Faal Paru Pekerja Pabrik Rokok Bagian Panel PT. Nojorono Tobacco International Kudus

PT. NOJORONO TOBACCO INTERNATIONAL KUDUS SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RESCHITA ADITYANTI G0008235 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Faal Paru Pada Pekerja Pabrik Rokok di Kudus

Reschita Adityanti, NIM : G0008235, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Sabtu , Tanggal 23 Juli 2011

Pembimbing Utama

Dr. Reviono, dr., Sp.P (K) NIP. 1965030 200312 1 001

Pembimbing Pendamping

Harsini, dr., Sp.P NIP. 500 107 120

Penguji Utama

Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P (K) NIP. 1957 0315 198312 1 002

Anggota Penguji

Novi Primadewi, dr., Sp.THT, M.Kes. NIP. 19751129 200812 2 002

Surakarta,...................................

Ketua Tim Skripsi

Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM

NIP. 19660702 199802 2 001 NIP. 19510601 197903 1 002

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 6 Juli 2011

RESCHITA ADITYANTI NIM. G0008235

Muhammad Aria Novianto, G0008227, 2011. Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Aktivis UKM dengan Mahasiswa Non Aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan criteria inklusi adalah (1) Mahasiswa semester VI (Angkatan 2008) (2) Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed consent. Sampel tidak dapat dipilih jika (1) Skor LMMPI lebih dari sama dengan 10 (2) Penyakit fisik yang berat (3) Pernah mengikuti pelatihan EQ. Sampel mengisi lembar biodata dan informed consent sebagai tanda persetujuan, (2) kuesioner skala L-MMPI untuk menilai dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, (3) kuesioner Kecerdasan Emosi. Diperoleh 84 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) rerata skor kecerdasan emosi pada mahasiswa aktivis UKM sebesar 118,5 ± 11,127 dan untuk mahasiswa non aktivis UKM sebesar 107,2 ± 9,620 (2) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,000.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan kecerdasan emosi yang signifikan antara mahasiswa aktivis UKM dengan mahasiswa non aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Mahasiswa aktivis UKM lebih tinggi kecerdasan emosinya dibandingkan mahasiswa non aktivis UKM.

Kata kunci : mahasiswa aktivis UKM, mahasiswa non aktivis ukm, kecerdasan

emosi

ABSTRACT

Muhammad Aria Novianto, G0008227, 2011. The Differences of Emotional Quotient between Student Organization Activist and Student Organization Non Activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Medical Faculty of

Sebelas Maret University Surakarta.

Objectives: This research aims to know the difference of emotional quotient between student organization activist and student organization non activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University.

Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in March 2011 in Medical Faculty of Sebelas Maret University. Data was collected by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were student semester VI (Force 2008), willing to be a respondent and approved the informed consent has sheet. Samples can not be selected if the score LMMPI more than equal to ten, severe physical illness, ever EQ training. Sample fill the biodata and informed consent as a sign of approval, L-MMPI scale questionnaire to assess and find honesty in answering questions given, questionnaire Emotional Quotient. Eighty four samples were obtained and analyzed using data normality test with Kolmogorov-Smirnov and Mann-Whitney test through SPSS 17.00 for Widows. ………………………………………………….

Results : This research shows a significant mean difference of emotional quotient for student organizationactivist is 118,5 ± 11,127 and for non activist student organizationnon activist is 107,2 ± 9,620. The Mann Whitney test shows p=0,000

Conclusion: This study found a significant difference of emotional quotient between student organization activist and student organization non activist in Medical Faculty of Sebelas Maret University. The student organization activist is more than student organization non activist.

Key words : student organization activist, student organization nnon activist, emotional quotient.

PRAKATA

Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa Aktivis UKM dengan Mahasiswa Non Aktivis UKM di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. H. M. Fanani, dr., SpKJ (K), selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

4. Vitri Widyaningsih dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

5. Hj. Makmuroch, Dra., MS, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

6. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

7. Bapak, Ibu, adik serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman cHocLatoZz (Nanung, Gerry, Luthfi, Willy dll) dan Kejutan 2008 (Maik, Tiwi, Ira, Imam dll) yang telah memberi dukungannya.

9. Teman-teman Kost Techno House yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka.

10. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 atas bantuannya dalam mengisi kuesioner dalam penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 16 April 2011

Muhammad Aria Novianto

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan ............................................. 33

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 34 Tabel 3. Rerata Skor EQ ...................................................................................... 34 Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov test .............. 36 Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Skor EQ dengan Levene’s Test ......................... 37 Tabel 6. Hasil uji Mann Whitney…...…………………………………………...38

Tabel 1. Boxplots Skor EQ ................................................................................... 27

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Identitas Sampel dan Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI Lampiran 4. Kuesioner EQ

Lampiran 5. Data Mentah Hasil Penelitian Lampiran 6. Distribusi Data

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Data

Lampiran 8. Hasil Analisis Data Penelitian

RESCHITA ADITYANTI, G0008235, 2011. Faal Paru pada Pekerja Pabrik Rokok di Kudus, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faal paru pekerja pabrik rokok.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan subjek penelitian pekerja bagian panel dan non panel PT. Nojorono Tobacco International Kudus. Dengan purposive sampling didapatkan 46 sampel, yang terdiri dari 23 pekerja bagian panel dan 23 pekerja bagian non panel. Data diperoleh dari pengisian kuisioner dan pengukuran faal paru menggunakan spirometer, yaitu nilai Forced Expiratory Volume 1 (FEV 1) dan Forced Vital Capacity (FVC). Untuk data yang terdistribusi normal menggunakan uji T independent. Sedangkan untuk data yang terdistribusi tidak normal menggunakan uji Mann-Whitney. Data diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.00 for Windows.

Hasil : Uji normalitas hasil spirometri pekerja bagian panel dan non panel menggunakan didapatkan bahwa distribusi data tidak normal. Maka data diuji dengan uji Mann Whitney dan didapatkan hasil p=0,939, berarti pada alpha 5% tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan, berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara faal paru pekerja bagian panel dan non panel.

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara faal paru pekerja pabrik rokok bagian panel maupun bagian non panel di PT. Nojorono Tobacco International Kudus.

Kata Kunci: faal paru – pekerja pabrik rokok

RESCHITA ADITYANTI, G0008235, 2011. The Lung Function of Cigarette Factory Labours in Kudus, Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.

Objective : This research aimed to know the lung function cigarette factory labours.

Methods : This is an obsevational analytic research with cross sectional approach that the subjects are panel and non panel labours of PT.Nojorono Tobacco International Kudus. By purposive sampling, there are 46 samples which consist of

23 panel labours and 23 non panel labours. Data obtained by filling questionnaire and direct measurement of spirometry (Forced Expiratory Volume 1 and Forced Vital Capacity). This data analysed with independent T test and Mann Whitney test. Data processed with Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.00 for Windows.

Results : The lung function’s value of panel and non panel labours do not have normal distribution, so this data analysed with Mann Whitney test. The result is p=0,939. It means that there is no significant difference between panel and non panel labour’s lung function of PT. Nojorono Tobacco International Kudus.

Conclusion : There is no significant difference between panel and non panel labour’s lung function of PT. Nojorono Tobacco International Kudus.

Keywords : lung function – cigarette factory labours

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 6 Juli 2011

Reschita Adityanti NIM. G0008235

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faal Paru pada Pekerja Pabrik Rokok di Kudus”. Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penyelesaian skripsi ini didukung oleh bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin, dr., SpPD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua beserta Anggota Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pengarahan dan bantuan.

4. Dr. Reviono, dr., Sp.P (K) selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

5. Harsini, dr., Sp.P selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

6. Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp.P (K) selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji dan memberi saran kepada penulis.

7. Novi Primadewi, dr., Sp. THT, M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah berkenan menguji dan memberi saran kepada peneliti.

8. Luluk Adipratikto, dr., Sp.P, M. Kes, Sulistyaning P. E., dan Primachita Adityani, yang telah memberikan bimbingan, bantuan, doa dan motivasi kepada penulis.

9. Yehezkiel A. W. K., Verawati S., Destia W. D., Lanny M. B., Deborah J. T. R., Ancilla C. I., Siti Oktie A., Dian P., dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, doa, dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, 6 Juli 2011 Reschita Adityanti

Tabel 1. Unsur Asap Rokok Sigaret Fase Partikel .................................................. 12 Tabel 2. Unsur Asap Rokok Sigaret Fase Gas ........................................................ 13 Tabel 3. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan umur ..................................................... 35 Tabel 4. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan tinggi badan.......................................... 36 Tabel 5. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan lama kerja ............................................. 37 Tabel 6. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan lama merokok ...................................... 37 Tabel 7. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan jumlah rokok per hari ........................... 38 Tabel 8. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan nilai indeks Brinkman .......................... 39 Tabel 9. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan nilai %FVC .......................................... 39 Tabel 10. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan nilai %FEV1 ........................................ 40 Tabel 11. Distribusi pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

bulan April 2011 berdasarkan hasil interpretasi spirometri ................ 40

Lampiran 1. Surat ijin penelitian dan penyebaran kuesioner di PT. Nojorono

Tobacco International Kudus.

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian dengan uji faal paru dan penyebaran kuisioner di PT. Nojorono Tobacco International Kudus. Lampiran 3. Surat kelaikan etik. Lampiran 4. Inform consent subjek penelitian.

Lampiran 5. Kuesioner penelitian Lampiran 6. Data pekerja bagian panel

Lampiran 7. Data pekerja bagian non panel Lampiran 8. Hasil uji normalitas Lampiran 9. Hasil uji t tidak berpasangan Lampiran 10. Hasil uji Mann-Whitney Lampiran 11. Dokumentasi penelitian

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri dan produknya memberi keuntungan berupa terciptanya lapangan kerja sehingga terjadi peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Di pihak lain timbul dampak negatif karena pajanan bahan-bahan yang terjadi pada proses industri atau oleh karena produk-produk hasil industri tersebut (Ikhsan, 2009).

Industri tembakau adalah kumpulan perusahaan yang sangat berbeda ukuran dan makna atau pengaruhnya. Seperti perusahaan lain, industry tembakau berjuang meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan untuk kepentingan para pemegang sahamnya. Tidak heran, industri tembakau sangat kuat menentang semua upaya yang dirancang untuk mengurangi konsumsi tembakau (Crofton & Simpson, 2009). Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, cukai mempunyai konstribusi yang sangat penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khususnya dalam kelompok Penerimaan Dalam Negeri. Dari penerimaan cukai, 95% berasal dari cukai hasil tembakau yang diperoleh dari jenis hasil tembakau (JHT) berupa rokok sigaret kretek mesin, rokok sigaret tangan dan rokok sigaret putih mesin, yang dihasilkan oleh industri rokok (Wibowo, 2003).

Tenaga kerja industri terpajan dengan faktor fisis, kimia, toksik, dan sebagainya yang dapat menimbulkan penyakit paru kerja. Respon biologis dengan manifestasi morbiditas dan mortalitas terhadap paparan polutan udara dipengaruhi Tenaga kerja industri terpajan dengan faktor fisis, kimia, toksik, dan sebagainya yang dapat menimbulkan penyakit paru kerja. Respon biologis dengan manifestasi morbiditas dan mortalitas terhadap paparan polutan udara dipengaruhi

Tembakau adalah produk konsumen yang berbahaya dan mematikan. Penggunaan tembakau tidak hanya merugikan bagi yang mengkonsumsinya, tetapi juga orang-orang lain yang terpapar asapnya. Lebih dari 4.000 bahan kimia telah diidetinfikasikan dalam asap tembakau atau asap rokok. Lebih dari 40 diketahui menyebabkan kanker. Tembakau menghasilkan begitu banyak bahan kimia karena sangat tingginya suhu (sampai 900°C) yang ditimbulkan di ujung rokok yang menyala ketika dihisap oleh perokok (Crofton & Simpson, 2009).

Asap rokok di udara tidak hanya berbahaya bagi orang yang tidak merokok. Studi terbaru mengungkap bahwa perokok yang menghisap asap rokoknya sendiri dalam ruang tertutup berisiko lebih besar mengalami gangguan kesehatan terkait asap rokok. Studi menunjukkan, perokok yang menghisap 14 batang rokok sehari dan menghisap asap rokoknya sendiri karena merokok di ruang tertutup mengalami penambahan risiko yang setara dengan menghisap 2,6 batang rokok lagi. Hasil ini membantah asumsi sebelumnya yang menyatakan bahwa bahaya tambahan akibat menghisap asap rokok yang telah dihembuskan bisa diabaikan jika dibandingkan dengan risiko asap rokok yang secara langsung dihisap oleh perokok (Warner, 2010).

Dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan faal saluran napas dan jaringan paru. Pada saluran nafas, sel mukosa membesar (hipertofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasi) sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pada jaringan paru Dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan faal saluran napas dan jaringan paru. Pada saluran nafas, sel mukosa membesar (hipertofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasi) sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pada jaringan paru

Hasil penelitian Rexhepi & Brestovci tentang Influence Of Smoking And

Physical Activity tahun 2010, mengungkapkan bahwa merokok mengurangi semua nilai rata-rata tes faal paru dibandingkan dengan non-perokok. Dalam

penilaian faal paru tindakan spirometri yang paling sering digunakan. Dari hasil penelitian, Force Vital Capacity (FVC) dan Force Expiratory Volume dalam 1 detik pernafasan (FEV 1) perokok rendah lebih rendah dibandingkan non-perokok. Hasil FVC kelompok bukan perokok (5,33 L) jauh lebih baik dibandingkan dengan seorang yang perokok (FVC= 4,60 L). Hasil penelitian pengukuran FEV1 pada 100 orang laki-laki perokok di Pakistan, menyebutkan bahwa sebanyak 16% perokok mengalami gangguan obstruksi ringan (FEV1=60-80%) (Khan et. al., 2010).

Subjek penelitian-penelitian yang ada lebih sering hanya perokoknya saja dan masih jarang yang menjadikan pekerja pabrik rokok sebagai subjeknya. Padahal pekerja pabrik rokok juga secara tidak langsung terkena dampak asap rokok yang dapat menurunkan faal paru, terutama pekerja pabrik rokok bagian panel yang harus mencicipi rasa rokok sehingga mau tidak mau secara tidak langsung dirinya merokok setiap hari. Selain itu, perhatian pemerintah dan Subjek penelitian-penelitian yang ada lebih sering hanya perokoknya saja dan masih jarang yang menjadikan pekerja pabrik rokok sebagai subjeknya. Padahal pekerja pabrik rokok juga secara tidak langsung terkena dampak asap rokok yang dapat menurunkan faal paru, terutama pekerja pabrik rokok bagian panel yang harus mencicipi rasa rokok sehingga mau tidak mau secara tidak langsung dirinya merokok setiap hari. Selain itu, perhatian pemerintah dan

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana faal paru pekerja pabrik rokok ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian observasional analitik ini bertujuan untuk mengetahui faal paru pekerja pabrik rokok.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

a. Memberikan bukti secara ilmiah tentang pengaruh paparan asap rokok terhadap faal paru pekerja pabrik rokok.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faal paru pekerja pabrik rokok.

2. Manfaat Aplikatif

a. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang faal paru pekerja pabrik rokok.

asap rokok terhadap faal paru.

c. Memotivasi pengusaha pabrik rokok untuk memperhatikan dan meningkatkan pemeliharaan kesehatan para pekerja pabrik rokok.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rokok

Saat orang mengkonsumsi rokok, yang dihisap asalah asap rokok atau asap tembakaunya. Tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen – elemen dan setidaknya 200 di antaranya berbahaya bagi kesehatan (Gondodiputro, 2007). Elemen dalam rokok dapat dbagi dalam dua bentuk, yaitu gas phase dan particulate matter. Gas phase terdiri dari nitrosamin, nitrosopirolidin, hidrasi, vinilklorida, uretan, formaldehid, hidrogen sianida, akrolein, asetaldehid, nitrogen oksida, amonia, piridin dan karbon monoksida. Particulate matter terdiri dari benzopiridin, dibensakirin, dibensokarbasol, piren, fluoranten, hidrokarbon aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosamin yang tidak mudah menguap, nikel, arsen, nikotin, alkaloid tembakau, fenol, dan kresol. Keseluruhan zat ini bersifat karsinogen, iritan, dan siliotoksik (Palupi, 2004). Zat – zat beracun yang terdapat dalam asap rokok antara lain:

a. Karbon Monoksida (CO)

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3

b. Nikotin

Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0.5 – 3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada sekitar 40 – 50 nanogram nikotin setiap 1 mililiternya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Pada paru, nikotin akan menghambat aktivitas silia. Nikotin merupakan stimulator dan depressor ganglia saraf di silia (Burns, 2005).

Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon katelokamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Efek lain nikotin adalah merangsang agregasi trombosit. Trombosit akan menggumpal dan akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat CO (Gondodiputro, 2007).

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5 – 35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru – paru (Gondodiputro, 2007).

d. Kadmium

Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal (Gondodiputro, 2007).

e. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Gondodiputro, 2007). Apabila terjadi kontak antara asap amoniak dengan permukaan mukosa, maka amoniak akan bereaksi dengan air dan membentuk ikatan-ikatan alkali-amoniak hidroksid yang kuat sehingga akan terjadi perubahan permukaan mukosa. Apabila kontak dengan amoniak berjalan terus akan menyebabkan kerusakan yang berupa “liquefaction necrosis” (Winariani, 2010).

HCN merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar. HCN bersifat merusak saluran pernafasan (Gondodiputro, 2007).

g. Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna. Nitrogen oksida bereaksi dengan H 2 O di saluran nafas menghasilkan asam nitrat. Nitrat dan nitrit yang berasal dari disosiasi asam nitrit dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan dan mengganggu aktivitas surfaktan. Surfaktan adalah suatu glikoprotein dalam bronkiolus dan alveolus yang berfungsi memperkuat daya fagositosis terhadap bakteri oleh makrofag (Gondodiputro, 2007).

h. Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup (Gondodiputro, 2007).

i. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar

j. Asetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol (Gondodiputro, 2007).

k. H 2 S (Asam Sulfida)

Asam sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (Gondodiputro, 2007).

l. Piridin

Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama (Gondodiputro, 2007).

m. Metil Klorida

Metil Klorida adalah campuran dari zat – zat bervalensi satu dengan hidrokarbon sebagai unsur utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun (Gondodiputro, 2007).

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian (Gondodiputro, 2007).

o. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)

Senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki cincin dideskripsikan sebagai Fused Ring System atau PAH. Beberapa PAH yang terdapat dalam asap tembakau antara lain Benzo (a) Pyrene, Dibenz (a,h) anthracene , dan Benz(a)anthracene. Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor (Gondodiputro, 2007).

p. N- nitrosamina

N - nitrosamina dibentuk oleh nitrasasi amina. Asap tembakau mengandung 2 jenis utama N- nitrosamina, yaitu Volatile N- Nitrosamina (VNA) dan Tobacco N- Nitrosamina. Hampir semua Volatile N- Nitrosamina ditahan oleh sistim pernafasan pada inhalasi asap tembakau. Jenis tembakau VNA diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial (Gondodiputro, 2007).

Tabel 1. Unsur Asap Rokok Sigaret Fase Partikel

Hidrokarbon arsenik polinuklear

Karsinogen

Nikotin

Stimulator dan depresor ganglia, karsinogen Ko-karsinogen dan iritan

Fenol

Ko-karsinogen dan iritan

Benzo(a)piren

Karsinogen

Logam renik (nikel, polonium 210, arsen)

Karsinogen

Karbazol

Akselerator tumor

Katekol

Ko-karsinogen (Burns, 2005)

Tabel 2. Unsur Asap Rokok Sigaret Fase Gas

Senyawa

Efek

Karbon monoksida

Pengurangan transpor dan pemakaian oksigen

Asam hidrosianat

Siliotoksin dan iritan

Asetaldehid

Siliotoksin dan iritan

Akrolein

Siliotoksin dan iritan

Amonia

Siliotoksin dan iritan

Formaldehid

Siliotoksin dan iritan

Oksida dan nitrogen

Siliotoksin dan iritan

Vinil klorida

Karsinogen

(Burns, 2005)

2. Paru dan Lingkungan Kerja

Manusia hidup dalam lingkungan makro (masyarakat luas) dan lingkungan mikro (tempat kerja). Rerata waktu yang dihabiskan di tempat kerja adalah ±8 jam/hari, dimana selama ini akan dihirup ± 3500 liter udara, termasuk partikel debu atau bahan pencemar lain yang terdapat di dalamnya (Winariani, 2010).

Ialah bahan yang bisa merusak struktur anatomis organ atau tubuh dan sekaligus menyebabkan perubahan faal. Dalam lingkungan kerja, para pekerja terpapar dan menghirup noksa yang dapat berasal dari bahan baku, hasil produksi, produk sampingan, atau dari limbah (Winariani, 2010). Secara umum noksa di lingkungan kerja dibagi menjadi:

1) Debu organik

: nabati, hewani.

2) Debu inorganik : pertambangan, industri logam, keramik.

3) Gas iritan : industri petrokimia, farmasi. (Winariani, 2010)

b. Mekanisme pengendapan noksa di dalam paru

1) Inertia (kelambanan)

Ukuran partikel 2 – 100 µ. Karena ukuran partikel relatif besar, partikel sulit mengikuti aliran udara yang berkelok-kelok, sehingga mudah kontak dengan selaput lendir dan terperangkap di percabangan bronkus besar.

a) Sedimentasi (gravitasi)

Ukuran partikel 0,5 – 2 µ. Partikel umumnya akan mengendap di percabangan bronkus dan bronkioli. Gravitasi pengendapan partikel kemungkinan karena kecepatan aliran udara cukup lamban.

Ukuran partikel ± 1 µ. Akibat gerakan Brown ini, maka partikel akan kontak dengan permukaan alveoli dan mengendap.

c) Intersepsi

Panjang/diameter 3 : 1. Karena bentuknya serat, maka mudah tertahan di mukosa saluran nafas.

d) Elektrostatik

Daya tarik antara partikel – mukosa saluran nafas juga berperan dalam pengendapan mukosa. (Winariani, 2010)

c. Mekanisme pertahanan paru

1) Anatomi saluran nafas

Bentuk dan struktur saluran nafas yang berbeda-beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup mulai dari hidung, nasofaring, laring, dan percabangan trakheobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor di saluran nafas sehingga terjadi bronkokonstriksi, bersin, atau batuk yang mampu mengurangi penetrasi debu dan gas toksik ke dalam saluran nafas.

2) Lapisan cairan dan silia yang melapisi saluran nafas Lapisan ini mampu menangkap debu dan mengeluarkannya melalui gerakan yang disebut “mucociliary escalator”. Di 2) Lapisan cairan dan silia yang melapisi saluran nafas Lapisan ini mampu menangkap debu dan mengeluarkannya melalui gerakan yang disebut “mucociliary escalator”. Di

3) Mekanisme pertahanan spesifik

Yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap partikel aktif biokimiawi yang tertumpuk di saluran nafas. Sistem ini terdiri dari sistem humoral dan sistem seluler.

(Winariani, 2010)

d. Kelainan paru akibat noksa

Reaksi jaringan paru terhadap noksa berbeda-beda menurut aktifitas biologi noksa tersebut. Reaksi jaringan dapat berupa:

1) Iritasi mukosa saluran nafas yang dapat berakibat sembab

mukosa dan produksi lendir yang belebihan.

2) Peningkatan reaktivitas bronkus dengan akibat saluran nafas

menjadi lebih peka terhadap rangsangan.

3) Spasme bronkus dengan akibat peningkatan obstruksi saluran

nafas.

4) Pembentukan jaringan radang granuler yang biasanya difus

pada parenkim paru.

5) Pembentukan jaringan fibrosis.

6) Terjadinya neoplasma baik pada paru maupun pleura.

1) Kelainan ventilasi, antara lain : restriksi, obstruksi, campuran

2) Kelainan difusi

3) Kelainan perfusi

4) Gabungan ketiganya Kelainan anatomis maupun kelainan faal paru yang terjadi dapat bersifat reversibel atau menetap.

(Winariani, 2010)

3. Spirometri

Pemeriksaan spirometri adalah pengukuran volume paru statik dan dinamik menggunakan spirometer. Pemeriksaan dilakukan dengan: penderita berdiri tegak atau duduk, kemudian menghisap udara semaksimal mungkin dan meniupkannya melalui mouthpiece yang dimasukkan ke dalam mulut, dengan sekuat mungkin dan secepat mungkin sampai semua udara keluar maksimal. Pemeriksaan dilakukan sampai diperoleh tiga nilai yang dapat diterima dan diambil nilai yang terbaik (Suyono, et. al. , 2009). Ada dua macam volume paru:

a. Volume paru statis

1) Volume Tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali orang bernafas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa (Guyton & Hall, 2006).

dapat diinspirasi setelah volume tidal normal, dan biasanya mencapai 3000 ml (Guyton & Hall, 2006).

3) Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) adalah jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal, jumlah normalnya adalah sekitar 10 ml (Guyton & Hall, 2006).

4) Volume Residu (VR) yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira- kira 1200 ml (Guyton & Hall, 2006).

b. Volume dinamis

1) Volume Ekspiratori Paksa (VEP1) adalah volume ekspirasi yang kuat dalam 1 detik (Rahmawati & Azikin, 2004).

2) Maximal Voluntary Ventilation (MVV) adalah volume udara maksimal saat inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit (Mosby, 2009).

c. Kapasitas Paru

1) Kapasitas Inspirasi ialah volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udaranya (kira-kira 3500 ml) yang dapat dihirup seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum (Guyton & Hall, 2006).

(FRC) ialah volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300 ml (Guyton & Hall, 2006).

3) Kapasitas Vital (KV)/ Vital Capacity (VC) ialah volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4600 ml (Guyton & Hall, 2006).

4) Kapasitas Paru Total (KPT)/ Total Lung Volume (TLV) adalah volume maksimum di mana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa kira-kira 5800 ml. Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu (Rahmawati & Azikin, 2004) (Guyton & Hall, 2006).

5) Kapasitas Vital Paksa (KVP)/Forced Vital Capacity (FVC) ialah volume ekspirasi yang kuat dan secepat mungkin setelah inspirasi maksimal (Rahmawati & Azikin, 2004).

Dalam pemeriksaan spirometri terdapat indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan, yaitu:

1) Indikasi

a) Riwayat gejala paru: nyeri dada, batuk, dispnea, wheezing a) Riwayat gejala paru: nyeri dada, batuk, dispnea, wheezing

c) Hasil laboratorium: gas darah, radiografi toraks.

d) Progesifitas penyakit kronis: PPOK, hipertensi pulmonal, fibrosis kistik, sarcoidosis, penyakit jantung, penyakit neuromuscular, sklerosis amiotrofik lateral, Guillain-Barré syndrome, multiple sclerosis , myasthenia gravis.

e) Stratifikasi resiko pada orang dengan tindakan pembedahan

f) Evaluasi disabilitas tubuh (Barrerio & Perillo, 2004)

2) Kontraindikasi

a) Jika sebelum pemeriksaan mengalami vomitus, nausea, dan vertigo

b) Hemoptisis

c) Pneumotoraks

d) Baru saja mendapat tindakan embedahan toraks atau abdominal

e) Baru saja mendapat tindakan pembedahan mata (tekanan intraokular dapat meningkat selama pemeriksaan spirometri)

f) Baru saja mengalami infark miokard atau unstable angina

g) Aneurisma toraks (berisiko timbulnya ruptur karena peningkatan tekanan toraks)

(Barrerio & Perillo, 2004) (Barrerio & Perillo, 2004)

1) Umur

Hubungan umur dengan spirometri bervariasi, Ada 3 fase pada faal spirometri :

a) Fase pertumbuhan pada anak

b) Fase matur. Dimulai sejak pertumbuhan sampai umur 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada laki-laki. Faal paru berkorelasi secara positif sesuai umur dan tinggi badan.

c) Fase penurunan. Faal spirometri menurun pada umur > 20 tahun pada wanita dan > 25 tahun pada laki-laki.

(Rahmawati & Azikin, 2004) (Guyton & Hall, 2006)

2) Ras atau Suku

Koefisien volume paru dan aliran udara pada ras kulit hitam lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih. Ras Indiana, Pakistan, Oriental berada diantara kedua ras tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa nilai FEV1/FVC pada ras kulit hitam lebih tinggi dengan ras kulit putih (Rahmawati & Azikin, 2004).

3) Jenis Kelamin

Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 % lebih kecil daripada pria. Peningkatan morbiditas juga Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 % lebih kecil daripada pria. Peningkatan morbiditas juga

4) Pekerjaan

Selama kerja berat terjadi peningkatan aliran darah paru dan ventilasi alveolus. Kapasitas difusi oksigen meningkat pada pria dewasa muda sampai maksimum 65 ml/menit/mmHg. Tiga kali kapasitas difusi pada keadaan istirahat (Guyton & Hall, 2006).

5) Merokok

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa pada orang yang merokok, FEV1/FVC nya cenderung menurun. Karena rokok bisa merusak paru maka faal paru pun menjadi terganggu (Qosih, et. al., 2009). Hasil penelitian pada 35 orang perokok di Gresik, menunjukkan bahwa 78,3% dari mereka, merokok lebih dari 10 tahun dan mengalami penurunan fungsi paru (Imamatur, 2009).

6) Penyakit pernafasan

Seluruh penyakit pernafasan akan mempengaruhi atau menurunkan faal paru. Sehingga nilai spirometrinya pun juga akan menurun. Aliran udara akan terhambat sehingga faal paru juga akan menurun (Rahmawati & Azikin, 2004).

Jantung sangat erat hubungannya dengan paru, karena kedua organ ini tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mendukung fungsi masing- masing. Sehingga jika ada gangguan di jantung, maka juga akan terjadi gangguan faal paru. Maka hal ini, akan mempengaruhi faal paru (Rahmawati & Azikin, 2004) (Celli, et. al., 2004).

Kriteria faal paru normal berdasarkan hasil spirometri:

1) FVC 80-120% prediksi

2) FEV1 80-120% prediksi

3) FEV1/FVC > 70%

Ada beberapa kelainan atau gangguan faal paru, yaitu:

1) Obstruksi, dengan kriteria sebagai berikut:

a) FVC normal atau menurun < 80 % prediksi

b) FEV1 menurun < 80 % prediksi

c) FEV1/FVC < 70 %

2) Restriksi, dengan kriteria sebagai berikut:

a) FVC menurun < 80 % prediksi

b) FEV1 normal atau menurun < 80% prediksi

c) FEV1/FVC > 70%

3) Campuran

(Barrerio & Perillo, 2004)

Keterangan :

: berhubungan atau mempengaruhi : macam : faktor-faktor lain : paling berperan dalam penurunan faal paru

Paparan asap

rokok

Penurunan faal paru

Gangguan Restriksi Gangguan Obstruksi

Nitrogen Oksida

Amoniak

Asam hidrosianat, asetaldehid,

akrolein, formaldehid,

oksida, dan

nitrogen

Nikotin

Liquefaction necrosis

a. Peningkatan jumlah sel radang granuler dan kerusakan alveoli pada jaringan paru serta fibrosis jaringan paru

b.Mengganggu aktivitas surfaktan

Stimulator &

depresor ganglia silia

serta iritan

1. Jumlah rokok

2. Lama merokok

Siliotoksin

dan iritan

Karbon monoksida

Mengurangi

transpor

oksigen dalam darah

Campuran

Hipotesis penelitian ini adalah: Faal paru pada pekerja pabrik rokok bagian panel yang perokok lebih rendah dibanding pekerja pabrik rokok bagian non panel yang perokok di PT. Nojorono Tobacco International Kudus.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional .

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di pabrik rokok PT. Nojorono Tobacco International Kudus.

2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15, 16, dan 29 April 2011.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi : pekerja pabrik rokok di bagian panel dan bagian non panel pabrik rokok PT. Nojorono Tobacco International Kudus.

2. Sampel : 23 orang dari pekerja pabrik rokok bagian panel yang perokok, 23 orang pekerja pabrik rokok bagian non panel yang perokok.

a. Kriteria inklusi:

3) Telah merokok minimal 10 tahun

b. Kriteria eksklusi:

1) Tidak bersedia menjadi sampel penelitian

2) Mempunyai riwayat gangguan saluran nafas

3) Mempunyai riwayat penyakit paru

4) Jika sebelum pemeriksaan mengalami vomitus, nausea, dan vertigo

5) Mengalami hemoptisis

6) Mempuyai riwayat pneumotoraks dan aneurisma toraks

7) Baru saja mendapat tindakan pembedahan toraks atau abdominal

8) Baru saja mendapat tindakan pembedahan mata

9) Baru saja mengalami infark miokard atau unstable angina

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri atas sifat tertentu yag berkaitan denan karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2003). Besar sampel yang didapat menggunakan rumus :

N=

(Z α) 2 p .q 𝑑 2

(Z α) 2 = 1,96 untuk α =0,05

p= 16% (Khan, et. al., 2010) q= 1-p

: besar sampel minimal

Z : statistik z pada distribusi normal standar pada tingkat kemaknaan p

: perkiraan proporsi atau prevalensi penyakit yang akan dicari q

: 1-p

d : tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 23 orang dari masing-masing kelompok.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : paparan asap rokok.

2. Variabel terikat : nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1), Kapasitas Vital Paksa (KVP).

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan: umur, tinggi badan, lama bekerja, dan derajat merokok.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan: polusi udara.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: paparan asap rokok.

jam kerja maupun di luar jam kerja subjek penelitian. Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala ordinal.

2. Variabel terikat: nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP), Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada pekerja pabrik rokok bagian panel dan bagian administrasi.

a. Pekerja pabrik rokok bagian panel adalah pekerja yang bertugas mencicipi rasa atau kualitas rokok, sebelum rokok diproduksi secara massal. Jumlah batang rokok yang dihisap adalah 15 batang rokok per hari.

b. Pekerja pabrik rokok bagian administrasi adalah pekerja pabrik rokok selain bagian produksi.

c. Volume Ekspiratori Paksa (VEP1) adalah volume ekspirasi yang kuat dalam 1 detik setelah inspirasi maksimal.

d. Kapasitas Vital Paksa (KVP) ialah volume ekspirasi yang kuat dan secepat mungkin setelah inspirasi maksimal. Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala rasio.

3. Variabel luar:

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

1) Umur

Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang tahun terakhir saat penelitian ini dilakukan.

a) Alat ukur

: kuesioner : kuesioner

: rasio

2) Jenis kelamin Jenis kelamin adalah sifat keadaan laki-laki atau perempuan.

a) Alat ukur

: kuesioner

b) Hasil

: perempuan atau laki-laki

c) Skala pengukuran

: nominal

3) Tinggi badan Tinggi badan adalah panjang badan seseorang.

a) Alat ukur

: kuesioner

b) Satuan

: centimeter (cm)

c) Skala pengukuran

: rasio

4) Lama bekerja

Lama bekerja adalah lama waktu sampel penelitian bekerja sampai saat penelitian dilaksanakan.

a) Alat ukur

: kuesioner

b) Satuan

: tahun

c) Skala pengukuran

: rasio

5) Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan sampel merokok satu batang rokok perhari sampai tahun terakhir penelitian dilakukan. Derajat merokok dapat dihitung berdasarkan indeks Brinkman, yaitu perkalian jumlah batang rokok yang dihisap perhari dengan Kebiasaan merokok adalah kebiasaan sampel merokok satu batang rokok perhari sampai tahun terakhir penelitian dilakukan. Derajat merokok dapat dihitung berdasarkan indeks Brinkman, yaitu perkalian jumlah batang rokok yang dihisap perhari dengan

a) Alat ukur

: kuesioner

b) Hasil

: ringan, sedang, atau berat

c) Skala pengukuran

: ordinal

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan: polusi udara.

G. Prosedur Penelitian

Kelompok pekerja pabrik rokok bagian panel yang

perokok

23 orang

Pengisian kuesioner dan pengukuran tinggi

badan

Kelompok pekerja pabrik rokok bagian non panel yang perokok

23 orang

Pengukuran

VEP1 dan KVP dengan Spirometer

MIR Spirolab II

Pencatatan

hasil dan

Pengukuran VEP1 dan KVP dengan Spirometer MIR Spirolab II

Keterangan: : dilanjutkan

Pengisian kuesioner dan pengukuran tinggi badan

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Spirometer MIR Spirolab II

b. Mouthpieces

c. Nose clips

d. Alat ukur tinggi badan (meteran)

2.Bahan

a. Kuesioner

b. Alat tulis

c. Kapas dan alkohol 70%

I. Cara Kerja

1. Siapkan spirometer dan memastikan mouthpiece sudah tersambung dengan spirometer. Selanjutnya menyiapkan nose clips/penjepit cuping hidung.

2. Subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner.

3. Tinggi badan sampel penelitian diukur dengan berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, dan tanpa alas kaki. Alat pengukur tinggi badan dikalibrasi terlebih dahulu.

4. Menerangkan tujuan dan prosedur pemeriksaan spirometri kepada subjek penelitian.

penelitian.

6. Subjek penelitian diminta untuk mengikuti instruksi peneliti selama melakukan pemeriksaan.

7. Memasukkan data identitas sampel penelitian.

8. Pemeriksaan nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital Paksa (KVP):

10. Pastikan subjek penelitian pada posisi yang benar. Pasang penjepit hidung. Inspirasi semaksimal mungkin dengan cepat namun tidak dipaksa.

11. Masukkan mouthpiece dan rapatkan kedua bibir sampel penelitian.

12. Subjek penelitian menghisap udara semaksimal mungkin (inspirasi maksimal) kemudian meniup melalui mouth piece sekuat kuatnya dan secepat-cepatnya (blast exhalation) sampai semua udara dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya.

13. Subjek penelitian harus melakukan manuver secara maksimal dan betul (inspirasi maksimal, permulaan yang baik, ekspirasi yang tidak terputus/terus menerus minimal 6 detik, serta usaha yang maksimal).

14. Melakukan masing-masing pemeriksaan sampai didapatkan tiga nilai yang dapat diterima dan diambil satu nilai yang terbaik.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan uji t tidak berpasangan dengan derajat kemak naan α = 0,05. Data diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.00 for Windows .

BAB IV

Penelitian mengenai faal paru pekerja pabrik rokok pada pekerja bagian panel dan non panel PT.Nojorono Tobacco International dilaksanakan pada tanggal 15, 16, dan 29 April 2011. Dari populasi tersebut hanya 46 yang memenuhi kriteria, yaitu terdiri atas 23 pekerja bagian panel dan 23 pekerja bagian non panel. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 3. Distribusi Pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

Bulan April 2011 Berdasarkan Umur.

Umur (tahun)

Tenaga Kerja Bagian

Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Jumlah (orang)

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa umur sampel dimulai dari umur 25 tahun sampai 64 tahun. Umur tenaga kerja bagian panel paling banyak adalah 50-54

35-39 tahun dan kelompok umur 40-44 tahun.

Tabel 4. Distribusi Pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

Bulan April 2011 Berdasarkan Tinggi Badan.

Tinggi Badan

(cm)

Tenaga Kerja Bagian

Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Jumlah (orang)

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa distribusi sampel terbanyak terdapat pada kelompok tinggi badan 165-169 cm baik dari bagian panel maupun non panel. Sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok 155-159 cm.

Bulan April 2011 Berdasarkan Lama Kerja.

Lama Kerja

(tahun)

Tenaga Kerja Bagian

Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Jumlah (orang)

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa pekerja bagian panel maupun non panel paling banyak memiliki lama kerja 11-20 tahun. Rata-rata lama kerja pekerja bagian panel 20,87 tahun, sedangkan rata-rata lama kerja pekerja bagian non panel 12,74 tahun.

Tabel 6. Distribusi Pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada

Bulan April 2011 Berdasarkan Lama Merokok.

Lama Merokok (tahun)

Tenaga Kerja Bagian Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Jumlah (orang)

1-10

2 8.7 3 13.04 11-20

9 39.13 13 56.52 21-30

6 26.09 7 30.43 31-40

6 26.09 0 0 Jumlah

Tabel 7. Distribusi Pekerja PT.Nojorono Tobacco International Kudus pada Bulan April 2011 Berdasarkan Jumlah Rokok per Hari.

Jumlah Rokok per hari (batang)

Tenaga Kerja Bagian

Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Jumlah (orang)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase terbesar jumlah rokok per hari terdapat di kelompok 11-20 batang rokok per hari baik pada pekerja bagian panel maupun non panel. Rata-rata jumlah rokok per hari yang dikonsumsi pekerja bagian panel 15 batang, sedangkan rata-rata jumlah rokok per hari yang dikonsumsi pekerja bagian non panel 18 batang.

Bulan April 2011 Berdasarkan Nilai Indeks Brinkman.

Nilai

Tenaga Kerja Bagian Panel

Tenaga Kerja Bagian Non Panel

Jumlah (orang)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan nilai indeks Brinkman yang signifikan antara pekerja panel dan non panel.

Tabel 9. Distribusi Pekerja PT. Nojorono Tobacco International Kudus pada

Bulan April 2011 Berdasarkan Nilai % FVC.

Nilai

Tenaga Kerja Bagian

Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan persentase nilai % FVC pada kedua kelompok. Rata-rata % FVC pekerja bagian panel adalah 94,39 % sedangkan non panel adalah 90,83 %.

Bulan April 2011 Berdasarkan Nilai % FEV1.

Nilai

Tenaga Kerja Bagian Panel

Tenaga Kerja Non Panel

Jumlah (orang)

Jumlah (orang) (%)