LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAH

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
“ Analisis Pola Komunikasi Berbasis Biologi Komunikasi sebagai
Optimalisasi Peran Sosial Warga Retardasi Mental
( Studi Kasus Kampung “ Idiot” Dusun Sidowayah, Kabupaten Ponorogo)”

BIDANG KEGIATAN :
PKM – PENELITIAN

Diusulkan oleh :
Alifiana Ariani Nisa

( 145120207111052) / ANGKATAN 2014

Dwi Nur Santi

( 145120207111036) / ANGKATAN 2014

Erlyn Widiyanti

( 145120201111028) / ANGKATAN 2014


Eka Abdillah Nuriyansyah

( 145120307111015) / ANGKATAN 2014

Sony Harnanta Pratama

( 145090107111022) / ANGKATAN 2014

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN
1. Judul Kegiatan

2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan

d. Universitas
e. Alamat Rumah/HP
f. Email
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
6. Alamat Rumah/HP
7. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti
b. Lain-lain
8. Jangka Waktu Pelaksanaan

:“Analisis Pola Komunikasi Berbasis Biologi
Komunikasi Sebagai Optimalisasi Peran Sosial
Warga Retardasi Mental (Studi Kasus:
Kampung “idiot”, Dusun Sidowayah,
Kabupaten Ponorogo”
: PKM-P
: Alifiana Ariani Nisa

: 145120207111052
: Ilmu Komunikasi
: Brawijaya Malang
: Perumahan Griyashanta Blok L No. 123 Malang/
085655562887
: alifianarianisa@gmail.com
: 4 Orang
: Dr. Antoni, S.Sos., M.Si
: 0010107207
: Jalan Candi Panggung 6C Malang/
081329026143
: Rp. 7.500.000
:: 4 Bulan
Malang, 18 Mei 2016

Menyetujui,

i

RINGKASAN

Penelitian dengan judul “Analisis Pola Komunikasi Berbasis Biologi
Komunikasi sebagai Optimalisasi Peran Sosial Warga Retardasi Mental yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan warga retardasi
mental merasa tenang, tertekan, yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis bagaimana pola komunikasi berbasis biologi komunikasi sebagai
optimalisasi peran sosial warga retardasi mental di Dusun Sidowayah. Target
luaran dari penelitian ini adalah menggambarkan pola komunikasi warga retardasi
mental Dusun Sidowayah dan mengembangkan empati di lingkungan warga
retardasi mental serta mengedukasi mereka. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan observasi dan
wawancara. Dari hasil terjun langsung di Dusun Sidowayah, peneliti perlu
melakukan eksplikasi yaitu penjernihan istilah karena istilah “Down Syndrome”
tidak tepat untuk menggambarkan kondisi warga di Dusun Sidowayah. Hal
tersebut dikarenakan Retardasi mental dan Down Syndrome memiliki karakteristik
yang berbeda.
Biologi komunikasi menganalisis perilaku yang didasarkan pada sumber
pengendali pesan yaitu otak. Pada warga retardasi mental terdapat hambatan pada
intelektual yang menyebabkan lambannya mereka dalam merespons stimulus. Hal
tersebut semakin parah apabila lingkungan sekitar membuat mereka tidak
nyaman. Maka dari itu perlu situasi komunikasi yang membuat mereka merasa

nyaman.
Pola komunikasi merupakan gambaran sederhana dari proses komunikasi
yang memperlihatkan kaitan antar komponen komunikasi. Komponen komunikasi
yang bisa menggambarkan pola komunikasi warga retardasi mental adalah jenis
komunikasi, pesan, feedback yang diberikan, dan situasi komunikasi. Pola
komunikasi warga retardasi mental adalah cenderung menggunakan komunikasi
non verbal karena bergantung pada kondisi fisik. Dilihat dari komponen
komuniikasi berupa pesan, warga retardasi mental tanggap pada pesan-pesan
sederhana dan menggunkan simbol atau gesture untuk mengungkapkan keinginan
mereka. Feedback yang warga retardasi mental adalah menggunakan perkataan
singkat dan sederhana. Situasi komunikasi yang membuat warga retardasi mental
merasa tenang adalah dengan kasih sayang atau afeksi.
Dengan mengetahui pola komunikasi warga retardasi mental, perlu
pengoptimalisasian peran warga retardasi mental agar tidak menjadi beban bagi
masyarakat sekitar. Selain itu penelitian ini berpotensi untuk menjadi jurnal
ilmiah agar menambah khasanah ilmu biologi komunikasi yang sampai saat ini
masih minim kajiannya.

Kata kunci : Retardasi mental, komunikasi non verbal, gesture, afeksi


ii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN................i
RINGKASAN............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah.....................................................................2
1.3. Tujuan.......................................................................................... 2
1.4. Manfaat........................................................................................ 2
1.4.1 Secara akademis....................................................................2
1.4.2 Secara praktis.........................................................................2
BAB 2 TARGET LUARAN..........................................................................3
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................3
3.1 Metode Penelitian.........................................................................3
3.2 Tahapan Penelitian.......................................................................3
3.3 Indikator Capaian..........................................................................3
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................3
3.5 Teknik Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan...........................4

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI....................................................................5
4.1 Pola Komunikasi Warga Retardasi Mental di Dusun Sidowayah,
Ponorogo............................................................................................. 6
BAB 5 POTENSI HASIL............................................................................. 8
BAB 6 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA....................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 9
LAMPIRAN DOKUMENTASI....................................................................10
LAMPIRAN KEUANGAN..........................................................................12

iii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif dan
suportif, termasuk bagi mereka yang mengalami retardasi mental. Retardasi mental merupakan
salah satu bentuk gangguan yang timbul pada usia sebelum 18 tahun dengan karakteristik
penderitanya yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata (IQ dibawah 70) dan mengalami
gangguan adaptif di berbagai bidang meliputi ketrampilan bermasyarakat, komunikasi, dan
kemandirian. Menurut catatan Pusdatin Kesos di 24 provinsi tahun 2007-2009, penderita
retardasi mental tercatat sebanyak 249.364 orang. Dusun Sidowayah merupakan dusun yang

dihuni oleh banyak penderita retardasi mental. Penderita retardasi mental di Sidowayah kurang
lebih 150 jiwa lebih atau sekitar sembilan persen dari hampir 3.000 penduduk (Liputan6.com).
Istilah retardasi mental digunakan karena istilah “down syndrome” tidak tepat digunakan untuk
menggambarkan warga di Dusun Sidowayah, hal tersebut dikarenakan penderita down syndrome
dan retardasi mental memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukannya
eksplikasi. Eksplikasi adalah memberikan informasi kepada para pembaca tentang istilah-istilah
inti/kunci dalam sebuah definisi yang original (Parera, 2004, h. 207)
Masalah keterbelakangan mental seperti dikemukakan oleh Budhiman (dalam Hendriani,
Handaryanti, Sakti, 2006), berdasarkan sejumlah tulisan sejak periode 1981 telah
mengemukakan bahwa keterbelakangan atau retardasi mental merupakan masalah yang cukup
besar di Indonesia sehingga membutuhkan perhatian secara khusus. Penderita retardasi mental
cenderung disisihkan dari lingkungannya. Mereka juga termarginal kan secara sosial.
Penderita retardasi mental di dusun tersebut membutuhkan suatu pendekatan komunikasi
khusus dan dukungan dari lingkungan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar dapat
menstimulus optimalisasi peran sosial mereka. Menurut Darmawan (2010), biologi komunikasi
merupakan model komunikasi yang menganalisis masalah perilaku individu secara biologi
internal, karena mempelajari asal usul perilaku berdasarkan kajian dan pemahaman terhadap
sumber pengendali perilaku, yaitu otak. Melalui kajian ini, perilaku manusia dapat muncul
berdasarkan kebebasan dari stimulus yang diberikan, sehingga memunculkan respons. Dari
respons yang muncul terdapat fenomena biologis sebagai kotak hitam yang harus diteliti dan

dianalisis. Berdasarkan analisis terhadap otak ditemukan bahwa perilaku biologis dipengaruhi
oleh kecerdasan, kasih sayang, dan aktivitas mental serta fisik. (Darmawan, 2010).
Analisis pola komunikasi berbasis biologi komunikasi pada warga retardasi mental di Dusun
Sidowayah tidak menggunakan alat Elektroensephalografi ( EEG) yang merupakan alat untuk
menjelaskan proses biologi komunikasi antara otak kiri dengan otak kanan, melainkan hanya
menggunakan analisis terhadap pola komunikasi yang terjadi pada warga retardasi mental.
Pada warga retardasi mental yang sebenarnya terjadi adalah hambatan pada perkembangan
intelektualnya sehingga mereka lamban dalam memroses setiap stimulus yang mereka terima.
Pemrosesan stimulus ini kemungkinan semakin sukar apabila lingkungan sekitarnya membuat
penderita merasa tertekan dan tidak relax. Melihat persoalan tersebut, peneliti merasa perlu
4

mengkaji lebih dalam bagaimana pola komunikasi warga retardasi mental dengan menggunakan
kajian biologi komunikasi, sebagai sarana optimalisasi peran sosial warga retardasi mental di
dusun tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas, permasalahan penelitian yang ingin
dikaji adalah:
1. Apa saja faktor yang membuat warga retardasi mental di Dusun Sidowayah merasa
tenang (relax) dan tertekan ?

2. Bagaimana dukungan lingkungan sekitar terhadap warga retardasi mental di Dusun
Sidowayah ?
3. Bagaimana pola komunikasi berbasis biologi komunikasi sebagai sarana optmalisasi
peran sosial warga retardasi mental di Dusun Sidowayah ?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui faktor--faktor yang menyebabkan warga retardasi mental merasa
tenang, tertekan, dan bentuk dukungan lingkungan sekitar mereka, yang kemudian digunakan
sebagai dasar untuk menganalisis bagaimana pola komunikasi berbasis biologi komunikasi
sebagai optimalisasi peran sosial warga retardasi mental di Dusun Sidowayah.
1.4. Urgensi Penelitian
1. Minimnya riset biologi komunikasi sehingga masih sedikit pula kajian terkait analisis
biologi komunikasi pada penderita retardasi mental.
2. Penelitian-penelitian terdahulu lebih fokus mengenai penerimaan, dan penolakan
terhadap penderita retardasi mental, sehingga masih sedikit yang mengkaji dari perpektif
komunikasi.
1.5. Luaran yang Diharapkan
1. Mampu menggambarkan pola komunikasi warga down syndrom Dusun Sidowayah
2. Munculnya rumusan alternatif kebijakan untuk warga down syndrome di Dusun
Sidowayah, sehingga peran sosial mereka lebih optimal.
3. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya mampu mengembangkan empati warga sekitar

dan mengedukasi mereka agar melihat, dan memperlakukan warga down syndrome tidak
hanya dari kaca mata “orang normal”
1.4.1 Secara akademis
1. Diharapkan dapat menambah dan memperkaya penelitian pada bidang kajian biologi
komunikasi.
2. Sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya tentang pola komunikasi
pada penderita retardasi mental.

5

1.4.2 Secara praktis
1. Sebagai stimulus serta saran untuk pengambilan kebijakan pemerintah dalam menangani
permasalahan warga retardasi mental di Dusun Sidowayah agar peran sosial mereka lebih
optimal.
2. Sebagai edukasi untuk warga “normal” dalam berkomunikasi dan melakukan pendekatan
dengan warga retardasi mental di Dusun Sidowayah.
BAB 2 TARGET LUARAN
Target luaran dari penelitian ini adalah:
1. Jurnal Ilmiah
2. Menggambarkan pola komunikasi warga retardasi mental Dusun Sidowayah
3. Diharapkan hasil penelitian ini mampu mengembangkan empati warga sekitar dan
mengedukasi mereka.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang bertujuan
untuk membuat gambaran atau memberikan informasi secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang tengah diselidiki. Dalam
konteks ini, peneliti mencoba menjelaskan dan menggambarkan secara faktual pola komunikasi
warga retardasi mental di Dusun Sidowayah. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012)
menyatakan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
3.2 Tahapan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan studi literatur, perencanaan sistem kerja di lapangan,
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data dan yang terakhir adalah
penarikan kesimpulan dan saran bagi stakeholder.
3.3 Indikator Capaian
Tercapainya penelitian ini apabila peneliti mampu mengungkapkan begaimana pola
komunikasi warga retardasi mental di Dusun Sidowayah dengan masyarakat sekitar
menggunakan kajian biologi komunikasi sebagai upaya optimalisasi peran sosial mereka.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
A. Data Primer : Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti secara langsung
dari objek penelitian. Objek penelitian ini meliputi warga penderita retardasi mental,
keluarga penderita, tetangga sekitar penderita, ketua dusun serta para stakeholder.
Data ini dikumpulkan dengan dua cara yaitu :
1. Observasi : Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di Dusun
Sidowayah untuk memperoleh data yang benar dan akurat.
6

2. Wawancara : Untuk mempermudah peneliti menggali data dari informan
di lapangan, maka dibuat panduan wawancara yang menjabarkan dari
jawaban permasalahan yang akan diolah.
B. Data Sekunder : Data Sekunder adalah data pendukung bagi penelitian yang
dilakukan. Data sekunder meliputi : dokumen-dokumen, arsip-arsip, catatan-catatan
dan laporan dari pihak Lurah dan Kamituwo, karena benar-benar mengetahui kondisi
objek yang akan diteliti.
3.5 Teknik Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan
Menurut Moleong (2012), analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan
data ke dalam pola, ketegori dan satuan uraian dasar sehungga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja. Proses ini dimulai dengan menelaah seluruh data baik data primer
maupun sekunder. Langkah selanjutnya adalah melakukan reduksi data dengan menyusun
abstraksi-abstraksi yang merupakan rangkuman proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu
dijaga agar tetap berada didalamnya, kemudian disusun dan dikategorikan. Lebih lanjut
Cresswell (dalam Moleong, 2012) mengilustrasikan analisis data dalam penelitian kualitatif :

Data mentah (transkrip, data lapangan,
gambar dan sebagainya)

Mengolah dan mempersiapkan data
untuk dianalisis
Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data untuk menentukan
derajat kepercayaan pemeriksaan data. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data
Meng-coding
data (tangan
atau
dari berbagai sumber yang berbeda-beda
mengenai sebuah
permasalahan
yang akan dikaji.
komputer)
Membaca keseluruhan data
7
Tema-tema

Deskripsi

Menghubungkan tema-tema/deskripsi-

Pemilihan triangulasi sumber data ini disesuaikan dengan karakteristik masalah, dimana peneliti
akan melakukan pengumpulan data dengan pengamatan dan wawancara terhadap key informan
serta melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Sehingga dalam pemeriksaan
keabsahan data juga perlu membandingkan hasil dari proses pengumpulan data yang telah
dilakukan sebelumnya.
BAB 4 HASIL YANG DICAPAI
Warga retardasi yang kami temui di lapangan dan menjadi informan dari penelitian ini
memiliki kondisi fisik dan mental yang berbeda-beda. Ada yang kondisi fisiknya normal dan
masih bisa diajak berinteraksi, meskipun mereka hanya dapat menerima pesan atau informasi
yang sederhana. Ada pula yang tuna wicara dan mengalami kelumpuhan sehingga untuk
berinteraksi mereka menggunakan isyarat. Penelitian ini melibatkan 9 warga retardasi mental
sebagai informan peneliti. Kesembilan informan diambil secara acak melalui data yang telah
diberikan oleh Kamituwo Dusun Sidowayah. Berikut adalah tabel data informan penelitian yang
dihimpun dari data Kamituwo serta hasilwawancara, observasi peneliti terhadap informan dan
keluarga serta masyarakat sekitar warga penderita retardasi mental:
No
1

Nama
Usia
Kondisi Fisik
Aktivitas Sehari-hari
Kemen 56
Normal
-; bergantung pada keluarga
g
2
Gonah
51
Tunawicara
Berkebun
3
Mesdi
49
Tunawicara
Serabutan
4
Kinem
49
Normal
Mengambil air dari sumber
5
Meseno 45
Normal
- ; bergantung pada keluarga
6
Ganden 55
Normal
Berkebun & memasak
7
Fais
10
Tunawicara ; Lumpuh
- ; bergantung pada keluarga
8
Andika 17
Tunawicara ; Lumpuh
- ; bergantung pada keluarga
9
Sutrisno 17
Tunawicara ; Lumpuh
- ; bergantung pada keluarga
Table 1. Data informan penelitian (Data disusun berdasarkan data dari Kamituwo, wawancara
dan observasi peneliti)
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat warga retardasi mental yang tetap dapat
melakukan pekerjaan seperti serabutan, berkebun, memasak dan mengambil air dari sumber
untuk mendapatkan upah layaknya orang normal. Mesdi dan Ganden dapat melakukan aktivitas
sehari-harinya karena diajarkan oleh keluarganya, sedangkan Kinem belajar mengambil air dari
sumber untuk mendapatkan upah melalui self-learning. Kinem mengambilkan air untuk para
tetangga yang bak airnya kosong tanpa disuruh. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa
masyarakat retardasi mental dapat belajar dengan perhatian khusus, artinya tidak dapat
disamakan dengan orang normal.
Selain itu, untuk mengoptimalkan peran retardasi mental perlu adanya pengondisian
situasi untuk penderita retardasi mental yang membuat mereka rileks dan nyaman. Hal ini
8

Menginterpretasi tema-tema atau
deskripsi-deskripsi

dikarenakan faktor lingkungan sangatlah penting pada perilaku individu.Perilaku individu
ataupun peran terbentuk karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya dengan
menggunakan proses mental, persepsi, motivasi, nilai-nilai, ingatan dan kepribadian. Dalam
pengoptimalan peran, jenis lingkungannya terbagi menjadi tiga, yaitu lingkungan yang
mendukung, menghambat dan netral (Darmawan, 2010). Hasil observasi peneliti menunjukkan
bahwa lingkungan di dusun Sidowayah merupakan lingkungan yang menghambat dalam
optimalisasi peran warga retardasi mental. Masyarakat bukan penderita menganggap bahwa
penderita retardasi mental merupakan orang peko’ (bodoh), tidak dapat diajari, dan sulit diatur.
Sehingga masyarakat sendiri tidak menyadari potensi dari warga retardasi mental tersebut.
Padahal dengan menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang nyaman bagi retardasi mental,
potensi yang mereka miliki dapat dikembangkan sehingga peran sosial mereka lebih optimal.
Oleh karena itu, peneliti perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat warga retardasi
mental merasa nyaman, rileks dan tertekan.
4.1 Pola Komunikasi Warga Retardasi Mental di Dusun Sidowayah, Ponorogo
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Soejanto,
2001 dalam Gunawan, 2013).Berdasarkan
pengamatan
di lapangan,
peneliti
menemukan bahwa
Gambar
1. Ilustrasi
analisis data
dalam
pola komunikasi warga retardasi mentalpenelitian
dipengaruhi
oleh kondisi fisik, kecerdasan mental serta
kualitatif
situasi dan kondisi lingkungan sekitar (Darmawan,
2010). Hasil dari pengolahan data primer dan
 
data sekunder yang peneliti himpun, peneliti perlu menjabarkan komponen-komponen
komunikasi untuk membentuk pola komunikasi warga retardasi mental dusun Sidowayah, yaitu :
a. Terdapat dua jenis komunikasi yaitu verbal dan nonverbal. Warga retardasi mental dusun
Sidowayah menggunakan kedua jenis komunikasi ini, tergantung pada kondisi fisik
penderita warga retardasi mental yang bersangkutan. Untuk warga retardasi mental yang
fisiknya normal dan dapat berbicara seperti Kinem, Meseno, Ganden dan Kemeng,
mereka menggunakan kedua jenis komunikasi, verbal maupun nonverbal dalam
berinteraksi, sedangkan bagi penderita yang tunawicara dan mengalami kelumpuhan,
mereka cenderung hanya menggunakan komunikasi nonverbal, seperti Gonah,
Mesdi,Andika, Sutrisno, dan Fais. Namun sejauh pengamatan peneliti, jenis komunikasi
nonverbal lebih sering digunakan warga retardasi mental untuk mengungkapkan
keinginan, menunjuk dan meminta sesuatu.
b. Untuk membuat situasi dan kondisi yang nyaman dan rileks bagi warga retardasi mental,
perlu untuk menghindari situasi yang membuatnya tertekan. Situasi yang membuat
nyaman para warga retardasi mental ini berbeda-beda setiap individu, namun secara garis
besar hal yang ,membuat mereka nyaman adalah sentuhan afeksi dan ketika benda-benda
yang mereka ia sukai tetap berada di tempatnya dan tidak orang lain yang menyentuh
atau mengambilnya, serta tidak membicarakannya sebagai orang yang bodoh. Peneliti
menyimpulkan bahwa sentuhan afeksi dapat membuat mereka lebih tenang berdasarkan
respon positif yang diberikan semua informan ketika penelitimemberikan sentuhan afeksi
9

seperti memeluk, dan merangkul, meskipun peneliti termasuk orang asing yang belum
pernah bertemu dengan informan sebelumnya. Sentuhan afeksi berhasil membuat Meseno
yang menurut keluarga dan Ketua RT setempat pemarah, berubah menjadi ramah kepada
peneliti ketika peneliti menanyai dan mengajaknya berfoto. Hal ini membuat keluarga
dan Ketua RT yang mengantar kami terheran-heran. Dengan menciptakan situasi dan
kondisi yang nyaman bagi warga retardasi mental, akan mendorong merekamudah dalam
mempelajari sesuatu.
c. Pesan yang dapat diterima dan disampaikan oleh warga retardasi mental hanya pesanpesan sederhana, seperti saat peneliti menanyakan anggota keluarga salah satu informan
(Kemeng), informan langsung memanggil ibunya. Ataupun saat informan ingin meminta
sesuatu, seperti ketika Andika ingin minum kopi, maka dia akan menunjuk tremos.
Retardasi mental yang diderita informan membuat informan tidak dapat mengolah pesan
dan informasi yang rumit. Seperti ketika peneliti menanyakan kegiatan sehari-hari
informan langsung pada informan, informan tidak mampu menjawab dan hanya
memberikan senyuman. Ini didukung oleh penjelasan Darmawan (2010) bahwa secara
alamiah manusia berperilaku dan berinteraksi sesuai dengan keadaan fisiknya. Perilaku
dan interaksi yang terjadi berdasarkan pada hasil proses transformasi pikiran yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri. Hal ini dipengaruhi juga oleh kondisi tubuhnya
normal atau tidak, sehingga kontribusi dalam pengembangan perilaku biologi komunikasi
keduanya akan memberikan warna yang berbeda pada perilaku dan kemampuan
berinteraksi manusia yang bersangkutan.
Dari penjabaran, peneliti menarik pola komunikasi warga retardasi mental:
1. Jenis Komunikasi
2. Pesan

3. Feedback

4. Situasi Komunikasi

Jenis komunikasi yang paling sering mereka
gunakan adalah non verbal
Pesan yang dapat mereka berikan dan tangkap
hanya berupa pesan-pesan sederhana. Jika
ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka
gunakan simbol atau gesture.
Feedback yang dapat mereka berikan hanya
berupa perkataan singkat, sederhana, atau
gesture yang ingin menunjukkan sesuatu
kepada lawan bicara.
Situasi komunikasi yang mereka sukai adalah
situasi yang penuh dengan kasih sayang atau
afeksi.

BAB 5 POTENSI HASIL
Potensi hasil dari penelitian ini adalah pengoptimalisasian peran warga retardasi mental
agar tidak menjadi beban bagi masyarakat sekitar. Selain itu penelitian ini berpotensi untuk
10

menjadi jurnal ilmiah agar menambah khasanah ilmu biologi komunikasi yang sampai saat ini
masih minim kajiannya. Jurnal ilmiah ini juga dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya di bidang kajian biologi komunikasi. Hasil dari penelitian ini berpotensi untuk
adanya diskusi lebih lanjut mengenai peran sosial warga retardasi mental, karena topik ini masih
belum banyak didiskusikan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat bukan
penderita lebih berempati dan peka terhadap eksistensi warga penderita retardasi mental, karena
proses pengoptimalan peran sosial warga retardasi mental ini sangat bergantung kesadaran
masyarakat bukan penderita sebagai lingkungan sosial yang mendukung, netral atau bahkan
menghambat dalam pengoptimalan peran sosial warga retardasi mental.
BAB 6 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
Peneliti akan melanjutkan rencana tahap selanjutnya dari penelitian ini yaitu membuat
artikel jurnal ilimiah berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan. Artikel jurnal ilmiah
rencananya akan peneliti ajukan pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi
dan Informatika (BBPPKI). Kemudian peneliti mulai mengerjakan laporan akhir untuk diupload
di Simlitabmas dan membuat tembusan laporan akhir untuk BAKESBANG POLINMAS
Ponorogo, Camat Kecamatan Jambon, Kepala Desa Sidoharjo dan Kamituwo Dusun Sidowayah
sebagai bukti dan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Laporan akhir yang diserahkan
pada pihak yang bersangkutan akan disertai dengan kenang-kenangan sebagai tanda terimakasih
peneliti atas bantuan yang telah diberikan.Peneliti juga akan mengajukan proposal kepada CSR
perusahaan untuk membantu warga retardasi mental di dusun Sidowayah.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, D. ( 2010). Biologi komunikasi melalui implementasi information
communications technology. MIMBAR, 26 (2), 183-204.
Handariyanti, R., Hendriani, W. & Sakti, T. M. (2006). Penerimaan Keluarga
Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental.INSAN, 8
(2), 100111.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. ( 2012). Kementerian sosial dalam rangka
pembangunan kesejahteraan nasional. Jakarta : Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Mata yang mendengar di Sidowayah. ( 2012). Diakses pada 16 Mei 216, dari
http://m.liputan6.com/news/read/397773/mata-yang-mendengar-disidowayah

Moleong, L. J. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Parera, J.D.(2004). Teori semantik. Jakarta: Erlangga

11

LAMPIRAN DOKUMENTASI

12

13

LAMPIRAN KEUANGAN
BIAYA
a. Dana Hibah dari Dikti : Rp 7.500.000,00
b. Realisasi Anggaran (Pengeluaran)
NO.

KEPERLUAN

KUANTITAS

JUSTIFIKASI
PEMAKAIAN

HARGA
SATUAN

HARGA
TOTAL

1. Peralatan Penunjang
a.

b.

Sewa 1 Kamera
DSLR

Flashdisk

1 buah x 9 hari

1 Buah

Untuk
mendokumentasikan jalannya
penelitian
Untuk transfer
dan
penyimpanan
data

Rp 100.000

Rp

900.000

Rp 65.000

Rp

65.000

Rp

965.000

Rp

20.000

terlampir

Rp

45.500

terlampir

Rp

48.000

7.500

Rp

15.000

terlampir

Rp

23.000

terlampir

Rp

36.000

terlampir

Rp

29.000

terlampir

Rp

48.000

terlampir

Rp

95.000

Total
2. Bahan Habis Pakai
Sarapan:
4 orang
a.

Konsumsi survei
lokasi penelitian
(24 Maret 2016)

Makan Siang:
4 orang
Makan Malam:
4 orang
(19 April 2016)
Sarapan:
2 orang

b

b.

Konsumsi
perijinan
penelitian
(19-20 April
2016)

Konsumsi selama
penelitian (23-24
April 2016)

Makan Siang:
2 orang
Makan Malam:
2 orang
(20 April 2016)
Sarapan:
2 orang
(23 April 2016)
Sarapan:
4 orang
Makan Siang:

Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk

Rp

Rp

5.000

14

4 orang
Makan Malam:
4 orang
(24 April 2016)
Sarapan:
4 orang
Makan Siang:
4 orang
Makan Malam:
4 orang
(30Mei 2016)
Sarapan:
2 orang
Makan Siang:
2 orang
Konsumsi selama
penelitian (30
c.
April-1 Mei
2016)

Makan Malam:
2 orang
(1 Mei 2016)
Sarapan:
2 orang
Makan Siang:
2 orang

Konsumsi selama
h. penelitian
(5-6
Mei 2016)

(5 Mei 2016)
Makan Malam:
4 oang
(6 Mei 2016)
Sarapan: 4
orang
Makan Siang:
4 orang
Makan Malam:
4 orang

Konsumsi selama
l. penelitian (14-15
Mei 2016)
m.

(14 Mei 2016)
Sarapan:
4 orang
Makan Siang:
4 orang

kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran

terlampir

Rp

49.000

terlampir

Rp

64.000

terlampir

Rp

44.000

terlampir

Rp

56.500

terlampir

Rp

27.500

terlampir

Rp

22.000

terlampir

Rp

36.000

terlampir

Rp

19.000

terlampir

Rp

32.000

terlampir

Rp

50.000

terlampir

Rp

51.000

terlampir

Rp

44.000

terlampir

Rp

42.000

terlampir

Rp

43.000

terlampir

Rp

35.500
15

n.

Makan Malam:
4 orang

o.

(15 Mei 2016)
Sarapan: 4
orang

p.

Makan Siang:
4 orang

penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian
Untuk
kelancaran
penelitian

terlamoir
Rp

5.000

terlampir

Total
3. Perjalanan
a.

b.

c.

d.

bakar

1 motor x 1
kali

Bahan
motor

bakar

2 motor

Bahan
motor

bakar

1 motor

Bahan
motor

bakar

e.

Bensin
Motor
untuk penelitian
(5-6 Mei 2016)

2 motor

Bahan
motor

bakar

f.

Bensin
Motor
untuk penelitian
(15-16
Mei
2016)

2 motor

Bahan
motor

bakar

g.

h.
i.

Penginapan
ketika mengurus
perijinan
Penginapan
ketika penelitian
(23-24
April
2016)
Penginapan

85.000

Rp

20.000

Rp

44.000

Rp 1.124.000

Bensin
Motor
Bahan
untuk
tahap 2 motor x 1 kali
motor
survei penelitian
Bensin
motor
untuk tahap surat
perijinan
&
rekomendasi
Bensin
Motor
untuk penelitian
(23-24
April
2016)
Bensin
Motor
untuk penelitian
(30 April- 1 Mei
2016)

Rp

1 kamar x 1
malam

3 kamar x 1
malam
1 kamar x 1

terlampir

Rp

100.500

terlampir

Rp

60.000

terlampir

Rp

109.000

terlampir

Rp

68.000

terlampir

Rp

115.500

terlampir

Rp

78.000

Rp

100.000

Rp

300..000

Rp

100.000

untuk
biaya
penginapan
selama survei & Rp 100.000
mengurus
perijinan
untuk
biaya
penginapan
Rp 100.000
selama
penelitian
untuk
biaya Rp 100.000

16

ketika penelitian
(30-1 Mei 2016)

malam

j.

Penginapan
ketika penelitian
(5-6 Mei 2016)

3 kamar x 1
malam

k.

Penginapan
ketika penelitian
(14-15
Mei
2016)

2 kamar x 1
malam

Total
4. Lain-lain

a.

Print, penjilidan,
dan fotocopy
Proposal & surat
pengantar

1 kali

b.

Print, penjilidan,
dan fotocopy
Laporan

1 kali

c.

HVS 1 RIM

1 kali

d.

Bolpoin standard
1 pack

1 kali

c

Pulsa HP

d.

Oleh-oleh diawal
penelitian

d.

Pembelian
Sembako
informan
ketua RT

5 orang

bagi
dan

1 kali

penginapan
selama
penelitian
untuk
biaya
penginapan
Rp 100.000 Rp
300.000
selama
penelitian
untuk
biaya
penginapan
Rp 100.000 Rp 200.000
selama
penelitian
Rp 1.530.500
Untuk
diserahkan
kepada instansi
terlampir
Rp
pemerintah Kab.
Ponorogo yang
terkait
Untuk
merapikan
Rp 15.000 Rp
dokumen
Untuk
pembuatan
Rp 30.000 Rp
laporan
Untuk penelitian
dan pembuatan Rp 24.000 Rp
laporan
Untuk
(Rp 21.500
kelancaran
x 2) + (Rp Rp
komunikasi
22.000 x 3)
dalam penelitian
Sebagai bentuk
meminta
izin
kepada informan
Rp 43.500 Rp
(diberikan pada
penelitian 23-24
April 2016)
Sebagai bentuk
rasa terimakasih
peneliti terhadap
informan yang
Rp 291.500 Rp
telah membantu
(diberikan ketika
penelitian 14-15
Mei 2016)

6.000

15.000
30.000
24.000

109.000

43.500

291.500

17

Total
TOTAL PENGELUARAN

Rp 519.000
Rp 4.138.500

18