BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Manajemen Inovasi Pelaku Usaha di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha harus berinovasi, begitulah yang diungkapkan Drucker (1986). Dengan berinovasi, wirausaha akan dapat meraih impiannya. Drucker (1986)

  menyatakan bahwa inovasi merupakan hal utama bagi wirausaha jika ingin melakukan tindakan dalam berbisnis. Inovasi pada dasarnya adalah proses bagi pelaku usaha dimana mereka menggunakan sumber daya (resources) dan kompetensi yang mereka miliki untuk mengembangkan produk baru atau pengembangan sistem operasi baru guna lebih efektif, efisien dan mampu menjawab kebutuhan customer (Jones, 2010).

  Inovasi tidak hanya diperlukan perusahaan besar, perusahaan kecil seperti segmen UKM penerapan inovasi dalam usaha mereka sangat baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manikmas (2000) menyatakan bahwa pelaku usaha kecil penting mempertimbangkan aspek penggunaan teknologi yang lebih tepat.

  Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha perlu mempertimbangkan guna memperbaiki sistem operasi mereka dari konvensional menjadi lebih baik. Jones menyatakan bahwa inovasi tidak hanya pada produk, namun juga pada penggunaan teknologi. Peralihan sistem operasi yang tepat sudah diantisipasi sejak tahun 1930, Schumpeter (dalam Jones, 2010) menyatakan inovasi mengubah nilai melalui sistem, maka pelaku usaha perlu melakukan perubahan nilai melalui sistem yang lebih baik dan baru.

  Perubahan kerap dan terus terjadi. Dalam dunia bisnis, segala sesuatu terus berubah, tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri. Pelaku usaha juga terus memikirkan strategi bisnisnya untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis. Sayangnya, tidak banyak pelaku usaha kecil yang menyadari pentingnya pembaharuan dalam bisnis mereka, baik sistem operasi maupun produk, mereka cenderung bertahan dengan sistem yang telah mereka pergunakan dengan alasan bahwa sistem tersebut juga mendatangkan keuntungan bagi mereka. Tetapi jika mereka bisa meningkatkan inovasi dalam bisnis mereka, maka mereka bisa “naik” kelas, seperti apa yang diungkapkan Rhenald Kasali (2010), bahwa wirausaha juga harus naik kelas, dan ini bisa mereka capai dengan adanya strategi inovasi.

  Salah satu kelompok pelaku usaha UKM yang ada di Medan adalah Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng yang terletak di Jalan Menteng VII – Medan, Sumatera Utara. Kelompok ini sudah berdiri sejak tahun 1996 yang diresmikan oleh Walikota Medan Bachtiar Djafar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Mulanya PIK mampu membangkitkan gelora industri rumah tangga. Berbagai macam produk pun berhasil diciptakan dengan pendapatan yang cukup memuaskan. Ekonomi masyarakat menengah ke bawah mulai dapat diperbaiki.

  Pada awalnya jumlah pelaku usaha di PIK Menteng Medan berkisar 110 orang, namun seiring waktu berjalan, terutama akibat imbas dari krisis ekonomi pada tahun 1998 jumlah pelaku usah terus menurun ditambah lagi perhatian pemerintah yang kurang pada saat krisis terjadi hingga membuat pelaku usaha tidak lagi meneruskan bisnisnya. Saat ini jumlah pelaku usaha yang ada hanya tinggal 30 orang saja dan sistem organisasi mereka tidak berubah mulai dari berdiri di tahun 1996, berdiri sendiri, tanpa manajemen dan tidak terkendali.

  Ahmad Harahap, Ketua II Koperasi Pusat Industri Kecil (Kopik) Menteng – Medan menyatakan bahwa kini sudah tidak ada lagi perhatian dari dinas terkait.

  Padahal dulu, ini adalah program yang diutamakan oleh Pemerintah Kota Medan pada masa Walikota dijabat oleh Bactiar Djafar. Pada tahun permulaan, PIK sangat maju, order pun banyak mereka terima, terutama pakaian dan sepatu dinas untuk pegawai Pemerintah Kota Medan. Modal juga banyak mereka dapat berupa pinjaman lunak dari berbagai pihak, seperti dari Pertamina. Namun, sekarang hal itu sudah banyak berbalik. Order dari dinas pemerintahan tidak lagi mereka terima, modal yang sulit mereka dapatkan. Kredit BUMN dan pinjaman kredit lunak yang biasa diterima oleh pelaku usaha lokal ini pun tak lagi berlanjut. Guna meneruskan kegiatan usahanya para pelaku usaha ini banyak yang mencoba berpindah kredit melalui bank, namun mereka tak menyanggupi bunga yang cukup besar. Bahkan banyak ruko yang beralih fungsi bahkan dijual kepada orang lain. Padahal menurut aturannya, ruko tidak boleh dijual, karena mereka diharuskan menyicil ruko yang mereka tempati untuk kegiatan usaha.

  Mandeknya hal diatas, juga mematikan daya kreatifitas pelaku usaha. Mereka memang mengharapkan peran aktif pemerintah untuk membantu mereka keluar dari permasalahannya. Sejatinya, mereka tidak harus bergantung terus kepada pemerintah. Mereka harus lebih mandiri. Dengan kemandirian, mereka bisa keluar dari permasalahan utama mereka. Drucker (1986) menyatakan bahwa pelaku bisnis harus terus melakukan inovasi terhadap apa-apa saja yang mereka lakukan. Pelaku usaha harus memikirkan ulang terhadap proses produksi dan produk mereka.

  Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap pelaku usaha yang masih bertahan di PIK Menteng – Medan, penulis menemukan bahwa terjadi kemandekan dalam bisnis mereka. Produk yang mereka pasarkan tidak ada mengalami perubahan dari tahun ke tahun, pasar tidak mereka kembangkan dan sistem operasi mereka juga mengalami stagnasi. Hasil wawancara dengan salah satu pelaku usaha menyatakan sebagai berikut:

  “Kami memang tidak banyak melakukan perubahan usaha, seperti usaha saya yang sudah berjalan dari tahun 2003 hingga sekarang (2011)… Mesin-mesin yang kami pergunakan juga nggak banyak berubah… metode pemasaran kami melalui berjualan langsung dan kami jual ke pembeli atau ke distributor lokal” Selanjutnya Harahap menjelaskan jika kondisi ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin industri yang ada akan mati. Tingkat pendapatan pelaku usaha yang penulis peroleh berdasarkan interview dengan 5 (lima) orang pelaku usaha di PIK menemukan bahwa tingkat pendapatan mereka rata-rata turun hingga 20% setiap tahunnya. Berikut adalah tabel rata-rata pendapatan yang mereka peroleh dari tahun 2007 hingga 2010.

Tabel 1.1. Perkiraan Rata-rata Pendapatan Pelaku Usaha PIK dari Tahun 2007 -

  2010

  No Pelaku Usaha Perkiraan Rata-rata Pendapatan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

  1 Pelaku Usaha "A" Rp 5,000,000 Rp 4,500,000 Rp 4,000,000 Rp 4,000,000

  2 Pelaku Usaha "B" Rp 6,000,000 Rp 5,000,000 Rp 4,500,000 Rp 4,000,000

  3 Pelaku Usaha "C" Rp 4,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000

  4 Pelaku Usaha "D" Rp 2,000,000 Rp 1,700,000 Rp 1,000,000 Rp 1,500,000 gPelaku Usaha 5 "E" Rp 7,000,000 Rp 5,000,000 Rp 6,500,000 Rp 6,000,000

  Sumber: diolah dari hasil interview dengan pelaku usaha PIK Menteng - Medan Dari tabel 1.1. diatas terlihat kecenderungan pendapatan para pelaku usaha yang terus menurun. Penjualan yang mereka andalkan hanya dari permintaan rutin dan atau pesanan yang datang kepada mereka, namun ini jumlahnya tidak besar. Ketika penulis menanyakan mengapa mereka tidak membuat suatu toko atau gerai khusus untuk memasarkan produk mereka, Harahap menjawab hal tersebut pernah dilakukan, namun kebanyakan para pelaku usaha tidak sanggup untuk menambah biaya pemasaran lagi, sehingga konsep ini tidak berjalan dengan baik.

  Ketika penulis menyinggung mengenai bagaimana penerapan inovasi dalam industri, mereka menyatakan belum menerapkan sepenuhnya. Mereka masih menggunakan teknologi yang ada, dan produk yang mereka hasilkan juga tidak banyak berubah. Berdasarkan hal diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana manajemen inovasi PIK Menteng – Medan.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen inovasi oleh pelaku usaha di Pusat Industri Kecil Menteng – Medan.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1)

  Menganalisis penerapan manajemen inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha PIK Menteng Medan 2)

  Mengidentifikasi faktor-faktor manajemen inovasi yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha di PIK Menteng Medan dalam meningkatkan performa mereka. 3)

  Mengindentifikasi langkah-langkah konkrit yang bisa mereka lakukan terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1)

  Bagi pelaku usaha PIK Menteng Medan sebagai bahan pertimbangan guna menerapkan manajemen inovasi untuk meningkatkan performa mereka sehingga bisa bersaing di pasar dan mereka juga bisa mengembangkan pasar sendiri.

  2) Bagi Program Studi Magister Managemen USU, dapat sebagai bahan informasi dan acuan dalam melakukan penelitian – penelitian berikutnya yang berkaitan.

  3) Bagi peneliti, mendapatkan wawasan yang lebih dalam dan dapat diterapkan dalam bekerja.

  4) Bagi penelitian selanjutnya, dapat digunakan untuk menambah informasi dan acuan dasar yang membantu dalam penelitian yang lebih luas lagi

1.5. Batas dan Ruang Lingkup Penelitian

  Batasan dan ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : 1)

  Penelitian hanya dilakukan terhadap: Pelaku usaha di PIK Menteng Medan

  • Kostumer PIK Menteng – Medan yang diambil secara random
  • sampling

  2) Penelitian hanya mengidentifikasi faktor – faktor manajemen inovasi yang dikemukakan oleh Drucker (1986) dan analisa penerapan dari manajemen inovasi tersebut guna meningkatkan performa kinerja pelaku usaha PIK Menteng Medan.