Perencanaan Dan Perancangan Interior “Museum Harley Davidson” di Bali (Lobby, Ruang Pamer, Café dan Bar)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

ADITYA INDRA PRATAMA

C 0801 002

JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Disusun oleh ADITYA INDRA PRATAMA

C 0801002

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Supriyatmono, M.Sn Iik Endang S W, S.Sn, M.Ds NIP.1956 0117 198811 1001

NIP. 1977 1027 200112 2002

Mengetahui, Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, MSn. 1962 1221 199201 1001

Disahkan oleh

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada tanggal 7 Mei 2009

Jabatan

Nama

Ttd

1. Ketua Sidang

Anung B Studyanto, S.Sn , MT

2. Sekretaris

Drs.Rahmanu Widayat, M.Sn

3. Penguji I

Drs. Supriyatmono, M.Sn

4. Penguji II

Iik Endang S W , S.Sn , M.Ds

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret,

Drs. Sudarno, M.A. NIP. 131 472 202

Nama

: Aditya Indra Pratama

NIM

: C 0801002

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Kolokium berjudul Perencanaan dan Perancangan Interior “Museum Harley Davidson di Bali “ adalah betul – betul karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain . Hal – hal yang bukan karya saya ,dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi ( kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar , maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Surakarta,Juli 2009 Yang membuat pernyataan ,

Aditya Indra Pratama

Berakit-rakit ke hulu , berenang-renang ke tepian . . . Bersakit-sakit dahulu , bersenang-senang kemudian . . . (anonime)

SEMANGAT,,SEMANGAAATTT….!! Dan terus SEMANGAATTT….!!! (Penulis)

Karya ini ku persembahkan kepada :

1. Alloh SWT yang telah memberikan jalan terbaik untuk hamba-Nya

2. Ibu dan Bapak tercinta yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya guna menjadikan anaknya seorang yang berbakti bagi agama, guru, teman dan keluarga

3. Adik-adikku yang telah memberikan perhatian dan dukungan serta semangat.

4. My Luphly ReRe yang telah memberikan semangat, doa, dan rasa sayangnya.

5. Civitas Akademika Jurusan Desain Interior, Universitas Sebelas Maret Surakarta

6. Semua sahabat dan teman yang telah membantu penulis 6. Semua sahabat dan teman yang telah membantu penulis

Untuk itu , penulis juga mengucapkan terimakasih kapada semua pihak,yang telah membantu dan memberikan dukungan moril dalam penyelesaian tugas ini, dan pernyataan terimakasih ini juga penulis haturkan kepada :

1. Orang tua ku dan adik – adik ku yang telah mendukung dalam dorongan semangat dan do’a selama ini.

2. Bapak Drs. Rahmanu Widayat , M.Sn , selaku Ketua Jurusan Desain Interior.

3. Bapak Drs. Supriyatmono, M.Sn ,selaku kordinator Kolokium ,pembimbing Kolokium dan pembimbing I Tugas Akhir .

4. Ibu Iik Endang SW,S.Sn,M.Ds , selaku koordinator Tugas Akhir dan pembimbing II Tugas Akhir.

5. Rekan – rekan di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS , khususnya Jurusan Desain Interior yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini .

6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu , yang telah banyak memberikan dukungan , semangat dan perhatiaan terhadap penulis.

Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan oleh seluruh pihak akan mendapat balasan dari Alloh SWT. Akhir kata, dalam penulisan dan penyusunan Kolokium ini, masih banyak kekurangan yang penulis lakukan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang berguna untuk melengkapi kesempurnaan Kolokium ini, sangat penulis harapkan. Dan semoga penulisan laporan ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta,Juli 2009

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………

ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………

iii

PERNYATAAN………………………………………………………..

iv

MOTTO…………………………………………………………………

PERSEMBAHAN………………………………………………………

vi

KATA PENGANTAR………………………………………………....

vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………...

viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..

xii

DAFTAR TABEL………………………………………………………

xvii

DAFTAR BAGAN……………………………………………………..

xviii

ABSTRAKSI…………………………………………………………...

xix

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG……………………………..

B. BATASAN MASALAH…………………………..

C. RUMUSAN MASALAH…………………………..

D. TUJUAN dan SASARAN…………………………

E. MANFAAT………………………………………..

F. METODOLOGI PENELITIAN……………………

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN………………..

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM MUSEUM

1. Pengertian Museum……………………….

2. Tugas Museum……………………………

3. Fungsi Museum…………………………..

4. Struktur Organisasi Museum……………..

5. Persyaratan Sebuah Museum……………...

3. Sirkulasi…………………………………...

4. Komponen Pembentuk Ruang…………….

5. Interior Sistem…………………………….

6. Sistem Keamanan…………………………

7. Organisasi Ruang…………………………

8. Penyajian Koleksi Museum………………

9. Sistem Display…………………………….

10. Pertimbangan Desain……………………

11. Tema…………………………………….

C. TINJAUAN TENTANG HARLEY DAVIDSON

1. Pengertian Harley Davidson………………

2. Sejarah tentang Harley Davidson…………

D. TINJAUAN GAYA ARSITEKTUR HI-TECH

1. Pengertian Arsitektur Hi-Tech…………….

2. Identifikasi Arsitektur High Tech………...

3. Pemilihan Gaya…………………………..

4. Kesimpulan dari Arsitektur High-Tech…..

BAB III

STUDI LAPANGAN

A. MONUMEN YOGYA KEMBALI

1. Sejarah Singkat……………………………

2. Lokasi……………………………………. 100

3. Struktur Organisasi………………………. 100

4. Aktifitas dan Fasilitas……………………. 101

5. Waktu Operasional………………………. 101

6. Sistem Sirkulasi Pengunjung…………….. 102

7. Komponen Pembentuk Ruang……………. 102

8. Sistem Interior……………………………. 103

4. Waktu Operasional……………………….. 113

5. Sistem Sikulasi Pengunjung……………… 113

6. Komponen Pembentuk Ruang……………. 113

7. Sistem Interior……………………………. 114

BAB IV

ANALISIS DESAIN

A. PROGRAMING

1. Pengertian Judul…………………………... 120

2. Asumsi Lokal……………………………... 121

3. Status Kelembagaan………………………. 122

4. Struktur Organisasi……………………….. 122

5. Pelaku Kegiatan…………………………... 123

6. Sistem Operasional……………………….. 125

7. Program Kegiatan………………………… 125

8. Program Ruang………………………….... 126

9. Kapasitas dan Besaran Ruang…………….. 127

10 Sirkulasi Pengunjung…………………….. 128

11. Sistem Organisasi Ruang……………….. 128

12. Hubungan Antar Ruang…………………. 129

13. Zoning & Grouping……………………… 130

B. KONSEP PERANCANGAN

1. Ide Dasar Perancangan…………………… 131

2. Tema……………………………………… 131

3. Suasana Ruang…………………………… 132

4. Penataan Ruang ( Layout) ………………. 132

5. Aspek Pembentuk Ruang………………… 132

6. Aspek Bentuk dan Warna………………… 133

7. Aspek Interior Sistem……………………. 134

DAVIDSON di BALI……………………………… B.KONSEP PERANCANGAN

1. Organisasi Ruang………………………… 138

2. Zoning & Grouping………………………. 139

3. Sistem Sirkulasi………………………….. 140

4. Komponen Pembentuk Ruang…………… 140

5. Sistem Interior…………………………… 141

6. Sistem Keamanan………………………... 142

7. Tema……………………………………... 143

8. Aspek Bentuk , Warna dan Bahan……….. 143

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

145

LAMPIRAN……………………………………………………………

147

Gambar 3 Sirkulasi Pengunjung yang Diarahkan dengan Sistem Tata Pamerannya.............................................................

Gambar 4 Alur Lintasan Pengunjung...............................................

27 Gambar 5

Luas Pergerakan dalam Ruang Pamer.............................

28 Gambar 6

Sistem Pencahayaan……………………………………

32 Gambar 7

Sistem Penyinaran Langsung…………………………..

32 Gambar 8

Penyinaran tak Langsung

33 Gambar 9

Penghawaan Buatan

Gambar 10 Organisasi Ruang Terpusat

Gambar 11 Organisasi Ruang Linier Gambar 12 Organisasi Ruang Radial Gambar 13 Organisasi Ruang Cluster Gambar 14 Organisasi Ruang Grid Gambar 15 Penyajian Koleksi dengan Panel Gambar 16 Penyajian Koleksi dengan Box Standar Gambar 17 Penyajian Koleksi dengan Box Khusus

Gambar 18 Penyajian Koleksi dengan Vitrin Gambar 19 Penyajian Koleksi dengan Diorama Gambar 20 Perbedaan Tinggi Lantai Gambar 21 Sistem Mezanin Gambar 22 Memasukkan dalam Dinding dengan Dekorasi Mural

Gambar 23 Split Level Plafon / Langit-langit Gambar 24 Sistem Display Film / Sinematografi Gambar 25 Sistem Display Komputer / Monitor TV

Gambar 26 Sistem Display Remote Control dan Tata Lampu

Gambar 31 Vitrin Tiang Gambar 32 Vitrin Tunggal Gambar 33 Vitrin Ganda Gambar 34 Ukuran Bentuk Vitrin dan Panil yang Ideal serta Lebar

Gang antara Vitrin yang baik

Gambar 35 Medan Penglihatan pada Gerakan Kepala Manusia Gambar 36 Sudut Pandang dalam Mengamati Materi Koleksi

dalam Display Pameran

Gambar 37 Ketinggian dan Sudut Pengamatan terhadap Materi

Display Pameran

Gambar 38 Ketinggian, Jarak, Sudut Pengamatan Terhadap Materi

Display Pameran

Gambar 39 Tokyo International Forum Gambar 40 Nippon Electric Glass Gambar 41 The Associates Center Chicago Gambar 42 Nippon Electric Gymnasium Gambar 43

333 Wacker Drive

Gambar 44 Dulles International Airport Gambar 45 The Associates Center Chicago Gambar 46 Lloyds Building Gambar 47 San Francisco Museum of Modern Art. Gambar 48 Hong_Kong_Airport_Inside Gambar 49 Hong_Kong_International_Airport Gambar 50 Swiss Re headquarters, London Gambar 51 Swiss Re headquarters, London Gambar 52 Walt Disney Concert Hall,Los Angles

Gambar 57 Law_Faculty_University_of Cambridge Gambar 58 Law Faculty_University_of Cambridge Gambar 59 .Law_Faculty_University_of Cambrige Interior Gambar 60 Germany_berlin_reichstag-spiral tampak, dan interior Gambar 61 British_Musem_Great_Court_CRK interior Gambar 62 .Center-Pompidou-Georges Eksterior Gambar 63 Two Companies, Gannett and USA Today, designed by

Kohn Pedersen Fox

Gambar 64 KPF wanted to capture sense of a town square Gambar 65

A glazed Facade at Gannett/ USA Today

Gambar 66 The Institute for International Economics, by KPF Gambar 67 The entrance lobby of the Institute for International

Economics

Gambar 68 The Institute for International Economics Gambar 69 Lobby of The Institute for International Economics by KPF

Gambar 70 The center of the Institute for International Economics

Features

Gambar 71 Institute for International Economics Gambar 72 Top floor plan, Institute for International Economics Gambar 73 Bangunan Monumen Yogya Kembali Gambar 74 Pintu Masuk Utama ( ME ) pada Monumen Yogya

Kembali

Gambar 75 Ruang Lobby pada Monumen Yogya Kembali Gambar 76 Ruang Information pada Ruang Lobby di Monumen

Yogya Kembali

Gambar 77 Souvenir Shop pada Ruang Lobby di Monuman Yogya

Kembali

Gambar 82 Sistem Diorama Display Gambar 83 Perpustakaan Monumen Yogya Kembali Gambar 84 Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Lobby & Pamer Gambar 85 Sistem Pencahayaan Ruang Lobby & Pamer Gambar 86 Sistem Penghawaan Buatan pada Monumen Yogya

Kembali

Gambar 87 Alarm Pencegah Bahaya Kebakaran Gambar 88 Tabung Pemadam Api (Portable Fire Extinguiser) Gambar 89 Perspektif Bangunan Museum Fatahillah Jakarta Gambar 90 Ruang Lobby pada Museum Fatahillah Jakarta

Gambar 91 Ruang Penjara Bawah Tanah di Museum Fatahillah

Jakarta

Gambar 92 Pola Lantai pada Museum Fatahillah Gambar 93 Pola Lantai pada sebagaian Ruang Museum Gambar 94 Ceiling pada Museum Fatahillah Gambar 95 Sistem Penghawaan Buatan pada Museum Gambar 96 Sistem Pencahayaan pada Display Gambar 97 Sistem Panel Display Gambar 98 Sistem Box Standar Display Gambar 99 Sistem Vitrin Display Gambar 100 Sistem Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Gambar 101 Sistem Keamanan Terhadap Bahaya Pencurian dan

Tangan Jahil

Gambar 102 Tourist Information System Gambar 103 Souvenir Shop yang terdapat pada sebelah kanan

Lobby

Gambar 104 Denah lokasi museum Harley Davidson Gambar 105 Sistem sirkulasi pengunjung Gambar 106 Gambaran Organisasi Ruang Linier

Gambar 111 Grouping Gambar 112 Sistem sirkulasi

Tabel 1

Kriteria Bangunan Hi-Tech

Tabel 2 Aktifitas Pengunjung

Tabel 3 Aktifitas Pengelola

Tabel 4 Komponen Pembentuk Ruang

Tabel 5

Aktifitas pengunjung Museum Fatahillah

Tabel 6

Aktifitas Pengelola Museum Fatahillah

Tabel 7

Komponen Pembentuk Ruang

Tabel 8

Kapasitas dan Besaran Ruang

Bagan 1

Skema Model Analisa Interaktif

Bagan 2

Sistem Pengelolaan Museum

Bagan 3 Struktur Organisasi Badan Penyelenggara Swasta Bagan 4

Struktur Organisasi Museum dibawah Badan Pemerintah secara umum

Bagan 5 Skema Arus dan Sirkulasi Pengunjung didalam Museum

Bagan 6 Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi dalam Museum Bagan 7

Skema Penataan Pameran sebagai salah satu Penyajian Koleksi Museum

Bagan 8

Struktur Organisasi

Bagan 9

Struktur Organisasi

Bagan 10

Hubungan Antar Ruang

Iik Endang SW, S.Sn, M.Ds. 3 elemen-elemen desain pada perancangan Interior Museum Harley Davidson di Bali ini.

ABSTRAK

2009. Judul Tugas Akhir : Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Harley Davidson di Bali (Lobby, Ruang Pamer,Café dan Bar). Jurusan Desain Interior. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perencanaan dan perancangan proyek Tugas Akhir ini memfokuskan pada rumusan masalah : (1). bagaimana menciptakan sebuah museum yang tidak hanya bersifat edukatif dan informatif

tetapi juga bersifat menghibur ( entertainment ). (2). bagaimana

menciptakan sebuah museum yang dapat memberikan informasi lengkap mengenai sejarah dan jenis – jenis motor Harley Davidson. (3). bagaimana menciptakan sebuah museum yang memiliki fasilitas penunjang bagi para penggemar Harley Davidson. Perancangan bertujuan untuk (1) menciptakan interior fasilitas penunjang Museum Harley Davidson yang dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi para pengunjung. (2) menciptakan

interior fasilitas penunjang Museum Harley Davidson sesuai dengan tema yang diangkat, sehingga membentuk atmosfer tertentu yang dapat menarik bagi pengunjung.

1. Mahasiswa Desain Interior ,C0801002

2. Dosen Pembimbing I

3. Dosen Pembimbing II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir-akhir ini, banyak sekali bermunculan komunitas- komunitas motor di kota-kota besar, mulai dari komunitas motor bebek, motor sport hingga jenis komunitas motor besar atau yang sering disebut dengan Moge (Motor Gede), demikian disebut karena ukuran motornya yang lebih besar dibanding ukuran motor-motor biasa, baik dari dimensi body maupun ukuran kekuatan mesinnya yang menyamai kekuatan mesin layaknya sebuah mobil. Keberadaan komunitas tersebut sangatlah banyak, dari satu komunitas saja bisa memiliki anggota hingga puluhan bahkan ratusan,tak terkecuali klub-klub motor besar seperti Harley Davidson yang memiliki banyak anggota diberbagai daerah, kecenderungan para pemilik Harley adalah orang-orang dari kalangan atas seperti artis, pengusaha, para pejabat, dan sebagainya.

Dari pertimbangan uraian diatas, maka dibuatlah sebuah bangunan museum yang juga dapat berfungsi sebagai ajang kumpul-kumpul bagi mereka, jadi di museum ini nanti para anggota klub Harley tidak hanya mendapatkan informasi dan pengetahuan dari apa yang sudah ditampilkan dari museum ini saja, tetapi mereka juga akan mendapatkan informasi secara langsung tentang Harley dari anggota klub Harley yang lain dengan Dari pertimbangan uraian diatas, maka dibuatlah sebuah bangunan museum yang juga dapat berfungsi sebagai ajang kumpul-kumpul bagi mereka, jadi di museum ini nanti para anggota klub Harley tidak hanya mendapatkan informasi dan pengetahuan dari apa yang sudah ditampilkan dari museum ini saja, tetapi mereka juga akan mendapatkan informasi secara langsung tentang Harley dari anggota klub Harley yang lain dengan

Maka terkonseplah sebuah bangunan museum Harley Davidson, yang mana di dalam museum ini nantinya akan terdapat display-display berbagai macam jenis Harley dari tahun ketahun yang dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan tahun pembuatannya secara urut. Selain wujud nyata Harley, juga terdapat penggambaran secara audiovisual , serta display 2D melalui gambar-gambar foto yang dipamerkan di museum ini.

Namun museum ini tidak hanya ditujukan untuk para anggota klub Harley Davidson saja, masyarakat umum pun baik orang dewasa maupun orang tua dapat mengunjungi museum ini, agar mereka dapat mengetahui sejarah tentang motor Harley Davidson dan seluk beluk tentang Harley Davidson, tidak menutup kemungkinan juga masyarakat awam juga dapat mengetahui bagaimana tingkah laku orang-orang klub itu sendiri, bagaimana gaya hidup mereka. Bahkan mungkin juga tidak hanya wisatawan domestik yang akan mengunjungi museum ini, tetapi wisatawan mancanegara pun juga bisa mengunjungi museum ini, mengingat bahwa Harley Davidson itu adalah jenis motor yang berasal dari luar negeri yaitu Amerika dan sudah dikenal di seluruh dunia.

Pada perencanaan dan perancangan museum Harley Davidson ini, secara mendetail pembahasan ditujukan pada permasalahan perencanaan dan perancangan ruang lobby, ruang pamer utama, dan ruang klub yang didalamnya terdapat bar dan café. Dimana lobby dan ruang pamer adalah hal yang paling utama dari sebuah museum, ditambah lagi dengan fasilitas penunjang yang sangat vital bagi anggota klub sebagai sarana untuk sekedar berkumpul dan saling tukar informasi.

C. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah dalam perencanaan dan perancangan museum Harley Davidson ini adalah:

1.a) Bagaimana menciptakan sebuah museum yang multi-fungsi dan tidak bersifat monoton.

1.b) Bagaimana menciptakan sebuah Museum yang dapat memberikan informasi lengkap mengenai sejarah dan jenis-jenis motor Harley Davidson .

1.c) Bagaimana menciptakan sebuah Museum yang memiliki fasilitas penunjang berupa bar dan café yang dapat menujang kebutuhan para anggota klub.

1. Tujuan. Tujuan dari penyusunan proposal perencanaan dan perancangan interior museum Harley Davidson ini adalah :

Untuk mewujudkan perencanaan dan perancangan interior museum Harley yang multifungsi dan tidak bersifat monoton.

1.1 Untuk mewujudkan perencanaan dan perancangan interior museum Harley yang bersifat informatif.

1.2 Mewujudkan perencanaan dan perancangan interior museum Harley, dimana fasilitas penunjangnya dapat mendukung aktifitas para penggemar Harley dan segala macam kegiatan didalamnya, sehingga dapat menambah informasi.

2.Sasaran. Sasaran dari penyusunan konsep perancangan dan perencanaan interior museum Harley Davidson ini adalah :

2.1 Pengunjung (Subject) - Para anggota klub dan penggemar Harley diseluruh Indonesia. - Masyarakat umum, untuk usia dewasa dan orang tua. - Para wisatawan, baik domestik ataupun turis asing.

2.2 Pelayanan (Service) Sistem pelayanan yang disuguhkan bersifat edukatif, informatif, dan entertainment.

Suasana yang ingin diciptakan di museum ini adalah bentuk desain yang modern dengan gaya Hi-tech.

E. Manfaat.

Manfaat dari perencanaan dan perancangan interior museum Harley Davidson adalah :

1.a) Agar masyarakat umum mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya Harley, jenis-jenis Harley serta perkembangannya melalui museum ini.

1.b) Dapat menampung aspirasi anggota klub Harley untuk mendapatkan informasi tentang Harley baik secara langsung maupun gambaran.

1.c) Merupakan tempat berkumpul bagi para anggota klub Harley untuk saling berdiskusi dan saling tukar informasi tentang Harley secara langsung.

F. Metodologi Penelitian

Adapun dalam pembahasan permasalahan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif, yaitu:

1. Lokasi. Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa museum. Museum yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Monumen Yogya Kembali yang

Barat.

2. Bentuk/Strategi. Berdasarkan permasalahan yang diajukan, maka bentuk/strategi penelitiannya yaitu dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Bentuk penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi dengan deskriptif yang penuh nuansa.

3. Jenis sumber yang dimanfaatkan meliputi :

3.1 informan, dalam permasalahan ini yang menjadi narasumber adalah penegelola museum.

3.2 Arsip dan dokumen resmi mengenai museum serta buku-buku yang relevan.

3.3 Tempat dan peristiwa yang ada didalamnya.

4. Teknik pengumpulan data. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada permasalahan ini adalah:

4.1 Observasi. Mengadakan pengamatan langsung pada obyek dengan menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, alat perekam foto, serta alat yang diperlukan lainnya.

Mengadakan pembicaraan atau memberi pertanyaan langsung kepada pihak yang berkaitan, dalam hal ini adalah pihak pengelola dan pihak yang dianalisis.

4.3 Analisa Dokumen. Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

4.4 Teknik Cuplikan. Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka teknik cuplikan yang akan digunakan bersifat purosif, sehingga bersikap selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, serta keingintahuan pribadi, karakteristik empiris, dan lain-lain.

4.5 Validitas Data. Untuk menjamin validitas data yang diperoleh, maka dilakukan trianggulasi data yang sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda dan tersedia. Dengan demikian kebenaran data yang satu akan diuji oleh data yang diperoleh dari sumber data yang lain.

4.6 Model Analisis. Dalam penelitian ini modela analisis data yang dipergunakan adalah model analisis interaktif, dimana semua data yang diperoleh perlu 4.6 Model Analisis. Dalam penelitian ini modela analisis data yang dipergunakan adalah model analisis interaktif, dimana semua data yang diperoleh perlu

Bagan 1.Skema Model Analisa Interaktif

(Sumber : Metodologi Penelitian Kualitatif, H.B. Sutopo. 2000 : 40)

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam perencanaan dan perancangan interior “Museum Harley Davidson” adalah :

1. Tahap I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah,

tujuan

perencanaan, sasaran perancangan, serta metodologi dan sistematika penulisan.

2. Tahap II : Landasan Teori Berisi tentang kajian teoritis/telaah pustaka secara

Reduksi data

Sajian data

Pengumpulan data

Penarikan Kesimpulan

dengan desain interior serta sedikit pengertian tentang sejarah Harley Davidson dan jenis-jenisnya.

3. Tahap III : Studi Lapangan Berisi tentang deskripsi lapangan yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan interior yang dikerjakan.

4. Tahap IV : Analisis Data Berisi tentang analisa data perencanaan dan perancangan interior yang berhubungan dengan “Museum Harley Davidson”

5. Tahap V : Penutup Berisi kesimpulan dan hasil analisa data, evaluasi konsep perencanaan dan keputusan desain.

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM MUSEUM

1. Pengertian Museum

Pengertian museum yang dikenal sekarang ini merupakan istilah dari Yunani. Museum berasal dari kata `museion` yang berarti sebuah gedung tempat pemujaan para muse, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi pelambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan pengetahuan ilmu dan kesenian. ( MA. Sutaarga, 1989 : 7 )

Pengertian Museum dewasa ini adalah "Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya".

Sedangkan definisi menurut ICOM atau International Council of Museeum / Organisasi Permuseuman Internasional dibawah UNESCO, museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu

Pengetahuan.

Dalam majalah Museografia, disebutkan tugas museum yaitu :

2.1 Menghindarkan bangsa dari kemiskinan.

2.2 Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.

2.3 Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara massal.

2.4 Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.

2.5 Membantu secara metodik dan dikdatik Sekolah dengan cara kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke perpustakaan.

2.6 Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah. ( Depdikbud, 1988 : 7 )

3. Fungsi Museum

Berdasarkan Rumusan ICOM, museum mempunyai fungsi sebagai berikut:

3.1 Pusat Dokumentasi dan Penelitian llmiah .

3.2 Pusat penyaluran ilmu untuk umum .

3.3 Pusat penikmatan karya seni .

3.4 Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa

3.5 Obyek wisata .

3.6 Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan

3.7 Suaka Alam dan Suaka Budaya .

3.8 Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan .

4. Struktur Organisasi Museum

Bagan 2. Sistem Pengelolaan Museum

( Sumber : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Ditjen Kebudayaan

Depdikbud, 1989 )

Bagan 3 . Struktur Organisasi Badan Penyelenggara Swasta dalam kaitannya dengan museum yang diselenggarakan

( Sumber : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Ditjen Kebudayaan

BADAN PENYELENGGARA

KEPALA MUSEUM

STAF PEMBANTU PIMPINAN MUSEUM

MASYARAKAT / LINGKUNGAN

KEPALA MUSEUM

TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN

PREPARATOR

STUDIO

KURATOR KOLEKSI

KONSERVATOR LABORATORIUM

BIMBINGAN EDUKASI

BADAN PENDIRI

BADAN PENASEHAT

BADAN PENGURUS

BADAN PENGAWAS

MUSEUM

Bagan 4 . Struktur organisasi museum dibawah badan pemerintah secara

umum, badan penyelenggara swasta dalam

( Sumber : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Ditjen Kebudayaan

Depdikbud, 1989 )

5. Persyaratan Sebuah Museum

Adapun persyaratan berdirinya sebuah museum adalah sbb :

5.1 Persyaratan Lokasi Museum

a) Lokasi museum harus strategis

b) Lokasi museum harus sehat, bukan terletak di kawasan industri, bukan di daerah yang tanahnya berlumpur atau

rawa, atau tanah berpasir, dan juga memperhatikan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi

seperti kelembaban udara antara 45%-65%. ( DDK, 1992 : 16 )

5.2 Persyaratan Bangunan Museum

a) Bangunan pokok terdiri dari : - Ruang Pamer Tetap - Ruang Pamer Temporer

BADAN PEMERINTAH

MUSEUM

UNIT PEMBINA TEKNIK PERMUSEUMAN

MUSEUM MUSEUM MUSEUM

- Laboratorium konservasi - Studio preparasi - Storage / Gudang penyimpanan

b) Bangunan Penunjang, terdiri dari : - Pos jaga / Pos keamanan - Gift Shop dan Kafetaria - Tiket box dan Penitipan barang - Lobby / Ruang istirahat - Toilet - Tempat parkir, taman, pagar

6. Jenis Koleksi Museum

Adapun jenis koleksi museum dapat terdiri dari :

6.1 Etnografika, yaitu kumpulan benda-benda hasil budaya suku- suku bangsa.

6.2 Preh istorika, yaitu kumpulan benda-benda prasejarah.

6.3 Arkeologika, yaitu kumpulan benda-benda arkeologi.

6.4 Historika, yaitu kumpulan benda-benda bernilai sejarah.

6.5 Numismatik dan Heraldika,yaitu kumpulan benda-benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana tanda jasa, dan surat-surat berharga.

6.7 Naskah-naskah kuno dan bersejarah.

6.8 Keramik asing.

6.10 Karya seni dan seni kriya.

6.11 Benda grafika, berupa foto, peta asli atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen.

6.12 Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi.

6.13 Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, bebatuan dan mineral.

6.14 Benda-benda wawasan nusantara.

6.15 Replika, yaitu tiruan dari benda aslinya.

6.16 Miniatur, yaitu tiruan dari benda aslinya dalam bentuk kecil.

6.17 Koleksi hasil abstraksi. ( DDK, 1989 : 14-15 )

B. TINJAUAN K HUSUS MUSEUM

1. Tinjauan Lobby

1.1 Pengertian Lobby

Pengaturan pengunjung yang baik dalam sebuah museum memerlukan pengaturan lobby yang baik pula. Ketelitian sangat diperlukan dalam penataan ruang ini sebagaimana layaknya ruangan khusus yang behubungan dengan ruang tersebut.

Lobby adalah ruang penontrol dalam sebuah museum yang pada umumnya cukup luas sebagai penataan ruang dari yang lain. ( Coleman, LV, 1950 : 121 ) Lobby adalah ruang penontrol dalam sebuah museum yang pada umumnya cukup luas sebagai penataan ruang dari yang lain. ( Coleman, LV, 1950 : 121 )

1.2 Fungsi Lobby

1.a) Sebagai fungsi ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby tanpa harus pergi ketempat lain, sehigga menghemat tenaga dan biaya.

1.b) Sebagai fungsi sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi-informasi kepada pengunjung tentang fasilitas- fasilitas yang disediakan dan pengunjung dapat saling lebih berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta karyawan.

1.c)Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.

1.3 Fasilitas Lobby

1.a) Ruang pengecekan dan meja informasi, disini pengunjung dapat mencari informasi tentang museum.

duduk untuk istirahat sejenak setelah lelah berkeliling museum. 1.c)

Fasilitas telepon umum , pengunjung dapat memanfaatkannya untuk melakukan komunikasi telepon jika ada hal yang penting.

1.d) Counter penjualan, pengunjung dapat membeli souvenir atau kenang-kenangan yang berhubungan dengan museum.

1.e) Fasilitas pameran pendahuluan , adalah sedikit penggambaran singkat tentang museum.( Coleman, LV, 1950 : 122-126 )

2. Tinjauan Ruang Pamer

2.1 Pengertian Ruang Pamer Ruang pamer ( show room ) menurut flower dan flower ”room used for the display of good or merchandise ”. Yang artinya adalah ruangan yang dipergunakan untuk kepentingan pemajangan benda-benda koleksi atau barang-barang dagangan. Sedangkan menurut Hadisutjipto, ruang pamer merupakan tempat untuk mewujudkan komunikasi antara benda pamer dan pengunjung museum. Ruang pamer museum dapat dianggap sebagai kunci pagelaran atau pameran yang berbicara tentang 2.1 Pengertian Ruang Pamer Ruang pamer ( show room ) menurut flower dan flower ”room used for the display of good or merchandise ”. Yang artinya adalah ruangan yang dipergunakan untuk kepentingan pemajangan benda-benda koleksi atau barang-barang dagangan. Sedangkan menurut Hadisutjipto, ruang pamer merupakan tempat untuk mewujudkan komunikasi antara benda pamer dan pengunjung museum. Ruang pamer museum dapat dianggap sebagai kunci pagelaran atau pameran yang berbicara tentang

2.2 Jenis Ruang Pamer Ruang pamer dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

2.a) Ruang Pamer Tetap, yaitu ruang untuk menyelenggarakan pameran dalam jangka waktu sekurangnya 5 tahun.

2.b) Ruang Pamer Sementara / Temporer, yaitu ruang untuk menyelenggarakan pameran dalam jangka waktu tertentu dan dalam variasi yang singkat, dari 1 minggu sampai 1 tahun saja.

2.3 Tipe-Tipe Ruang Pamer

3.a) Kamar sederhana berukuran sedang, merupakan bentuk yang lazim.

3.b) Aula dengan balkon merupakan bentuk ruangan yang juga lazim dan salah satu yang tertua.

3.c) Aula pengadilan merupakan aula besar dengan jendela tinggi dikedua sisinya.

3.d) Galeri lukisan terbuka merupakan tipe ruang yang paling umum dalam museum seni.

sesungguhnya bukan ruangan, tetapi merupakan suatu jalan lorong. Digunakan untuk display supaya tidak kosong.

3.f) Tipe ruangan bebas, dapat dibagi-bagi saat ada pameran.

3. Sirkulasi

3.1 Sirkulasi Umum Pengunjung

Sirkulasi pengunjung dalam sebuah museum tidak hanya mengikuti layout bangunan, tetapi juga tergantung dari perilaku pengunjung sendiri. Tipe sirkulasi dapat berbeda berdasarkan penyusunan ruangan yang berlainan, namun merupakan sirkulasi yang tidak saling bersilangan, sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan kesulitan untuk memahami materi koleksi yang dipamerkan.

Bagan 5.Skema arus dan sirkulasi pengunjung didalam museum

( Sumber : DDK, Kecil Tapi Indah, 1992/1993 )

Bagan 6.Skema arus dan sirkulasi koleksi da lam museum A, B, C, D dan E : Daerah dimana dan tempat dimana koleksi

diadakan atau asal dimana koleksi diperoleh.

( Sumber : DDK, Kecil Tapi Indah, 1992/1993 )

Berdasarkan bentuk konfigurasinya menurut D.A Robbilard pola sirkulasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

Langsung ( straight ), alur lintasan pengunjung diarahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi yang lainnya.

Linier ( Linear ), sirkulasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung biasanya memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli masih pada area yang sama.

Terbuka ( open ), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen di dalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar- benar menyatu.Ruang-ruang dari jenis pola terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung.

Memutar ( loop ), partisi/dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarahkan pengunjung untuk mengitari pusat ruang tersebut seperti courtyard , bukaan dan kelompok ruang lainnya.

Membentuk cabang ( branch, lobby-foyer ), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang

kemudian menyebar menuju arah ruang pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi.

Membentuk cabang ( branch, gallery-lobby )

Membentuk cabang ( branch, linier )

Gambar 1 . Pola sirkulasi dalam museum

( Sumber : D.A Robbilard, Public Space Design in Museum, 1982 : 26 )

3.4 Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi

Sirkulasi dari ruang ke ruang ( room to room ), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutnya.

Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer ( coridor to room ), memungkinkan pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melalui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki suatu ruang pamer, maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.

Sirkulasi dari pusat ke ruang pamer ( nave to room ), pengunjung dapat melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer, sehingga memudahkan pengunjung untuk memilih memasuki ruang pamer yang disukai.

Sirkulasi terbuka (open), sirkulasi pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dipajang dapat dilihat secara langsung oleh pengunjung, dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati.

Sirkulasi linier, dalam suatu ruang pamer terdapat sirkulasi utama yang membentuk linier dan menembus ruang pamer tersebut.

Gambar 2 .Pola hubungan antara sirkulasi dan ruang pamer

( Sumber : D.A Robbilard, Public Space Design in Museum, 1982 : 27 )

Selain itu ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik bergerak

mengunjungi ruang-ruang pamer, antara lain : 4.a)

Keragaman antar ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh pengalaman yang berbeda.

4.b) Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama, sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalu i jalur utama yang dirasakan cepat.

4.c)

Peta-peta dan tanda-tanda pada jalur masuk pada Peta-peta dan tanda-tanda pada jalur masuk pada

4.e)

Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom- kolom bangunan.

( D.A. Robbilard, 1982 : 30 )

Tingkah laku tiap pengunjung dalam mengamati pameran di museum berbeda-beda. Ada yang mengamati secara sepintas saja dan ada yang mengamati secara cermat dengan waktu yang relatif lama. Tingkah laku pengunjung yang berbeda separti ini dibahas oleh Laurence Vail Coleman, dengan tujuan untuk membuat suatu sistem yang sesuai dengan keadaan tersebut, dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mendalami/melihat pameran secara cermat tidak terganggu oleh pengunjung yang hanya melihat secara sepintas saja. Namun cara ini memerlukan ruang yang lebih luas dan peralatan yang lebih banyak.

Gambar 3 . Sirkulasi pengunjung yang dia rahkan dengan sistem tata pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan

secara cermat/detail.

( Sumber : Coleman LV, Museum Buildings, 1950 )

3.5. Alur Lintasan Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak lintasan pengunjung kepada susana yang lebih d isenangi dalam memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi

kualitas

komunikasi yang

dimaksudkan oleh pengunjung.

Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih sering

dilakukan pengunjung daripada dari kiri ke kanan.

Pengelompokan sculpture, tempat duduk dan lainnya letaknya di tengah ruangan akan mengganggu alur lintasan.

Peletakan kelompokan koleksi benda ditengah ruangan pamer cenderung mempercepat

alur lintasan

pengunjung.

Ruang pamer yang memberikan pengontrolan terhadap alur lintasan pengunjung

adalah lebih baik dibanding yang tanpa kontrol.

Gambar 4. Alur lintasan pengunjung

( Sumber : W Rupp, Exhibition and Architectural Planning, 1989 )

3.6 Luas Pergerakan dalam Ruang Pamer Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi karena keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya dan memasuki ruangan yang belum pernah dilihat dan dialaminya. Warna lantai, dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar dapat mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer.

Pengunjung

lebih banyak memanfaatkan area dinding sebelah kanan dibanding area sebelah kiri ruang pamer.

Pengunjung lebih sedikit berjalan- jalan didalam ruang pamer bila dalam

ruang tersebut ada pintu keluar.

Pengunjung cenderung lebih banyak berjalan-jalan di ruang pamer yang warna lantai, dinding, dan atapnya yang sedikit gelap bila dibandingkan dengan ruang pamer yang berwarna lebih terang.

- Pengunjung pria lebih banyak mengunjungi area pamer dibanding dengan pangunjung wanita.

- Pengunjung pria lebih banyak berjalan-jalan dalam ruang pamer.

Pengunjung akan berlama-lama dan banyak berjalan-jalan dalam ruang pamer bila terpampang banyak informasi

yang dibutuhkan

pengunjung

dan

bila terdapat kekontrasan dalam ruang pamer.

Gambar 5. Luas pergerakan dalam ruang pamer

( Sumber : W Rupp, Exhibition and Architectural Planning, 1989 )

4.1 Lantai

Lantai berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah. Selain itu, lantai juga berfungsi sebagai pendukung beban- beban yang datang dari perabot rumah, manusia yang ada, atau lalu lalang dalam ruangan. Karena itu dituntut agar selalu kuat memikul beban mati atau hidup. (lalu lintas manusia di atasnya serta hal-hal lain yang ditumpangkan padanya) (Y. B. Mangunwijaya, 1988, hal 329) Beberapa karakteristik lantai yang digunakan untuk bangunan seperti museum antara lain :

* kuat * perawatan mudah * tidak licin * efek visual tinggi * menyerap bunyi dan tahan kelembaban

penghubung yang mempersatukan langit-langit dan lantai, sehingga membentuk sebuah ruang. Ditinjau dari fisika bangunan, fungsi dinding adalah sebagai berikut : * pemikul beban di atasnya * penutup atau pembatas ruangan, baik visuil maupun

Ø radiasi sinar cahaya dan kalor matahari Ø radiasi sumber-sumber kalor dari dalam Ø isolasi atau penghalang kalor yang datang dari luar Ø pemeliharaan suhu yang diminta dalam ruangan Ø pelindung terhadap hempasan hujan, kelembaban,

dan arus angin dari luar. Ø pengatur derajat kelembaban dan ventilasi di dalam

ruangan (Y. B. Mangunwijaya, 1988, hal 339)

4.3 Ceilling

Ceilling berfungsi sebagai penutup ruang dan pengatur udara panas pada atap dan langit-langit. Penentuan ketinggian ceiling disamping dari pertimbangan fungsi ceiling itu sendiri, dapat juga berdasarkan proporsi ukuran ruang (panjang, lebar, tinggi), konstruksi, maupun kebutuhan ducting di atasnya. Bentuk penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya. Jika sebagai ventilasi udara panas, maka bentuk lubang/ penurunan ceiling dapat diselesaikan seperti : Ø polas/ rata Ø grid/ kotak-kotak Ø garis-garis geometric/ lurus/ lengkung

5. Interior Sistem

5.1 Pencahayaan

Pencahayaan merupakan factor penunjang aktifitas kerja dan intensitas kerja. Macam pencahayaan yang diperlukan dalam suatu perencanaan antara lain :

5.1.1 Pencahayaan alami System pencahayaan alami digunakan pada siang hari atau pada saat cuaca baik, yaitu dengan cara memasukkan terang langit melalui kaca di setiap bukaan atau jendela. Pencahayaan diharapkan sedapat mungkin diterapkan pada tiap ruangan.

5.1.2 Pencahayaan buatan System pencahayaan buatan digunakan pada saat cuaca tidak baik/ mendung, malam hari, dan pada ruang yang tidak mendapat pencahayaan alami atau pada ruang-ruang tertentu yang membutuhkan pencahayaan khusus.

- Sistem penyinaran atau bagaimana cahaya diarahkan pada bidang kerja,

* penyinaran langsung * penyinaran langsung

Gambar 7 . Sistem Penyinaran Langsung

* penyinaran tak langsung

Memakai penerangan yang menghalang-halangi sinar cahaya yang datang langsung pada bidang kerja, melalui refleksi bidang sekunder.

Gambar 8 , Penyinaran tak Langsung

* penerangan baur (difus) * penerangan baur (difus)

5.2 Penghawaan

Jenis penghawaan yang digunakan terdiri dari :

5.2.1 Penghawaan alami System penghawaan alami digunakan dengan prinsip memasukkan udara bersih melalui lubang ventilasi, sehingga terjadi sirkulasi udara masuk dan keluar.

5.2.2 Penghawaan buatan Penghawaan ini digunakan untuk memberi kelembaban udara dan suhu ruang yang memenuhi syarat suatu ruang. Penghawaan buatan menggunakan Exhauser Fan dan Air Conditioning. (Silvy, 1993, hal 23)

Gambar 9 . Penghawaan Buatan

5.3 Akustik

Sistem akustik merupakan usaha untuk menanggulangi suara bising yang dapat mengganggu aktivitas dalam ruangan, sehingga dapat diperoleh kualitas bunyi yang baik. Jenis akustik yang digunakan :

5.3.1 Akustikal alami Menggunakan unsure landscape sebagai materialnya untuk mengatasi gangguan suara dari lalu lintas ataupun kelompok kegiatan tertentu dalam suatu kelompok bangunan.

5.3.2 Akustikal buatan Tujuan daripada pemakaian akustikal buatan antara lain : Ø penyerapan bunyi yang diperlukan oleh ruang yang membutuhkan ketenangan. Bahan yang dapat digunakan antara lain :

- bahan berpori - penyerap panel (selaput) - resonator rongga - penyerap ruang

- penyerapan oleh udara dan oleh lubang Difusi bunyi atau penyebaran bunyi yang diperlukan ruang- ruang tertentu yang dapat diciptakan dengan cara :

Ø pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tidak teratur dalam jumlah yang banyak, seperti pilaster, pier,

balok-balok telanjang, dll Ø penggunaan lapisan permukaan pemantul dan penyerap

bunyi secara bergantian Ø distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tak teratur dan acak. (L.L. Doelle, 1990, hal 25-27)

6.Sistem Keamanan

Pengamanan museum (museum security) merupakan bagian yang penting dan terpadu dari pengelolaan museum. Pengamanan yang dimaksud adalah untuk pengamanan fisik manusia, fisik bangunan, serta lingkungan. Untuk system ini diperlukan unsur :

6.1 Satpam .

6.2 Keamanan terhadap bahaya kebakaran .

6.3 Tanda petunjuk arah (exit signis).

6.4 Alat pengunci (hardware locking).

6.5 Tanda bahaya (alarm).

yaitu :

1. Manusia 1.a)Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan tujuan

yang berbeda satu sama lain. Ada pengunjung yang memanfaatkan untuk mengadakan studi dan penelitian, ada sekedar untuk berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang – barang yang ada di museum.

1.b)Secara iseng mengotori, membuat corat – coret di dinding tembok dan pagar atau merusak taman dan halaman yang merugikan pihak museum. Tingkah laku runa wisma yang ada di sekelilingnya dengan membuang sampah dan kotoran sembarangan, sehigga mengganggu kenyamanan, keindahan dan ketertiban pengunjung museum.

2. Fisik bangunan 2.a)Bahan – bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak disimpan di tempat yang baik dan aman.

2.b)Pintu jendela dan lemari – lemari koleksi tidak dipasang dengan kunci – kunci yang baik dan aman.

2.c)Memilih dan menentukan bahan-bahan bangunan yang mudah terbakar oleh api.

3. Peralatan dan sarana 3. Peralatan dan sarana

3.b)Pada umumnya saluran air dari hydrant (wall dan freezing hydrant) tidak mudah diperoleh, karena hanya pada lokasi gedung yang ada di kota besar saja yang ada jaringan saluran dari PAM.

4. Alam dan lingkungan 4.a)Udara di daerah tersebut yang sangat lembab, sehingga bias

merusak koleksi.

4.b)Gangguan hewan atau binatang sejenis insect yang menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, dan juga jenis kamur untuk koleksi perunggu, batu dan sebagainya. Pengamanan benda – benda koleksi dapat dilakukan dengan cara :

1.Pengamanan umum melalui tata kerja dan tata ruang Untuk menjamin keamanan benda – benda koleksi, perlu adanya pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara para petugas. Tugas – tugas tersebut antara lain adalah :

1.a)Memeriksa ruang – ruang penyimpanan secara rutin / berkala . 1.b)Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh fasilitas penyimpanan . 1.c)Membuat peraturan – peraturan .

2. Pengamanan terhadap pencurian dan tangan – tangan jahil

System ini dipakai untuk melindungan bangunan terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama ditujukan pada jendela, pintu, atap, lubang ventilasi, dan dinding – dinding yang mudah ditembus. Didalam ruang pamer ada beberapa kekuatan dari kerusaka benda koleksi yang disebabkan oleh pengunjung diantaranya :

2.1.a)vandalisme , terjadi karena keisengan dan kekurangan kesadaran akan benda – benda yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi.

2.1.b)Touch complex (penyakit ingin meraba), karena pada umumnya orang tidak puas hanya ingin meraba saja dan selalu penasaran apabila tidak mecoba untuk meraba benda – benda koleksi yang ingin dilihatnya.

2.2 System perlindungan dalam (interior protection sytem) Jenis ini sangat bermanfaat dalam pengamana gedung, apabila system parimeter gagal berfungsi, misalnya pencuri berhasil menyelinap masuk dan bersembunya didalam gedung, sebelum saatnya pinti – pintu ditutup. Contoh sederhana adalah kunci.

Kedua alat diatas ada yang bekerja secara mekanisme maupun elektris, diantaranya adalah :

2.2.a Saklar magnetic (magnetic contac switch).

2.2.b Pita kertas logam (metal foil tape).

(glass breaking sensor).

2.2.d Kamera pemantau (photoelectronics eyes).

2.2.e Pendeteksi getaran (vibration detector).

2.2.f Alat pemasuk data pinta (acces control by remote

door control).

2.2.g Pengubah sinar infra merah (passive infra-red).

3. Pengamanan terhadap kebakaran

Perlindungan terhadap api dimulai dengtan konstruksi tahan api terutama di ruang yang mudah terbakar. Ruang juga perlu memiliki pintu – pintu api, juga dapat pula digunakan dinding – dinding khusu. Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat. Tangga utama tidak dapat di desain seperti ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat dindig dan pintu. Ada dua system alat pendeteksi kebakaran, yaitu :

3.1 Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi terhadap perubahan suhu.

3.2 Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran. Alat pemadam kebakaran terd iri dari bermacam jenis, diantaranya :

3.a System penyemprotan (sprinkle system).

3.b System pemadaman dengan gas (gas system).

adalah jenis dry chemical extinguisher karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda.

7. Organisasi Ruang

7.1 Terpusat

Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat yang terdiri dari sejumlah ruang – ruang sekunder yang dikelompokkan mengeliligi sebuah ruang yang besar dan dominant . Ruang pusat sebagi pemersatu dari organisasi terpusat. Ruang sekunder dapat mempunyai fungsi, bentuk, ukuran yang sama, tetapi juga dapat berbeda antara satu dengan yang lain sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Gambar 10 . Organisasi ruang terpusat

( Sumber : Francis DK C, Bentuk Ruang dan Susunannya, 1996 )

Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang – ruang . ruang –ruang tersebut dapat berhubungan langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier terdiri dari ruang – ruang yang berulang mirip dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi, atau dapat juga terdiri dari ruang – ruang lin ier yang diorganisir menurut panjangnya sederetan ruang – ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan fungsi.