BAB I PENDAHULUAN - LAK Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja merupakan suatu bentuk ikhtisar yang menjelaskan secara

  ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, Laporan Kinerja ini bertujuan untuk mendorong instansi

  pemerintah melaksanakan Good Governance, karena Laporan Kinerja merupakan dasar untuk mengukur kinerja instansi pemerintah secara transparan, sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan, memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan instansi pemerintah, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Laporan Kinerja juga menjadi kebutuhan bagi instansi pemerintah dalam melakukan pemantauan kesesuaian

  orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran organisasi secara menyeluruh.

  Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sebagai instansi pemerintah dibawah Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan dan juga sebagai unsur penyelenggara Negara diwajibkan menetapkan target kinerja dan melakukan pengukuran kinerja yang telah dicapai serta menyampaikan Laporan Kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tahun 2016 bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam satu tahun anggaran agar dapat diambil suatu tindakan perbaikan atau antisipasi apabila ditemukan adanya penyimpangan terhadap perencanaan kinerja. Pada akhirnya, proses pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan baik dan selaras dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu, substansi penyusunan Laporan Kinerja didasarkan pada hasil-hasil capaian indikator kinerja pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

  Penyusunan Laporan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 ini merupakan suatu tahapan yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

  Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor

  29 Tahun 2014 mewajibkan setiap instansi pemerintah menyusun laporan kinerja dan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, termasuk pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis. Pertanggungjawaban dimaksud dilaporkan kepada pemberi mandat, pimpinan masing-masing instansi, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden. Sebagai tindak lanjut dari penetapan dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tanggal 18 Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah menetapkan Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan “Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk memantau kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasa ran Kementerian Perdagangan”, Nomor 794 Tahun 2015 yang merupakan revisi dari Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012.

B. PERAN STRATEGIS DAN STRUKTUR ORGANISASI

  Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No: 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan Atas Permendag No. 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka Direktorat Bina Usaha Perdagangan mengemban tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang usaha perdagangan.

  Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, susunan organisasi Direktorat Bina Usaha Perdagangan terdiri dari :

1. Subdit Kelembagaan dan Penguatan Usaha

  Subdirektorat Kelembagaan dan Penguatan Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan dan penguatan usaha.

  2. Subdit Usaha Dagang Asing dan Keagenan

  Subdirektorat Usaha Dagang Asing dan Keagenan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan usaha dagang asing dan keagenan.

  3. Subdit Jasa Perdagangan

  Subdirektorat Jasa Perdagangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang jasa perdagangan.

  4. Subdit Informasi Perusahaan

  Subdirektorat Informasi Perusahaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang informasi perusahaan

  5. Subdit Pelaku Pasar

  Subdirektorat Pelaku Pasar mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pelaku pasar.

  6. Subbag Tata Usaha

  Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat. Struktur organisasi Direktorat Bina Usaha Perdagangan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2 - Struktur Organisasi Bina Usaha Perdagangan

  Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No: 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, terjadi perubahan nomenklatur semula Direktorat Bina Usaha Perdagangan menjadi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervise, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan usaha perdagangan dan pelaku distribusi.

  Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, susunan organisasi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi terdiri dari :

1. Subdirektorat Distribusi Langsung dan Waralaba

  Subdirektorat Distribusi Langsung dan Waralaba mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang distribusi langsung dan waralaba.

  2. Subdirektorat Distribusi Tidak Langsung

  Subdirektorat Distribusi Tidak Langsung mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di bidang distribusi tidak langsung.

  3. Subdirektorat Jasa Perdagangan Distribusi dan Bisnis

  Subdirektorat Jasa Perdagangan Distribusi dan Bisnis mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang jasa perdagangan distribusi dan bisnis.

  4. Subdirektorat Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

  Subdirektorat Perdagangan Melalui Sistem Elektronik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang perdagangan melalui sistem elektronik.

  5. Subdirektorat Informasi Perusahaan

  Subdirektorat Informasi Perusahaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang informasi perusahaan.

  6. Subbagian Tata Usaha

  Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, administrasi keuangan, perlengkapan, persuratan, kearsipan, dokumentasi dan rumah tangga Direktorat. Struktur organisasi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dapat dilihat pada tabel berikut : BINA USAHA DAN PELAKU DIREKTORAT

  DISTRIBUSI TATA USAHA SUBBAGIAN SUBDIREKTORAT LANGSUNG DAN SEKSI SISTEM DAN DISTRIBUSI WARALABA DISTRIBUSI TIDAK PERDAGANGAN SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT JASA SEKSI SISTEM DAN LANGSUNG DISTRIBUSI DAN BISNIS PENGAWASAN JASA PENGAWASAN SEKSI SISTEM DAN SEKSI SISTEM DAN SUBDIREKTORAT MELALUI SISTEM PERDAGANGAN ELEKTRONIK SUBDIREKTORAT PERUSAHAAN INFORMASI SEKSI LANGSUNG DAN LANGSUNG DAN DISTRIBUSI DAN SEKSI PELAKU SEKSI PELAKU JASA PENGAWASAN WARALABA DISTRIBUSI PERDAGANGAN DISTRIBUSI DISTRIBUSI TIDAK PERDAGANGAN KEUANGAN DISTRIBUSI TIDAK SEKSI PELAKU SEKSI PELAKU LAPORAN PENGAWASAN LANGSUNG LANGSUNG MELALUI SISTEM TAHUNAN DISTRIBUSI DAN PERDAGANGAN PERDAGANGAN BISNIS ELEKTRONIK MELALUI SISTEM KELEMBAGAAN DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN SEKSI ANALISA WARALABA BISNIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL ELEKTRONIK PERUSAHAAN

  Komposisi pegawai Direktorat Bina Usaha Perdagangan Tahun 2016 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada table berikut :

SLTP SLTA D3 S1 S2

  Jumlah

  1

  6

  1

  16

  16 Tabel 1.1 - Komposisi pegawai berdasarkan pendidikan

C. ANALISIS PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS

  Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang berkembang dinamis, baik internal maupun eksternal. Beberapa hal yang cukup strategis dan berpengaruh terhadap pencapaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

  Permasalahan internal, yaitu minimnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi terdiri dari 5 Subdit, 10 Seksi dan 1 Sub Bagian Tata Usaha dengan jumlah pegawai sebanyak 40 Orang. Menurut analisa beban kerja (ABK) 2016, idealnya Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi memiliki jumlah pegawai sebanyak 58 Orang.

  Permasalahan eksternal antara lain :

  1. Perlunya harmonisasi kebijakan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah mengenai kebijakan waralaba untuk hal-hal antara lain : penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) terutama penerbitan STPW yang penerbitannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, implementasi kebijakan waralaba, dan pembinaan dan pengawasan usaha waralaba.

  2. Masih terdapat beberapa kasus perdagangan dengan sistem penjualan langsung yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga diperlukan koordinasi antara instansi teknis terkait (misal : OJK, BI, Dinas yang membawahi perdagangan di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota, PTSP).

  3. Kurangnya pemahaman aparatur daerah terhadap kebijakan jasa perdagangan khususnya di bidang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (P4) yang mengakibatkan pelaku usaha yang bukan dibidang P4 dikenakan kewajiban perijinan P4.

  4. Pelaku usaha toko swalayan yang kurang kooperatif ketika dilakukan pengawasan di lapangan.

  5. Banyak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang tidak memiliki data toko swalayan dan pusat perbelanjaan di daerahnya.

  6. Belum semua Pemerintah Kabupaten/Kota menerbitkan Izin Usaha Toko Swalayan (IUTS) sesuai ketentuan.

  7. Keterbatasan Sumber Daya Manusia di daerah masih kurang terhadap pemahaman teknologi informasi sehingga menjadi hambatan dalam pengimplementasian penjualan secara elektronik dan pengimplementasian SIPO.

  8. Kurangnya dukungan dari Kepala Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten/Kota dalam mengimplementasian SIPO.

  9. Keterbatasan koneksi jaringan internet di daerah yang belum merata di daerah (infrastruktur) dalam pengimplementasian SIPO.

  10. Dengan adanya pengalihan wewenang penerbitan perijinan dari Dinas yang membidangi sektor perdagangan di daerah kepada PTSP, menimbulkan potensi permasalahan koordinasi yang kurang maksimal terutama terkait dengan pelaporan penerbitan perijinan dan non perijinan. Hal ini berimbas kepada sulitnya pemerintah pusat mendapatkan data dan informasi mengenai perijinan dan non perijinan tersebut.

  11. Masih ada usulan atau masukan subtansi perpajakan untuk transaksi

  e-commerce dari Kementerian Keuangan yang masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut dengan Kementerian/Lembaga terkait.

  12. UKM belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

  13. Keterbatasan pemahaman aparat di daerah mengenai kebijakan terkait transaksi perdagangan melalui sistem elektronik.

BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Perencanaan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Usaha dan Visi dan Misi Pelaku Distribusi mengacu kepada Rencana Strategis Ditjen Perdagangan Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun

  2015-2019

  2015

  • – 2019. Hal ini dikarenakan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tidak mempunyai rencana strategis sendiri.

  Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, 2015-2019 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yang disusun sebagai implementasi pelaksanaan kebijakan dan program bagi pembangunan perdagangan selama periode 2015-2019, yang menjadi tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan. Rencana Strategis ini disusun dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategik, baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang saling berpengaruh dalam penyelenggaraan pembangunan perdagangan. Kementerian Perdagangan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional, pengendalian inflasi, peningkatan penerimaan devisa dari ekspor, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan ekonomi regional. Secara singkat rencana strategis tersebut dapat dikemukakan dalam perumusan visi, misi tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra dimaksud dalam kurun waktu 2015-2019 sebagai berikut :

  VISI

  Pemerintahan periode 2015-2019 berkeyakinan bahwa bangsa Indonesia mampu bertahan apabila dipandu oleh suatu ideologi yaitu Pancasila dan Trisakti. Adapun Trisakti dijabarkan dalam: 1) Kedaulatan dalam politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, dan 3) Kepribadian dalam kebudayaan. Dengan Trisakti sebagai dasar merupakan pembangunan Indonesia dalam 5 (lima) tahun kedepan, maka visi pemerintahan tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

  ”Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong ”

  MISI

  Selanjutnya, untuk menjembatani visi dan misi pemerintah dalam melaksanakan Agenda Pembangunan Nasional, Kementerian Perdagangan memiliki 3 (tiga) misi dalam membangun sektor perdagangan, yaitu:

  1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang berkelanjutan.

  2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas.

  3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor perdagangan.

  Dalam melaksanakan visi dan misi pemerintah, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen PDN) mengemban amanah:

  1. Peningkatan surplus neraca perdagangan yang bertumbuh dan berkelanjutan.

  2. Penguatan konsumsi dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas.

  3. Tata kelola reformasi birokrasi/pemerintahan yang baik di sektor perdagangan.

  TUJUAN

  Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, ditetapkan

  Tujuan dan Sasaran Direktorat

  beberapa program utama yang diusung Ditjen PDN periode 2015 −2019

  Bina Usaha dan

  sebagai berikut :

  Pelaku Distribusi

  1. Peningkatan pelayanan perizinan/non-perizinan sektor perdagangan dalam negeri melalui penyederhanaan prosedur dan waktu, serta harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri.

  2. Stabilisasi harga bahan pokok yang terkendali, agar kemampuan/daya beli masyarakat terjaga.

  3. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi.

  4. Peningkatan kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

  5. Pengembangan sarana distribusi perdagangan dalam mendukung kinerja logistik nasional.

  6. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan perubahan pola konsumsi.

  SASARAN

  Dari tujuan tersebut maka Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menetapkan sasaran kinerja yang hendak dicapai seperti yang tertuang di dalam Sasaran Strategis Ditjen PDN Tahun 2015 antara lain :

  1. Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN;

  2. Kontribusi PDB Sub Sektor Perdagangan terhadap PDB Nasional Tanpa Migas.

  Adapun dari sasaran tersebut, ditetapkanlah indikator kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang hendak dicapai dan dijadikan tolak ukur keberhasilan sasaran dalam perencanaan strategis ini antara lain :

  1. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag;

  2. Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru;

  3. Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat;

  4. Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Kelembagaan dan Pelaku Usaha

  5. Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Swalayan;

  6. Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha Perdagangan.

  Berkenaan dengan restrukturisasi organisasi Kementerian Perdagangan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019 perlu dilakukan beberapa perubahan, khususnya terkait dengan Program dan Kegiatan. Perubahan tersebut dilakukan mengingat nomenklatur Program dan Kegiatan mengacu pada unit kerja yang menjadi penanggungjawabnya. Disamping itu, perubahan Renstra ini juga dilakukan terhadap sasaran dan indikator serta target-target yang harus dicapai sampai dengan tahun 2016.

  Dalam melakukan perubahan Renstra ini, Kementerian Perdagangan senantiasa berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, berpegangan kepada RPJPN 2005−2025 yang telah dielaborasi dalam RPJMN 2015

  Dari keenam Indikator Kinerja tersebut, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah menentukan Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu:

  

5. Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangankan di

  4. Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di bidang Pelaku Usaha Distribusi

  3. Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat

  2. Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

  dengan sistem informasi Kemendag

  

1. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah

Tabel 2.1 - Tabel Indikator Kinerja

  −2019 dan secara aktif melakukan analisis terhadap kekuatan dan potensi yang dimiliki serta tantangan dan permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan sebuah rencana strategis yang komprehensif, optimis tetapi dapat diimplementasikan, dan berkesinambungan dengan RPJPN. Adapun Kontrak Kinerja pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

  4 Rancangan

  10 Pelaku Usaha Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha Perdagangan

  Bersertifikat Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Pelaku Usaha Distribusi Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangankan di Toko Swalayan

  Baru 186 Pelaku Usaha Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang

  40 Kab/Kota 200 pelaku usaha terdaftar Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba

  Sasaran Indikator Kinerja Target Terlaksananya kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pembinaan usaha perdagangan dalam negeri dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

  Toko Swalayan

6. Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan terkait Kebijakan Usaha

  Perdagangan

KEBIJAKAN DAN PROGRAM

  Untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka dapat dicapai dengan cara mengembangkan kebijakan, program dan kegiatan secara optimal. Dimana hal tersebut dituangkan dalam formulir Rencana Strategis dan Rencana Kinerja.

  Kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang bersifat taktis strategis yang diambil dan ditetapkan untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Kebijakan yang ditetapkan untuk mendorong dan memfokuskan pada usaha mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan untuk Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang selengkapnya dapat dilihat dalam Renstra Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019.

  Program merupakan penjabaran dari kebijakan yang telah dirumuskan. Program ini merupakan dukungan nyata bagi keberhasilan pelaksanaan tujuan dan sasaran serta berkewajiban yang ditetapkan. Dengan demikian program disusun secara nyata, sistematis dan terpadu. Program-program Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri secara rinci dilihat dari Renstra Kementerian Perdagangan 2015-2019. z

Tabel 2.2 - Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019

B. RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI

  Secara umum rencana kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

  Rencana Kinerja

  Distribusi tahun 2016 merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renstra

  Tahunan Direktorat Bina Usaha dan

  Kementerian Perdagangan tahun 2015-2019 yang diselaraskan dengan

  Pelaku Distribusi

  Renstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019. Hal tersebut merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai selama tahun 2016. Oleh karena itu, rencana kinerja ini harus diwujudkan melalui pengelolaan dan dukungan sumber daya yang tersedia. Berikut adalah tabel rencana kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tahun 2016:

  Pengembangan Kelembangan Dan Pelaku Usaha Perdagangan Uraian Indikator Target SATUAN Terintegrasinya layanan

  40 Kab/Kota Terlaksananya perijinan perdagangan dalam kebijakan dan negeri di daerah dengan pelaku usaha bimbingan 200 sistem informasi Kemendag terdaftar teknis di Jumlah Pemberi/Penerima bidang Waralaba Baru pembinaan Jumlah Pelaku Usaha Jasa usaha yang Bersertifikat perdagangan

  Pelaku 186 Jumlah dalam negeri Pembinaan/Bimbingan Teknis dalam rangka di Bidang Pelaku Usaha meningkatkan Distribusi pertumbuhan Persentase Barang Produksi PDB sektor Dalam Negeri yang perdagangan

  10 Pelaku Usaha diperdagangankan di Toko besar dan Swalayan eceran Jumlah Penyusunan

  Rekomendasi Peraturan

  4 Rancangan Terkait Kebijakan Usaha Perdagangan

Tabel 2.3 - Rencana Kinerja

  Untuk mencapai rencana kinerja tersebut di atas, maka secara detail Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

  1. Identifikasi Pelaku Usaha

  2. Temu Usaha Antara Pemasok dan Toko Swalayan

  3. Dalam Rangka Pengawasan Toko Swalayan

  4. Perumusan/Penyusunan Kebijakan di Bidang Jasa Perdagangan

  5. Penyempurnaan Kebijakan Perpasaran

  6. Perumusan/Penyusunan Kebijakan di Bidang E-Commerce

  7. Penyusunan/Penyempurnaan Kebijakan di Bidang Perdagangan Langsung Waralaba

  8. Perumusan/Penyempurnaan Kebijakan Izin Usaha Perdagangan dan Pendaftaran Perusahaan

  9. Deseminasi Peraturan Jasa Perdagangan

  10. Deseminasi Kebijakan Distribusi Tidak Langsung

  11. Penilaian Kegiatan Usaha Sistem Waralaba dan Penjualan Langsung

  12. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Jasa Perdagangan

  13. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

  14. Pengawasan Jasa Perdagangan, Distribusi dan Bisnis

  15. Sosialisasi dan Penjaringan Penghargaan Waralaba Indonesia

  16. Seleksi Penghargaan Waralaba Indonesia

  17. Penilaian dan Penjurian Penghargaan Waralaba Indonesia

  18. Penyerahan Penghargaan Waralaba Indonesia

  19. Pengawasan Distribusi Langsung dan Waralaba

  20. Sinergy Kebijakan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dengan Daerah

  21. Fasilitasi UKM Waralaba/Potensial Waralaba dan Partisipasi Klinik Bisnis pada Expo di Dalam dan Luar Negeri

  22. World Franchise Summit Indonesia 2016 (WFSI 2016)

  23. Pengembangan dan Perluasan Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO)

  24. Optimalisasi Implementasi SIPO

  25. Pelayanan Informasi Perusahaan dan Pendaftaran Kartu Manual Garansi

  26. Verifikasi dan Pengolahan Data Keagenan/Distributor dan P3A

  27. Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Rencana Aksi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi di Tahun 2016 sesuai dengan kontrak kinerja Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada triwulan ke 1, yaitu persiapan dari segi teknis maupun administratif dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Pada triwulan ke 2, Direktorat menargetkan telah melaksanakan kegiatan sosialisasi, Focus Group Discussion (FGD), Diseminasi, Temu Usaha dengan daerah serta beberapa kegiatan yang sifatnya sinergi dengan stakeholders di daerah. Triwulan ke 3, Direktorat menargetkan finalisasi/penyelesaian rumusan kebijakan menjadi Permendag/PP/Perpres serta pelaksanaan sosialisasi kebijakan baru tersebut. Target triwulan ke 4, Direktorat menargetkan menyelesaikan seluruh kegiatan yang ada, baik yang sifatnya teknis maupun administratif.

  Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) Terlaksananya kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pembinaan usaha perdagangan dalam negeri dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran Pelaku Usaha Toko

  Swalayan yang memasarkan barang hasil produksi dalam negeri Pelaku Usaha

  10 1.008.939.000 Rancangan kebijakan di bidang usaha perdagangan Rancangan

  4 5.582.509.000 Pelaku Jasa di bidang perdagangan yang mendapat pembinaan

  Pelaku 186 12.653.295.000 Daerah yang layanan perijinannya sudah terintegrasi dengan sistem informasi Kemendag

  Kab/Kota 40 1.551.073.0001 Layanan Perijinan dan Non Perijinan kepada pelaku usaha Pelaku Usaha

  Terdaftar 200 587.804.000 Layanan Perkantoran Bulan

  Layanan

  12 5.196.380.000

Tabel 2.4 - Rincian Kontrak Kinerja Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DIREKTORAT BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI TAHUN 2016 Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Capaian Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Direktorat Bina Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Kementerian Usaha dan Perdagangan telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk hal itu Pelaku Distribusi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah mengimplementasikan ke dalam Indikator Kinerja Tahun 2016 yang lebih lanjut dituangkan ke dalam kontrak kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016, serta memperhatikan kebutuhan stakeholders. Menurut Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan

  gambaran kemampuan suatu negara untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Dalam penyusunan laporan ini, digunakan data PDB yang diperoleh melalui pendekatan sektoral, yaitu data PDB yang merupakan hasil penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Ruang lingkup perhitungan PDB dalam laporan ini meliputi PDB sektor Perdagangan Besar dan Eceran.

  Sasaran dari indikator kinerja ini ditujukan untuk mendukung sasaran dari indikator kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yaitu terjadinya peningkatan pertumbuhan PDB pada sektor perdagangan.

  Kinerja perdagangan, selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia, juga dipengaruhi oleh dinamika ekonomi Indonesia. Dinamika ekonomi Indonesia mempengaruhi kinerja perdagangan melalui berbagai mekanisme, antara lain: stabilitas makro, kondisi sarana dan prasarana, kebijakan iklim usaha dan investasi, serta kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi pasar tradisional, peningkatan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok dan barang strategis, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi harga dengan harga yang layak untuk konsumsi masyarakat.

  Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menetapkan beberapa indikator kinerja untuk tahun 2016, antara lain:

  Target Capaian Capaian No. Indikator Kinerja Satuan 2016 2016 (%)

1 Terintegrasinya layanan perijinan

  40 Kab/ perdagangan dalam negeri di daerah Daerah 56 140 Kota dengan sistem informasi Kemendag

  2 Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Pelaku 20 59 295 Baru

  3 Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Pelaku 200 150

  75 Bersertifikat

  4 Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis Pelaku 20 42 210 di Bidang Pelaku Usaha Distribusi

  5 Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Persen 65 88 135 Swalayan

  6 Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha Rancangan 4 10 250 Perdagangan

  Rata-rata 184

Tabel 3.1 - Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

  Target Realisasi No. Indikator Kinerja Satuan 2014 2015 2016 2014 2015 2016 Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam

  • 1 Daerah

  40

  40

  10

  45

  56 negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag Jumlah Pemberi/Penerima

  2 Pelaku

  10

  10

  20

  45

  34

  59 Waralaba Baru Jumlah Pelaku Usaha Jasa

  3

  • Pelaku 100 200 100 150 yang Bersertifikat Jumlah Pembinaan/Bimbingan

  4 Teknis di bidang Kelembagaan Pelaku 20 -

  20 20 -

  42 dan Pelaku Usaha Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang

  5 Persen

  60

  65 - - -

  88 diperdagangkan di Toko Swalayan Jumlah Penyusunan Rekomendaasi Peraturan Rekome terkait Kebijakan Usaha

  6

  1

  4

  4

  3

  7

  10 ndasi Perdagangan

Tabel 3.2 - Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016

  Jika melihat dari tabel di atas terjadi peningkatan kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tercermin dari jumlah capaian yang dihasilkan telah melebihi target yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi ikut mendukung program pengembangan perdagangan dalam negeri khususnya pengembangan pelaku usaha perdagangan dan distribusi.

  Disamping itu berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sangat serius dalam melaksanakan pelayanan publik tercermin dari tingkat pelayanan yang lebih baik. Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu indikator tercapainya good governance. Kementerian Perdagangan berkewajiban mewujudkan good governance melalui pelayanan prima dibidang perizinan dan non perizinan di sektor perdagangan, guna mendorong pertumbuhan investasi yang lebih kondusif.

   Dalam hal penerbitan perizinan dan non

  perizinan, kecepatan dan kepastian waktu penerbitan merupakan suatu hal yang penting bagi pelaku usaha, karena bagi pelaku usaha waktu mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan.

  Indikator peningkatan output Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang digunakan adalah pertumbuhan PDB riil tahunan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Pertumbuhan Sektor Perdagangan tidak terlepas dari kondisi perekonomian nasional. Oleh karena itu, penentuan target pertumbuhan tahunan sektor perdagangan besar dan eceran selain mengacu pada kondisi periode 5 tahun lalu, juga mengacu pada target pertumbuhan tahunan PDB nasional yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sasaran dari indikator kinerja ini ditujukan untuk mendukung sasaran dari indikator kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yaitu terjadinya peningkatan pertubuhan PDB pada sektor perdagangan untuk tahun 2016 sebesar 6.9%.

  Metodologi pengukuran pencapaian dalam indicator kinerja secara umum digunakan dua jenis rumus yang tersedia yaitu rumus I dan II, dipakai dengan mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi. Adapun rumus pengukuran capaian kinerja secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini:

  Rumus I Realisasi Presentase

  = x 100% Pencapaian Target

  Rencana Rumus II

  Rencana – (Realisasi – Rencana) Presentase = x 100% Pencapaian Target

  Rencana

Tabel 3.3 - Rumus Pengukuran Capaian Kinerja Secara Umum

  Penggunaan rumus I akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukan pencapaian kinerja yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk realisasi capaian menunjukan hubungan linear. Sedangkan rumus II akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi menunjukan pencapaian kinerja yang semakin buruk/baik atau mempunyai hubungan terbalik.

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

  Analisis dan

  Analisis dan evaluasi kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

  Evaluasi Target

  berisikan penjabaran hasil capaian kinerja menurut indikator-indikator yang

  dan Realisasi

  tertuang dalam kontrak kinerja secara terperinci meliputi pengukuran target dan

  Pencapaian Indikator Kinerja

  realisasi, membandingkan dengan capaian tahun lalu, serta mengulas kembali

  Direktorat Bina

  capaian Indikator Kinerja. Keenam indikator kinerja tersebut dapat menggambarkan

  Usaha dan Pelaku

  keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada

  Disrtribusi tahun 2015 yang berdasarkan realisasi dan rata-rata capaiannya yaitu sebesar 184 %.

  Adapun pencapaian dari masing-masing indikator dapat dijabarkan sebagai berikut :

  

Indikator Kinerja 1: Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan

dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

  Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam mendorong penerapan aplikasi Sistem Informasi Perusahaan

  

Online (SIPO) oleh instasi-instansi penerbit perijinan perdagangan dalam negeri di

  daerah sehingga informasi perusahaan dapat diakses secara luas oleh masyarakat secara cepat dan mudah.

  Selama periode 2015-2019, ditargetkan jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan pelayanan perizinan perdagangan dalam negeri yang terintegrasi secara online dengan Kementerian Perdagangan mengalami peningkatan mulai dari

  40 Kabupaten/Kota pada tahun 2016 hingga menjadi 200 Kabupaten/Kota pada tahun 2019. Di tahun 2015 target kinerja untuk indikator ini adalah sebanyak 40 Kabupaten/Kota dan terealisasi sebanyak 45 Kabupaten/Kota sedangkan untuk tahun 2016, target 40 Kabupaten/Kota telah tercapai sebanyak 40 Kabupaten/Kota.

  Pada tahun 2013 Kementerian Perdagangan telah membangun aplikasi Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) yang dapat menghimpun data-data SIUP, TDP, STPW dan IUTM secara online dari kantor-kantor instansi penerbit tingkat kabupaten/kota (PTSP) untuk disimpan secara terpusat di database Kementerian Perdagangan. Pembangunan SIPO dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi tentang usaha dan perusahaan di tingkat nasional secara cepat dan akurat bersumber dari penerbitan SIUP, TDP, STPW dan IUTM serta untuk memberikan kemudahan bagi instansi penerbit dalam menyampaikan pelaporannya.

  Pada tahun 2016, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah melaksanakan Kegiatan Pengembangan dan Perluasan SIPO. Kegiatan pengembangan SIPO meliputi pembuatan modul penerbitan Tanda Daftar Gudang (TDG), penambahan hak akses petugas loket, pembuatan modul penerbitan SIUP dan TDP simultan, pembuatan fitur lihat cetakan dan hasil upload scan sertifikat perizinan pada menu tracking administrator, pembuatan fitur rekapitulasi penerbitan, pembaruan dan penghapusan SIUP dan TDP berdasarkan bentuk perusahaan serta penambahan data master KBLI 2015. Perluasan SIPO mencakup kegiatan integrasi SIPO (proses membangun saluran koneksi database dari sistem milik daerah ke aplikasi SIPO, kegiatan ini diperuntukkan bagi PTSP kabupaten/kota yang sudah memiliki sistem aplikasi penerbitan perizinan) dan kegiatan asistensi SIPO (kegiatan ini diperuntukkan bagi PTSP kabupaten/kota yang belum memiliki aplikasi penerbitan perizinan sehingga digunakan aplikasi SIPO).

  Hingga tahun 2016, jumlah PTSP yang diimplementasikan sebanyak 104 PTSP kabupaten/kota baik melalui proses integrasi maupun kegiatan asistensi. Pada tahun 2016, kegiatan pengembangan dan perluasan SIPO telah dilaksanakan sebanyak 40 (empat puluh) PTSP kabupaten/kota. Kegiatan ini terdiri dari proses pengintegrasian data di 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota dan kegiatan asistensi untuk 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota, Kab/kota yang telah melakukan proses pengintegrasian data SIPO pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

  1. BPMPPT Kota Tasikmalaya

  2. BPPTPM Kota Bogor

  3. BPMPPT Kota Banjar

  4. KPPT Kab. Brebes

  5. BPMP2T Kab. Boyolali

  6. BPMPT Kab. Cilacap

  7. BPPT Kab. Karanganyar

  8. BPPTPM Kab. Demak

  9. BPMPP Kab. Banyumas

  10. KPPT Kab. Pemalang

  11. BPMPPT Kab. Magelang

  12. KPMPT Kab. Purworejo

  13. BPTPM Kab. Sragen

  14. BPMPT Kab. Kendal

  15. BPMPT Kab. Sukoharjo

  16. KPPT Kota Blitar

  17. KPPT Kab. Magetan

  18. KPMP Kab. Probolinggo

  19. KPPM Kab. Sampang

  20. BPPT Kab. Banyuwangi Kegiatan asistensi dilakukan di Kementerian Perdagangan bagi 20 (dua puluh)

  PTSP kabupaten/kota yang terdiri dari:

  1. BPPMPB Kab. Dharmasraya

  2. BPMPPT Kab. Kudus

  3. BPPTPM Kota Salatiga

  4. BPPT Kota Tidore

  5. BPMPPT Kab. Pasaman Barat

  6. KPUP Kab. Solok Selatan

  7. BPPTPM Kab. Padang Lawas Utara

  8. BPMPPT Kab. Belitung

  9. KPPTPM Kab. Pasaman

  10. BPMPPTSP Kab. Kerinci

  11. KPMPT Kab. Sekadau

  12. BPPMPPT Kab. Belitung Timur

  13. KPT Kab. Tanah Laut

  14. BPMPTSP Kab. Pulau Morotai

  15. BPPTPM Kab. Padang Lawas

  16. Sekda Kab. Mahakam Ulu

  17. Kota Bontang

  18. Kab. Gunung Mas

  19. Kab. Semarang

  20. Kab. Bogor Implementasi yang telah berjalan hingga saat ini tentunya tidak selalu berjalan baik. Terkadang ada beberapa persoalan yang menyebabkan terhentinya aliran data penerbitan SIUP, TDP, STPW, dan IUTM. Salah satu persoalan yang terjadi adanya pelimpahan wewenang penerbitan yang sebelumnya berada di Dinas yang terkait Perdagangan menjadi di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagaimana diatur Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Hal-hal tersebut perlu diselesaikan dengan segera agar aliran data yang bersumber dari aplikasi SIPO dapat diteruskan. Di sisi lain pihak PTSP sebagai penerbit SIUP, TDP, STPW, dan IUTM masih belum memahami secara baik kebijakan-kebijakan yang terkait penerbitan perijinan dimaksud.

  Dalam rangka mengemban fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha perdagangan sehingga dapat terciptanya perusahaan yang jujur, transparan dan berdaya saing tinggi, diperlukan ketersediaan data dan informasi usaha dan perusahaan yang bersumber antara lain dari penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan, Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Melalui pembangunan Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO) diharapkan data dan informasi tentang usaha dan perusahaan yang bersumber SIUP, TDP, STPW dan IUTM dapat diakses secara online, cepat dan akurat serta memberikan kemudahan bagi instansi penerbit dalam mengoptimalkan pelaporannya. Dengan tersedianya data secara nasional melalui Implementasi SIPO diharapkan juga dapat memberikan gambaran secara lebih detil tentang struktur usaha di Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan rumusan kebijakan secara nasional.

  Indikator Kinerja 2: Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

  Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam meningkatkan kinerja sektor perdagangan dalam negeri melalui upaya mendorong pemanfaatan sistem perdagangan waralaba yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada PDB perdagangan dalam negeri melalui penciptaan lapangan kerja dan total konsumsi. Target untuk indikator ini adalah sebanyak 20 (dua puluh) dengan realisasi sebanyak 59 (lima puluh sembilan) Surat tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Banyaknya penerbitan STPW (dalam hal ini melebihi target dari 20 menjadi 59) karena upaya yang dilakukan oleh Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, selain melalui kegiatan-kegiatan Fasilitasi pada Pameran Waralaba baik di dalam dan luar negeri serta Penghargaan Waralaba Indonesia yang berhasil menjaring banyak pelaku usaha Business Opportunity di seluruh Indonesia. Selain itu, melalui Sosialisasi Penghargaan Waralaba Indonesia berhasil menjaring minat pelaku usaha untuk mengurus legalitas usaha waralaba atau STPW. Jumlah STPW yang sudah diterbitkan oleh Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi adalah sebagai berikut: