PEMBERDAYAAN PEMUDA TANI DALAM PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI DI DESA BLUMBANG KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR yang dipersiapkan dan disusun oleh Elham Satrio Pambuko H 0406027 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

PEMBERDAYAAN PEMUDA TANI DALAM PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI DI DESA BLUMBANG KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajad Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Oleh : Elham Satrio Pambuko

H 0406027

Dosen Pembimbing :

1. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS

2. Emi Widiyanti, SP, MSi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

PEMBERDAYAAN PEMUDA TANI DALAM PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI DI DESA BLUMBANG KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh Elham Satrio Pambuko

H 0406027

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 28 Maret 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto,

MS

NIP. 19470713 198103 1 001

Anggota I

Emi Widiyanti, SP, MSi

NIP. 19780325 200112 2 001

Anggota II

Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001

Surakarta, April 2011 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan karuniaNya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Pemuda Tani Dalam

Pengembangan Pestisida Nabati Di desa Blumbang Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku pembimbing utama atas bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.

4. Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing pendamping dan pembimbing akademik yang sabar memberi bimbingan, solusi dan pengarahan selama penyusunan skripsi.

5. Ir. Supanggyo, MP selaku dosen tamu atas masukan yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi.

7. PPL dan PHP kecamatan Tawangmangu dan kelompok pemuda tani PUSPAHATI Desa Blumbang yang memberikan informasi selama penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak- pihak yang memerlukan. Surakarta, Maret 2011

Penulis

commit to user

1. Babe dan Ibuk tercinta, u’re my everything terimakasih atas curahan kasih sayang, tak pernah lelah memberikan perhatian, sabar memberikan arahan mental maupun spiritual, semangat dan do’a di setiap langkah penulis.

2. Adik-adikku Rakka dan Vio yang selalu memberi keceriaan di hari penulis.

3. Rossa yang menjadi penyemangat dan inspirasi hidup, yang selalu mengisi hari-hariku, terimakasih atas perhatiannya.

4. Mas Kasworo, Pak Agusnam dan Pak Agung yang memberi pengalaman baru di hidup penulis.

5. Saudara laki-lakiku PKP 06 (Mas Farid Celly, Mas Andi, Mas Kuncung, Mas Danar, Mas Lukman, Mas Farid eNdus, Mas Bul2, Mas Ipan, Mas Syafiq, Mas Choi, Mas Bay, Mas Darmo, Mas Egik), wujudkan khayalan kita jadikan hidup ini lebih berarti kawan.

6. Saudara perempuanku PKP 06 (Bogel, Tha, Au, Aisya aisyi, Fenny, Ndunk,

dan semua teman seperjuangan yang tidak bisa disebut satu-satu).

7. PKP 2006 yang memberi inspirasi kepada penulis.

8. Keluarga besar PKP yang telah menjadi keluarga besar penulis.

9. Rekan-rekan Kost Nugroho 2, Asrika, dan Radityo atas semangat dan bantuannya.

10. My Core 2 duo penghilang penatku dengan software PEES-nya.

commit to user

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam .....................................................................................

51

B. Keadaan Penduduk..............................................................................

51

C. Keadaan Pertanian dan Peternakan ....................................................

56

D. Sarana Perekonomian .........................................................................

57

E. Sarana Transportasi dan Komunikasi ................................................

58

F. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian..................................................

59

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................

61

1. Upaya pengembangan pestisida nabati di Desa Blumbang.......... 61

2. Faktor Internal Pemuda Tani, Unsur-unsur Dinamika Kelompok yang mempengaruhi kelompok pemuda tani dalam kegiatan

pemberdayaan.............................................................................. 64

3. Faktor Eksternal Pemuda Tani.................................................... 77

4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemuda Tani dalam Kegiatan Pemberdayaan............................ 78

5. Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Pemuda Tani Dalam Pengembangan Pestisida Nabati................................................... 84

6. Pencapaian Tujuan Pemberdayaan................................................ 91

B. Pembahasan dan Temuan Pokok....................................................... 97

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 103

B. Saran ................................................................................................. 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rincian Sampel Penelitian............................................................

39 Tabel 3.2

Jenis dan Sumber Data yang dibutuhkan...................................... 40 Tabel 4.1

Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Blumbang..

52 Tabel 4.2

Kelompok Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Blumbang......................................................................................

53 Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Blumbang......................................................................................

54 Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Blumbang......................................................................................

55 Tabel 4.5

Luas Tanah Menurut Komoditas Tanaman sayur dan buah di Desa Blumbang.............................................................................

56 Tabel 4.6

Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Desa Blumbang..................

57 Tabel 4.7

Sarana Perekonomian di Desa Blumbang....................................

57 Tabel 4.8

Sarana Komunikasi di Desa Blumbang........................................

58 Tabel 4.9

Sarana Transportasi di Desa Blumbang.......................................

59 Tabel 4.10

Kelembagaan Pertanian di Desa Blumbang.................................

60 Tabel 5.1

Tujuan Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI...........................

65 Tabel 5.2

Kekompakkan Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI ...............

72 Tabel 5.3

Suasana Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI..........................

74 Tabel 5.4

Kegiatan Bina Manusia Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI.

86 Tabel 5.5

Kegiatan Bina Usaha Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI ....

88 Tabel 5.6

Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI.......................................................................

93 Tabel 5.7

Perubahan Sikap yang Terjadi pada kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI...............................................................................

94 Tabel 5.8

Perubahan Keterampilan yang Terjadi pada kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI......................................................................

95 Tabel 5.9

Peningkatan Kesejahteraan yang Terjadi pada kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI........................................................

96

Halaman

commit to user

Halaman Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ........................................................................33

Gambar 3.1 Skema Triangulasi Sumber .....................................................................46 Gambar 3.2 Skema Model Analisis Data Interaktif ...................................................49 Gambar 5.1 Stuktur Organisasi Kelompok Pemuda Tani PUSPAHATI ..................66

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Responden Lampiran 2. Hasil Triangulasi Sumber dan Triangulasi Metode Lampiran 3. Catatan Harian Penelitian Lampiran 4. Pedoman Wawancara Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Lampiran 6. Peta Desa Blumbang Lampiran 7. Foto Penelitian

commit to user

Elham Satrio Pambuko. H0406027. “PEMBERDAYAAN PEMUDA TANI

DALAM PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI DI DESA BLUMBANG

KECAMATAN TAWANGMAGU KABUPATEN KARANGANYAR”. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS dan Emi Widiyanti, SP, MSi.

Rendahnya tingkat kesejahteraan petani pada masa sekarang disebabkan rendahnya produktifitas akibat merosotnya kandungan bahan organik tanah karena dampak penggunaan pestisida kimia. Kemampuan untuk memproduksi pestisida nabati mandiri merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pestisida nabati serta meningkatkan produktifitas. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, adalah dengan melakukan suatu pemberdayaan masyarakat petani guna meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani dalam mencapai tujuan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji upaya pengembangan pestisida nabati, mengkaji faktor internal, faktor eksternal, faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemberdayaan, mengkaji proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, serta mengkaji seberapa jauh tercapainya tujuan pemberdayaan di Desa Blumbang .

Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian secara purposive yaitu di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Penentuan informan dan subyek dilakukan secara purposive dan snowball sampling . Jenis sumber data yang digunakan adalah informan, subyek dan arsip atau dokumen. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara, observasi, dan dokumenter. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode serta review informan . Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Upaya pengembangan pestisida nabati di Desa Blumbang adalah melalui pendirian kelompok pemuda tani PUSPAHATI yang dilibatkan dalam kegiatan pemberdayaan (2) Faktor internal. Adalah unsur-unsur dinamika kelompok terdiri dari tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok, keefektifan kelompok dan agenda terselubung, faktor eksternal terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi, faktor pendukung terdiri dari tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, agenda terselubung, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi, faktor penghambat terdiri dari tekanan kelompok, keefektifan kelompok, dan lingkungan ekonomi (3) Proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan terdiri dari bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan (4) Pencapaian tujuan pemberdayaan, yaitu pemuda tani mengetahui, menerima dan menyadari pentingnya membuat, mengaplikasikan dan mengembangkan pestisida nabati. Ditandai dengan peningkatan kesejahteraan, yaitu peningkatan pendapatan, memperoleh pengakuan dari masyarakat karena kemampuan memproduksi pestisida nabati dan perbaikan tingkat kesehatan karena menggunakan pestisida nabati yang tidak mengandung residu beracun.

commit to user

Elham Satrio Pambuko. H0406027. "THE YOUTH EMPOWERMENT

FOR THE DEVELOPMENT OF BOTANICAL PESTICIDES IN THE

VILLAGE OF BLUMBANG, TAWANGMANGU, KARANGANYAR". Under the gudiance of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS and Emi Widiyanti, SP, MSi.

The decreasing of farmer’s welfare caused by low productivity was the impact of the reducing of organic soil substance by chemical pesticides. In order to face this problem, producing botanical pesticides individually is a good effort to fullfill its needs and increase productivity. Furthermore this effort can be implemented by a youth empowerment to develop botanical pesticides.

The objectives of this research are to study the development of botanical pesticide, to study the internal, the external, the supporting and the obstacle factors that affect the youth empowerment to develop botanical pesticide. Beside that, this research also studies the implementation process and how far the achievement goal of youth empowerment in the village of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar.

The method used in this research was qualitative descriptive approach. The location of this research was selected purposively in the village of Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar. The informants and subjects was determine by purposive and snowball sampling technique. The types of data sources are informant, subject and archives or documents. The data for this research was collected by interviews, observation, and documentary. To get the data validity, the researcher use data sources and methods triangulation, and reviews of informants. The data analysis employed in this research were data reduction, display, and conclusion or verification.

Based on the results of this research, it can be concluded that: (1) The development of botanical pesticides in the village of Blumbang is through the youth empowerment and establish youth farm groups namely PUSPAHATI, (2) The internal factors consist of the dinamic group elements such as goals, structure, duties, development and management, sense of togetherness, atmosphere, pressures, effectiveness and hidden agendas. The external factors consist of social and economic environment. The supporting factors consist of goals, structure, duties, development and management, sense of togetherness, atmosphere, pressures, effectiveness, hidden agendas, social and economic environment. The obstacle factors consist of pressure, effectiveness, and economic environment, (3) The empowerment activities consist of human empowerment, empowerment efforts, community empowerment, and institutional empowerment, (4 ) The goals achievement were the youth know, accept and realized the important to cultivate, applied and develop botanical pesticide. More over their welfare and income also increased. They were accepted by the society because they have abbility to produce botanical pesticide. Their level of health also increased beacuse the botanical pesticide did not contain poisoning residue.

commit to user

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini memasuki masa transisi dari orientasi pertanian pola subsisten ke pola komersial, dimana yang cenderung menitikberatkan pada pemaksimalan hasil. Pergeseran tersebut membawa konsekuensi penggunaan pestisida sebagai salah satu komponen penting untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman maupun kendala teknis yang lain. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah, fenomena ini baru disadari setelah adanya penerapan paket pertanian modern yang dikenal dengan istilah “Revolusi Hijau” diterapkan pada tahun enam puluhan yang ternyata membawa masalah pada saat ini. Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan pertanian hingga saat ini, yaitu : (1) tingkat produktivitas lahan menurun, (2) tingkat kesuburan lahan merosot, (3) konversi lahan pertanian semakin meningkat, (4) luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas, (5) tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat, (6) daya dukung likungan merosot, (7) tingkat pengangguran di pedesaan meningkat, (8) daya tukar petani berkurang, (9) penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun, (10) kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat (Atmojo, 2010).

Melihat kenyataan yang begitu memprihatinkan disektor pertanian Indonesia maka sudah menjadi kewajiban bagi generasi muda untuk mulai sadar dan mulai merubah pola pikir serta kebiasaan yang diwariskan para pendahulu dengan berperan aktif dalam rangka menyelamatkan dunia pertanian karena pemuda adalah harapan bangsa dan negara, ditangan

pemudalah dapat dibaca cerminan nasib bangsa Indonesia. Apabila sistem pertanian yang diterapkan saat ini adalah sistem pertanian konvensional yang

commit to user

tinggi, maka itu sama saja telah merampas hak-hak generasi yang akan datang. Karena kalau tanah sudah memeliki ketergantungan yang begitu

tinggi terhadap pupuk kimia, demikian pula hama dan penyakit sudah mulai kebal dengan pestisida, air sawah dan air minum sudah mulai tercemar, udara sudah penuh dengan polusi, maka semua hak-hak generasi muda di masa mendatang tidak akan terpenuhi.

Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengembalikan pertanian kita menuju pertanian organik, hal itu sudah mulai digalakkan oleh beberapa pihak dengan adanya perubahan-perubahan yang bertujuan untuk menyelamatkan pertanian, hal tersebut tentunya juga dilakukan oleh pihak pemerintah dimana dalam hal ini penyuluh berperan sebagai fasilitator, seperti yang terjadi dalam pelaksanan program pemberdayaan kelompok pemuda tani “PUSPAHATI” yang berada di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, dimana penyuluh menjadi fasilitator yang berperan membantu mendampingi kelompok pemuda tani dalam kegiatan pemberdayaan dari awal sampai akhir, organisasi tersebut beranggotakan pemuda setempat yang dikoordinir dalam satu wadah yaitu kelompok pemuda tani. Mengingat bahwa peran aktif dari masyarakat untuk memaksimalkan potensi SDA yang ada diwilayah setempat sangatlah penting dalam rangka mendukung proses pemberdayaan,maka masyarakat wajib dilibatkan didalamnya karena masyarakat akan merasa dihargai keberadaannya ketika masyarakat dikutsertakan dalam suatu kegiatan dan tidak hanya menjadi objek semata dalam rangka memeksimalkan potensi yang ada diwilayah setempat.

Melihat potensi yang dimiliki Desa Blumbang dan manfaat dari pestisida nabati sendiri, maka diadakan kegiatan pemberdayaan pemuda tani dalam pengembangan pestisida nabati, Pestisida nabati dipilih dalam kegiatan ini karena bahan baku yang digunakan mudah diperoleh yaitu umumnya daun, biji, atau buah tanaman empon-empon dll yang banyak tersedia di lingkungan Desa Blumbang. Pengadaan pemberdayaan kelompok pemuda

commit to user

berperan serta dalam rangka mengembalikan sistem pertanian kimia ke sistem pertanian organik dan memaksimalkan potensi yang ada di sekitar mereka

untuk memenuhi kebutuhan mereka akan pestisda, yang biasanya mereka menggunakan pestisida kimia yang harganya relatif mahal dan berdampak negatif bagi lingkungan dan manusia, maka dengan adanya kegiatan pemberdayaan dalam pengembangan pestisida nabati ini, kelompok pemuda tani PUSPAHATI diharapakan dapat memenuhi kebutuhannya akan pestisida dengan memaksimalkan potensi lingkungan yang dimiliki Desa Blumbang diamana hal tersebut juga mempengaruhi pengeluaran finansial kelompok pemuda tani karena mereka tidak perlu lagi membeli pestisida kimia akan tetapi membuat sendiri dengan biaya yang relatif lebih rendah.

Tentunya kegiatan pemberdayaan diharapkan mampu mengubah manusia petani menjadi manusia mandiri yang mampu melakukan perubahan ke arah peningkatan kesejahteraan mereka sendiri dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki. Masyarakat petani yang mandiri akan mampu meningkatkan kemampuannya, dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

B. Perumusan Masalah

Pada umumnya permasalahan mendasar yang dihadapi petani di Indonesia adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah, untuk mengatasi permasalahn tersebut maka pemerintah menggalakkan kegiatan pemberdayaan

masyarakat dimana kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan meningkatkan kemampuan dan meningkatkan memandirikan masyarakat. Sejalan dengan itu maka dalam penelitian ini peran aktif dari kelompok pemuda tani PUSPAHATI yang sebenarnya menjadi kunci yang menentukan keberhasilan kegiatan pemberdayaan, karena keberhasilan program pemberdayaan biasanya dipengaruhi oleh keberadaan kelompok yang berfungsi sebagai wadah dari individu-individu yang berperan aktif sebagai pelaku dan keberadaan penyuluh sebagai fasilitator.

commit to user

pertanian menjadikan hal ini menarik untuk diteliti yaitu terkait dengan upaya pemberdayaan pemuda tani dalam pengembangan pestisida nabati mulai dari

proses awal hingga akhir, dalam proses pemberdayaan sendiri banyak kendala yang ditemukan, salah satunya adalah keterbatasan modal baik berupa materi maupun dari sisi finansial dimana hal tersebut menjadikan suatu hambatan karena dalam konsep pemberdayaan manusia dituntut untuk mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki, jadi apabila potensi atau aset yang dimiliki terbatas maka akan menghambat proses pemberdayaan. Hal tersebut juga terjadi di dalam kelompok pemuda tani PUSPAHATI dimana dalam proses pembuatan dan pengembangan pestisida nabati terkendala oleh keterbatasan modal yang dimiliki seperti ketersediaan dana yang belum bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan dan pengembangan pestisida nabati.

Sasaran pemberdayaan yaitu kelompok pemuda tani PUSPAHATI yang mayoritas anggotanya adalah generasi muda yang peduli dengan bidang pertanian juga merupakan fenomena yang agak sulit ditemukan ditengah- tengah masyarakat pada masa sekarang, kerena generasi muda Indonesia pada masa sekarang lebih cenderung lebih memusatkan perhatiannya di bidang non pertanian dan memandang sebelah mata sektor pertanian yang merupakan identitas bangsa Indonesia. Dengan dilibatkannya pemuda dalam program pemberdayaan tentunya bukan tanpa alasan, mengingat sumberdaya yang dimiliki pemuda merupakan sumberdaya yang potensial akan tetapi terkadang partisipasi aktif dari pemuda tani PUSPAHATI sendirilah yang menjadikan suatu kendala dalam kegiatan pemberdayaan, oleh karena itu dalam penelitian pemberdayaan pemuda tani dalam pengembanagn pestisida nabati perlu diteliti adanya faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun penghambat untuk mengetahui apakah pemuda yang menjadi subjek pemberdayaan bisa mencapai hasil maksimal yang sesuai dengan tujuan dari pemberdayaan ataukah tidak mengingat bahwa di adalam kelompok pemuda tani terdapat sumberdaya yang potensial untuk mencapai hal tersebut.

commit to user

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya pengembangan pestisida nabati di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimana faktor internal, faktor eksternal, faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemberdayaan kelompok pemuda tani PUSPAHATI di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimana proses pelaksanaan pemberdayaan kelompok pemuda tani PUSPAHATI di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar?

4. Seberapa jauh tujuan yang telah tercapai pada kegiatan pemberdayaan kelompok pemuda tani PUSPAHATI di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji upaya pengembangan pestisida nabati di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

2. Mengkaji faktor internal, faktor eksternal, faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemberdayaan kelompok pemuda tani PUSPAHATI di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

3. Mengkaji proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan kelompok pemuda tani PUSPAHATI di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu,

Kabupaten Karanganyar.

4. Mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah tercapai pada kegiatan pemberdayaan kelompok pemuda tani PUSPAHATI di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

commit to user

1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS

2. Bagi Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya mengenai pengembangan Pestisida Nabati.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan atau empowerment secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) alternative perbaikan kehidupan yang baik. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari objek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu objek atau target group perlu diberdayagunakan karena objek tersebut mencapai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karena itu guna mengupayakan kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai (Mardikanto, 2009).

Menurut Mahmudi dalam Helmy (2005), pengertian pemberdayaan masyarakat secara umum adalah upaya untuk membangun dan mengembangkan potensi masyarakat agar tidak tertinggal dalam program dan proses pembangunan. Pemberdayaan terjadi karena adanya kesenjangan yang disebabkan oleh sebagian masyarakat yang tidak mampu mengikuti proses transformasi yang terjadi dalam segala bidang (sosial, ekonomi, politik, pendidikan, demografi, teknologi, dan lain-lain), sehingga perlu diberdayakan agar tidak tertinggal.

Wilkinson (1998), menyatakan bahwa:

“Empowerment in the workplace is regarded by critics as more a empowerment exercise, the idea of which is to change the attitudes of workers, so as to make them work harder rather than giving them any real power”

Pemberdayaan adalah tempat bekerja yang dihargai dari kritik sebagai pelatihan pemberdayaan, sebuah gagasan yang mengetahui

commit to user

sesuai kemampuan mereka . “Empowerment is the process of enhancing the capacity

of individuals or groups to make choices and to transform those choices into desired actions and outcomes. Central to this process are actions which both build individual and collective assets, and improve the efficiency and fairness of the organizational and institutional context which govern the use of these assets” ( World Bank, 2008).

Pemberdayaan adalah sebuah proses dari meningkatkan kemampuan individu atau kelompok untuk membuat pilihan dan merealisasikannya. Inti dari proses pemberdayan adalah pembangunan asset individu dan kelompok, dan membuat suatu kemampuan individu atau kelompok untuk memanfaatkan asset yang dimilikinya tersebut.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental serta terdidik dan kuat serta inovatif, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Selain itu ada pula nilai-nilai intrinsik dalam masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai kekeluargaan, kegotong-royongan, kejuangan, dan yang khas pada masyarakat kita, kebinekaan (Kartasasmita, 1997).

Kelsey dan Hearne (1955) dalam Mardikanto (2010) menyatakan bahwa falsafah pemberdayaan harus berpijak kepada pentingnya pengem- bangan individu di dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Karena itu, ia mengemukakan bahwa: falsafah pemberdayaan adalah: bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help themselves ).

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk menjadi mandiri perlu dukungan

commit to user

kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumberdaya lainnya yang bersifat fisik material (Sulistiyani, 2004).

Menurut Mardikanto (2009), tujuan pemberdayaan masyarakat adalah guna meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian, serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat (setempat) dengan atau tanpa dukungan pihak luar untuk mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan (ekonomi, sosial, fisik, dan mental) secara berkelanjutan.

Pemberdayaan masyarakat merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan, yaitu untuk mengembangkan sasaran menjadi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak bergantung pada “belas kasih” pihak lain (Slamet, 2003).

Senada dengan pendapat di atas, Helmy (2005) menjelaskan bahwa terdapat empat tujuan dari pemberdayaan masyarakat pertanian, yaitu: (1) meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian terutama petani dan pelaku- pelaku usaha di bidang pertanian serta penyuluh pertanian; (2) membangun masyarakat pertanian yang partisipatif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian sampai kepada evaluasi program/proyek maupun kegiatan pembangunan pertanian; (3) memampukan kemandirian masyarakat pertanian melalui keswadayaan; dan (4) meningkatkan peran kelembagaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.

Menurut Sulistiyani (2004), pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui meliputi:

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan

commit to user

pembangunan.

c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian. Mardikanto (2010), merumuskan empat upaya pokok dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat, antara lain:

a. Bina manusia, merupakan upaya yang pertama dan utama yang harus diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan masyarakat, yaitu yang termasuk semua kegiatan dalam upaya penguatan/pengembangan kapasitas yaitu:

a) Pengembangan kapasitas individu, yang meliputi kapasitas kepribadian, kapasitas di dunia kerja, dan pengembangan keprofesionalan

b) Pengembangan Kapasitas Entitas/Kelembagaan, yang meliputi:

1) Kejelasan visi, misi, dan budaya organisasi

2) Kejelasan struktur organisasi, kompetensi, dan strategi

organisasi

3) Proses organisasi atau pengelolaan organisasi

4) Pengembangan jumlah dan mutu sumberdaya

5) Interaksi antar individu di dalam organisasi

6) Interaksi dengan entitas.organisasi dengan pemamgku

kepentingan (stakeholders) yang lain.

c) Pengembangan Kapasitas Sistem (Jejaring), yang meliputi:

1) Pengembangan interaksi antar entitas (organisasi) dalam

sistem yang sama

2) Pengembangan Interaksi dengan entitas/orgnisasi di luar

sistem,

b. Bina usaha, menjadi suatu upaya penting dalam setiap pemberdayaan, sebab, bina manusia yang tanpa memberikan dampak atau manfaat

commit to user

mencakup:

1) Pemilihan komoditas dan jenis usaha

2) Studi Kelayakan dan Perencanaan Bisnis

3) Pembentukan Badan usaha

4) Perencanaan Investasi dan Penetapan sumber-sumber pembiayaan

5) Pengelolaan SDM dan pengembangan karir

6) Manajemen Produksi dan Operasi

7) Manajemen Logistik dan Finansial

8) Penelitian dan pengembangan

9) Pengembangan dan pengelolaan Sistem Informasi Bisnis

10) Pengembangan jejaring dan kemitraan

11) Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendukung

c. Bina lingkungan, merupakan upaya penting dalam setiap pemberdayaan, karena pelestarian lingkungan (fisik) akan sangat menentukan keberlanjutan kegiatan investasi maupun operasi, utamanya yang terkait dengan tersedianya bahan baku.

d. Bina kelembagaan, akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bina manusia, bina usaha, dan bina lingkungan. Dalam kegiatan pemberdayaan dalam pengembangan agroindustri diperlukan beragam kelembagaan. Kaitannya dalam hal ini untuk membangun struktur perdesaan yang progresif dibutuhkan kelembagaan-kelembagaan, seperti: sarana produksi dan peralatan pertanian, kredit produksi, pemasaran produksi, percobaan/pengujian lokal, penyuluhan, dan transportasi.

Kegiatan pemberdayaan akan menghasilkan manusia mandiri yang mampu menginisiasi perubahan dalam kehidupannya (Anwar dan Haryadi, 2004). Oleh Laverack, et al (2001) dikatakan bahwa:

“Community empowerment as a process along a continuum that offers most insight into the ways in which people are enabled through the programme to maximize their potential and to progress from individual action to collective social and political change.”

commit to user

akan menghasilkan manusia yang mampu mengoptimalkan kemampuan mereka untuk mengubah kehidupannya sendiri, maupun mengadakan

perubahan pada tingkatan sosial dan politik.

Czuba (1999) menyatakan bahwa:

“Empowerment is a construct shared by many disciplines and arenas: community development, psychology, education, economics, and studies of social movements and organizations, among others”.

Pemberdayaan adalah sebuah upaya pembangunan bagi barbagai disiplin ilmu dan wilayah; pembangunan masyarakat, psikologi, pendidikan, ekonomi dan ilmu pengetahuan dari kehidupan sosial serta organisasi dan lain sebagainya.

Laverack, et al (2001) juga menganggap bahwa tujuan dari pemberdayaan adalah pemberdayaan itu sendiri. “As an outcome, community empowerment is an interplay

between individual and community change with a long time-frame, at least in terms of significant social and political change….”

Jadi pemberdayaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok dalam waktu yang lama. Kegiatan yang dilakukan tersebut pada akhirnya akan membawa perubahan yang signifikan pada kondisi sosial dan politik.

Menurut Mardikanto, (2010) penerima manfaat pemberdayaan masyarakat dapat dibedakan dalam:

a. Pelaku utama. yang terdiri dari warga masyarakat dan keluarganya. Dikatakan demikian, karena pelaku utama pembangunan adalah masyarakat dan keluarganya, yang selain sebagai penerima manfaat juga pengelola kegiatan yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya (factor-faktor produksi) demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi usahatani serta perlindungan dan pelestarian sumberdaya-alam berikut lingkungan hidup yang lain.

commit to user

(eksekutif, legislatif dan yudikatif) sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan. Termasuk dalam kelompok

penentu kebijakan adalah, elit masyarakat sejak di aras terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan.

c. Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/ memper-lancar kegiatan pembangunan pertanian. Termasuk dalam kelompok ini adalah, Peneliti dan atau akademisi yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan pengembangan inovasi yang diperlukan oleh pelaku utama, Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin-mesin yang dibutuhkan untuk penerapan inovasi yang dihasilkan para peneliti, Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian yang diperlukan, dalam jumlah, mutu, waktu, dan tempat yang tepat, serta pada tingkat harga yang terjangkau oleh pelaku utama, Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan informasi-pasar (permintaan dan penawaran serta harga produk yang dihasilkan dan dibutuhkan), inovasi yang dihasilkan para peneliti, serta jasa lain yang diperlukan pelaku utama, Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi organisator, fasilitator, dan penasehat pelaku utama, Budayawan, Artis, dll yang berperan dalam diseminasi inovasi, serta promosi produk yang dihasilkan maupun yang dibutukan pelaku utama.

Pemberdayaan rakyat atau penguatan rakyat dapat dikatakan sebagai upaya untuk memberikan daya kepada masyarakat. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan pemberian bantuan berupa kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, bukan pemberian bantuan berupa materi dan berlangsung terus menerus. Dengan demikian kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat menciptakan masyarakat yang mandiri, dan sadar akan hak dan kewajibannya baik dalam hal sosial, ekonomi, politik, kultural, maupun hukum (Mubyarto, 1994).

commit to user

pemberdayaan yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan atau membantu masyarakat agar mampu untuk membuat pilihan atas diri

mereka sendiri. Namun akhir-akhir ini penyuluhan telah bergeser makna dari yang semula merupakan kegiatan untuk penguatan kapasitas masyarakat–seperti yang diungkapkan oleh Mardikanto (1993), bahwa penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat–menjadi sebuah kegiatan yang bertujuan untuk transfer teknologi dan melaksanakan program kegiatan yang dibuat oleh pemerintahdan ditujukan kepada rakyat. Oleh karena hal tersebut dalam penelitian ini akan menggunakan istilah pemberdayaan untuk menyebut kegiatan yang bertujuan untuk mentransfer ‘power’ (kemampuan).

2. Proses Pemberdayaan Proses pemberdayaan oleh penyuluh pertanian memiliki tujuan yang tidak terbatas pada “better farming, better business, dan better living ”, tetapi untuk menfasilitasi masyarakat dalam mengadopsi inovasi dan pemasaran demi peningkatan pendapatan (Mardikanto, 2009).

Materi pemberdayaan masyarakat, pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang fasilitator kepada masyarakat penerima manfaatnya. Dengan kata lain, materi pemberdayaan masyarakat adalah pesan yang ingin disampaikan yang sering disebut sebagai inovasi, yang dapat berupa: produk, metoda, atau ide/gagasan (Mardikanto, 2010).

Inovasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Hanafi (1981) diartikan sebagai gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan suatu inovasi dapat diukur secara subyekt if, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Baru dalam ide-ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi mungkin telah lama diketahui oleh seseorang beberapa waktu lalu tetapi ia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

commit to user

Sugarda, Sudarmanto, dan Samedi (2001). Inovasi didefinisikan sebagai suatu gagasan, praktek, atau obyek yang dianggap baru oleh seseorang

atau oleh satuan adopsi yang lain. Jadi, kriteria baru merupakan kriteria utama suatu inovasi. Dalam kaitannya dengan teknologi, selama teknologi itu masih baru dalam pandangan pengguna, maka teknologi dalam hal ini dapat dianggap suatu inovasi.

Mardikanto (2007) memperluas pengertian inovasi menjadi sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/ diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan - perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan - perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Metoda menurut (Subejo dan Supriyanto, 2004) dalam Mardikanto (2010) diartikan sebagai suatu kerangka kerja untuk menyusun suatu tindakan atau suatu kerangka berpikir, menyusun gagasan, yang beraturan, berarah, dan berkonteks yang paut (relevan) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas metodologi ialah suatu sistem berbuat, oleh karena itu metodologi merupakan seperangkat unsur yang membentuk satu kesatuan.

Menurut Mardikanto (2010), beragam metoda pemberdayaan masyarakat ”partisipatip” berupa:

a. RRA (rapid rural appraisal)

b. PRA (participatory rapid appraisal) atau penilaian desa secara partisipatip

c. FGD (focus group discussion) atau diskusi kelompok yang terarah

d. PLA (participatory learning and action), atau proses belajar dan mempraktekkan secara partisipatif

e. SL atau Sekolah lapang (Farmers Field School)

f. Pelatihan Partisipatif

commit to user

sosoial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang

berpartisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan (Mardikanto, 1993).

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat, sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Berdasarkan status dan lembaga tempatnya berkerja (UU No. 16 Tahun 2006), dalam Mardikanto, (2010) fasilitator dibedakan :

(1) Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu pegawai negeri yang ditetapkan dengan status jabatan fungsional sebagai Penyuluh/Fasilitator. Penyuluh/Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat PNS mulai dikenal sejak awal 1970 seiring dengan dikembangkannya konsep “catur sarana unit desa ” dalam program BIMAS. Sedang jabatan fungsional penyuluh, mulai dibicarakan sejak pelaksanaan proyek penyuluhan tanaman pangan (National Food Crops Extension Project/NFCEP) sejak tahun 1976. (2) Penyuluh/Fasilitator Swasta , yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang berstatus sebagai karyawan perusahaan swasta (produsen pupuk, pestisida, perusahaan benih/benih/ alat/mesin pertanian, dll). Termasuk kategori penyuluh swasta adalah, penyuluh dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). (3) Penyuluh/Fasilitator , yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang berasal dari masyarakat yang secara sukarela (tanpa imbalan) melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di lingkungannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah, penyuluh/fasilitator yang diangkat dan atau memperoleh imbalan dari masyarakat di lingkungannya.

commit to user

Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah faktor yang berasal dari dalam rumah tangga petani itu

sendirim antara lain luas lahan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Menurut Prayitno dan Lincolin (1987), besarnya luas garapan dapat meningkatkan produksi petani. Berhubungan dengan kepemilikan tanah oleh petani miskin sudah sangat terbatas, maka usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan adalah dengan pendayagunaan seluruh potensi tanah garapan yang dimiliki oleh petani. Selain itu ada beberapa upaya lain misalnya berusaha menurut kemampuan dan keterampilannya.

Faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan kegiatan yang berasal dari luar lingkup bidang kajian. Pemberdayaan masyarakat melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif (Suharto, 2009). Menurut Mardikanto (2010), hal tersebut menyangkut pentingnya perbaikan aksesibilitas (better accesibility) petani dan pemangku

kepentingan (stakeholders) pembangunan pertanian yang lain. Aksesibilitas dalam hal ini berkaitan dengan aksesibilitas permodalan/sumber pembiayaan, aksesibilitas bahan baku, aksesibilitas inovasi, aksesibilitas pasar, dan aksesibilitas kebijakan.

4. Kelompok Pemuda Tani

a. Kelompok Tani Iver dan Page dalam Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa, kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh- mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Sherif dalam Gerungan dalam Mardikanto (1993) bahwa kelompok merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih orang-orang yang mengadakan interaksi secara intensif dan teratur, sehingga di antara

commit to user

khas bagi kesatuan tersebut. Kelompok tani merupakan sekumpulan orang–orang tani

(dewasa, wanita, pemuda) yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Kelompok tani memiliki ciri–ciri sebagai berikut :

a. Merupakan kelompok kecil yang efektif (kurang lebih 20 orang) untuk bekerjasama dalam :

1) Belajar teknologi, manajemen usahatani, dan sebagainya

2) Mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas pelaksanannya

3) Berproduksi dan memelihara kelestarian sumber daya alam

4) Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama

b. Anggota adalah petani yang berada di dalam lingkungan pengaruh seorang kontak tani.

c. Memiliki minat dan kepentingan yang sama, terutama dalam bidang usaha tani.

d. Para anggota biasanya memiliki kesamaan antara lain : tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usaha tani, status ekonomi, bahasa pendidikan, usia.

e. Bersifat informal artinya :

1) Kelompok terbentuk atas dasar keinginan dan kemufakatan

mereka sendiri

2) Memiliki peraturan, sanksi dan tanggung jawab meskipun

tidak tertulis

3) Ada pembagian tugas atau kerja, meskipun bukan dalam

bentuk pengurus

4) Hubungan antara anggota luwes, wajar, saling mempercayai

dan terdapat solidaritas (Deptan, 1978). Kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri:

commit to user

b. memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya

c. memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas

d. memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama

e. Memiliki keinginan dan tujuan bersama (Mardikanto, 1996).

b. Pemuda Tani ILO memperkirakan jumlah pemuda yang menganggur mencapai 41% dari jumlah pengangguran di seluruh dunia pada 2002, sedangkan di Indonesia meningkat dari 8, 6 juta orang tahun lalu menjadi 10, 3 juta orang pada 2003. Dari tingkat pengangguran kaum muda di Indonesia itu tercatat sekitar 15 % berada di daerah pedesaan dan 25 % ada di perkotaan. Untuk jumlah pengangguran muda di seluruh dunia mencapai sekitar 74 juta orang (tempointeraktif.com, 2003).

Pembangunan bidang kepemudaan merupakan mata rantai tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang untuk keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya. Oleh karena itu pembangunan kepemudaan dianggap sebagai salah satu program yang tidak dapat diabaikan dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan (join.msn.com, 2000).