Peran Promosi Kesehatan Perawat Dalam Pe

PERAN PERAWAT MELAKSANAKAN PROMOSI KESEHATAN
PADATATANAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
DI PUSKESMAS

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah
PROMOSI KESEHATAN
Dosen : DR. UNTUNG SUDJIANTO, S.Kp., M.Kes.

Oleh :
KUSNADI JAYA, S.Kep., Ns.
NIM. 22020114410044
Peminatan : Manajemen Keperawatan

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FA K U LTA S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui
penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada
untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan
hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi,
obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat
(pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada di atas
rata-rata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota.
Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional sebesar 18,4%.
Namun demikian, target rencana pembangunan jangka menengah untuk
pencapaian program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target
Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat dicapai
pada 2007 (Badan Lit-Bang Kes Kemenkes RI, 2007).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 merupakan riset kedua yang

mengumpulkan data dasar dan indikator kesehatan setelah tahun 2007 yang
merepresentasikan gambaran wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Indikator yang dihasilkan antara lain status kesehatan dan faktor penentu
kesehatan yang bertumpu pada konsep Henrik Blum. Riskesdas menghasilkan
berbagai peta masalah kesehatan dan kecenderungannya, dari bayi lahir sampai
dewasa. Misalnya, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U30%) adalah NTT diikuti Papua Barat, dan dua
provinsi yang prevalensinya 80%). Demikian halnya untuk rumah tangga yang memiliki akses
ke fasilitas sanitasi ‘improved’ juga meningkat dari 40,3 persen (2007) (Ba LitBang Kes Kemenkes RI, 2013).
Hasil Riskesdas diatas menunjukkan bahwa ada beberapa masalah
kesehatan yang meningkat dibanding tahun 2007, antara lain : prevalensi gizi
buruk, period prevalence pneumonia, prevalensi hepatitis dan prevalensi diabetes
mellitus. Terkait dengan perilaku kesehatan diketahui bahwa perilaku merokok
pada usia 15 tahun keatas juga meningkat sehingga resiko paparan penyakitpenyakit akibat rokok juga akan meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mengendalikan peningkatan indikator-indikator diatas, tetapi
kenyataannya masih ada peningkatan dari tahun ke tahun. Perawat di Puskesmas
sebagai ujung tombak kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat memiliki
tanggung jawab besar melakukan upaya-upaya kesehatan mengendalikan Karena
itulah dalam makalah ini, Penulis merasa tertarik melakukan analisis mengenai
bagaimana peran perawat dalam Perawatan Kesehatan Masyarakat.
B. Tujuan

1. Tujuan umum
Mendeskripsikan peran-peran yang dapat dijalankan perawat dalam kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas.

2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan peran-peran perawat
b. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas
c. Mendeskripsikan pengintegrasian peran-peran perawat dalam Perawatan
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
C. Manfaat
1. Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat
Dapat menjadi bahan masukan mengenai pelaksanaan kegiatan perkesmas
sehingga perawat mampu mengembangkan diri dan keilmuannya.
2. Bagi Kepala Puskesmas
Dapat menjadi bahan masukan mengenai pengembangan upaya kesehatan
masyarakat di Puskesmas
3. Bagi Akademisi
Dapat menjadi bahan masukan mengenai pengembangan keilmuan perawat,
khususnya tentang perawatan kesehatan masyarakat.

D. Sistematika
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika
2. Bab II Tinjauan Teori berisi uraian mengenai peran-peran perawat dalam
promosi kesehatan, perkesmas dan pengintegrasian peran perawat dalam
perkesmas.
3. Bab III Pembahasan berisi analisis tentang teori yang sudah didapatkan,
peluang dan tantangan dalam menjalankan peran perawat dalam kegiatan
perkesmas.
4. Bab IV Penutup berisi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian informasi
kesehatan dan ilmu tentang kesehatan kepada individu, kelompok, keluarga dan
komunitas dengan tujuan dari tidak mampu menjadi mampu merubah kebiasaan
yang

sesuai


dengan

prinsip-prinsip

kesehatan

dalam

berbagai

aspek

kehidupannya secara mandiri dan menerapkan sepanjang hidupnya.
Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green
(1984) merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi Kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”. Sedangkan Harahap
(2011) mengemukakan bahwa Promosi kesehatan juga merupakan proses

pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar. Seseorang dapat dikatakan
belajar bila dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan perilaku sehat
perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan
tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative
lama. Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi kesehatan
masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya,
yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari penelitianpenelitian yang ada terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat
sudah tinggi tentang kesehatan, namun perilaku kesehatan masyarakat masih
rendah.
Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu
mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga
yang digunakan dalam promosi kesehatan. Dengan metode yang benar dan
penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu
dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan

diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan kesehtan lebih mudah
terwujud.
Menurut Giffary (2012) umumnya ada empat faktor yang dapat

mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, antara lain : (1) Fasilitasi,
yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya
menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat; (2)
Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal, (3) Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti
tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan
perilaku yang di anjurkan dan (4) Kesanggupan untuk mengadakan perubahan
secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi
murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
Program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”. Maksudnya
adalah (1) bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek
penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka
kerjakan, perlukan dan inginkan, (2) bersama dengan masyarakat fasilitator
menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya
jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan
nyaman serta (3) bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program
promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus.
Metode-metode yang dapat dilaksanakan dalam melaksanakan upaya
promosi kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Berdasarkan teknik komunikasi

a. Pendekatan langsung : kunjungan rumah, FGD, pertemuan di Balai Desa
b. Pendekatan tak langsung : publikasi media massa, pertunjukan film
2. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
a. Pendekatan perorangan : kunjungan rumah, komunikais per telepon
b. Pendekatan kelompok : diskusi, pertemuan, demonstrasi
c. Pendekatan massal : pertemuan umum, pemutaran film, poster
3. Berdasarkan indera penerima
a. Metode melihat dan memperhatikan : poster, gambar, film, poto
b. Metode mendengar : pidato, ceramah, penyuluhan di radio

c. Metode kombinasi : simulasi, demonstrasi cara
B. Peran Perawat Dalam Promosi Kesehatan
Menurut Lokakarya Nasional Keperawatan 1983, peran perawat di
Indonesia disepakati sebagai berikut :
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver)
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar klien dengan pendekatan proses keperawatan
2. Peran advokasi (pembela) klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
3. Peran sebagai pendidik (educator)
Peran ini dilakukan untuk :
a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien
mengatasi masalah kesehatanya.
b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran sebagai koordinator
Peran

ini

dilaksanakan

mengorganisasi


pelayanan

dengan

mengarahkan,

kesehatan

dari

tim

merencanakan
kesehatan

serta

sehingga

pemeberian pelayanan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Peran sebagai kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya
yang melibatkan profesi lainnya serta support system yang mendukung.

6. Peran sebagai konsultan
Peran disini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah yang berkaitan
dengan kesehatan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan yang diberikan.
7. Peran sebagai pembaharu (change agent)
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mendorong penemuan
cara-cara baru dan terjadinya perubahan yang progresif dalam mensikapi
dinamika masalah kesehatan yang terus berkembang. Dalam hal ini perawat
dapat melakukan kontrak kerjasama untuk mewujudkan perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan yang
semestinya. Peran perawat sebagai pembaharu dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya :
a. Kemajuan teknologi
b. Perubahan lisensi-regulasi
c. Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
d. Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
8. Pengamat kesehatan
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada indvidu,
keluarga, kelomppk dan masyarakat yang menyangkut maslah kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan
Perawat mempertemukan support system yang saling menguntungkan antara
individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan kesehatan
sehingga pencapaian tujuan asuhan dapat dicapai melalui pemberdayaan.
10. Peran fasilitator
Perawat merupakan tempat mencari kesehaatan bagi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan, diharapkan perawat dapat fasilitasi
sehingga masyarakat dapat mencapai tujuan dalam bidang kesehatan yang
diharapkan.
Menurut Bastable (2002) perawat sebagai pendidik memegang peranan
posisi yang strategis untuk mempromosikan gaya hidup sehat. Dengan
menggabungkan materi yang spesifik untuk disiplin keperawatan, pengetahuan

dari teori pendidikan dan model perilaku kesehatan dapat dilakukan suatu
pendekatan terintegrasi pada pembentukan perilaku kesehatan peserta didik. Subperan perawat sebagai pendidik meliputi: 1) fasilitator perubahan; 2) kontraktor;
3) organisator; dan 4) evaluator.
1. Fasilitator perubahan
Tujuan perawat sebagai pendidik adalah mempromosikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dna promosi kesehatan merupakan sesuatu yang
integral. Perawta sebagai pendidik secara bersamaan berfungsi sebagai
fasilitator perubahan. Jika upaya promosi kesehatan dipandang sebagai
sebuah intervensi, hal itu perlu dipertimbangkan dalam konteks intervensi
keperawatan yang akan mempengaruhi perubahan.
2. Kontraktor
Pembuatan kontrak merupakan cara yang populer untuk memfasilitasi
perubahan perilaku. Kontrak informal maupun formal dapat menggambarkan
dan mempromosikan sasaran promosi kesehatan. Kontrak dalam konteks
promosi kesehatan memerlukan pembentukan pernyataan tentang tujuan
bersama yang ingin dicapai , rencana tindakan yang disetujui, mengevaluasi
rencana dan mencari alternatif. Rencana tindakan harus spesifik dan
mencakup siapa, apa, kapan, dimana dan bagaimana proses kegiatan akan
dilaksanakan.
3. Organisator
Pengaturan sistem pelaksanaan upaya-upaya promosi kesehatan , termasuk
memanipulasi materi dan ruang, pengaturan bertahap pokok masalah yang
akan dipromosikan merupakan implementasi peran perawat dalam konteks
sebagai pendidik. Pengaturan materi yang akan dipromosikan dapat
membantu mengurangi hambatan terhadap upaya promosi itu sendiri. Karena
itu dalam menyelenggarakan upaya promosi kesehatan perawat perlu
menyusun organisasi yang baik. Bukan hanya organisasi penyelenggara tetapi
organisais program itu sendiri.
4. Evaluator
Promosi

kesehatan,

dipertanggungjawabkan

sebagaimana
dan

sebuah

proyek

dipertanggunggugatkan

harus
pada

dapat

pemegang

kebijakan dan klien sasaran (dalam hal ini adalah masyarakat). hal ini dapat
dipenuhi melalui evaluasi hasil, evaluasi diri, evaluasi sasaran kegiatan,
evaluasi organisasi serta evaluasi sejawat.
C. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Effendy (1998) mengutip dari Friedman (1960) dan WHO (1959)
mengemukakan bahwa keperawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang
khusus (spesialisasi) dalam ilmu keperawatan yang merupakan gabungan dari
ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan sosial. Dengan demikian ada 3
teori dasar dalam perawatan kesehatan masyarakat, yaitu ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (peran serta masyarakat). Dalam konteks
perkembangan keperawatan masa kini, keperawatan kesehatan masyarakat dapat
dipadankan dengan bidang spesialisasi keperawatan komunitas.
Upaya Perkesmas diterapkan oleh perawat Puskesmas bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara pro aktif yang berfokus kepada lingkup pemberdayaan
masyarakat,

khususnya

kemandirian

keluarga.

Kegiatan

Pengembangan

Penerapan Perkesmas ini, terintegrasi dengan Pengembangan Manajemen
Kesehatan (PMK) yang dalam rangka revitalisasi perkesmas sebagai upaya
kesehatan wajib Puskesmas mengingat belum semua fasilitas pelayanan
kesehatan dasar (Puskesmas) telah melaksanakan upaya Perkesmas. Sebab
sasaran perkesmas untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi tingginya dan sejalan dengan arah pembangunan
kesehatan saat ini merupakan issue strategis dalam pengembangan Puskesmas.
Dalam kegiatan Perkesmas, perawat dapat berperan aktif dalam upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yaitu sebagai tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan. Sasaran
Perkesmas meliputi: (a). individu yang mempunyai masalah kesehatan aktual,
resiko tinggi, termasuk dalam kelompok rawan kesehatan; (b). keluarga yang
memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan, anggota resiko tinggi atau
rawan

kesehatan

serta

belum

memanfaatkan

pelayanan

kesehatan

masyarakat; (c). kelompok yang mempunyai kebutuhan dan masalah kesehatan
khusus serta rawan terhadap masalah kesehatan tertentu (Mubarak, 2010).
Bagi seorang perawat di Puskesmas, upaya yang dapat dilakukan dalam
memberikan Pelayanan Kesehatan, yang menyangkut ilmu dan kiat keperawatan,
bio-psiko-sosio-spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, masyarakat, baik sakit maupun sehat. Upaya ini Meliputi
promotif,

preventif,

kuratif,

rehabilitatif.

Seluruh

kegiatannya

menggunakan pendekatan proses keperawatan (Mubarak, 2010).

dapat

BAB III
PEMBAHASAN
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat adalah
salah satu penyelenggara upaya pelayanan kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Menurut Cholisin (2011) masalah pembangunan (termasuk pembangunan
kesehatan) merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu misalnya dari
sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki aspek
kehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik,
ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen
pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih
diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini pemerintahan yang
demokratis yang hendak dikembangkan, maka ada perubahan posisi masyarakat
yang semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek
pembangunan. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan
agar bersifat efektif perlu dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan
masyarakat. Pilihan strategi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan

masyarakat

adalah

upaya

untuk

menciptakan

/

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok,
dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat adalah Upaya
menumbuhkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk meningkatkan posisi
tawar (bargaining power), sehingga memiliki akses dan kemampuan untuk

mengambil keuntungan timbal balik dalam bidang ekonomi, politik, sosial,
kesehatan dan budaya.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya empat
unsur pokok yaitu: a) Aksesibilitas informasi, karena imformasi merupakan
faktor berharga kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum,
efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas; b) Keterlibatan dan partisipasi, yang
menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam
keseluruhan

proses

pembangunan;

c) Akuntabilitas,

kaitannya

dengan

pertanggung jawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan
mengatas namakan rakyat; d) Kapasitas organisasi lokal, kegiatannya dengan
kemampuan

bekerja

sama,

mengorganisasi

warga

masyarakat,

serta

memobilitasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka
hadapi (Mubarak, 2010).
Kemandirian masyarakat mengelola kesehatannya merupakan tujuan
akhir dari pemberdayaan masyarakat. Dalam perspektif upaya kesehatan, agar
masyarakat berubah dari ketidakmampuan menjadi mampu menunjukkan
perilaku pengeloaan kesehatan maka dibutuhkan promosi kesehatan. Dengan
demikian agar kemandirian tercapai, perawat harus mampu mempromosikan
gaya hidup sehat dan perilaku kesehatan kepada masyarakat dengan pendekatan
pemberdayaan. Bastable (2002) mengemukakan bahwa peran perawat sebagai
pendidik memegang peranan posisi yang strategis untuk mempromosikan gaya
hidup sehat.
Agar peran sebagai pendidik ini dapat dilaksanakan secara terstruktur
maka perlu diintegrasikan ke dalam program Keperawatan Kesehatan
Masyarakat yang merupakan salah satu upaya kesehatan esensial di Puskesmas.
Pengintegrasian ini akan menjamin bahwa sub-peran dari peran pendidik benarbenar dilaksanakan dengan baik. Maka seorang penanggung jawab Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) pengembangan perlu memposisikan promosi
kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat sebagai strategi utama. Pemanfaatan
dana kapitasi BPJS pun harus di advokasi untuk kegiatan promosi, bukan hanya
kuratif saja untuk menurunkan prevalensi penyakit dan memperbaiki perilaku
sehat demi mencapai visi Kecamatan Sehat, Indonesia Sehat, dan tujuan MDGs.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peran utama perawat dalam promosi kesehatan adalah peran pendidik. Peran
ini memiliki sub-peran antara lain : fasilitator perubahan, kontraktor,
organisator, evaluator.
2. Pelaksanaan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas saat ini
merupakan salah satu Upaya Kesehatan Esensial dan dapat dikembangkan
dalam konteks asuhan keperawatan komunitas.
3. Pengintegrasian

peran-peran

perawat

dalam

Perawatan

Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas melalui Upaya Kesehatan Masyarakat seharusnya
dalam bentuk pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian
masyarakat dalam mengelola kesehatannya.
B. Saran
1. Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat/Perawat Komunitas
Pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan dalam konteks asuhan
keperawatan komunitas dengan melibatkan jejaring Puskesmas dan seluruh
support system yang ada di masyarakat
2. Bagi Kepala Puskesmas
Dukungan

anggaran

terhadap

kegiatan

promosi

kesehatan

serta

pengembangannya perlu diadvokasi, baik anggaran yang bersumber dari
APBD maupun anggaran yang bersumber dari Kapitasi BPJS.
3. Bagi Akademisi
Efektifitas

pengintegrasian

peran

perawat

dalam

Upaya

Kesehatan

Masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan itu perlu
diikuti, dianalisis dan diteliti terus menerus sebab dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, maka perawat
komunitas mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan peran dan
fungsinya. Hal ini harus terus diadvokasi sampai terbit peraturan
perundangan turunannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E T, Farlan, J Mc. Community as partner: theory and practice in
nursing. ISBN 979-448-742-2
Bastable, S. B. (2002) Perawat Sebagai Pendidik; prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran. Jakarta : EGC
Cholisin (2011) Pemberdayaan Masyarakat. Disampaikan Pada Gladi Manajemen
Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian
Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, Tanggal 19-20 Desember
2011
Effendy, N. (1998) Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat; editor
Yasmin Asih. Edisi 2. Jakarta : EGC
Giffary, A. H. (2012). Konsep dasar dalam promosi kesehatan. Metode dan Teknik
dalam
Promosi
Kesehatan.
Diakses
dari
http://www.slideshare.net/ayawie/metode-dan-teknik-promosikesehatan#
Harahap, Y.S. (2011) Efektivitas Metode Diskusi dan Ceramah Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Membuang Limbah Medis Padat
di Puskesmas Kota Medan Tahun 2010. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27588/4/Chapter
%20II.pdf
Mubarak, WI (2010) Pengantar Keperawatan Komunitas, Jakarta : Penerbit Sagung
Seto
Notoatmodjo, S. (2005) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Bandung : Rineka
Cipta. Diakses dari http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/5848.pdf