Desain Model Pembelajaran “Garuda” di Prodi S1 Pendidikan Matematika (suatu implementasi pembelajaran SKA dalam mendukung pelaksanaan KBK Prodi S1 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan) Oleh: Muhammad Ilyas Yusuf Pendidikan Matematika FKIP Uni

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

46

Desain Model Pembelajaran “Garuda” di Prodi S1 Pendidikan Matematika
(suatu implementasi pembelajaran SKA dalam mendukung pelaksanaan KBK Prodi S1
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan)
Oleh:
Muhammad Ilyas Yusuf
Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Pekalongan
Abstract
In order to help the matheatics department of teacher’s training and education
Faculty of pekalongan University in applying the competence based curiculum
the writer designed a teaching method based on SCL, constructivism, and
andragogy in May the 1st 2011. This model was named GARUDA which was
the softened form of goal setting, andragogy, responsible for the job,
understand the material, diciplinary learning and achive learning. The main
objective of GARUDA was to make the learners able to master each
competence stated in each lecture, so that they can be human investment and
not merely human capital.

PENDAHULUAN
Program studi

mampu
S1

pendidikan

matematika adalah salah satu program
studi yang bernaung di bawah Fakultas
Keguruan

dan

Ilmu

Pendidikan

Universitas Pekalongan. Program studi
ini mulai beroperasi pada tahun 2008

berdasarkan surat ijin operasional tanggal
15 Mei 2008 nomor 1618/D/T/2008. Saat
ini, Jumlah pembelajar yang kuliah di
prodi ini mencapai sekitar 650, Jumlah
pembelajar yang mengalami peningkatan

dan

kesadaran

masyarakat

terhadap pendidikan khususnya profesi
pendidik matematika sangat tinggi. Oleh
karena itu, prodi ini memiliki tanggung
jawab

besar

pembelajar

harapan

untuk

mendidik

dalam rangka

masyarakat

agar

para

memenuhi
prodi

ini

para


pendidik

matematika profesional yang memiliki 4
kompetensi yang telah ditentukan oleh
pemerintah yaitu: pedagogi, kepribadian,
sosial

dan

kompetensi

akademik.

Terwujudnya

tersebut sangat tergantung

dari pada upaya prodi dalam memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkan.

Disinilah peran strategis prodi ini dalam
menyiapkan calon tenaga pendidik yang
berkualitas dan profesional di bidang
pendidikan matematika.

setiap tahunnya ini menunjukkan bahwa
animo

meluluskan

Salah satu standar mutu yang telah
ditetapkan oleh prodi ini adalah standar
proses

pembelajaran

yang

harus


dilaksanakan oleh dosen. Dalam standar
ini

prodi

menggunakan

pendekatan

pembelajaran andragogi yang berbasis
SCL (Student Center Learning) yaitu
suatu pendekatan pembelajaran yang

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
memberdayakan

untuk


pembelajaran tersebut penulis beri nama

dominan aktif dalam mencapai tujuan

model pembelajaran “GARUDA” yang

pembelajaran

merupakan singkatan dari: Goal setting,

Sedangkan
fasilitator.

pembelajar

47

yang
dosen


telah

ditetapkan.

bertugas

sebagai

Pendekatan SCL ini diduga

Andragogy setting, Responsible for the
job,

Understand

the

material,

dapat mengantarkan pembelajar untuk


Disciplinary learning, dan Actif learning.

menguasai

Dengan prinsip-prinsip tersebut maka

kompetensi

(learning

outcome) yang telah ditetapkan. Dengan

dominansi

kalimat lain pendekatan ini mendukung

pembelajaran ini lebih besar dibanding

program kurikulum yang telah ditetapkan


dosen. Pembelajar akan aktif belajar

oleh Ditjen Dikti yaitu KBK.

mandiri

Berdasarkan

pengamatan

yang

pembelajar

secara

(membangun

dalam


konstruktivis
konsep)

dan

dilakukan oleh penulis, prodi tidak

mengeksplorasi materi dari berbagai

menetapkan model pembelajaran secara

sumber belajar (baik dari buku, jurnal,

spesifik atau pedoman pembelajaran

maupun internet) sehingga tugas dosen

berbasis SCL, setiap dosen diberikan

seperti yang diutarakan diatas dapat

keluwesan untuk menerapkan model

terlaksana secara optimal.

pembelajaran tertentu yang berbasis SCL

Berdasarkan

penjelasan

diatas

berdasarkan karakteristik mata kuliah dan

maka muncul pertanyaan: (1) dari segi

juga kondisi kelas, hal ini tentunya

analisis tekstual,

menimbulkan

melandasi

banyak

persepsi

dan

apa saja teori yang

munculnya

model

perdebatan diantara para dosen dalam

pembelajaran ini?, (2) dari segi analisis

memaknai

SCL,

pada

kontekstual, kondisi apa yang melandasi

prakteknya

para

menerapkan

bahwa model pembelajaran ini cocok

sehingga
dosen

model pembelajaran yang berbeda-beda.

dilaksanakan

Dalam

menyumbang

pendidikan matematika FKIP UNIKAL?,

pembelajaran

dan (3) dari segi analisis kepraktisan,

rangka

pengetahuan

upaya
terkait

di

lingkungan

prodi

berbasis SCL tersebut, maka dalam

bagaimana

artikel ini penulis mencoba memaparkan

model pembelajaran ini?, pertanyaan-

salah satu model pembelajaran yang

pertanyaan

sudah dipraktekkan oleh penulis di prodi

pembahasan dibawah ini.

S1

pendidikan

matematika

langkah-langkah

tersebut

FKIP

UNIKAL selama 1 tahun terakhir, model

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

dijawab

praktis

dalam

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

48

PEMBAHASAN

sendiri dan mampu menjadi pendidik

Pembelajaran Andragogi

bagi dirinya sendiri. Dengan keunggulan-

Malcolm

Knowles

(1950)

menyatakan bahwa kondisi orang dewasa

keunggulan

anak-anak

digunakan

istilah

andragogi

menjadi

landasan dalam proses pembelajaran.

dalam belajar berbeda dengan anak-anak,
pada

itu,

Pada konsep andragogi seringkali
didefinisikan pendidikan orang dewasa.

“padagogy” diartikan dengan “the art

Definisi

and science of teaching children”, maka

merujuk pada kondisi pembelajar orang

andragogi dimaknai sebagai “the art and

dewasa baik dilihat dari dimensi fisik

science of helping adult learn”. Menurut

(biologis), hukum, sosial, dan psikologis.

pandangannya, mengapa sampai terjadi

Istilah

perbedaan antara kegiatan belajar anak-

kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan

anak dengan orang dewasa, hal tersebut

kejiwaan, disamping itu pula orang

disebabkan orang dewasa memiliki: 1)

dewasa dapat berperan sesuai dengan

Konsep

tuntutan

diri

(The

self-concept),

2)

Pengalaman hidup (The role of the

dewasa

tugas

orang

didasarkan

dari

status

dewasa

atas

yang

dimilikinya. Elias (1980) menyebutkan

Kesiapan

kedewasaan pada diri seseorang meliputi:

belajar (Readiness to learn); 4) Orientasi

age, psychological maturity, and social

belajar (Orientasion to learning); 5)

roles.

Kebutuhan pengetahuan (The need to

psikologis dapat dilihat dan dibedakan

know); dan 6) Motivasi (Motivation).

dalam tiga kategori yaitu: dewasa awal

Dengan asumsi-asumsi itu menjadikan

(early adults) dari usia 16 sampai dengan

andragogi sebagai ilmu dalam melandasi

20 tahun, dewasa tengah (middle adults)

pengembangan

nonformal

dari 20 sampai pada 40 tahun, dan

dan pendidikan formal saat ini. Fungsi

dewasa akhir (late adults) dari 40 hingga

pendidik dalam andragogi hanya sebagai

60 tahun.

fasilitator, bukan instruktur, sehingga

Pembelajaran SCL

learner’s

3)

pendidikan

experience);

pendidikan

relasi antara pendidik dan pembelajar
lebih

bersifat

(Knowles,
andragogi

1950).
adalah

Dewasa

berdasar

Terminologi SCL

dimensi

pada literatur

multicomunication.

merupakan kata yang bersifat luas yang

Oleh

biasanya dikaitkan dengan pembelajaran

karena

suatu

itu

bentuk

fleksibel,

pembelajaran

berbasis

pembelajaran yang mampu melahirkan

pengalaman, atau self directed learning.

lulusan yang dapat mengarahkan dirinya

Ingleton (2000) menjelaskan bahwa SCL

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

49

merupakan hasil dari transisi perpindahan

fokus pada interaksi, seperti penggunaan

kekuatan dalam proses pembelajaran, dari

tutorial dan kelompok diskusi lainnya.

kekuatan pendidik sebagai pakar menjadi

Strategi yang terakhir adalah fokus pada

kekuatan pembelajar sebagai pembelajar.

keterampilan pemindahan (transferable

Perubahan ini terjadi setelah banyak

skills).

harapan untuk memodifikasi atmosfer
pembelajaran

yang

menyebabkan

Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran SCL

pembelajar menjadi pasif, bosan dan

adalah

resisten. Kember (1997) mendeskripsikan

berfokus pada pembelajar sehingga peran

bahwa SCL merupakan sebuah kutub

pengajar hanya sebagai fasilitator dalam

proses pembelajaran yang menekankan

proses belajar.

pembelajar

Pembelajaran Konstruktivisme

sebagai

pembangun

pengetahuan sedangkan kutub yang lain

model

pembelajaran

yang

Supamo (2006) menyatakan bahwa

adalah pendidik sebagai agen yang

teori

memberikan

memandang bahwa belajar adalah proses

pengetahuan.

Nur

dan

pembelajaran

konstruktivisme

Wikandari (2004) menjelaskan bahwa

di

SCL menekankan pada pembelajar dan

mengkonstruksi

apa yang dilakukan pembelajar untuk

gagasan-gagasan

sukses dalam belajar dibanding dengan

baru didasarkan atas pengetahuan yang

apa

telah dimiliki di masa lalu atau ada pada

yang

dilakukan

oleh

pendidik.

mana

pembelajar
atau
atau

secara

aktif

membangun
konsep-konsep

Pengertian ini menunjukkan bahwa SCL

saat

menekankan pada apa yang dilakukan

melibatkan

oleh pembelajar.

seseorang dari pengalamannya sendiri

Universitas

itu.

Dengan kata lain
konstruksi

belajar

pengetahuan

Glasgow

oleh dirinya sendiri”. Munculnya teori

mengidentifikasi empat strategi utama

konstruktivisme secara eksplisit pada

dalam pembelajaran berbasis SCL pada

dasarnya adalah berkat Jean Piaget yang

pembelajar (Ramsden, 1992). Strategi

menegaskan

pertama adalah membuat pembelajar

tentang

lebih

memperoleh

pengetahuan pada diri pembelajar (Nur

pengetahuan dan keterampilan. Strategi

dan Wikandari, 2004). Ia berpendapat

kedua adalah membuat pembelajar sadar

bahwa melalui proses akomodasi dan

akan

asimilasi,

aktif

apa

dalam

dan

mengapa

mereka

melakukannya. Strategi ketiga adalah

perbedaan
mekanisme

individu

pendapatnya
internalisasi

mengkonstruksi

pengetahuan baru dari pengalamannya.

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Berikut

50

hal-hal

yang

Menurut Von (1995) motivasi yang

konsep

dalam

paling cocok untuk belajar secara kuat

pandangan pembelajaran konstruktivisme

bergantung pada kepercayaan diri dan

1) Kondisi alamiah pembelajar

potensi yang ada dalam diri pembelajar.

a). Pembelajar adalah individu yang unik

2) Peran pendidik

merupakan

dasar

Konstruktivisme

memandang

Menurut pendekatan ini, pendidik

bahwa setiap pembelajar sebagai individu

harus

yang unik baik kebutuhan maupun latar

sebagai instruktur ke peran sebagai

belakangnya. Pembelajar juga dipandang

fasilitator (Steffe dan Gale, 1995). Ketika

secara kompleks dan multidimensional

pendidik

(Gergen, 1995).

dalam

b).

Pentingnya

latar

belakang

dan

menyesuaikan

memberikan

suatu

sebagai

mata

fasilitator

pembelajar

budaya pembelajar
Gergen (1995) juga menekankan

perannya

dari

pembelajaran

pelajaran,
adalah

untuk

peran

membantu
memperoleh

pemahamannya sendiri tentang materi.

pentingnya latar belakang dan budaya

3) Kondisi alamiah proses pembelajaran

pembelajar.

a). Belajar merupakan proses sosial yang

Konstruktivisme

membangkitkan keberanian pembelajar

aktif

untuk sampai pada kebenaran versi

Para

pakar

konstruktivisme

masing-masing, yang dipengaruhi oleh

memiliki

latar

sebagai proses aktif di mana pembelajar

belakangnya,

budaya

atau

pandangan

bahwa

belajar

lingkungannya.

seharusnya belajar untuk menemukan

c). Tanggung jawab belajar

sendiri

prinsip,

konsep,

dan

fakta

Lebih jauh lagi, Von (1995)

sehingga sebaiknya diberikan teka-teki

menyatakan ada alasan kuat bahwa

yang menantang dan cara berpikir intuitif

tanggung

dari pembelajar (Brooks and Brooks,

jawab

berangsur-angsur

belajar

seharusnya

diberikan

kepada

1993).

pembelajar. Karenanya kostruktivisme

b). Interaksi dinamis antara tugas,

menekankan pentingnya keterlibatan aktif

pendidik, dan pembelajar

pembelajar dalam proses belajar.

Karakteristik yang lebih jauh dari
peran pendidik sebagai fasilitator dalam

d). Motivasi belajar
Asumsi penting lain mengenai
keadaan

alami

pembelajar

adalah

sudut pandang konstruktivisme adalah
bahwa pendidik dan pembelajar memiliki

tingkatan dan sumber motivasi belajar.

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

51

intensitas keterlibatan yang sama (Duffy

sebagai suatu proses dua arah yang

dan Jonassen, 1992).

melibatkan interaksi antara pendidik dan

4) Kolaborasi di antara pembelajar

pembelajar.

Kebanyakan
konstruktivisme,

model
seperti

yang

5) Pemilihan, cakupan, dan tata urutan
materi

dikemukakan oleh Duffy dan Jonassen

a). Pengetahuan seharusnya ditemukan

(1992)

sebagai keseluruhan terpadu

menekankan

kebutuhan

akan

kolaborasi antara pembelajar, hal ini jelas

Pengetahuan

seharusnya

tidak

berbeda dengan pendekatan tradisional

dipisahkan ke dalam subjek-subjek yang

yang

berbeda

lebih

mengedepankan

sifat

kompetitif.

(kompartementalisasi),

seharusnya

ditemukan

tetapi
sebagai

keseluruhan yang terpadu.
a). Pentingnya konteks
Paradigma
memandang

b).
konstruktivisme

bahwa

konteks

Keasyikan

dan

tantangan

bagi

pembelajar

dari

Pembelajar

seharusnya

secara

terjadinya pembelajaran merupakan pusat

konstan diberi tantangan dengan tugas-

dari pembelajaran itu sendiri (Wilson dan

tugas

Cole, 199). Yang perlu digarisbawahi

keterampilan dan pengetahuan sedikit di

dari

atas tingkat ketuntasannya pada saat itu.

suatu

catatan

penting

bahwa

pembelajar merupakan prosesor aktif

yang

berhubungan

dengan

c). Penstrukturan proses belajar

adalah "asumsi bahwa tidak ada satu pun

Seorang

pendidik

seharusnya

bagian dari

menyusun struktur pengalaman belajar

seperangkat hukum pembelajaran yang

untuk membuat yakin bahwa pembelajar

telah digeneralisasi yang dapat diterapkan

mendapat

arahan

yang

untuk semua domain" (Marcy, 2000).

parameter

untuk

mencapai

b). Asesmen (penilaian)

pembelajaran, namun pengalaman belajar

Jonassen

(1991)

jelas

dan
tujuan

menekankan

seharusnya terbuka dan memberikan

konsep asesmen dinamis, suatu cara

peluang yang cukup bagi pembelajar

menilai potensi pembelajar yang secara

untuk

signifikan

berinteraksi

berbeda

dengan

tes

menemukan,
dan

menikmati,
sampai

konvensional. Kondisi belajar alamiah

kebenarannya

yang esensial diperluas sampai ke proses

diverifikasi oleh masyarakat.

asesmen. Asesmen di sini dipandang

d). Catatan akhir

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

sendiri

yang

pada
telah

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Intervensi konstruktivisme dalam
pembelajaran

dengan

demikian

52

memberikan lingkungan akademik yang
mengintervensi

pembelajar

untuk

merupakan intervensi di mana kegiatan

memahami betul tentang tujuan belajar,

kontekstual

melaksanakan

(tugas-tugas)

digunakan

pembelajaran

dengan

untuk menyediakan pembelajar peluang

paradigma andragogi, bertanggung jawab

untuk menemukan dan secara kolabortif

secara

mengkonstruksi arti sebagaimana yang

mampu menguasai kompetensi yang di

diungkap dalam intervensi. Pembelajar

tentukan, disiplin dalam menjalankan

dihormati sebagai individual yang unik,

kontrak kuliah, dan selalu aktif dalam

dan pendidik lebih cenderung berperan

mengikuti proses pembelajaran yang

sebagai fasilitator daripada instruktur.

telah ditentukan.

Analisis Kondisi Alamiah Lingkungan

Filosofi dan Sejarah Lahirnya Model

Akademik

Pembelajaran GARUDA

Prodi

S1

Pendidikan

tepat

Model

Matematika FKIP UNIKAL

terhadap

setiap

pembelajaran

tugas,

GARUDA

terhadap

lahir berdasarkan hasil pemikiran penulis

kondisi alamiah lingkungan akademik

setelah mengadakan: (1) kajian secara

PMTK FKIP UNIKAL tidak dapat

mendalam

dijelaskan dalam artikel ini, hal ini untuk

mengajar di PMTK FKIP UNIKAL tahun

kepentingan penelitian lebih lanjut. Hasil

2009

analisis ini ada dalam dokumen diluar

temukan pada bulan september tahun

artikel ini.

2011 dan dipraktekkan pertama kali pada

Model Pembelajaran GARUDA

semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di

Pengertian

PMTK FKIP UNIKAL, (2) kajian secara

Analisis

kontekstual

GARUDA merupakan singkatan
dari Goal setting (penentuan tujuan),

lebih

mendalam

pengalaman

tepatnya

terhadap

penulis

teori-teori

pembelajaran diantaranya teori SCL, teori

dewasa),

pembelajaran konstruktivisme, dan teori

Responsible for the job (tanggung jawab

andragogy yang saya singkat SKA, dan

terhadap tugas), Understand the Material

(3) kajian terhadap kurikulum berbasis

(penguasaan

kompetensi

Andragogy

(pembelajaran

yang

terhadap

materi),

Disciplinary

(KBK)

yang

telah

di

Learning (disiplin belajar). dan Actif

canangkan oleh Ditjen Dikti. Secara

learning (aktif belajar). Sehingga model

filosofis, prinsip dan konsep model

pembelajaran

pembelajaran

suatu

model

GARUDA

merupakan

pembelajaran

yang

ini

merupakan

intisari

praktis dari ketiga teori SKA diatas (SCL,

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

53

Konstruktivis, dan Andragogy). Sehingga

Pengertian prinsip ini mengarah

prinsip dan konsep didalam pembelajaran

kepada penguasaan kompetensi yang

ini memuat prinsip-prinsip yang ada

telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan

didalam SKA. Berikut adalah penjelasan

teori SKA, dimana setiap pembelajar

prinsip-prinsip

dituntut menguasai pengetahuan dan

model

pembelajaran

GARUDA.

kompetensi yang telah ditetapkan setelah

1. Goal setting (penentuan tujuan),

mereka

Menurut teori SKA, sebelum
proses pembelajaran dimulai, pembelajar
harus benar-benar

selesai

melaksanakan

pembelajaran.
5. Disciplinary

memahami tujuan

Learning

(disiplin

belajar),

pembelajaran yang harus dicapai setelah

Teori SKA menyatakan bahwa

pembelajaran selesai.

setiap

2. Andragogy (pembelajaran dewasa),

melakukan eksplorasi, elaborasi, dan

Pembelajar dapat diGoalongkan

pembelajar

dituntut

konfirmasi (EEK) secara tepat

mampu

selama

sebagai orang yang sudah dewasa, karena

proses

rata-rata berumur antara 18 keatas. Hal

Prinsip ini dimaknai sebagai displin

ini sesuai dengan teori andragogi dilihat

pembelajar dalam kegiatan EEK dalam

dari segi psikologi. Sehingga prinsip-

proses pembelajaran.

prinsip andragogi sangat tepat jika di

6. Actif learning (aktif belajar).

pembelajaran

berlangsung.

Prinsip ini dimaksudkan bahwa

masukkan kedalam proses pembelajaran
pada tingkat perpendidikan tinggi.

setiap pembelajar harus melakukan setiap

3. Responsible for the job (tanggung

tahap dalam proses pembelajaran yang
telah ditetapkan dalam kontrak kuliah.

jawab terhadap tugas),
Berdasarkan teori SKA, setiap

Tujuan Model Pembelajaran GARUDA
Tujuan

pembelajar punya tanggung jawab yang

pelaksanaan

model

besar terhadap apa yang dilakukan baik

pembelajaran ini adalah: (1) mendukung

sebelum,

pelaksanaan

sedang,

dan

setelah

KBK di

PMTK

FKIP

pembelajaran. Tanggung jawab tersebut

UNIKAL; (2) menjamin kualitas hasil

terutama terkait dengan tugas-tugas yang

pembelajaran di PMTK FKIP UNIKAL;

harus dilaksanakan oleh pembelajar

(3)

4. Understand the Material (penguasaan

menguasai

materi),

membantu

pembelajar

kompetensi

yang

dalam
telah

ditetapkan; (4) meningkatkan kompetensi
pedagogi,

sosial,

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

kepribadian,

dan

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

54

akademik dosen PMTK FKIP UNIKAL;

dosen secara individual pada setiap

dan

pertemuan. Proses pertanggungjawaban

(5)

menciptakan

lingkungan

akademik yang berkarakter dewasa, aktif,

ini

disiplin, dan tanggung jawab.

kompetensi (UK) secara tertulis melalui

Langkah-langkah

siklus-siklus. UK dilaksanakan sesuai

Pembelajaran

dilakukan

dengan

GARUDA
Berikut

adalah

langkah-langkah

sedangkan

jumlah

dengan

sistem

rancangan

siklus-siklus

uji

tugas,

dilaksanakan

dalam pembelajaran GARUDA:

sesuai dengan kemampuan pembelajar.

1. membentuk ”Team Teaching” ( 3

Misalkan pada kasus UK1 siklus 1
pembelajar

sampai 5 dosen)

sudah

mampu

2. menyusun perencanaan perkuliahan

mempertanggungjawabkan dengan baik

satu semester : menyusun silabus,

(minimal nilai B) maka pembelajar

rencana pembelajaran satu semester,

tersebut tidak perlu lagi mengikuti UK1

rancangan tugas untuk satu semester,

siklus 2, 3, dst. Misalkan pada kasus UK1

bahan ajar

siklus 1 pembelajar

mampu

mempertanggungjawabkan dengan baik

3. melaksanakan perkuliahan
 pada

belum

dosen

(nilainya dibawah B) maka pembelajar

mengadakan kontrak kuliah dengan

tersebut wajib mengikuti UK1 siklus 2.

menjelaskan

Bagi pembelajar yang sudah lulus setiap

pertemuan

awal

sistem

pembelajaran

UK, maka dia tidak wajib mengikuti UTS

yang akan dilaksanakan.
ini,

dan UAS, tapi bagi pembelajar yang tidak

pembelajar diberi silabus, RP, rancangan

lulus salah satu atau setiap UK, maka

tugas, dan bahan ajar. Hal ini bertujuan

diwajibkan mengikuti UTS dan atau

agar pembelajar betul-betul memahami

UAS.

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

a. setiap pertemuan dosen memaparkan

(goal setting), paham dengan tahap-tahap

poin-poin materi yang sangat penting

belajar,

melaksanakan

untuk di EEK, memberi pengarahan

perkuliahan. Pada poin rancangan tugas,

terhadap pembelajar bagaimana cara

dosen

setiap

menguasainya, dan juga memberikan

pembelajar harus menyelesaikan tugas

kesempatan kepada pembelajar untuk

dengan

konsultasi

Pada

pertemuan

dan

siap

menjelaskan

kriteria

tugas

awal

bahwa

yang

sudah

tercantum dalam rancangan, tugas ini

pembelajaran.

harus dipertanggung jawabkan kepada

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

terkait

proses

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
b. pada pertemuan ketiga dst, upayakan
setiap pertemuan diadakan UK

learning (aktif belajar). Langkah-langkah
pembelajaran

c. pada pertemuan keempat dst, setiap

55

dapat

GARUDA

sebenarnya

dimodifikasi menjadi berbagai

hasil UK harus di informasikan oleh

macam variasi, dalam artikel ini penulis

dosen kepada pembelajar, untuk

memberikan sedikit gambaran contoh

kepentingan

langkah-langkah

perbaikan,

sehingga

pembelajaran

pembelajar akan tahu apa kesalahan

GARUDA.

apa yang harus dibenahi.

dikonstruksi oleh penulis pada tanggal 01

4. melaksanakan administrasi penilaian
Penilaian

dilaksanakan

Model

pembelajaran

ini

bulan Mei tahun 2011 dalam rangka

mulai

untuk membantu PMTK FKIP UNIKAL

pertemuan kedua dst, aspek yang dinilai

dalam memenuhi standar mutu proses

memuat proses dan hasil pembelajaran,

pembelajaran yang telah ditetapkan.

yaitu penilaian terhadap tugas, keaktifan

DAFTAR PUSTAKA

mengikuti UK, dan hasil pertanggung
jawaban UK. Nilai keaktifan diambil dari
keaktifan pembelajar mengikuti UK, nilai
tugas diambil dari hasil tugas yang telah
dikerjakan, nilai UTS dan UAS diambil
dari hasil UK pembelajar.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran GARUDA pada dasarnya
suatu model pembelajaran yang saat ini
spesifik

dikhususkan

pembelajaran

pada

pada

proses

PMTK

FKIP

Brooks, JG, and Brooks, MG. 1993. The
case
for
constructivist
classrooms. Alexandria: ASCD
Duffy, T. M., & Jonassen, D. H.1992).
Constructivism
and
the
technology of instruction: A
conversation.
Hillsdale:
Erlbaum.
Elias, J.L., dkk. 1980. Philosophical
Foundation
of
Adult
Education. Malabar florida:
Robert E. Kreiger Press.
Gergen, K.1995. Social construction and
the educational process. New
Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates,Inc.

UNIKAL yang memuat prinsip-prinsip
Goal

setting

Andragogy

(penentuan

(pembelajaran

tujuan),
dewasa),

Responsible for the job (tanggung jawab
terhadap tugas), Understand the Material
(penguasaan

materi),

Disciplinary

Learning (disiplin belajar). dan Actif

Ingleton, C., Kiley, M., Cannon, R., &
Rogers,
T.2000.
Studentcentred Learning. Adelaide:
University of Adelaide.
Jonassen,

D.
H.1991. Evaluating
constructivistic
learning.
Educational Technology, 2833.

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Knowles, M.1950.
Informal Adult
Education: A Guide For
Administrator, Leader
and Teachers. New York:
Association Press.
Marcy P Driscoll. 2000. Psychology of
Learning For instruction,
Second edition,
Florida:
Florida
State
University
Nur, Mohamad dan Wikandari, P. Retno.
2004. Pengajaran Berpusat
kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivis
dalam
Pengajaran.
Surabaya:
UNESA.
Ramsden, P.1992. Learning to Teach in
Higher Education. Kentucky:
Routledge.

Steffe

56

Leslie P. & Gale J.1995.
Constructivism in education.
Hillsdale,
NJ:
Lawrence
Erlbaum

Supamo,

Paul.
2006.
Filsafat
Konstruktivisme
dam
Pendidikan. Yogyakarta

Von

Glasserfield,
E.1995.
A
constructivist approach to
teaching. Hillsdale: Lawrence
Erlbaum

Wilson, B. G., & Cole, P.1991. A review
of cognitive teaching models.
Educational
Technology
Reseach & Development, 39
(4), 47-63.

Volume 1, No.1, Januari 2013, ISSN 2303-3983