220934
2833381
INDONESIA
119208229
147490298
179378946
194754808
206264595
237641326
Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
13
Gambar 3.1.1 Trend Jumlah Penduduk Tahun 1970-2010
INDONESIA
250000000
200000000
150000000
INDONESIA
100000000
50000000
0
1960
1970
1980
1990
2000
2010
2020
Sumber: www.bps.go.id (data diolah)
Beradasarkan trend pada gambar 3.1.1 di atas, dapat dilihat bahwa
jumlah penduduk tiap tahun sejak tahun 1970 sampai tahun 2010 selalu
mengalami peningkatan. Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk di Indonesia adalah sebanyak
237.641.326 jiwa. Dan
diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seperti yang terlihat pada
tabel 3.1.2 proyeksi jumlah penduduk di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2035 berikut ini:
14
Tabel 3.1.2 Proyeksi Jumlah Penduduk tahun 2010-2035 (dalam ribuan)
Tahun
Provinsi
2010
Aceh
2015
2020
2025
2030
2035
4523,10
5002,00
5459,90
5870,00
6227,60
6541,40
Sumatera Utara
13028,70
13937,80
14703,50
15311,20
15763,70
16073,40
Sumatera Barat
4865,30
5196,30
5498,80
5757,80
5968,30
6130,40
Riau
5574,90
6344,40
7128,30
7898,50
8643,30
9363,00
Jambi
3107,60
3402,10
3677,90
3926,60
4142,30
4322,90
Sumatera Selatan
7481,60
8052,30
8567,90
9000,40
9345,20
9610,70
Bengkulu
1722,10
1874,90
2019,80
2150,50
2264,30
2360,60
Lampung
7634,00
8117,30
8521,20
8824,60
9026,20
9136,10
Kepulauan Bangka Belitung
1230,20
1372,80
1517,60
1657,50
1788,90
1911,00
Kepulauan Riau
1692,80
1973,00
2242,20
2501,50
2768,50
3050,50
50860,30
55272,90
59337,10
62898,60
65938,30
68500,00
DKI Jakarta
9640,40
10177,90
10645,00
11034,00
11310,00
11459,60
Jawa Barat
43227,10
46709,60
49935,70
52785,70
55193,80
57137,30
Banten
10688,60
11955,20
13160,50
14249,00
15201,80
16033,10
Jawa Tengah
32443,90
33774,10
34940,10
35958,60
36751,70
37219,40
DI Yogyakarta
3467,50
3679,20
3882,30
4064,60
4220,20
4348,50
37565,80
38847,60
39886,30
40646,10
41077,30
41127,70
Pulau Sumatera
Jawa Timur
Pulau Jawa
137033,30
145143,60
152449,90
158738,00
163754,80
167325,60
Bali
3907,40
4152,80
4380,80
4586,00
4765,40
4912,40
Nusa Tenggara Barat
4516,10
4835,60
5125,60
5375,60
5583,80
5754,20
Nusa Tenggara Timur
4706,20
5120,10
5541,40
5970,80
6402,20
6829,10
Bali dan Kep. Nusa Tenggara
13129,70
14108,50
15047,80
15932,40
16751,40
17495,70
Kalimantan Barat
4411,40
4789,60
5134,80
5432,60
5679,20
5878,10
Kalimantan Tengah
2220,80
2495,00
2769,20
3031,00
3273,60
3494,50
Kalimantan Selatan
3642,60
3989,80
4304,00
4578,30
4814,20
5016,30
Kalimantan Timur
3576,10
4068,60
4561,70
5040,70
5497,00
5929,20
13850,90
15343,00
16769,70
18082,60
19264,00
20318,10
Sulawesi Utara
2277,70
2412,10
2528,80
2624,30
2696,10
2743,70
Sulawesi Tengah
2646,00
2876,70
3097,00
3299,50
3480,60
3640,80
Sulawesi Selatan
8060,40
8520,30
8928,00
9265,50
9521,70
9696,00
Sulawesi Tenggara
2243,60
2499,50
2755,60
3003,00
3237,70
3458,10
Gorontalo
1044,80
1133,20
1219,60
1299,70
1370,20
1430,10
Sulawesi Barat
1164,60
1282,20
1405,00
1527,80
1647,20
1763,30
Pulau Kalimantan
Pulau Sulawesi
17437,10
18724,00
19934,00
21019,80
21953,50
22732,00
Maluku
1541,90
1686,50
1831,90
1972,70
2104,20
2227,80
Maluku Utara
1043,30
1162,30
1278,80
1391,00
1499,40
1603,60
2585,20
2848,80
3110,70
3363,70
3603,60
3831,40
765,30
871,50
981,80
1092,20
1200,10
1305,00
2857,00
3149,40
3435,40
3701,70
3939,40
4144,60
3622,30
4020,90
4417,20
4793,90
5139,50
5449,60
238518,80
255461,70
271066,40
284829,00
296405,10
305652,40
Kep. Maluku
Papua Barat
Papua
Pulau Papua
15
Gambar 3.1.2 Trend Proyeksi Jumlah Penduduk di Indonesia untuk Tahun
2010-2035
INDONESIA
350000,00
300000,00
250000,00
200000,00
INDONESIA
150000,00
100000,00
50000,00
0,00
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040
Sumber: www.bps.go.id (data diolah)
Berdasarkan
data
dan
trend
pada
gambar 3.1.2
di
atas
menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada masa yang akan datang
hingga tahun 2035 akan selalu meningkat. Menurut BPS, jumlah
penduduk Indonesia selama 20 tahun mendatang yaitu berjumlah
305.652.400 jiwa.
Peluang:
Jika jumlah penduduk di Indonesia makin meningkat, memberikan
peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan market share atas
produk-produk yang dihasilkan. Karena jumlah penduduk yang banyak
menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial.
Bagi
sektor
pertanian,
dalam
proses
pencapaian
tujuannya
membutuhkan banyak peran untuk masing-masing divisi. Sehingga
dengan tingginya jumlah pendudui di Indonesia mengindikasikan
banyaknya ketersediaan tenaga kerja yang dapat direkrut oleh
perusahaan.
Ancaman:
Tingginya jumlah penduduk yang berpotensi sebagai tenaga kerja
namun tidak dapat diserap oleh perusahaan akan menyebabkan
meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. pengangguran ini
memicu tindakan kriminalitas yang akan berdampak buruk bagi
perusahaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
16
3.2 Natural Environment
Akhir-akhir ini, isu lingkungan yang terjadi adalah kebakaran hutan
yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Hampir bisa dikatakan setiap
tahun di musim panas, hutan di Sumatera dan Kalimantan terbakar. Hal ini
terjadi karena kesengajaan pihak-pihak yang berkepentingan. Kebakaran
hutan terjadi karena pihak terkait ingin membuka lahan sehingga
membakar hutan-hutan yang masih ada di wilayah Sumatera dan
Kalimantan.
Kebaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia.
Kebakaran oleh manusia biasanya karena bermaksud pembukaan lahan
untuk perkebunan. Dampaknya memberi kontribusi CO2 di udara,
hilangnya keaneragaman hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu
kesehatan dan asapnya bisa berdampak ke negara lain. Tidak hanya
pada lokal namun ke negra tetanggapun juga terkena.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengaku
harus menerima dua kali kerugian akibat bencana kebakaran hutan yang
melanda Sumatera dan Kalimantan belakangan ini. Selain sebagian lahan
kebun sawit yang mereka kelola turut terbakar, stigma negatif atas pelaku
pembakaran yang sering ditujukan kepada pelaku usaha mempersulit
anggota GAPKI berbisnis dengan pembeli di luar negeri.
Peluang:
Semakin banyak petani mandiri yang membuka lahan pertanian, akan
semakin besar kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan strategi
perluasan lahan dengan cara membeli lahan tersebut atau melakukan
kerja sama dengan petani tersebut tanpa harus melakukan perluasan
sediri dengan membakar lahan.
Ancaman:
Dengan kebakaran yang terjadi saat musim panas membuat api terus
menyebar sampai merembet ke lahan perkebunan perusahaan. Maka
untuk mengantisipasinya perusahaan harus mengeluarkan cost untuk
memadamkan api tersebut agar tidak membakar lahan perkebunan.
Dikarenakan pembakaran lahan yang disengaja tersebut bertujuan
untuk membuka lahan pertanian, maka banyak stigma negatif dari
masyarakat kepada perusahaan bahwa perusahaanlah yang bersalah
17
dan harus bertanggung jawab dengan kebakaran yang terjadi yang
pada akhirnya menimbulkan asap berkepanjangan.
3.3 Technological Environment: Information Technology
Salah satu kekuatan dalam membentuk kehidupan manusia adalah
teknologi. Tingkat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh berapa banyak
teknologi baru yang ditemukan. Dapat kita amati dari perkembangan yang
terjadi dalam dunia bisnis sekarang ini. Bahkan salah satu kriteria suatu
perusahaan
dikatakan
maju
atau
tidak
adalah
dengan
melihat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Informasi manajemen juga dirancang oleh PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) menggunakan teknologi informasi Broadband.
Yang diaplikasikan dalam bentuk internet maupun website internet, Local
Area Network (LAN) di kantor pusat dan unit-unit usaha serta mitra bisnis
perusahaan.
Perusahaan juga membuat situs resmi yang berguna untuk
mempublikasi kegiatan dan kinerja perusahaan. Keterbukaan informasi ini
dilakukan oleh perusahaan untuk memudahkan para pihak yang
berkepentingan untuk saling berkomunikasi.
Investasi pada PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) untuk
teknologi informasi ini sangat besar, tetapi manfaat yang diperoleh oleh
perusahaan juga besar, sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.
Teknologi informasi yang ada digunakan untuk memudahkan komunikasi
antar kantor atau karyawan yang ada di dalam perusahaan dan juga
digunakan untuk memudahkan komunikasi antara perusahaan dengan
konsumennya.
Peluang:
Jika perusahaan ikut berpartisipasi dalam penerapan teknologi mutakhir
untuk kegiatannya maka perusahaan akan dapat meningkatkan
produktifitas. Misalkan perusahaan membuat cloud computing (private
cloud) maka akan semakin mudah bagi perusahaan berkomunikasi dan
bertukar informasi dengan anak perusahaan, aliansi ataupun mitra
usaha perusahaan tersebut.
18
Ancaman:
Namun dengan membuat private cloud akan memungkinkan terjadinya
pembobolan sistem oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan
data internal perusahaan rentan untuk dibajak atau dicuri.
3.4 International Political Environment
Secara umum, politik internasional merupakan suatu perangkat
formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan,
megamankan dan memajukan kepentingan nasional di dalam dunia
internasional. Suatu komitmen yang pada dasarnya merupakan strategi
dasar untuk mencapai suatu tujuan, baik dalam konteks dalam negeri dan
luar negeri serta sekaligus menentukan keterlibatan suatu negara di
dalam isu-isu internasional atau lingkungan sekitarnya. Kebijakan luar
negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para
pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit
politik intenasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan
nasional spesifik yang dituangkan dalam terminology kepentingan
nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang
berkuasa di waktu itu pula.
Dalam perdagangan Jumat, 14 Agustus 2015 lalu, harga minyak
mentah turun menjadi US$ 41,35 per barel. Angka tersebut merupakan
yang terendah sejak Maret 2009. Perhatikan Gambar 3.4.1 berikut ini:
Sumber: www.tradingeconomics.com
Gambar
3.4.1
di
atas
menunjukkan
bahwa
menurunnya
perdagangan Crude Oil pada November tahun 2015. Untuk lebih jelasnya,
berikut trend dari data historis penjualan crude oil hingga tahun 2014 serta
19
proyeksi penjualan crude oil sampai tahun 2020. Perhatikan Gambar 3.4.2
dan 3.4.3 berikut ini:
Sumber: www.tradingeconomics.com
Sumber: www.tradingeconomics.com
Penurunan harganya telah terjadi dalam tujuh minggu berturut-turut
sebelum 14 Agustus 2015 lalu, berikut 6 pemicu turunnya harga minyak
seperti dikutip dariCNNMoney.3
Pasokan berlebih: Kondisi kelebihan pasokan ini ini akibat Amerika
Serikat
melakukan
revolusi
energi
yang
membanjiri
pasokan.
Organisasi Negara-negara pengekspor minyak (OPEC) bukannya
menyeimbangkan pasar, malah terus menggenjot produksi minyak.
Kartel yang dipimpin oleh Arab Saudi itu takut kehilangan pangsa pasar
dan terkalahkan oleh AS, Kanada, dan produsen minyak lainnya. Inilah
penyebab harga minyak turun drastis pada semester II 2014.
3
http://bisnis.liputan6.com/read/2295332/ini-6-penyebab-turunnya-harga-minyak
20
Pasokan shale gas dari AS terus naik: Produksi minyak AS terus
meningkat. Produsen di sana secara agresif terus meningkatkan
produksi. Banyak analis berpendapat harga minyak tidak akan kunjung
stabil sampai ada perusahaan minyak di AS yang bangkrut atau
melakukan merger.
Iran bakal membanjiri dunia dengan minyak: Kesepakatan nuklir Iran
dengan negara-negara Barat beberapa waktu lalu bakal membuat
minyak dari negara itu membanjiri pasar. Bahkan ada tanda kalau Iran
sedang menimbun banyak minyak saat ini.
Permintaan menurun: Ekonomi global sedang mengalami penurunan.
Negara maju sedang berjuang mempertahankan ekonominya. Negara
yang
perekonomiannya
membaik,
seperti
AS,
sedang
mengimplementasikan standar efisiensi agar permintaan minyak dapat
dibatasi. Pada saat yang sama, negara berkembang pun sedang
mengalami perlambatan ekonomi.
Kenaikan nilai dolar AS: Seperti harga komoditas lainnya, minyak pun
dihargai dengan dolar AS. Akibatnya, ketika sekarang nilainya naik
maka harganya pun demikian untuk di luar AS. Mata uang dolar ini
telah naik tujuh persen pada tahun ini dibandingkan mata uang negara
lainnya. Kebijakan Cina yang mendevaluasi nilai yuan semakin
membuat tekanan ke harga minyak.
Ekonomi China sedang lesu: Pendorong ekonomi dunia beberapa
tahun sebelumnya adalah China. Tapi saat ini terjadi banyak masalah
di sana. Perlambatannya membuat harga komoditas dunia menurun,
termasuk minyak mentah. Melemahnya perekonomian China dapat
dilihat pada grafik berikut ini yang menunjukkan turunnya GDP China:
Sumber: www.tradingeconomics.com
21
Gambar di atas menunjukkan persentase GDP China perkuartalnya
berfluktuasi namun cenderung menurun hingga Juli 2015. Pada awal
tahun 2015 GDP China sebesar 7,2% dan terus menurun menjadi 6,9%.
Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi China terus melambat.
Ancaman:
Krisis yang berkepanjangan tersebut akan berdampak buruk bagi
ekspor komoditas Indonesia yang mana PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) juga mengandalkan ekspor CPO ke luar negeri. Hal tersebut
dapat menurunkan profit perusahaan dikarenakan harga minyak yang
sangat rendah
3.5 Governmental Environment
Di setiap negara, pemerintah memerankan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakatnya, terlebih di negara yang
menganut paham sosialis. Fungsi pemerintah berkisar mulai dari
menyediakan layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, hingga
mendukung perkembangan ekonomi dan menjaga pelaksanaan hukum, Di
Indonesia, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara.
Bisnis tidak bisa lepas dari peraturan dan kebijakan yang telah
dibuat oleh pemerintah di suatu Negara. Aturan tersebut harus ditaati dan
dijalankan demi kelangsungan usaha, untuk itu manajer harus mampu
memahami situasi dan kondisi politik dan harus ikut serta aktif dalam
proses kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Mereka harus memastikan
ikut terlibat langsung untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam
mengambil keputusan. Peluang bisnis untuk ikut berpartisipasi dalam
proses kebijakan tiap Negara sangatlah berbeda-beda, tergantung
seberapa besar Negara tersebut melibatkan bisnis untuk ikut serta dalam
menentukan kebijakan yang sangat mempengaruhi ekonomi suatu
Negara.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit mentah (Crude
Palm Oil =CPO) terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Berdasarkan
data Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Indonesia
telah mencatat ekspor CPO dan turunannya pada tahun 2014 mencapai
22
21,76 juta ton, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
21,22 juta ton. Namun demikian, peningkatan tersebut tidak disertai
dengan peningkatan kebutuhan CPO dunia, sehingga terjadi kelebihan
pasokan CPO di pasar Internasional yang membuat harga terpengaruh
secara negatif. Indonesia merupakan eksportir terbesar dunia namun ia
belum mampu berperasn sebagai penentu harga CPO dunia. Dari total
produksi tahun 2014, nilai ekspor CPO Indonesia berada di atas 80%. Hal
ini menunjukkan bahwa industri CPO Indonesia lebih berorientasi pada
ekspor. Artinya, bahwa perilaku harga CPO Indonesia lebih tergantung
pada faktor kebutuhan ddunia dibandingkan dengan faktor kebutuhan
domestik.
Pemerintah mendukung kegiatan ekspor CPO tersebut dengan
mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
54/M-DAG/PER/7/2015
tentang
verifikasi
atau
penelusuran
teknis
terhadap ekspor kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk
turunannya.
Selain itu, pemerintah juga memungut dana bagi eksportir kelapa
sawit atau crude palm oil (CPO) mulai 1 Juli 2015 . Hal ini diakui
merupakan dukungan pemerintah untuk mewujudkan pembangunan
perkebunan kelapa sawit berkelanjutan serta pelaksanaan penurunan
emisi gas rumah kaca. Pungutan tersebut nantinya akan dikelola oleh
badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau CPO Fund yang
menjadi tindak lanjut Peraturan Presiden No. 61 tahun 2015 tentang
Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang
ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Mei lalu.
Peluang:
Perusahaan memperoleh peluang dari kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan ekspor
komoditas dan penentuan tarif dalam ekspor tersebut yang jelas agar
tidak lagi terjadi fenomena pungli (pungutan liar).
Ancaman:
Dengan kebijakan pemerintah tersebut yang mana tarif ekspor sudah
ditentukan maka, jika harga yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut
23
tergolong mahal, maka perusahaan harus cutting cost untuk keperluan
yang lain dalam perusahaan.
3.6 Technological Environment: Processing Technology
Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu
langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor
perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan
pada berbagai subsistem yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit
sejak
menjelang
akhir
tahun
1970-an
menjadi
bukti
pesatnya
perkembangan agribisnis kelapa sawit. Dalam dokumen praktis ini
digambarkan prospek pengembangan agribisnis saat ini hingga tahun
2010, dan arah pengembangan hingga tahun 2025. Masyarakat luas,
khususnya petani, pengusaha, dan pemerintah dapat menggunakan
dokumen praktis ini sebagai acuan. Perkembangan teknologi yang
semakin cepat dan masyarakat yang semakin kritis sangat berpengaruh
kepada dunia bisnis. Hal ini menuntut jajaran manajemen perusahaan
melakukan penyesuaian praktek bisnis yang sehat sekaligus suatu
tantangan yang berat dalam mengelola perusahaan.
Pada awalnya
pengelola
perusahaan
hanya
dituntut untuk
memuaskan kepentingan pemilik/ pemegang saham berupa pembagian
laba. Namun perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan
berbagai pihak bahwa ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak
langsung dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut adanya
perhatian dari pengurus perusahaan. Di samping itu, berbagai pihak
lainnya
dalam
masyarakat
termasuk
pemerintah
menuntut
agar
perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar terhadap
tanggung jawab sosial (corporate social responsibility).Dalam bisnis,
teknologi proses memegang peranan yang sangat penting dalam
penciptaan nilai tambah suatu produk. Processing technology sendiri
dapat didefinisikan sebagai sebuah proses transformasi input menjadi
output atau produk dengan menggunakan teknologi. Mengingat peran
penting tersebut, inovasi dalam teknologi proses suatu produk akan
menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi produk tersebut. Berikut
tahapan proses produksi CPO terlihat pada Gambar 3.6.1:
24
Sumber: https://zapthegreat.wordpress.com/2012/08/12/
Namun, belakangan ini banyak isu mengenai biodiesel yang dapat
diproduksi dengan bahan baku kelapa sawit. Biodiesel salah satu bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap
kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel.
Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang
dapat diperbaharui. Beberapa bahan baku untuk pembuatan biodiesel
antara lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu dan
beberapa jenis tumbuhan lainnya. Dari beberapa bahan baku tersebut di
Indonesia yang punya prospek untuk diolah menjadi biodiesel adalah
kelapa sawit dan jarak pagar, tetapi prospek kelapa sawit lebih besat
untuk pengolahan secara besar-besaran.
Dalam program pengembangan biodisel berbahan baku kelapa
sawit, maka perkebunan kelapa sawit sangat menjanjikan terutama dalam
mengangkat keterpurukan perekonomian nasional, selain manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat petani kelapa sawit yang menggantungkan
hidupnya dari hasil panen (Tandan Buah Segar) TBS, industri bio-diesel,
juga pemanfaatan bio-diesel akan dapat mengurangi atau menghentikan
impor minyak solar yang berakibat berkurangnya pembelanjaan luar
negeri. Berikut ini tampilan proses pembuatan biodiesel dari CPO pada
gambar 3.6.2:
25
Gambar 3.6.2 Proses Pembuatan Biodiesel
Sumber: http://lembagasemai.blogspot.co.id/search/label/Indonesia
Dari gambar 3.6.2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa proses
produksi CPO dan biodiesel memiliki perbedaan, sehingga dalam proses
pembuatannya atau pengolahannya tentu memerlukan mesin/teknologi
yang berbeda pula dan perusahaan harus menyediakan mesin-mesin baru
tersebut untuk dapat terus bersaing di pasar.
Peluang:
Biodiesel merupakan penemuan yang baru yang belum banyak
dikonsumi oleh masyarakat untuk kendaraannya. Jika perusahaan ikut
membuat biodiesel berbahan baku kelapa sawit maka perusahaan akan
mendapatkan total revenue yang cukup besar.
Ancaman:
Meskipun teknologi pembuatan diesel telah ditemukan, perusahaan
tetap harus melalukan pengadaan untuk proses produksi sehingga
akan memakan biaya yang sangat mahal.
3.7 Social Environment
Salah satu kunci sukses dalam mengelola perkebunan, adalah
pengelolaan lingkungan sosialnya. Sebagai bisnis dengan karakter labour
intensive, PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) berusaha sebaik
26
mungkin mengelola sumberdaya manusia, baik karyawan maupun
keluarganya. Namun,
Seiring dengan berjalannya waktu, telah terjadi perubahan sosial, di
mana masyarakat sekitar merupakan faktor produksi. Sebagai bisnis
dengan sistem terbuka, maka masyarakat sekitar dapat mempengaruhi
jalannya proses bisnis. Dengan demikian pengelolaan masyarakat sekitar
juga perlu dilakukan, selain pengelolaan tenaga kerja. Dukungan mereka
sangat berpengaruh pada eksistensi/kelestarian perusahaan.
Jika karyawan tidak puas, maka mereka menjadi kontra produktif.
Jika masyarakat tidak puas, maka mereka akan mengganggu kinerja
perusahaan. Jika masyarakat tidak berkesempatan untuk ikut merasakan
manfaat dari keberadaan kebun, maka akan muncul kesenjangan sosial
yang tinggi antara masyarakat di dalam kebun dengan masysrakat di luar
kebun, atau jika ada petani plasma, juga akan muncul kesenjangan antara
petani plasma dan petani yang belum berkesempatan menjadi petani
plasma. Kecemburuan sosial menjadi potensi untuk munculnya konflik
antara masyarakat dengan kebun dan dapat berakhir pada gangguan
produksi, lahan dan keamanan asset lainnya. Oleh karena itu, untuk
menjamin kelestarian perusahaan dibutuhkan dukungan karyawan,
keluarga dan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar dapat berperan
sebagai sumber tenaga kerja maupun pagar sosial bagi perusahaan.
Dengan membangun komunikasi yang harmonis, diharapkan
sinergi antara kebun dengan masyarakat sekitar ataupun masyarakat
yang lebih luas akan terjalin dengan baik. Dengan demikian, masyarakat
tidak hanya berperan sebagai sumber tenaga kerja melainkan juga
merupakan
pagar
sosial
bagi
perusahaan
perkebunan.Program
Pemberdayaan Masyarakat diharapkan dapat membantu agar masyarakat
dan perusahaan tumbuh dan berkembang bersama.
Peluang:
Perusahaan dapat melakukan kerja sama dengan petani yang
bermukim di wilayah tertentu perusahaan.
Ancaman:
Saat perusahaan menjalin kerja sama dengan beberapa petani, tentu
saja tidak semua petani dapat diajak kerja sama oleh perusahaan.
27
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Key Success Factors
Keberhasilan akan diperoleh oleh pelaku bisnis dan perusahaan
yang paling mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan lingkungan
saat ini. Keadaan ini memaksa pelaku bisnis maupun pihak-pihak baru
yang ingin menekuni bisnis untuk lebih kreatif dan proaktif dalam
menyikapi suasana persaingan yang semakin ketat.
Kondisi ini penting mengingat disamping pencapaian tujuan
ekonomis, bisnis sebagai suatu sistem juga dimampukan untuk memenuhi
tanggung jawab sosialnya bila sudah profitable dan bertahan dalam
persaingan.
Setiap perusahaan tentu memiliki kunci kesuksesannya masingmasing yang biasa dikenal dengan key success factors. Key success
factors (KSF) merupakan implikasi dari proses me-match-kan perusahaan
terhadap lingkungannya yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor
internal perusahaan. KSF adalah area atau aspek-aspek yang merupakan
potensi untuk memperoleh competitive advantage dalam suatu industri
tertentu, terutama dalam hal-hal yang penting bagi kemampuan
perusahaan
untuk
bertahan
dan
berhasil
dengan
sepenuhnya
memanfaatkan peluang yang ada dan menghindari tantangan yang
dihadapi perusahaan.
Begitu pula dengan PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) yang
memiliki key success factors untuk memperoleh competitive advantagenya. Lingkungan atau aspek yang menjadi satu kunci kesuksesan PT.
Perkebunan Nusantara VI (Persero) ini adalah profitabilitas. Tetapi profit
sendiri harus juga ditopang oleh Tanggung jawab Sosial Perusahaan dan
Ramah Lingkungan. Oleh karena itu selain laba, PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) dengan sabar dan telaten juga membina
hubungan kemasyarakatan dengan lingkungan sekitar yang terkenal
berpikiran maju. Pada saat yang sama manajemen PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) selalu berusaha agar operasi pabrik tidak
28
membuat lingkungan sekitar terganggu.4 Berikut 3 hal penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan terlihat pada Gambar 4.1
Sumber: http://ptpn6.com/
4
Annual Report PTPN VI (Persero) Tahun 2013
29
Tabel 4.1. Tabel Summary
No.
Faktor-faktor
1
Lingkungan
Demografi
2
Lingkungan
Natural
3
Variabel
(Driver)
Jumlah
Penduduk
Analisis
Peluang
Ancaman
Jumlah
penduduk yang
sangat besar
Jumlah
penduduk
Indonesia yang
besar dapat
menjadikan
Indonesia
sebagai pasar
yang sangat
potensial, Sektor
pertanian butuh
jumlah tenaga
kerja kerja yang
cukup besar
Kebakaran
Hutan dan
Kabut Asap
Perusahaan ikut
mengalami
masalah dengan
adanya
kebakaran hutan
di Sumatera
Jika para petani
membuka lahan,
ada kesempatan
bagi perusahaan
untuk
mengakuisisi
lahan yang
sudah terbuka
tersebut
Teknologi
Informasi
Keterbukaan
Informasi
yaitu
Informasi
perusahaan
yang di
publikasi di
situs resmi
perusahaan
Teknologi
informasi
memudahkan
komunikasi
antar pegawai,
antar kantor dan
juga dengan
konsumen serta
pihak-pihak lain
yang
berkepentingan
4
Lingkungan
Politik
Internasional
Krisis
5
Lingkungan
Pemerintah
Untuk
komunikasi antar
perusahaan,
antar karyawan
atau dengan
mitra
perusahaan
maka
dibutuhkan
teknologi dalam
bidang
komunikasi
Perbaikan
ekonomi di
Amerika Serikat
menyebabkan
krisis yang
menimpa semua
negara,
termasuk negara
importir CPO
terbesar
Indonesia.
Dengan
kebijakan-
Tingginya jumlah
penduduk dapat
menyebabkan
tingkat
pengangguran
yang cukup
tinggi dan
berdampak pada
kriminalitas.
Kriminalitas
dapat
memperngaruhi
kinerja
perusahaan
Perusahaan ikut
berinvestasi
dalam
memadamkan
api dan asap
akibat kebakaran
hutan, Stigma
Negatif (tuduhan
bahwa
perusahaan
sawit sebagai
penyebab utama
kebakaran)
Aplikasi
teknologi
informasi
memungkinkan
adanya
pembajakan
data oleh pihak
yang tidak
bertanggung
jawab
Kebijakan
Pemerintah
-
Kebijakan
pemerintah
Penurunan
harga minyak
menta dunia
berhubungan
positif dengan
harga CPO di
Indonesia. Hal
ini dapat
menyebabkan
penurunan profit
perusahaan
Dengan
kebijakan-
30
6
Teknologi
Proses
Biodiesel
7
Lingkungan
Sosial
Interaksi dan
Komunikasi
kebijakan yang
dikeluarkan oleh
pemerintah
memberikan
kemudahan
kepada
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnisnya
Pembuatan
Biodiesei
berbahan baku
CPO sedang
populer,
sehingga
perusahaan
perlu turut serta
dalam
pengembangan
bahan bakar
berupa biodiesel
tersebut
Perusahaan
yang membuka
lahan di sekitar
lingkungan
masyarakat
setempat harus
dapat
berinteraksi dan
berkomunikasi
dengan baik
dengan
masyarakat
sekitar bahkan
perusahaan
butuh
melakukan kerja
sama dengan
masyarakat
tersebut demi
keberlanjutan
perusahaan
cenderung
menciptakan
peluang bagi
jalanya usaha
PT. Perkebunan
Nusantara VI
(Persero)
Dengan
kebijakankebijakan yang
dikeluarkan oleh
pemerintah
memberikan
kemudahan
kepada
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnisnya
Dapat bermitra
dengan
masyarakat
sekitar yang
juga merupaka
petani sawit
kebijakan yang
dikeluarkan oleh
pemerintah
memberikan
kemudahan
kepada
perusahaan
dalam
menjalankan
bisnisnya
Teknologi baru
akan
membutuhkan
investasi yang
besar.
Akan ada
kecemburuan
sosial yang
menimbulkan
konflik antara
petani sawit jika
tida semua
petani sawit
tersebut ikut
terlibat dalam
kegiatan
perusahan. Dan
konflik tersebt
akan
mengganggu
kinerja
perusahaan
31
REFERENSI
Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit oleh Pusat Data dan
Informasi, Departemen Perindustrian (2007)
Gusti B. Alfansyuri, (2013): Peran Pemerintah dalam Perekonomian dan
Sistem Bisnis
Laporan Tahunan (2013): Annual Report PT Perkebunan Nusantara VI
(Persero)
Rafika Sari, (2015): Rencana kebijakan Crude palm oil supporting fund
Bisnis dan Manajemen, Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik,
Pusat
Pengkajian
Pengolahan
Data
dan
Informasi
(P3DI)
Sekretariat DPR RI
Peraturan
Meteri
Perdagangan
Republik
Indonesia
Nomor
54/M-
DAG/PER/7/2015
Web Sitses:
http://asdarmunandar.blogspot.co.id/2012/02/bisnisdanlingkunganpolitik.
Html (diakses pada 01/11/2015 12.40)
http://bps.go.id/ (diakses pada 01/11/2015 12:17)
http://jabbarspace.blogspot.co.id/2010/10/pengaruhlingkunganterhadapper
usahaan.html (diakses pada 01/11/2015 11:39)
http://lembagasemai.blogspot.co.id/search/label/Indonesia (diakses pada
01/11/2015 11.10)
http://ptpn6.com/ (diakses pada 01/11/2015 11:24)
http://sawitindonesia.com/ (diakses pada 01/11/2015 10:35)
http://www.aktual.com/ri-dan-malaysia-bakal-bangun-kawasan-industrikelapa-sawit-awal-2016/ (diakses pada 01/11/2015 10:14)
http://www.antaranews.com/berita/491366/prospek-industri-kelapa-sawitmasih-bagus (diakses pada 01/11/2015 10:28)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201509210954109279956/
industrisawitterpukulduakaliakibatkebakaranhutan/
(diakses
pada
01/11/2015 12.11)
http://www.gapki.or.id/Page/PressRelease
(diakses
pada
01/11/2015
10:20)
32
http://www.okezone.com (diakses pada 09/11/2015 23:08)
http://www.tradingeconomics.com/ (diakses pada 03/11/2015 15:40)
http://www.voaindonesia.com/content/cadangan-minyak-berlimpah-hargaminyak-as-turun-hingga-40-dolar/2925327.html
(diakses
pada
03/11/2015 14:33)
33