Peningkatan Hasil, Kandungan Protein, dan Lemak Biji Kedelai Melalui Pemupukan P

PENINGKATAN HASIL, KANDUNGAN PROTEIN, DAN LEMAK BIJI KEDELAI MELALUI PEMUPUKAN P

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh: TRIYONO

H 0105085

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENINGKATAN HASIL, KANDUNGAN PROTEIN, DAN LEMAK BIJI KEDELAI MELALUI PEMUPUKAN P

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : TRIYONO

H 0105085

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : Februari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Sumijati, MP NIP. 19521010 197612 2 001

Anggota I

Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP

NIP. 19480426 197609 1 001

Anggota II

Dr. Ir. Nandariyah, MS NIP. 19540805 198103 2 002

Surakarta, Februari 2010 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro W. A., MS

NIP. 19551217 198203 1 003

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk serta berbagai kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Peningkatan Hasil, Kandungan Protein, dan Lemak Biji Kedelai Melalui Pemupukan P” dengan lancar. Skripsi ini sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro WA, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf.

2. Ir. Sumijati, MP., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis.

4. Dr. Ir. Nandariyah, MS., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan evaluasi dan masukan pada penulis.

5. Dra. Sri Rossati, MSi., selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Keluargaku tersayang : Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku tercinta atas doa dan dukungannnya.

7. Sahabat-Sahabatku Agronomi 2005 atas rasa kekeluargaan, bantuan, kerjasama

dan dukungan selama menjadi anggota keluarga Nomi-Nol-Lima.

Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan penulis harapkan untuk kesempurnaan kedepan. Semoga bermanfaat.

Surakarta, Februari 2010

Penulis,

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap luas daun kedelai ........ 15

2. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap biomassa kedelai ......... 17

3. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap berat biji per tanaman

kedelai ....................................................................................................... 20

4. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap Berat 100 Biji kedelai . 22

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rerata jumlah polong isi tanaman kedelai .............................................. 18

2. Rerata jumlah polong hampa tanaman kedelai....................................... 19

3. Regresi dosis pupuk P terhadap kadar protein biji kedelai .................... 23

4. Regresi dosis pupuk P terhadap kadar lemak biji kedelai ..................... 24

commit to user

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rekapan hasil analisis ragam pada berbagai variabel penelitian .......... 30

2. Hasil analisis of varian (anova) 5% luas daun kedelai .......................... 30

3. Hasil analisis of varian (anova) 5% biomassa kedelai ........................... 30

4. Hasil analisis of varian (anova) 5% jumlah polong isi kedelai ............. 31

5. Hasil analisis of varian (anova) 5% jumlah polong hampa kedelai ...... 31

6. Hasil analisis of varian (anova) 5% berat biji per tanaman kedelai ...... 31

7. Hasil analisis of varian (anova) 5% berat 100 biji ................................. 31

8. Hasil analisis of varian (anova) 5% kadar protein biji kedelai.............. 32

9. Hasil analisis of varian (anova) 5% kadar lemak biji kedelai ............... 32

10. Rerata data variabel penelitian ................................................................ 32

11. Denah Penelitian ...................................................................................... 33

12. Konfersi Kebutuhan Dosis Pupuk ........................................................... 34

13. Deskripsi Kedelai Varietas Argomulyo .................................................. 34

14. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro................................................... 35

15. Deskripsi Kedelai Varietas Kaba ............................................................ 36

16. Deskripsi Kedelai Varietas Sibayak ........................................................ 36

17. Deskripsi Kedelai Varietas Wilis ............................................................ 37

18. Dokumentasi penelitian ........................................................................... 38

commit to user

ix

PENINGKATAN HASIL, KANDUNGAN PROTEIN, DAN LEMAK BIJI KEDELAI MELALUI PEMUPUKAN P

Kedelai (Glycine max (L) Merril.) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati sehingga kebutuhan semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pangan. Produksi kedelai masih rendah sehubungan dengan perhatian petani terhadap tanaman kedelai relatif lebih rendah dibanding dengan perhatian terhadap tanaman padi dan jagung. Sebagian upaya peningkatan produksi kedelai dengan penggunaan varietas unggul dan pemupukan P. Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah nitrogen (N) yang berperan penting dalam penyediaan energi, proses fotosintesis, dan pertumbuhan baik secara umum maupun secara khusus pada akar. Tujuan penelitian adalah untuk mencari perbedaan tanggapan beberapa varietas kedelai terhadap pupuk P khususnya pada hasil, kandungan protein, dan lemak biji kedelai. Percobaan dilakukan pada bulan April-Agustus 2009 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Jumantono (07 o 37’ LS dan 110 o 56’ BT) dan analisis di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor perlakuan adalah varietas (Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sibayak, dan Wilis) dan dosis pupuk P (0, 18, dan 36 kg

P 2 O 5 /ha (setara dengan 0, 50, dan 100 kg SP-36/ha). Berdasarkan hal itu maka terdapat 15 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel penelitian meliputi luas daun, biomassa, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, berat biji per tanaman, berat 100 biji, kadar protein, dan lemak. Analisis data dilakukan dengan uji F tingkat kepercayaan 95%, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT taraf 5% dan regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas kedelai dan dosis pupuk P tidak berinteraksi pada hampir semua variabel pengamatan kecuali variabel kadar protein dan lemak. Varietas kedelai memberikan pengaruh nyata pada biomassa dan berpengaruh sangat nyata pada luas daun, berat biji per tanaman, kadar protein dan lemak. Dosis pupuk P memberikan pengaruh nyata pada berat biji per tanaman dan berpengaruh sangat nyata pada luas daun, biomassa, berat 100 biji, kadar protein, dan kadar lemak.

commit to user

INCREASING YIELD, PROTEIN, AND FAT CONTENT OF SOYBEAN THROUGH P FERTILIZING

TRIYONO H0105085

SUMMARY

Soybean (Glycine max (L.) Merril.) is one of phyto-protein source crops results in increasing demand along with the increasing of food demand. Soybean production was still low due to the lower attention of farmers on soybean crop than on rice and corn. The efforts for increasing the production of soybean were by using superior varieties and P fertilization. Phosphate element was the second essential nutrition after nitrogen (N) with important roles for developing energy, photosynthesis process, and growth, especially root. The purpose of the research was to detect the responds of soybean varieties to the P fertilizer particularly on yield, protein, and fat content in seed. The research was conducted on April- August 2009 in The Rigid Research and Development Center of Jumantono (07º37’ SL and 110º56 EL) and Soil Biology Laboratory of Agriculture Faculty Sebelas Maret University Surakarta.

The research arranged in Randomized Completely Block Design (RCBD). Factors of treatment were varieties (Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sibayak, and Wilis) and P fertilizer dose (0, 18, and 36 kg of P 2 O 5 /ha equal with 0, 50, and 100 kg of SP-36/ha). Based on these treatments obtained 15 combination treatments and each combination replicated 3 times. Research variables were leaves area, biomass, number of seeded pod, number of empty pod, seed weight per crop, 100- seed weight, protein content, and fat content. Data analyzed by anova 95% and Duncan Multiple Range Test (DMRT) if there were significant treatment and regression.

The result showed that between soybean varieties and P fertilizer dose no interaction almost on all of observed variables except on protein and fat content. Soybean varieties served significant effect on biomass and very significant effect on leaf area, seed weight per crop, protein content, and fat content. P fertilizer served significant effect on seed weight per crop and very significant effect on leaf area, biomass, 100-seed weight, protein content, and fat content.

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L) Merril.) merupakan salah satu komoditas penting dalam ketahanan pangan penduduk Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39-41 % yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sudah sangat terkenal adalah tempe, kecap, tahu, dan tauge. Kedelai bahkan sudah diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas secara menarik.

Kedelai digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka permintaan kedelai semakin meningkat. Pada tahun 1998 konsumsi per kapita baru mencapai 9 kg/tahun, kondisi terakhir naik menjadi 10 kg/th. Konsumsi kedelai per kapita rata-rata 10 kg/tahun sehingga dengan jumlah penduduk 220 juta berarti setiap tahun dibutuhkan labih dari 2 juta ton. Laju peningkatan kebutuhan tersebut belum dapat diimbangi oleh laju peningkatan produksi.

Produksi kedelai Indonesia berkisar antara 1-1,5 ton/ha masih rendah dibandingkan produksi kedelai di negara Amerika yang mencapai 1,8-2,0 ton/ha. Produksi rendah dikarenakan tanaman kedelai bukan tanaman pokok masyarakat Indonesia. Tanaman kedelai di Indonesia dibanding dengan tanaman padi dan jagung hanya sebagai tanaman pengisi waktu dalam pergiliran tanaman, petani kurang intensif dalam pemeliharaan, dan waktu tanam akhir musim penghujan. Selain itu kedelai impor lebih banyak tersedia dan mempunyai kualitas yang lebih memenuhi harapan industri rumah tangga.

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan kedelai adalah melalui perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dan peningkatan produktifitas kedelai

commit to user

(intensifikasi). Perluasan areal dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan- lahan sub optimal (marjinal) dengan luasan relatif besar. Sedangkan intensifikasi pertanian antara lain melalui pemupukan dan penggunaan varietas unggul. Pemupukan untuk meningkatkan kesuburan tanah guna menjamin ketersediaan hara untuk proses pertumbuhan tanaman. Salah satu hara tersebut adalah unsur P yang merupakan unsur esensial kedua setelah nitrogen (N) yang berperan penting dalam penyediaan energi, proses fotosintesis, dan perkembangan akar. Unsur P merupakan salah satu unsur penyusun cadangan energi dalam tanaman yaitu ATP.

B. Perumusan Masalah

Kedelai yang banyak mengandung protein, lemak, dan karbohidrat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi masyarakat. Usaha peningkatan hasil kedelai untuk memenuhi kebutuhan tidak hanya dari segi kuantitas namun juga dari segi kualitas kedelai. Budidaya tanaman kedelai belum seintensif budidaya tanaman padi dan jagung antara lain dalam hal pengolahan tanah, jarak tanam, benih varietas unggul maupun pemupukan. Penggunaan varietas unggul yang tersedia dan pemupukan P sebagai upaya peningkatan hasil kedelai secara kuantitatif maupun kualitatif.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka dapat dikemukakan perumusan masalah:

1. Bagaimana potensi varietas unggul yang telah beredar saat ini dari segi kuantitas dan kualitas

2. Berapa dosis pupuk P optimum untuk pertumbuhan, hasil (kuantitatif dan kualitatif) tanaman kedelai

3. Bagaimana tanggapan varietas tanaman terhadap dosis pupuk P.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui varietas yang paling potensial diantara varietas unggul yang telah ada.

commit to user

2. Mengetahui tanggapan varietas tanaman kedelai terhadap pemberian pupuk P.

3. Menetapkan dosis pupuk P yang optimum untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (kuantitatif dan kualitatif).

commit to user

II. TINJAUAN PUSATAKA

A. Kedelai

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 70-150 cm, berbulu halus dengan sistem perakaran luas. Kedelai memiliki daun majemuk beranak daun tiga, kedudukan daun berselang-seling. Biji kedelai berkeping dua (dikotil) terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam ada yang kuning, hitam hijau, dan coklat. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi, tergantung varietas. Berat 100 biji bervariasi dari 6-30 g (Suprapto, 2001).

Tanaman ini umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang dan berdrainase baik. Pertumbuhan kedelai mencapai optimum pada suhu 20 o -

25 o

C. Pada suhu 12 o -20 o C merupakan suhu yang sesuai pada sebagian proses pertumbuhan tanaman tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, pembungaan serta pembentukan biji. Pada suhu lebih tinggi dari 30 o

C mengakibatkankan laju respirasi tinggi sehinggga

menurunkan hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematik tumbuhan (taksonomi) sebagai berikut (Rukmana dan Yuniarsih, 1996): Kingdom

Sub famili

: Papilionoideae

Genus

: Glycine Spesies : Glycine max (L.) Merrill

commit to user

B. Pupuk P

Pupuk adalah bahan yang diberikan atau ditambahkan pada tanah atau tanaman sebagai nutrisi sehingga pertumbuhan memenuhi harapan. Pengertian ini dalam arti sempit, dalam arti luas pupuk adalah suatu bahan yang diberikan pada tanah atau tanaman dengan maksud untuk memudahkan zat hara lain diabsorpsi oleh tanaman. Tujuan pemupukan untuk memperoleh tanaman yang subur sehingga hasil baik kuantitas maupun kualitas menjadi lebih baik. Pengaruh pemupukan pada tanah dan tanaman antara lain (Hardjodinomo, 1970):

1. Mempertinggi kesuburan tanah sehingga pertumbuhan tanaman meningkat,

2. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik,

3. Memperbaiki pertumbuhan tanaman muda, dan

4. Memperbaiki ketahanan tanaman. Pupuk fosfat sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar, yaitu digunakan pada saat tanam atau sebelum tanam. Hal ini karena unsur P tidak cepat tersedia dan juga sangat dibutuhkan pada stadia permulaan tumbuh. Keuntungan dari pemberian pupuk seawal mungkin dalam pertumbuhan tanaman akan mendorong pertumbuhan akar permulaan sehingga tanaman berdaya serap baik (Hakim et al., 1986).

Pupuk fosfat dapat ditemukan dalam bentuk superfosfat dan triple superfosfat. Prinsip dasar dari pembuatan pupuk superfosfat yaitu dengan mereaksikan mineral fosfat dan asam sulfat yang kemudian menghasilkan superfosfat sebagai pupuk. Superfosfat yang dihasilkan dengan cara tersebut

mengandung 20% P 2 O 5 , sedang pupuk P dalam bentuk triple superfosfat mengandung lebih banyak P 2 O 5 yaitu 42-50% adapun perbedaan dengan pupuk superfosfat adalah tidak mengandung gips (CaSO 4 ) (Hakim et al., 1986). Fosfor berfungsi dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang, perkembangan akar, serta pembentukan nukleoprotein (Hardjowigeno, 1992). Fosfor memegang

commit to user

peranan penting dalam kebanyakan reaksi enzimatik yang tergantung pada fosforilasi. Hal ini karena fosfor merupakan bagian inti sel dan juga untuk perkembangan jaringan meristem (Hakim et al., 1986).

Menurut Buckman dan Brady (1984), Unsur fosfor mempunyai peranan penting sebagai berikut:

1. Salah satu penyusun senyawa penting dalam tubuh tanaman.

2. Perkembangan akar lateral dan akar serabut.

3. Pembungaan dan pembuahan.

4. Pembelahan sel.

5. Kekebalan penyakit tertentu.

6. Unsur perkembangan terhadap unsur lain yang ada dalam tanah.

Fosfor merupakan unsur hara essensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang bersifat mobil. Fosfor berfungsi untuk pengambilan dan pengangkutan unsur-unsur hara ke membrane sel, penyimpanan dan pemindahan energi serta pembentukan gen yang tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Fosfor juga memainkan peranan penting dalam semua aktivitas biokimia dalam sel hidup (Foth, 1995).

Fosfor merupakan unsur makro yang menyusun komponen setiap sel hidup. Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk H 2 PO 4 - dan HPO 4 2- . Fosfor berperan penting dalam proses fotosintesis dan sejumlah reaksi kehidupan lainnya. Fosfor merupakan bahan penyusun lesitin yang merupakan hasil sampingan penting dari ekstraksi minyak kedelai. Lesitin banyak dimanfaatkan dalam industri pengolahan pangan. Kekurangan fosfor dalam tanaman mengakibatkan pertumbuhan terhambat atau kerdil dan daun menjadi hijau tua/hijau kebiru-biruan (Mulat, 2003).

Hasil penelitian, pemakaian pupuk P sampai dosis 100 kg per hektar memberikan pertumbuhan kedelai yang paling baik. Di samping itu pemakaian dosis ini juga meningkatkan pertumbuhan akar tanaman sehingga memberikan nisbah tajuk/akar yang paling rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian dosis 100 kg/ha meningkatkan berat kering akar 3,5 kali dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian pupuk P).

commit to user

Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang. jumlah daun dan tinggi tanaman paling besar dibandingkan dengan dosis P

lainnya (Suhardi, 2003). Sulistyono (1990) juga menyatakan bahwa pemberian pupuk P 100 kg P 2 O 5 /ha mampu meningkatkan hasil biji kedelai 40% dibanding tanpa pemupukan fosfat. Peningkatan hasil ini disebabkan peningkatan jumlah polong, bobot 100 biji, dan bobot biji per tanaman. Di samping itu peningkatan komponen hasil juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain fiksasi N dan sintesis karbohidrat karena ketersediaan cukup ATP sebagai sumber energi

C. Protein dan Lemak

Protein merupakan bagian utama struktur setiap enzim. Beberapa protein tidak mempunyai fungsi katalis dan tidak digolongkan sebagai enzim. Selanjutnya protein cadangan juga dikenal tidak mempunyai fungsi seperti enzim. Peranan utama protein cadangan dalam biji adalah sebagai cadangan asam amino untuk bibit setelah berkecambah (Salisbury dan Ross, 1992). Protein amat penting bagi tubuh, karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein disusun dari asam-asam amino yang mengandung unsur C,

H, O, dan N yang tidak dimiliki karbohidrat atau lemak. Molekul protein mengandung fosfor, belerang, dan juga ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 2004).

Protein kedelai yang sebagian besar adalah globulin, mempunyai titik isoelektris 4,1-4,6. Globulin akan mengendap pada pH 4,1 sedangkan protein lainnya seperti proteosa, prolamin dan albumin bersifat larut dalam air sehingga diperkirakan penurunan kadar protein dalam perebusan disebabkan terlepasnya ikatan struktur protein karena panas yang menyebabkan terlarutnya komponen protein dalam air (Anglemier and Montgomery, 1976).

Berdasarkan jumlah ikatan rangkap pada atom karbon, asam lemak dapat dibagi menjadi asam lemak jenuh (tanpa ikatan rangkap) dan asam lemak tidak jenuh (ikatan rangkap satu atau lebih) yang terbagi menjadi asam

commit to user

lemak tidak jenuh tunggal atau monounsaturated fatty acid (MUFA) dan asam lemak tidak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acid (PUFA). PUFA seperti asam lemak Omega 3, Omega 6, merupakan asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan membran sel (Widowati et al ., 1999).

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2009 (bertepatan dengan akhir musim hujan) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Jumantono, Karanganyar, (kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta). Posisi geografi adalah 07 o 37 LS dan 110 o 56 BT dengan tinggi tempat 180 m dpl dengan jenis tanah latosol. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan Penelitian Bahan-bahan penelitian antara lain: benih kedelai varietas Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sibayak, dan Wilis, Pupuk Urea, SP-36, dan KCl, H 2 SO 4 , NaOH 45%, H 3 BO 3 , Indikator campuran (MR dan BCG), HCl 0,1 N, dan Butir Zn serta Ether.

2. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, penugal, timbangan, roll meter (meteran), papan nama, selang, tabung kjeldahl, destruktor, destilator, tabung destilasi, erlenmeyer 50 ml, gelas ukur, buret dan alat ekstraksi soxhlet.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang disusun secara faktorial dengan faktor:

a. Varietas kedelai (V), terdiri atas: · V1: Argomulyo

· V2: Anjasmoro · V3: Kaba · V4: Sibayak · V5: Wilis

commit to user

b. Dosis Pupuk SP-36 (D), terdiri atas 3 taraf:

· D0: 0 kg/ha setara dengan 0 kg P 2 O 5 /ha · D1: 50 kg/ha setara dengan 18 kg P 2 O 5 /ha · D2: 100 kg/ha setara dengan 36 kg P 2 O 5 /ha

Berdasarkan perlakuan dari kedua faktor tersebut, maka diperoleh 15 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

V1D0 : Argomulyo dengan pupuk P 0 kg P 2 O 5 /ha V1D1 : Argomulyo dengan pupuk P 18 kg P 2 O 5 /ha V1D2 : Argomulyo dengan pupuk P 36 kg P 2 O 5 /ha

V2D0 : Anjasmoro dengan pupuk P 0 kg P 2 O 5 /ha V2D1 : Anjasmoro dengan pupuk P 18 kg P 2 O 5 /ha V2D2 : Anjasmoro dengan pupuk P 36 kg P 2 O 5 /ha

V3D0 : Kaba dengan pupuk P 0 kg P 2 O 5 /ha V3D1 : Kaba dengan pupuk P 18 kg P 2 O 5 /ha V3D2 : Kaba dengan pupuk P 36 kg P 2 O 5 /ha

V4D0 : Sibayak dengan pupuk P 0 kg P 2 O 5 /ha V4D1 : Sibayak dengan pupuk P 18 kg P 2 O 5 /ha V4D2 : Sibayak dengan pupuk P 36 kg P 2 O 5 /ha

V5D0 : Wilis dengan pupuk P 0 kg P 2 O 5 /ha

V5D1 : Wilis dengan pupuk P 18 kg P 2 O 5 /ha V5D2 : Wilis dengan pupuk P 36 kg P 2 O 5 /ha

Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 45 satuan percobaan.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan Pengolahan lahan dimulai dari membersihkan gulma dan sisa tanaman sebelumnya kemudian dicangkul agar tanah menjadi gembur. Lahan yang sudah diolah dibuat petakan sebanyak 15 petak x 3 (45 petak)

dengan ukuran 1 m x 1,5 m (luas 1,5 m 2 ).

commit to user

2. Penanaman Benih varietas tanaman kedelai yang terpilih (5 varietas) ditanam pada lubang tanam dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm. Setiap lubang tanam diisi 2 benih kedelai kemudian ditutup dengan tanah.

3. Pemupukan Kebutuhan pupuk untuk kedelai sebanyak: Urea 100 kg/ ha, SP-36 sesuai perlakuan yaitu 0, 50, dan 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan secara bertahap: Pupuk SP-36, pupuk KCl dan separuh pupuk Urea diberikan satu kali pada awal tanam, sedang sisanya diberikan pada saat umur tanaman 3 MST.

4. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi pengairan yang dilakukan mulai 4 hari sejak bibit tumbuh, pengairan selanjutnya dilakukan jika tidak terjadi hujan dan tanah sudah kelihatan kering dengan interval penyiraman 3 hari sekali. Pengairan dilakukan dengan menyiram bedengan menggunakan selang.

5. Penyiangan Penyiangan tanaman dilakukan sebanyak sekali dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh diantara tanaman kedelai sebelum tanaman memasuki fase generatif.

6. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 85 hari setelah tanam dengan ciri-ciri 80% populasi polong secara merata telah berwarna kuning kecoklatan, batang sudah kering dan sebagian daun telah kering dan rontok.

7. Analisis Protein Analisis protein menggunakan metode Kjeldahl. Langkah yang dilakukan yaitu:

a. Destruksi Bahan seberat 0,2 g di masukkan dalam tabung Kjeldahl, kemudian ditambahkan 1 g campuran garam dan 3 ml H 2 SO 4 pekat. Larutan dipanaskan hingga berwarna kehijauan, setelah itu

commit to user

didinginkan dan ditambahkan aquadest sebanyak 30 ml. Selain itu disiapkan blangko.

b. Destilasi Larutan yang sudah didinginkan ditambah aquadest kemudian dimasukkan kedalam tabung destilasi, selanjutnya ditambah 10 ml NaOH 45% dan 2 butir Zn setelah itu dipanaskan dan ditampung pada

erlenmeyer dengan H 3 BO 3 4% dan 2 tetes indikator campuran hingga volume 40 ml.

c. Titrasi Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari biru-kehijauan-kuning.

Perhitungan: % N =

x 100

sampel berat sampel

x 0,1 x b) (a- b)

Keterangan:

a = volume titrasi sampel

b = volume titrasi blangko

Kadar Protein = % N x faktor konstanta (5,75)

8. Analisis Lemak Analisis lemak menggunakan metode Soxhlet. Langkah yang dilakukan yaitu:

a. Kedelai sampel yang telah dihaluskan seberat 2 g dibungkus dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi Soxhlet dalam Thimble.

b. Air pendingin dialirkan melalui kondensor.

c. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi Soxhlet dengan pelarut ether secukupnya selama 4 jam.

d. Kertas saring dan sampel dalam Thimble di oven sampai titik didih tertentu (50-60 o

C) hingga ether dalam sampel menguap. Perhitungan: Kadar Lemak =

x100

Sampel Awal

Berat - Awal Berat Awal %

Keterangan:

Berat awal

= Kertas Saring + Berat Sampel (gram)

Sampel awal = Berat Sampel (gram)

commit to user

E. Variabel Pengamatan

1. Luas Daun Luas daun dihitung dengan mengambil beberapa daun sub sampel tanaman sampel yang digambar pada kertas sesuai bentuk daun, kemudian kertas dipotong sesuai gambar tersebut dan hasilnya ditimbang sehingga luas daun dapat diketahui

Luas Daun Sub Sampel =

Kertas Berat Kertas

Kertas Berat Kertas

x 10000 cm 2

Daun sub sampel bersama seluruh daun dari satu tanaman kemudian dikeringkan dengan menggunakkan oven setelah kering ditimbang (diperoleh biomassa daun sub sampel maupun seluruh daun dalam satu tanaman sampel). Biomassa daun diketahui maka luas daun dalam satu tanaman dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Luas Daun Total= Sub Daun Luas x Luas

Sub Daun Kering Berat Kering

Daun Kering Berat Kering

2. Biomassa Menimbang bagian akar, batang, dan daun tanaman dengan cara terlebih dahulu mengeringkan bagian tersebut di dalam oven sampai berat konstan dan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

3. Jumlah Polong Jumlah polong terdiri atas polong Isi dan polong hampa. Polong isi (polong bernas) dan polong hampa dihitung pada saat panen pada setiap tanaman sampel. Polong hampa atau polong tidak bernas termasuk polong muda.

4. Berat Biji Berat biji terdiri atas berat biji per tanaman dan berat 100 biji. Biji setiap tanaman dipisahkan dari polong, dibersihkan, kemudian dikeringkan (kering angin) dan ditimbang. Berat 100 biji diperoleh dengan menimbang biji sejumlah 100 dari satu tanaman.

commit to user

5. Kadar Protein dan Lemak Analisis kadar protein biji kedelai dilakukan dengan menentukan N-total dengan metode Kjeldahl. Sedangkan kadar lemak dengan menganalisis kadar lemak biji kedelai dengan metode Soxhlet.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman atau Analysis of Varian (Anova), dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf kepercayaan 95 %. Data dilanjutkan dengan analisis regresi untuk mengetahui hubungan antara perlakuan.

commit to user

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Luas Daun

Daun merupakan organ penting tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis karena terdapat klorofil. Luas daun yang tinggi akan menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. Semakin besar luas daun tanaman maka penerimaan cahaya matahari juga makin besar. Analisis ragam menunjukkan bahwa varietas dan pupuk P masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun, namun interaksi tidak terjadi.

Varietas memiliki luas daun sesuai dengan sifat genetik masing- masing. Varietas yang memiliki daun paling luas adalah Anjasmoro (389,03 cm 2 ), disusul oleh Sibayak (293,89 cm 2 ), kemudian Argomulyo (275,66 cm 2 ), dan Wilis (265,38 cm 2 ), serta yang paling kecil adalah Kaba (233,82 cm 2 ).

Penggunaan pupuk P dari dosis 0, 18, hingga 36 kg P 2 O 5 /ha meningkatkan luas daun. Dosis pupuk P makin tinggi luas daun juga makin besar (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap luas daun kedelai

Varietas Rerata Luas Daun (cm 2 ) Argomulyo

275,66 b Anjasmoro

389,03 a Kaba

233,82 b Sibayak

293,89 b Wilis

265,38 b Pupuk P (kg/ha) 0P 2 O 5 246,99 n

18 P 2 O 5 265,28 n

36 P 2 O 5 362,39 m Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata pada DMRT taraf 5 %. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Tirtoutomo dan Simanungkalit

(1988) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk fosfat sampai 45 kg P 2 O 5 /ha meningkatkan luas daun tanaman kedelai secara nyata. Demikian

commit to user

pula hasil penelitian pemberian pupuk hayati Bio P 2000 Z, yang mengandung unsur P, dengan dosis 7 liter/ha yang meningkatkan luas daun secara nyata (Padmini, 2002). Interaksi antara varietas dan pupuk P tidak signifikan, berarti semua varietas memiliki tanggapan yang sama terhadap peningkatan dosis pupuk P.

Daun bertambah luas karena sel membelah juga membesar dan memanjang. Pembelahan sel dimulai pada pembelahan inti, disini fosfor merupakan bagian esensial dari banyak gula fosfat dalam nukleotida seperti RNA dan DNA, serta bagian fosfolipid pada membran. Sel dalam melakukan aktivitas memerlukan energi, sehingga diperlukan unsur P dalam proses fosforilasi adenosin difosfat (ADP) menjadi adenosin trifosfat (ATP). ATP merupakan senyawa energi yang diperlukan dalam proses-proses metabolisme (Salisbury dan Ross, 1992).

B. Biomassa

Daun semakin luas akan semakin banyak menangkap cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis meningkat. Hasil proses fotosintesis antara lain digunakan dalam pertumbuhan jaringan (akar, batang, dan daun) dalam bentuk biomassa. Biomassa pada umumnya digunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan. Biomassa merupakan akumulasi hasil fotosintat yang berupa protein, karbohidrat dan lipida

(lemak). Mursito dan Kawiji (2002) menyatakan bahwa semakin besar biomassa berarti semakin baik pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.

Biomassa tanaman kedelai juga bervariasi seperti luas daun yang menunjukkan pengaruh nyata varietas dan pengaruh sangat nyata pupuk P. Interaksi antara varietas dan dosis pupuk P tidak terjadi yang berarti tanggapan semua varietas terhadap dosis pemupukan P sama. Varietas Anjasmoro memiliki biomassa per tanaman terbesar (8,19 g), disusul Sibayak (6,79 g), kemudian Kaba (6,76 g), dan Wilis (6,10 g), serta yang paling rendah Argomulyo (5,71 g). Penggunaan pupuk P dari dosis 0, 18, sampai 36

kg P 2 O 5 /ha mampu meningkatkan biomassa tanaman kedelai.

commit to user

Tabel 2. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap biomassa kedelai

Varietas Rerata Biomassa (g) Argomulyo

5,71 b Anjasmoro

8,19 a Kaba

6,76 ab Sibayak

6,79 ab Wilis

6,10 b Pupuk P (kg/ha) 0P 2 O 5 5,79 n 18 P 2 O 5 6,42 n 36 P 2 O 5 7,93 m

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata pada DMRT taraf 5 %. Biomassa tanaman menunjukkan sejalan dengan peningkatan luas

daun. Biomassa merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih asimilasi CO 2 (Salisbury dan Ross, 1992; Taiz and Zieger, 1998). Daun merupakan organ utama (berkhlorofil) untuk mengabsorpsi cahaya dan melakukan fotosintesis, sehingga semakin luas daun maka biomassa tanaman akan meningkat. Ini sesuai dengan penelitian Rahayu (2002) bahwa peningkatan luas daun akan meningkatkan berat brangkasan (biomassa) akibat dari peningkatan fotosintesis. Dosis fosfor juga menunjukkan hal yang sama dengan luas daun yang berarti memperkuat penjelasan bahwa penambahan P meningkatkan fotosintesis terutama fase terang sehingga produksi ATP (fotofosforilasi) meningkat. ATP dan NADPH merupakan energi yang

digunakan dalam fase gelap untuk menambat CO 2 udara bebas membentuk

glukosa (C 6 H 12 O 6 ).

C. Jumlah Polong

1. Jumlah Polong Isi

Fotosintat yang terakumulasi sebagai biomassa, saat masuk ke fase generatif bahan tersebut diremobilisasikan ke bagian generatif (pembentukan polong dan pengisian biji). Dengan demikian sebagian

commit to user

fotosintat saat fase generatif digunakan untuk pembentukan dan pengisian polong. Polong isi merupakan cerminan keberhasilan proses remobilisasi fotosintat ke biji. Dalam hal jumlah polong isi ternyata tidak sejalan dengan biomassa. Polong isi antar varietas tidak berbeda nyata, berarti terjadi perbedaan kemampuan dalam proses remobilisasi. Varietas Anjasmoro dengan biomassa paling besar membentuk polong isi yang hampir sama dengan varietas Argomulyo dengan biomassa paling rendah. Berdasar hubungan ini berarti varietas Argomulyo memiliki efisiensi yang paling besar.

Gambar 1. Rerata jumlah polong isi tanaman kedelai Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi pembentukan

polong (gangguan remobilisasi) adalah ketersediaan air selama pengisian biji tidak optimum. Setiap varietas memiliki tanggapan atau kemampuan berbeda terhadap taraf minimum ketersediaan air. Periode pembentukan dan pengisian polong sangat dipengaruhi oleh unsur hara, air, dan cahaya matahari yang tersedia. Terutama pada tanaman kedelai, unsur hara, air, dan cahaya matahari sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang dialokasikan dalam bentuk bahan kering selama fase pertumbuhan dan pada akhir fase vegetatif akan terjadi penimbunan hasil fotosintesis pada organ-organ tanaman seperti batang, buah, dan biji (Baharsjah et al., 1985

0 kg P2O5/ha

18 kg P2O5/ha

36 kg P2O5/ha

Pupuk P

Polong Isi

Argomulyo Anjasmoro Kaba Sibayak Wilis

commit to user

cit . Maryanto et al., 2002). Peningkatan dosis pupuk P juga tidak meningkatkan polong isi yang berarti pengaruh P hanya sampai pada pembentukan biomassa.

2. Jumlah Polong Hampa

Polong hampa menunjukkan bahwa penggunaan fotosintat sebagai energi dan bahan pembentuk polong tersedia tetapi untuk pengisian biji terjadi hambatan. Jumlah polong hampa yang terbentuk dapat mempengaruhi produksi kedelai. Perbedaan varietas dan dosis pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa demikian pula interaksi kedua perlakuan. Hal ini berarti penggunaan varietas berbeda memiliki jumlah polong hampa yang hampir sama. Penggunaan pupuk P

dari dosis 0, 18, sampai 36 kg P 2 O 5 /ha juga tidak berpengaruh terhadap jumlah polong hampa.

Gambar 2. Rerata jumlah polong hampa tanaman kedelai

Polong hampa yang terbentuk (sekitar 12-30%) sejalan dengan pembentukan polong isi. Fakta diatas mengindikasikan bahwa polong hampa terjadi karena pembentukan biji tidak terjadi bukan akibat dari perbedaan baik antar varietas maupun antar dosis pemupukan. Pembentukan biji tak terjadi dapat disebabkan oleh polong yang terbentuk

0 kg P2O5/ha

18 kg P2O5/ha

36 kg P2O5/ha

Pupuk P

Polong Hampa

Argomulyo Anjasmoro Kaba Sibayak Wilis

commit to user

lebih lambat. Faktor lain dapat terjadi seperti pernyataan Irdiawan dan Rahmi (2002) bahwa dalam pengisian polong di perlukan sinar matahari yang penuh dan kadar air yang cukup selama beberapa waktu, tetapi terlampau banyak air dalam tanah dapat mengganggu proses pengisian polong. Aqil et al. (2002) cit. Mulyawan (2005) juga menyatakan bahwa masa kritis air pada tanaman kacang-kacangan umumnya terjadi pada fase pengisian polong dan jumlah polong.

D. Berat Biji

1. Berat Biji Per Tanaman

Jumlah polong yang terbentuk dari remobilisasi hasil fotofintesis akan berpengaruh pada jumlah biji. Semakin banyak biji yang terbentuk pada tiap-tiap polong, maka akan meningkatkan berat biji. Berat biji pada umumnya digunakan sebagai petunjuk produktifitas.

Tabel 3. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap berat biji per

tanaman kedelai

Varietas Rerata Berat Biji Per Tanaman (g) Argomulyo

8,58 ab Anjasmoro

9,10 a Kaba

6,95 c Sibayak

7,32 bc Wilis

6,83 c Pupuk P (kg/ha) 0P 2 O 5 7,14 n 18 P 2 O 5 7,64 mn 36 P 2 O 5 7,93 m

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %. Analisis ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat

nyata dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat biji per tanaman kedelai, tetapi interaksi tidak terjadi. Varietas Anjasmoro memiliki rerata berat biji per tanaman tertinggi yaitu 9,10 g, disusul oleh

commit to user

Argomulyo (8,58 g), kemudian Sibayak (7,32 g), dan Kaba (6,95 g), serta yang paling kecil adalah Wilis (6,83 g). Penggunaan pupuk P dari dosis 0,

18, sampai 36 kg P 2 O 5 /ha mampu meningkatkan berat biji per tanaman kedelai (Tabel 3). Produksi biji antara Argomulyo, Anjasmoro, dan Sibayak hampir sama berarti Argomulyo dan Sibayak memiliki potensi efisiensi remobilisasi pengisian biji paling tinggi. Pernyataan ini berhubungan dengan biomassa kedua varietas yang lebih rendah daripada varietas Anjasmoro. Hasil fotosintesis yang diperoleh dipergunakan dalam pertumbuhan vegetatif, dan sebagian lagi dimanfaatkan dalam pertumbuhan generatif seperti pembentukan biji. Biji merupakan daerah pemanfaatan yang dominan untuk tanaman kedelai. Sebagian besar biomassa yang baru terbentuk maupun yang tersimpan digunakan kembali untuk meningkatkan berat biji.

Sunarlim dan Achlan (1988) melaporkan bahwa pemupukan P sampai takaran 45 kg P 2 O 5 /ha meningkatkan jumlah biji per polong. Jumlah biji tiap polong yang dihasilkan berpengaruh pada berat biji per tanaman, sehingga semakin banyak jumlah biji yang dihasilkan akan meningkatkan berat biji per tanaman.

2. Berat 100 Biji

Pengukuran berat 100 biji digunakan untuk mengetahui kualitas biji kedelai, Sehingga dapat diketahui berapa kira-kira ukuran biji kedelai. Bentuk biji kedelai berbeda-beda tergantung varietas, dapat berbentuk bulat, agak pipih, atau bulat telur, namun sebagian besar varietas bentuk bijinya bulat telur. Biji kedelai juga berbeda besar dan beratnya, berat 100 biji beragam antara 5-30 g.

Varietas dan pupuk P berpengaruh sangat nyata terhadap berat 100 biji tanaman kedelai, tetapi interaksi tidak terjadi. Varietas Anjasmoro memiliki rerata berat 100 biji tertinggi yaitu 15,98 g, kemudian Argomulyo (15,70 g), dan Sibayak (11,99 g), serta yang paling kecil

commit to user

adalah Kaba dan Wilis (11,52 g). Penggunaan pupuk P dari dosis 0, 18, sampai 36 kg P 2 O 5 /ha mampu meningkatkan berat 100 biji (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh varietas dan dosis pupuk P terhadap berat 100 biji

kedelai

Varietas Rerata Berat 100 Biji Argomulyo

15,70 a Anjasmoro

15,98 a Kaba

11,52 b Sibayak

11,99 b Wilis

11,52 b Pupuk P (kg/ha) 0P 2 O 5 12,68 n 18 P 2 O 5 13,35 mn 36 P 2 O 5 14,00 m

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %. Baharsjah et al. (1998) menyatakan bahwa peningkatan energi

radiasi matahari yang dapat diterima tajuk tanaman kedelai menjadikan proses fotosintesis meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih tinggi dan hasil akan meningkat. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan fotosintesis yang meningkat akan memperbesar pasokan fotosintat ke bagian biji (Wicks et al., 2004). Sulistyono (1990) menyatakan bahwa

takaran pupuk fosfat 100 kg P 2 O 5 /ha mampu meningkatkan hasil biji kedelai (berat 100 biji dan berat biji per tanaman). Menurut Cassman et al ., (1980) tanaman kedelai merupakan tanaman yang mudah tanggap terhadap pemupukan P.

E. Kadar Protein dan Lemak

1. Kadar Protein

Tanaman kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien. Biji kedelai mengandung kadar protein yang tinggi di banding jenis kacang-kacangan yang lain. Menurut Mimbar (1991), untuk setiap 100 g

commit to user

bahan kedelai mengandung rata-rata 35% protein, bahkan pada varietas unggul kandungan protein kedelai dapat mencapai 40-43%.

Analisis ragam menunjukkan bahwa varietas dan peningkatan dosis pupuk P berpengaruh sangat nyata, serta terjadi interaksi dalam meningkatkan kadar protein. Interaksi antara varietas dan pupuk P berpengaruh nyata, berarti antar varietas memiliki tanggapan yang berbeda terhadap peningkatan dosis pupuk P (Gambar 3 ).

Gambar 3. Regresi dosis pupuk P terhadap kadar protein biji kedelai Varietas Anjasmoro dan Sibayak menunjukkan pola linier dengan

peningkatan dosis pupuk P, yang berarti bahwa sampai dosis 36 kg P 2 O 5 /ha masih mungkin terjadi peningkatan bila dosis ditingkatkan. Sedangkan varietas Argomulyo, Kaba, dan Wilis menunjukkan pola kuadratik. Argomulyo memiliki persamaan y = 0,019x 2 - 0,561x + 40,25 (R 2 = 1) yang menunjukkan dengan peningkatan dosis pupuk P kadar protein justru turun pada dosis 14,76 kg P 2 O 5 /ha, dan jika dosis pupuk P ditingkatkan kadar protein meningkat. Kaba dan Wilis memiliki respon peningkatan kadar protein sejalan dengan peningkatan dosis sampai titik

Dosis Pupuk P (kg P 2 O 5 /ha)

Argomulyo {Y = 0,019x² - 0,561x + 40,25 (R² = 1)} Anjasmoro {Y = 0,369x + 36,96 (R² = 0,985)} Kaba {Y = -0,030x² + 1,084x + 38,64 (R² = 1)} Sibayak {Y = 0,346x + 31,50 (R² = 0,965)} Wilis {Y = -0,015x² + 0,927x + 36,63 (R² = 1)}

commit to user

optimum pada 18,07 dan 30,09 kg P 2 O 5 /ha, dan jika dosis pupuk P ditingkatkan menunjukkan kadar protein menurun. Protein kedelai sebagian besar merupakan protein globulin yang memerlukan energi tinggi dalam pembentukannya. Fosfor merupakan senyawa energi yang diperlukan dalam pembentukan protein globulin, sehingga diperlukan fosfat yang cukup tersedia agar dapat meningkatkan kadar protein biji. Supriyo et al. (1988) mengatakan bahwa kondisi lengas tanah cukup, pemupukan fosfat melalui daun dapat meningkatkan kadar protein biji. Mulyawan (2005) juga menyatakan bahwa penggunaan pupuk

fosfat hingga dosis 72 kg P 2 O 5 /ha memberikan kadar protein biji tertinggi.

2. Kadar Lemak

Lemak merupakan komponen terpenting kedua setelah protein dalam biji kedelai. Minyak kedelai dikenal sebagai minyak yang rendah kolesterolnya, sehingga sangat baik bagi kesehatan (Nugraha et al., 1996). Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, sedangkan garam-garam mineral dan vitamin juga merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup.

Gambar 4. Regresi dosis pupuk P terhadap kadar lemak biji kedelai

Dosis pupuk P

Argomulyo {Y = 0,009x² - 0,511x + 14,92 (R² = 1)} Anjasmoro {Y = 0,016x² - 0,842x + 19,72 (R² = 1)} Kaba {Y = 0,011x² - 0,666x + 19,15 (R² = 1)} Sibayak {Y = 0,016x2 - 0,818x + 18,13 (R² = 1)} Wilis {Y = 0,015x² - 0,834x + 20,59 (R² = 1)}

commit to user

Analisis ragam menunjukkan bahwa varietas dan peningkatan dosis pupuk P berpengaruh sangat nyata, serta terjadi interaksi dalam meningkatkan kadar lemak. Interaksi antara varietas dan pupuk P berpengaruh nyata. Berdasarkan analisis regresi Argomulyo, Anjasmoro, Kaba, Sibayak, dan Wilis menunjukkan pola yang sama yaitu kuadratik. Hal ini berarti bahwa dengan penambahan dosis pupuk P masing-masing varietas menunjukkan penurunan kadar lemak sampai titik minimun, dan jika dosis pupuk P ditingkatkan kadar lemak semakin meningkat.

Menurut Supriono (2000), protein dan minyak berkorelasi negatif. Semakin tinggi kadar protein maka kadar lemak akan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dengan penambahan dosis pupuk P kadar protein semakin meningkat dan kadar lemak semakin menurun.

commit to user

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Varietas Anjasmoro memiliki potensi paling baik (kualitas maupun kuantitas) yang ditunjukkan dengan luas daun (389,03 cm 2 ), biomassa (8,19 g), berat biji per tanaman (9,10 g), berat 100 biji (15,98 g) dan kadar protein (50,24 %).

2. Pemberian pupuk P pada dosis 36 kg P 2 O 5 /ha menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan dengan daun bertambah luas dan biomassa meningkat, parameter hasil juga menunjukkan peningkatan pada berat biji per tanaman, berat 100 biji, dan kadar protein.

3. Varietas tanaman kedelai memiliki tanggapan yang sama (tidak berinteraksi) terhadap pemberian pupuk P pada semua variabel penelitian kecuali kadar protein dan lemak.

B. Saran

Penggunaan varietas Anjasmoro dan dosis pupuk P 36 kg P 2 O 5 /ha dapat diterapkan dalam budidaya kedelai karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.