Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2014 / 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus

  Hasil belajar pada kondisi pra siklus dilakukan dengan pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika serta hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo semester I tahun 2014/ 2015 . Pembelajaran yang berlangsung secara konvensional dengan metode ceramah saja dan masih berpusat pada guru. Guru sebagai sumber informasi, yaitu menjelasakan materi, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar penjelasan guru saja. Pembelajaran yang berlangsung kurang berkesan bagi siswa dan mereka tidak dituntut untuk berpartisipasi aktif sehingga tidak ada semangat untuk belajar. Guru memaparkan materi dan hanya sesekali memberikan pertanyaan kepada siswa, selain itu waktu juga lebih didominasi oleh guru. Ketika siswa diberi tugas, guru tidak mendampingi dan membimbing siswa. Pembelajaran masih bersifat satu arah sehingga komunikasi antara guru dan siswa masih terbatas.

  Pembelajaran seperti ini, tidak memacu siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Terbukti dari hasil belajar matematika siswa yang masih rendah. Siswa yang mencapai nilai KKM

  ≥ 70 hanya sebanyak 6 siswa (37, 5%) saja, sedangkan 10 siswa lainya atau sebanyak 62, 5% belum tuntas mencapai KKM. Secara rinci dapat dijelaskan melalui tabel 4.1 tentang distribusi hasil belajar matematika siswa semester I tahun 2014/ 2015.

  

Tabel 13

Distribusi Hasil Belajar Matematika Pra Siklus

  No. Skor Hasil Belajar Frekuensi Prosentase 1.

  ≥ 90 1 6,25% 2. 70-89 5 31,25% 3. 50-69 7 43,75% 4. 30-49 3 18,75%

  Jumlah 16 100% Tabel diatas menunjuukkan bahwa, rentang skor 30-49 diperoleh 3 siswa (18,75%) , pada skor 50-69 diperoleh oleh 7 siswa atau 43,75%, skor

  70-89 sebanyak 5 siswa (31,25%), sedangkan skor ≥ 90 sebanyak 1 siswa (6,25%). Disamping tabel 13 tentang distribusi hasil belajar, dapat juga disajikan dalam bentuk histogram berikut ini

  Gambar 4 Histogram Distribusi Hasil Belajar Matematika Pra Siklus

  Gambar 4 tentang histogram distribusi hasil belajar matematika pra siklus, menunjukkan bahwa batang tertinggi diperoleh oleh 7 siswa pada skor 50-69. Sedangkan batang yang terendah diperoleh oleh 1 siswa pada skor

  ≥ 90. rentang skor 30-49 diperoleh 3 siswa (18,75%) dan skor 70-89 sebanyak 5 siswa (31,25%).

  2

  4

  6

  8 30-49 50-69 70-89 ≥ 90

  Ju m lah Si swa Skor Hasil belajar juga dapat diketahui melalui ketuntasan hasil belajar. Ketuntasan hasil belajar dapat ditentukan dengan skor yang diperoleh siwa. Siswa yang hasil belajarnya tuntas bila mencapai KKM (

  ≥ 70), sedangkan yang belum tuntas bila memperoleh skor <70. Secara rinci ketuntasan belajar matematika pra siklus disajikan pada tabel 14 sebagai berikut.

  Tabel 14 Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pra Siklus

  Skor Kriteria Frekuensi Prosentase (%) ≥ 70 Tuntas 6 37, 5% < 70 Tidak Tuntas 10 62, 5%

  Jumlah 16 100% Siswa yang mencapai KKM hanya 6 siswa yang mencapa i (≥ 70) atau 37,5% dan 10 siswa (62, 5%) lainya belum mencapai KKM. Disamping tabel 14 tersebut, ketuntasan hasil belajar juga dapat disajikan melalui diagram lingkaran berikut ini.

  

37, 5%

≥ 70 Tuntas 62, 5% < 70 Tidak Tuntas

  

Gambar 5 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika

Pra Siklus

  Gambar 5 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar matematika pra siklus mencapai 37,5% yang ditunjukan oleh warna biru, sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 62,5% yang di tunjukkkan warna merah. Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan beberapa siswa kelas V tentang proses pembelajaran matematika yang mereka ikuti, siswa yang belum mencapai KKM disebabkan karena mereka merasa bosan selama mengikuti kegiatan pembelajaran karena pembelajaran masih berpusat pada guru, kurangnya partisipasi aktif siswa dan kurangnya semangat belajar siswa, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang mereka peroleh. Selain itu guru hanya melakukan penskoran terhadap hasil belajar melaui tes formatif saja (aspek kognitif) sedangkan pada aspek afektif dan psikomotorik siswa belum dinilai oleh guru. Saran dari peneliti adalah agar guru menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan partisipasi aktif siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk bekerjasama dengan kelompok yang membantu mereka dalam pemahaman materi serta terdapat kompetisi dengan kelompok lain sehingga siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Dengan adanya kegiatan siswa yang demikian, guru dapat menilai siswa tidak hanya dari tes formatif saja namun juga dari aspek yang lain yaitu sikap dan keterampilan siswa.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

  Pelaksanaan pembelajaran siklus I menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang di laksanakan melalui 3 langkah yaitu; (1), Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan dan observasi, (3) Refleksi.

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan

  Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus1 disajikan dalam lampiran 2 dengan Standar Kompetensi 5:Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, Kompetensi Dasar 5.2: Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan dengan indikator (5.2.1) Menjumlahkan berbagai bentuk pecahan berpenyebut sama dan (5.2.2) Menjumlahkan berbagai bentuk pecahan berpenyebut berbeda. Perangkat pembelajaran RPP terdiri dari materi tentang penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda, media berupa gambar pohon cemara untuk pemahaman konsep penjumlahan pecahan, sumber belajar berupa buku paket Matematika kelas 5, alat dan bahan berupa kartu soal, stik yang berisi nomor absen siswa, sterofoam, pin tim terbaik . Perangkat evaluasi berupa rubrik penskoran, yaitu hasil belajar siswa diperoleh dari kumulatif aspek kognitif (tes formatif), afektif dan psikomotorik (unjuk kerja) serta lembar observasi implementasi tindakan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

  

4.1.2.2 Implementasi Tindakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan

Observasi

  Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan melalui 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2015.

a. Pertemuan Pertama

  Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru mengucapkan salam, kemudian memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, selanjutnya guru memberikan motivasi dan melakukan apersepsi dengan mengamati gambar tentang pecahan.

  Kegiatan inti diawali dengan siswa dan guru bertanya jawab tentang materi operasi hitung penjumlahan berbagai bentuk pecahan, siswa menyimak penjelaskan guru tentang materi operasi hitung penjumlahan berbagai bentuk pecahan, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang, masing- masing kelompok diberi 2 lembar soal dan 2 lembar jawaban untuk di kerjakan secara berdiskusi, siswa diberikan pengarahan oleh guru untuk saling mengajari dalam kelompoknya yang belum paham cara pengerjaan soal, setelah semua siswa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, guru meminta siswa secara acak maju ke depan untuk melaporkan jawaban hasil diskusinya pada nomor yang telah ditentukan sebelumnya, kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju ke depan, siswa dan guru bersama-sama membahas hasil diskusi, siswa menyimak penjelaskan guru tentang aturan permainan yang akan dilakukan oleh mereka secara berkelompok, yaitu permainan menempel kartu jawaban pada papan sterofoam, masing-masing kelompok memperoleh lembar soal untuk dikerjakan bersama kelompoknya, setiap kelompok berlomba untuk menempelkan kartu jawaban pada nomor dipapan sterofoam yang telah di sediakan oleh guru di depan kelas , langkah-langkah ini diulangi sampai soal dalam lembar soal dapat terjawab semuanya, siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari, siswa menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan siswa lain diberi kesempatan untuk membantu dengan menjawab pertanyaan temannya, dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

  Kegiatan pada penutup yaitu siswa menyampaikan tanggapan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, guru melakukan penilaian, guru menyampaikan pesan moral kepada siswa agar mempelajari materi pecahan dengan sungguh-sungguh karena akan berguna bagi kehidupan sehari-hari, memberikan tindak lanjut : siswa mempelajari materi yang telah diajarkan untuk persiapan game turnamen pada pertemuan selanjutnya serta menyiapkan yel-yel bagi tiap kelompok, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar dirumah, guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran

b. Pertemuan Kedua

  Pertemuan kedua diawali dengan guru mengucapkan salam untuk memulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran kepada siswa dilanjutkan dengan memberi motivasi dan melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi sebelumnya.

  Kegiatan inti diawali dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang aturan tournament yang akan di lakukan, siswa duduk berkelompok bersama anggota kelompok masing-masing, tournament ronde satu dimulai dengan memanggil anggota pertama dari masing-masing kelompok, siswa yang berhasil menjawab benar menyumbangkan 1 poin untuk kelompoknya , langkah tersebut di ulangi sampai seluruh anggota kelompok mendapatkan giliran untuk bertanding, setelah semua anggota Siswa mengerjakan soal pada kartu kelompok bertanding, guru memberikan kesempatan kepada masing- masing kelompok untuk membahas kelemahan kelompok masing-masing untuk diperbaiki, siswa menyimak penjelasan guru tentang peraturan pada tournament ronde dua, siswa pertama sebagai perwakilan kelompok maju bertanding untuk mengerjakan soal pada kartu yang diambil secara acak, siswa yang berhasil menjawab benar menyumbangkan 1 poin bagi kelompoknya, langkah ini diulangi sampai semua anggota kelompok mendapatkan giliran untuk bertanding, kelompok yang mendapatkan poin tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru, siswa dan guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, dan guru meluruskan kesalahpahaman siswa, siswa diberikan soal evaluasi untuk menguji penguasaan materi yang telah diperoleh pada pertemuan pertama dan kedua.

  Kegiatan penutup diawali siswa menyampaikan tanggapan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, guru melakukan penilaian, guru menyampaikan pesan moral kepada siswa tentang pentingnya memiliki daya juang yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari, memberikan tindak lanjut : siswa mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya , guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar dirumah, guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

  Pelaksanaan tindakan siklus 1 bersamaan dengan pelaksanaan oservasi kegiatan pembelajaran, yaitu oleh observer yang mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan kegiatan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observer dilakukan oleh guru kelas

  II yang mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir.

c. Refleksi

  Refleksi dilakukan oleh observer, guru kelas dan peneliti mengenai evaluasi pelaksanaan pembelajaran penjumlahan berbagai bentuk pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Adapun kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran yang nampak adalah : 1.

  Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT

  2. Keterampilan guru dalam proses pembelajaran meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT

  3. Guru sudah menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran Disisi lain, pelaksanaan pembelajaran matematika siklus 1 menunjukkan adanya beberapa kelemahan, yakni;

  1. Guru kurang dalam penguasaan kelas

  2. Guru terlalu cepat menjelaskan materi serta aturan permaianan dan tournament yang akan dilakukan siswa, sehingga kegiatan tersebut belum terlaksana dengan baik 3. Guru kurang memberikan bimbingan pada saat siswa belajar berkelompok

  4. Guru kurang memperhatikan alokasi waktu yang tersedia Kelemahan- kelemahan tersebut akan diperbaiki dalam siklus 2 yakni; 1. Guru harus menguasai kelas, dengan cara guru tidak hanya focus pada materi yang diajarkan kepada siswa, tetapi juga harus memperhatikan kondisi siswa dalam kelas agar pembelajaran yang berlangsung lebih kondusif.

  2. Guru memberikan penjelasan lebih rinci tentang materi, aturan permainan dan tournament yang akan dilakukan oleh siswa, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan tersebut dengan lebih baik 3. Dalam belajar kelompok harus ada pendampingan dan bimbingan dari guru

  4. Guru harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 penskoran hasil belajar yang digunakan adalah penskoran tes dan non tes yang berupa tes formatif dan unjuk kerja siswa. Hasil belajar matematika tentang pecahan siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonsobo Semester II Tahun Ajaran 2014/ 2015 dapat disajikan melalui tabel 15 sebagai berikut.

  

Tabel 15

Distribusi Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siklus 1

  No. Skor Hasil Belajar Frekuensi Prosentase 1. 5 31,25% ≥ 90

  2. 70-89 6 37,5% 3. 50-69 3 18,75% 4. 30-49 2 12,5%

  Jumlah 16 100% Sumber data primer Tabel 15 tentang distribusi hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 1, skor antara 30-49 diperoleh oleh 2 siswa atau 12,5%. Skor 50-69 sebanyak 3 siswa atau 18,75%, ,skor antara 70-89 sebanyak 6 siswa atau 37,5% dan siswa yang memperoleh skor

  ≥ 90 sebanyak 5 siswa atau 31,25%. Disamping tabel 15 tentang distribusi hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 1, secara rinci dapat di sajikan melalui gambar 6 berikut ini

  8

  6

  6

  5 swa Si

  4

  3 lah

  2 m Ju

  2 30-49 50-69 70-89 ≥ 90 Skor

  Sumber data primer

  Gambar

6 Histogram Distribusi Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siklus 1

  Gambar

  6 tentang histogram hasil belajar matematika tentang pecahan

  siklus 1, nampak bahwa batang tertinggi pada skor 70-89 yang diperoleh oleh 6 siwa, sedangkan pada skor terendah pada rentang 30-49 yang diperoleh oleh 2 siswa. Skor 50-69 sebanyak 3 siswa, ,skor ≥90 sebanyak 5 siswa.

  Hasil belajar juga dapat diketahui melalui ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar ditentukan dari KKM ≥ 70. Secara rinci hasil ketuntasan belajar matematika tentang pecahan siklus I siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II tahun ajaran 2014/ 2015 sebagai berikut

  

Tabel 16

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar

Matematika Tentang Pecahan Siklus 1

Skor Kriteria Frekuensi Persen

  Tuntas 11 68,75% ≥ 70

  <70 Tidak Tuntas

  5 31,25% Jumlah 16 100%

  Sumber data primer Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 16 siswa, yang memenuhi kriteria tuntas sebanyak 11 siswa atau 68,75%, sedangkan 5 siswa atau 31,25% masih dalam kriteria tidak tuntas. Hasil ketuntasan belajar matematika tentang pecahan siklus I juga dapat disajikan dalam diagram lingkaran sebagai berikut

  31,25% ≥ 70 Tuntas 68,75% <70 Tidak Tuntas

  Sumber data primer

  Gambar 7 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Tentang Pecahan Siklus 1

  Gambar

  7 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar matematika tentang

  pecahan siklus mencapai 68,75% yang ditunjukan dengan warna biru sedangkan 31,25% yang ditunjukkan oleh warna merah belum mencapai kriteria tuntas KKM ≥70.

4.2.1 Hasil Penelitian siklus 2

  Pembelajaran pada siklus 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dilaksanakan pada kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo semester II tahun ajaran 2014/ 2015 melalui 3 langkah yakni 1. Perencanaan, 2.

  Pelaksanaan tindakan dan observasi, serta3. Refleksi.

4.2.1.1 Perencanaan Tindakan

  Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 2 disajikan dalam lampiran 3 dengan Standar Kompetensi 5: Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, Kompetensi Dasar 5.3. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Indikator yang ingin dicapai adalah (1) Menentukan hasil perkalian berbagai bentuk pecahan, (2) Menentukan hasil pembagian berbagai bentuk pecahan. Media pembelajaran yang digunakan berupa gambar konsep pecahan, sumber belajar berupa buku paket Matematika kelas 5, alat dan bahan berupa kartu soal, stik yang berisi nomor acak kelompok dan anggotanya, sterofoam, pin tim terbaik . Perangkat evaluasi berupa rubrik penskoran, yaitu hasil belajar siswa diperoleh dari kumulatif tes formatif, dan unjuk kerja serta lembar observasi implementasi tindakan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

  

4.2.1.2 Implementasi Tindakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan

Observasi

  Pelaksanaan tindakan siklus 2 dilaksanakan melalui 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2015.

a. Pertemuan Pertama

  Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru mengucapkan salam, kemudian memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, selanjutnya guru memberikan motivasi dan melakukan apersepsi dengan mengamati gambar tentang pecahan.

  Kegiatan inti diawali degan siswa dan guru bertanya jawab tentang materi operasi hitung perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan, siswa menyimak penjelaskan guru tentang materi operasi hitung perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang, masing-masing kelompok diberi 2 lembar soal dan 2 lembar jawaban untuk di kerjakan secara berdiskusi, siswa di berikan pengarahan oleh guru untuk saling mengajari dalam kelompoknya yang belum paham cara pengerjaan soal, setelah semua siswa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, guru meminta siswa secara acak maju ke depan untuk melaporkan jawaban hasil diskusinya pada nomor yang telah ditentukan sebelumnya, kelompok lain sama membahas hasil diskusi, siswa menyimak penjelaskan guru tentang aturan permainan yang akan dilakukan oleh mereka secara berkelompok, yaitu permainan menempel kartu jawaban pada papan sterofoam, masing-masing kelompok memperoleh lembar soal untuk dikerjakan bersama kelompoknya, setiap kelompok berlomba untuk menempelkan kartu jawaban pada nomor dipapan sterofoam yang telah di sediakan oleh guru di depan kelas , langkah-langkah ini diulangi sampai soal dalam lembar soal dapat terjawab semuanya, siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari., siswa menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan siswa lain diberi kesempatan untuk membantu dengan menjawab pertanyaan temannya, dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

  Kegiatan penutup diawali dengan siswa menyampaikan tanggapan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, guru melakukan penilaian, guru menyampaikan pesan moral kepada siswa agar mempelajari materi pecahan dengan sungguh-sungguh karena akan berguna bagi kehidupan sehari-hari, memberikan tindak lanjut : siswa mempelajari materi yang telah diajarkan untuk persiapan game turnamen pada pertemuan selanjutnya serta menyiapkan yel-yel bagi tiap kelompok, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar dirumah, guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran

d. Pertemuan Kedua

  Pertemuan kedua diawali dengan guru mengucapkan salam untuk memulai pembelajaran. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran kepada siswa dilanjutkan dengan memberi motivasi dan melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi sebelumnya.

  Kegiatan inti diawai dengan siswa menyimak penjelasan guru tentang aturan tournament yang akan di lakukan, siswa duduk berkelompok bersama anggota kelompok masing-masing, tournament ronde satu dimulai dengan memanggil anggota pertama dari masing-masing kelompok yang telah di pilihnya, siswa yang berhasil menjawab benar menyumbangkan 1 poin untuk kelompoknya, langkah tersebut di ulangi sampai seluruh anggota kelompok mendapatkan giliran untuk bertanding, setelah semua anggota Siswa mengerjakan soal pada kartu kelompok bertanding, guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk membahas kelemahan kelompok masing-masing untuk di perbaiki, siswa menyimak penjelasan guru tentang peraturan pada tournament ronde dua, siswa pertama sebagai perwakilan kelompok maju bertanding untuk mengerjakan soal pada kartu yang diambil secara acak, siswa yang berhasil menjawab benar menyumbangkan 1 poin bagi kelompoknya, lakukan langkah ini diulangi sampai semua anggota kelompok mendapatkan giliran untuk bertanding, kelompok yang mendapatkan poin tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru, siswa dan guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, dan guru meluruskan kesalahpahaman siswa, siswa diberikan soal evaluasi untuk menguji penguasaan materi yang telah diperoleh pada pertemuan pertama dan kedua.

  Kegiatan penutup diawali dengan siswa menyampaikan tanggapan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, guru melakukan penilaian, guru menyampaikan pesan moral kepada siswa tentang pentingnya memiliki daya juang yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari, memberikan tindak lanjut : siswa mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya , guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar dirumah, guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan siklus 2, terdapat observer yang mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan kegiatan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observer dilakukan oleh guru kelas II yang mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir.

b. Refleksi

  Refleksi dilakukan oleh observer, guru kelas dan peneliti mengenai evaluasi pelaksanaan pembelajaran perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

  Berdasakan hasil pengamatan, menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2. Adapun potensi pembelajaran yang nampak sebagai berikut: 1.

  Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT

  2. Keterampilan guru dalam proses pembelajaran meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT

  3. Guru sudah menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran 4.

  Guru telah menguasai kelas dengan baik 5. Guru menjelaskan tentang aturan permainan dan tuournament dengan rinci

  6. Guru mendampingi siswa pada saat belajar berkelompok 7.

  Guru menggunakan alokasi waktu dengan tepat Pembelajaran pada siklus 2 penskoran hasil belajar yang digunakan adalah penskoran tes dan non tes yang berupa tes formatif dan unjuk kerja siswa.

  Hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 2 dapat disajikan dalam melalui tabel 17 sebagai berikut

  Tabel 17 Distribusi Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siklus II

  No. Skor Hasil Belajar Frekuensi Prosentase 1.

  ≥ 90 7 43,75% 2. 70-89 8 50% 3. 50-69 1 6,25% 4. 30-49

  0% Jumlah 16 100%

  Sumber data primer Tabel 17 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memperoleh skor pada rentang skor 30-49 diperoleh , pada rentang 50-69 diperoleh oleh 1 siswa atau 6,25%, skor 70-89 diperoleh oleh 8 siswa atau 50% dan skor

  ≥ 90 diperoleh oleh 7 atau 43,75%. Selain tabel 17, distribusi hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 2 juga dapat di sajikan pada gambar 8 sebagai berikut

  Sumber data primer

  Gambar 8 Histogram Distribusi Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siklus 2

  2

  4

  6

  8 30-49 50-69 70-89 ≥ 90

  1

  8

  7 Ju m lah Si swa

  

Skor Gambar 8 tentang histogram hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 2, menunjukkan bahwa batang tertinggi pada skor 70-89 yang diperoleh oleh 8 siwa, sedangkan batang terendah pada skor 30-49 tidak ada siswa yang memperoleh skor pada rentang tersebut, pada rentang 50-69 diperoleh oleh 1 siswa, skor

  ≥90 diperoleh oleh 7 siswa. Hasil belajar juga dapat diketahui melalui ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar ditentukan dari KKM

  ≥ 70. Secara rinci hasil ketuntasan belajar matematika tentang pecahan siklus 2 siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II tahun ajaran 2014/ 2015 sebagai berikut

  

Tabel 18

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika

Tentang Pecahan Siklus 2

Skor Kriteria Frekuensi Persen

  Tuntas 15 93,75% ≥ 70

  <70 Tidak Tuntas

  1 6,25% Jumlah 16 100%

  Sumber data primer Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 16 siswa, yang memenuhi kriteria tuntas sebanyak 15 siswa atau 93,75%, sedangkan 1 siswa atau 6,25% masih dalam kriteria tidak tuntas. Hasil ketuntasan belajar matematika tentang pecahan siklus 2 juga dapat disajikan dalam diagram lingkaran sebagai berikut

  6,25% ≥ 70 Tuntas 93,75% <70 Tidak Tuntas

  Sumber data primer

  Gambar 9 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siklus 2

  Gambar 9 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 2 siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Semester II Kabupaten Wonosobo tahun ajaran 2014/ 2015 mencapai 93,75%, yang ditunjukan dengan warna biru sedangkan 6,25% yang ditunjukkan oleh warna merah belum mencapai kriteria tuntas KKM ≥ 70.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

  Kondisi pra siklus, dari 16 siswa hanya 6 siswa atau sebesar 37, 5% yang mencapai krieria ketuntasan minimal ≥ 70. Skor minimal 30, skor maksimal 90 dan skor rata-rata 62,18. Proses pembelajaran yang berlangsung, guru juga tidak pernah melibatkan partisipasi aktif siswa seperti, pembelajaran yang bersifat dua arah, bekerja dalam kelompok, melakukan permainan bersama kelompok, tournament serta memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi. Hal ini dibuktikan bahwa dalam RPP yang dirancang oleh guru tidak menggunakan model tertentu dalam proses pembelajaran.

  Pembelajaran pada siklus 1 fokus perbaikan adalah pada peningkatan hasil belajar dan penilaian hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Implementasi pembelajaran menggunakan model ini menunjukkan ada peningkatan pada hasil belajar siswa . Hal ini terbukti dengan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai 68,75%. Skor minimal yang diperoleh siswa adalah 41, skor maksimal 92 dan skor rata-rata 75. Peningkatan ini disebabkan ada pemberian tindakan berupa model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (2010), yang meliputi penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan , pertandingan atau lomba, penghargaan kelompok yang sudah terlaksana dengan cukup baik, dibuktikan dengan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang sudah terlaksana secara keseluruhan. Namun, pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini belum maksimal dengan adanya kelemahan-kelemahan yaitu, Guru kurang dalam penguasaan kelas, Guru terlalu cepat menjelaskan materi serta aturan permaianan dan tournament yang akan dilakukan siswa, sehingga kegiatan tersebut belum terlaksana dengan baik, Guru kurang memberikan bimbingan pada saat siswa belajar berkelompok, Guru kurang memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Pada evaluasi pembelajaran, guru tidak hanya memberikan penskoran pada tes formatif saja tetapi juga pada unjuk kerja siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Purwanto (2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kogintif), keterampilan proses (aspek psikomotorik) dan sikap siswa (aspek afektif). Dengan adanya teknik penilaian yang demikian, siswa akan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan baik dan tidak hanya fokus pada tes formatif di akhir pertemuan.

  Hasil pada siklus 1 masih 31,25% atau sebanyak 5 siswa belum mencapai kriteria tuntas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran siswa tidak menyimak materi atau penjelasan guru dengan baik, sehingga pemahaman materi tidak maksimal . Ada beberapa siswa yang bermain sendiri dan materi yang sedang di ajarkan, sehingga siswa kurang maksimal dalam menyimak dan memahami materi. Selain itu, setelah dilakukan wawancara dengan siswa yang bersangkutan, ternyata mereka hanya belajar di saat ada pekerjaan rumah dan karena faktor lingkungan rumah yang banyak anak seusianya tidak bersekolah. Jadi mereka banyak menghabiskan waktu untuk bermain dari pada belajar. Saran peneliti adalah dalam menyampaikan materi pelajaran, harus ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Selain itu guru harus memberi penegasan kepada siswa agar mereka tidak menulis atau mencatat materi yang sedang diajarkan dan guru juga menyuruh siswa agar mereka mencatat setelah penjelasan yang diberikan selesai. Selain itu, guru juga harus memberi nasehat kepada siswa untuk membagi waktu antara belajar dan bermain, sehingga kewajiban siswa untuk belajar tidak terabaikan. Pada siklus 1 ini, masih harus ada perbaikan lagi pada siklus 2, karena dalam siklus ini belum mencapai indikator kinerja keberhasilan belajar siswa sebesar 90%.

  Pembelajaran pada siklus 2 fokus perbaikan adalah hasil refleksi pada siklus 1 yaitu Guru harus memperhatikan kondisi kelas, Guru memberikan penjelasan lebih rinci tentang materi, aturan permainan dan tournament yang akan dilakukan oleh siswa, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan tersebut dengan lebih baik, dalam belajar kelompok harus ada pendampingan dan bimbingan dari guru, Guru harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan, dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT , meliputi penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan , pertandingan atau lomba , penghargaan kelompok (Slavin, 2010) yang sudah terlaksana secara keseluruhan, Ketuntasan hasil belajar matematika tentang pecahan siklus 2 mengalami peningkatan yaitu sebesar 93,75%, dari 16 siswa atau sebanyak 15 siswa telah mencapai nilai KKM dan hanya 1 siswa atau sebesar 6,25% yang belum mencapai KKM, dengan skor minimal 65,5, skor maksimal 100 dan skor rata-rata 85. Dari 16 siswa hanya ada 1 siswa yang belum mencapai KKM ≥ 70. Hal itu disebabkan karena siswa tersebut mempunyai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata, dibuktikan dengan hasil belajar matematika dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 selalu rendah. Selain itu berdasarkan wawancara dengan wali kelas V, siswa tersebut merupakan siswa pindahan dari sekolah lain sehingga masih dalam penyesuaian dengan lingkungan sekolah, termasuk dalam proses pembelajaran. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman materi oleh siswa yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Saran bagi guru untuk melakukan pendekatan dalam penyesuaian lingkungan pembelajaran dan memberikan bimbingan khusus setelah pulang sekolah kepada siswa tersebut supaya mencapai ketuntasan hasil belajar.

  Hasil tindakan menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo semester II tahun ajaran 2014/ 2015..Dari ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 2 telah mencapai kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu sebanyak 90%. Ketuntasan hasil belajar dari pra siklus, siklus 1 dan

  ≥ siklus 2 mengalami peningkatan. Secara rinci dapat disajikan pada tabel berikut ini.

  Tabel 19

Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika

Pra Silus, Siklus 1 dan Siklus 2

  No. Skor Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase siswa siswa siswa

  1. ≥ 70 6 37, 5% 11 68,75% 15 93,75% 2. < 70 10 62, 5% 5 31,25% 1 6,25%

  Jumlah 16 100% 16 100% 16 100% Sumber data primer

  Tabel 19, menunjukkan bahwa pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan. Peningkatan dari pra siklus ke siklus 1 yaitu dari 37, 5% menjadi 68,75%, kemudian meningkat pada siklus 2 menjadi sebesar 93,75%. Disamping tabel 19, dapat juga disajikan pada gambar 10 sebagai berikut

  15

  10 < 70 ≥ 70

  5 pra siklus siklus 1 siklus 2

  Sumber data primer

  

Gambar 10 Histogram Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

Matematika Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

  Gambar 10 tentang distribusi perbandingan hasil belajar matematika pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan. Kondisi pra siklus terdapat 6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar, meningkat pada siklus 1 yaitu sebanyak 11 siswa dan pada siklus 2 meningkat lagi menjadi 15 siswa. Peningkatan ketuntasan hasil belajar juga dapat disajikan melalui tabel 20 berikut ini

  

Tabel 20

Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal dan Skor rata-rata dan

Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  Perbandingan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Skor Minimal

  30 41 65,5 Skor Maksimal

  90 92 100 Skor Rata-rata 62,18

  75

  85 Ketuntasan Hasil 37, 5% 68,75% 93,75% Belajar

  Sumber data primer Tabel 20, menunjukkan bahwa ada peningkatan skor minimal dari pra siklus 30 meningkat pada siklus 1 menjadi 41 dan pada siklus 2 meningkat menjadi

  65, 5. Skor maksimal juga meningkat dari pra siklus 90, menjadi 92 pada siklus 1 dan meningkat pada siklus 2 menjadi 100. Begitu juga pada skor rata-rata, dari para siklus 62,18, meningkat pada siklus 1 menjadi 75 dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi

  85. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 37,5%, mengalami peningkatan pada siklus 1 menjadi sebesar 68,75%, kemudian meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 93,75%. Perbandingan skor minimal, skor maksimal, skor rata-rata dan ketuntasan hasil belajar dapat juga disajikan melalui gambar beriklut ini

  120 100

  92

  90 100

  93.75

  75

  80

  85

  62.18 Skor Minimal

  65.5

  60

  68.75 Skor Maksimal

  37.5

  40 Skor Rata-rata

  41

  20 Ketuntasan

  30 Belajar Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Gambar 11 Grafik Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal dan Skor rata-

rata dan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

  Gambar 11 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada skor minimal, skor maksimal, skor rata-rat dan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada pra siklus skor minimal 30, skor maksimal 90, skor rata-rata 62,18, dan ketuntasan hasil belajar 37, 5%. Peningkatan terjadi pada siklus 1 yaitu skor minimal 41 skor maksimal 92, skor rata-rata 75, dan ketuntasan hasil belajar 68,75%. Kemudian mengalami peningkatan pada siklus 2 yaitu skor minimal 65,5, skor maksimal 100, skor rata-rata 85 dan ketuntasan hasil belajar 93,75%. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil telah mencapai kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu sebanyak 90%.

  ≥

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini telah terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo semester II tahun ajaran 2014/ 2015.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V SDN NGAJARAN 02 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Pembelajaran Number Head Together (NHT) pada Siswa Kelas V SDN Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/201

0 0 65

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Ta

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntan

0 0 26

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 3 SDN KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20142015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2014 / 2015

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hasil Belajar Siswa - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto K

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2014 / 2015

0 0 17