Pelaksanaan Hak Berserikat di PT. PLN (Persero)

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : INDAH KURNIAWATI NIM. E0008165 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

SURAT PERNYATAAN

Nama : Indah Kurniawati NIM : E0008165

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar pustaka.Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 28 Juni 2012 Yang Membuat Pernyataan,

INDAH KURNIAWATI NIM. E 0008165

commit to user

ABSTRAK Indah Kurniawati. E0008165. 2012. PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT

DI PT. PLN (PERSERO). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) serta untuk mengetahui legalitas serikat pekerja-serikat pekerja yang berada di PT. PLN (PERSERO) termasuk legalitas dari produk hukum yang dibuat antara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja PT. PLN (PERSERO). Penelitian hukum ini juga bertujuan untuk mengetahui berbagi implikasi hukum yang ditimbulkan atas ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja PT. PLN (PERSERO).

Penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal (doctrinal reseach) bersifat preskriptif dan terapan, mempelajari dan menemukan konsep aturan hukum yang tepat dalam mengatasi problematik yuridis yang muncul pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) serta menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum yang berkaitan dengan problematik yuridis yang muncul dalam upaya terpenuhinya hak-hak yang seharusnya didapat oleh serikat pekerja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik studi kepustakaan, kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan dengan menyesuaikan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dipaparkan kemudian dianalisis untuk digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan hukum terkait pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) beserta implikasi hukumnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, problematik yuridis yang muncul dalam pelaksanaan hak berserikat di PT. PLN (PERSERO) yaitu adanya indikasi terjadinya pemberangusan hak berserikat (union busting) yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. PLN (PERSERO) dengan membentuk serikat pekerja boneka yang menggunakan atribut serikat pekerja yang telah secara sah terdaftar di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigarsi Republik Indonesia dan melakukan perundingan dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama hanya dengan serikat pekerja boneka tersebut. Berdasarkan peraturan perundang- undangan di Indonesia maka ditimbulkan implikasi hukum, baik pidana maupun privat atas tindakan manajemen tersebut.

Kata kunci : Serikat Pekerja, Hak Berserikat, Pemberangusan Hak Berserikat.

commit to user

ABSTRACT Indah Kurniawati. E0008165. 2012. IMPLEMENTATION OF RIGHTS

ASSOCIATION IN PT. PLN (PERSERO). Faculty of Law Sebelas Maret University.

Legal research aims to find out how the exercise of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) as well as to determine the legality of union labours that are in PT. PLN (PERSERO), including the legality of the laws that were made between management and union parties PT. PLN (PERSERO). Legal research is also aimed to determine the legal implications arising share the signing of the Collective Labour Agreement (CLA) between management and union parties PT. PLN (PERSERO).

This study is a doctrinal legal research (doctrinal reseach) are prescriptive and applied research, learn and find the right concept of the rule of law in dealing with emerging problematic juridical exercise of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) and set the standard procedure, the provisions, the guidelines in implementing the rule of law relating to jurisdiction which appears problematic in an effort to fulfill the rights that should be obtained by the union. Type of data used are secondary data. Secondary data sources used include primary legal materials and secondary legal materials. The technique of collecting legal materials used in this research is literature study engineering, then inventoried and classified by adjusting the problems discussed. Legal materials relating to the issues discussed, presented and analyzed for use as a basis to address legal issues related to implementation of the right of association in the PT. PLN (PERSERO) and its legal implications.

Based on the results of research and discussion, juridical problematic in the application or the right of association in the PT. PLN (PERSERO) is an indication of the suppression of rights of association (union busting) conducted by the management of PT. PLN (PERSERO) by forming a union puppet that uses attributes that unions have been legally registered in the Ministry of Labor and Transmigarsi Republic of Indonesia and negotiate the creation of the Joint Working Agreement with the union simply dolls. Under the legislation in Indonesia is caused legal implications, both criminal and private for the actions of the management.

Keywords: Trade Unions, Right to Organize, Union Busting.

commit to user

MOTTO

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka

itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-

Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)

Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

“Optimislah, jangan pernah berputus asa dan menyerah tanpa usaha. Berbaik sangkalah kepada Rabb. Dan, tunggulah segala kebaikan dan keindahan dari-

Nya.” (Dr. Aidh Al Qorni, dalam bukunya “La Tahzan”)

"Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya" (Abraham Lincoln)

Sebetulnya hidup ini sangat sederhana, tetapi kita merumitkannya. Dengan rencana yang tidak kita laksanakan, dengan janji yang tidak kita penuhi, dengan kewajiban yang kita lalaikan, dan dengan larangan yang kita langgar. (Mario Teguh)

There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle . (Albert Einstein)

Sahabat adalah mereka yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaik yg ada dalam diri kamu. Mereka yg selalu berimu semangat.

commit to user

PERSEMBAHAN

Penulisan Hukum (Skripsi) ini Penulis persembahkan untuk :

Allah SWT, Pemilik Semesta Raya, yang senantiasa memberikan anugerah yeng indah dalam kehidupan;

Ayahanda dan Ibunda tercinta; Adikku tersayang Fajar Budi Utomo;

Sahabatku Ira, Norma, Ria;

Seseorang yang kelak akan selalu ada di hatiku & menemaniku menjalani hidup;

Almamater FH UNS tercinta.

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, dengan judul : PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO).

Penulis menyadari tidak mungkin menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta seluruh Pembantu Rektor;

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, beserta seluruh Pem bantu Dekan;

3. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan hukum ini;

4. Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing pertama dengan segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan hukum ini;

5. Purwono Sungkowo Raharjo, S.H., selaku dosen pembimbing kedua dengan segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan hukum ini;

6. Rahayu Subekti, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing seminar proposal yang telah memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk kelancaran penulisan hukum ini;

commit to user

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan;

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bekal ilmu selama masa perkuliahan dan semoga dapat penulis amalkan di masa mendatang;

9. Segenap Bapak dan Ibu Karyawan bagian pendidikan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan dalam bidang akademik kepada penulis selama masa studi;

10. Sahabat-sahabat terbaikku sekaligus editor dalam pembuatan penulisan

hukum ini, Ira Oktafia Latifah, Megaria Dhiah Ambarwati, dan Norma Evita Hayati yang selalu setia menemani hari-hariku;

11. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu penyusunan penulisan hukum ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat dan dapat berguna untuk melengkapi pengetahuan kita khususnya pengetahuan hukum. Penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam penyusunan penulisan hukum ini.

Surakarta, 05 Juli 2012 Penulis,

Indah Kurniawati

commit to user

LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAN GAMBAR DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Perbedaan PKB Yang Lama Dan PKB Yang Baru ....................... 74

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal, manajemen, dan pekerja. Mereka adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dan mempunyai motivasi yang berbeda pula. Pengusaha adalah yang menanamkan modal, sehingga yang menjadi perhatian utama mereka tentulah untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Manajemen selalu ada di sana untuk melindungi kepentingan dari para pengusaha. Pada prosesnya, pekerja selalu menjadi korban eksploitasi dari pihak pengusaha. Sebagai bagian dari industri, pekerja menginginkan keadilan guna mendapatkan “kembalian hak” sebagai hasil pelaksana industri. Tentunya pekerja mempunyai kekuatan untuk menghilangkan permasalahan seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya. Tetapi secara individual pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan hak-haknya karena melawan hebatnya kombinasi antara pengusaha dan manajemen, di mana mereka mempunyai kekuasaan, uang, dan pengaruh.

Pihak pekerja harus mengetahui dan memahami bahwa sebagai perseorangan tidak akan banyak yang akan dicapai. Hanya melalui usaha mengorganisir dirinya dan kegiatan kolektif, mereka dapat secara efektif menjunjung martabatnya sebagai individu dan pekerja, menghormati perintah dari pengusaha, juga berusaha keras untuk memperbaiki dan memelihara mata pencaharian, meningkatakan pengupahan, status sosial ekonomi, kesejahteraan yang lebih baik dan hal-hal prinsip lainnya. Dalam jurnal internasional oleh

John O‟Reilly and Nate Hawthorne dijelaskan bahwa (John O‟Reilly and Nate Hawthorne, 2011 : 4) :

Industrial Unionism, on the other hand, is the idea that we need to build labor organizations connected to each other logically based on the way that the modern economy runs. By organizing unions in this way, we can

commit to user

Unionism is a set of principles that guides our work, Industrial Unionism gives us practical suggestions about how to best implement our ideas and win when we fight the bosses. Industrial Unionism is understanding how we carry out our rinciples in action. Industrial Unionism is fundamentally about how to build and exert power in the most effective way possible in the near future. Organizing along the supply chain amplifies our power: a union of agricultural workers, food processing workers, truckers, and fast food workers in one chain has more power against the employer or employers on that chain than organizing all the fast food workers in one city. Industrial Unionism builds upon the strength of workers whose jobs are related as way to win fights. We use these fights to win membership to our union and use our membership to win these fights.

Serikat pekerja/serikat buruh adalah gagasan bahwa perlu dibangun sebuah organisasi agar terhubung satu sama lain secara logis berdasarkan ekonomi modern. Dengan terbentuknya serikat pekerja/serikat buruh, dapat menguatkan posisi para pekerja dalam hal hubungannya dengan pihak manajemen perusahaan dan merupakan sarana yang paling efektif dalam penyaluran aspirasi para pekerja.

Organisasi yang dibutuhkan pekerja adalah serikat pekerja/serikat buruh, tetapi pada kenyataannya banyak pekerja tidak menyadari bahwa serikat pekerja/serikat buruh adalah hak yang melekat bagi pekerja (worker right is human right ), Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga negara tanpa memandang segala perbedaan baik ras, jenis kelamin, agama dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang digagas PBB pada tahun 1945 juga dicantumkan mengenai hak berserikat pada Pasal

commit to user

serikat pekerja/serikat buruh untuk melindungi kepentingannya. ”

Kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi juga dituangkan dalam Konvensi International Labour Organitation (ILO) Nomor

87 Tahun 1956 tentang Freedom Of Association and Protection Of The Right to Organize (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi), di mana pemerintah Indonesia telah meratifikasinya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi) yang berbunyi sebagai berikut :

1. Pasal (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi). “Para pekerja dan Pengusaha, tanpa perbedaan apapun, berhak untuk mendirikan dan menurut aturan organisasi masing-masing bergabung dengan organisasi-organisasi atas pilihan mereka sendiri tanpa pengaruh pihak lain;”

2. Pasal (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi) “Organisasi pekerja dan pengusaha tidak boleh dibubarkan atau dilarang kegiatannya oleh penguasa administratif.”

Mengacu dari regulasi tersebut, maka sudah secara jelas diatur bahwa negara menjamin adanya kebebasan untuk berserikat dan secara tegas melarang segala bentuk upaya pemberangusan hak berserikat. Kebebasan berserikat yang diinginkan oleh para pekerja dalam serikat pekerja/serikat buruh tidak diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan begitu saja, namun timbul karena adanya perkembangan gerakan buruh di Indonesia sejak zaman

commit to user

Serikat pekerja/serikat buruh. Efektif tidaknya undang-undang tersebut dalam praktek tergantung kepada posisi Organisasi buruh itu sendiri.

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh didasarkan pada Pasal 28 E Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization ) Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar- Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding Bersama. Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal. Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah dimanfaatkan oleh para aktivis perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan bermacam nama dan bermacam orientasi kepentingan. Namun secara prinsip, organisasi buruh dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.

commit to user

pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya. Sejarah telah membuktikan bahwa peranan serikat pekerja/serikat buruh dalam memperjuangkan hak anggotanya sangat besar, sehingga pekerja/buruh telah banyak merasakan manfaat organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang betul-betul mandiri (independence) dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak buruh.

Seperti halnya kasus yang terjadi di PT.PLN (PERSERO), di mana telah terjadi adanya upaya pelemahan salah satu organisasi serikat pekerja yang tidak sependapat dengan ketentuan manajemen. Serikat Pekerja PT PLN (PERSERO) atau disingkat SP PLN, adalah organisasi buruh independen yang dibangun sebagai wadah aspirasi bagi para pekerja yang berada di dalam tubuh PT PLN, yang sah dan terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja RI Nomor KEP. 385/M/BW/1999 tanggal 13 Oktober 1999 serta telah tercatat pada Kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Jakarta Selatan dengan Nomor Bukti Pencatatan Nomor 22/V/N/IV/2001 tanggal 6 April 2001. SP PLN dikenal kritis terhadap kebijakan perusahaan termasuk pemerintah, hal ini dibuktikan ketika mereka berhasil membatalkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

isinya memuat aturan unbundling dan privatisasi PLN, melalui Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi. Kekritisan ini telah disikapi dengan represi oleh managemen PLN di bawah pimpinan Dahlan Iskan. Terlebih ketika SP PLN kembali mengajukan Judicial Review tehadap Undang-Undang Ketenagalistrikan yang baru atau Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009. Segera setelah PLN di bawah Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama, SP PLN terus menerus mengalami tindakan anti serikat. Pemberangusan Serikat Pekerja PT. PLN muncul sejak akhir tahun 2009, bentuk pemberangusan serikat pekerja yang

commit to user

serikat pekerja PT. PLN menjadi Serikat boneka/tandingan, membuat Perjanjian Kerja Bersama dengan Serikat Pekerja boneka/tandingan buatan pihak management PT. PLN, melakukan mutasi Pengurus SP. PLN, Melakukan PHK, mengeluarkan ancaman-ancaman PHK serta membuat Surat Edaran ke unit-unit PLN bahwa yang diakui hanya SP buatannya, sehingga SP yang lain tidak berhak difasilitasi aktifitasnya.(Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Menolak Privatisasi PLN, Serikat Pekerja PLN Diberangus Dahlan Iskan

http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/berita/press-release/428- menolak-privatisasi-pln-serikat-pekerja-pln-diberangus-dahlan-iskan-dan- managemen-pt-pln ).

Kasus serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) ini memuncak ketika manajemen Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai Direktur Umum PT. PLN (PERSERO) justru mengakui serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) kubu lain dengan Ketua Umum Riyo Supriyanto. Padahal ketika itu, Ketua Umum serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) berdasarkan Musyawarah Besar tanggal 29-30 Mei 2007 adalah Ahmad Daryoko. Berikutnya, manajemen juga memecat Sumadi, yang ketika itu menjabat Sekretaris Jenderal serikat pekerja PT. PLN (PERSERO), serta memutasi dua pengurus daerah. Manajemen perusahaan bahkan telah berencana melakukan pengosongan ruangan serikat pekerja PT. PLN (PERSERO) di kantor pusat PLN di Jakarta. (hukumonline, SP

http://hukumonline.com/berita/baca/lt4e72e5ef30d94/sp-pln-lawan-union- busting-via-praperadilan ).

Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh akan meningkatkan posisi mereka, baik secara individu maupun keseluruhan. Serikat pekerja/serikat buruh dapat mengawasi (control) pelaksanaan hak-hak pekerja di perusahaan. Oleh karena itu, serikat pekerja/serikat buruh sangat berperan penting bagi pekerja.

commit to user

di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam penulisan hukum dengan judul “PELAKSANAAN HAK BERSERIKAT DI PT. PLN (PERSERO)”

B. Rumusan Masalah

Menurut uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Apakah pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

3. Apa implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan salah satu serikat pekerja?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk memberikan preskripsi pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO);

b. Untuk memberikan preskripsi pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PT. PLN (PERSERO);

c. Untuk memberikan preskripsi implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan salah satu serikat pekerja.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data serta informasi yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata satu dalam Ilmu hukum pada Fakultas Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta;

commit to user

pekerja/serikat buruh guna mengakomodasi kepentingan dan melindungi hak-hak para pekerja;

c. Sebagai cara untuk menerapkan serta mendalami teori dan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian merupakan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum ketenagakerjaan;

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan referensi di bidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta berguna bagi para pihak yang berkepentingan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan masukan dan gambaran bagi pemerintah serta pemerhati yang tertarik terhadap masalah pentingnya serikat pekerja/serikat buruh, khususnya tentang implementasi hak berserikat;

b. Hasil penelitian dan penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

commit to user

menganalisisnya. Metode penelitian merupakan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini merupakan jenis penelitian hukum kepustakaan, atau dikenal sebagai penelitian hukum doctrinal, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 35). Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai pelaksanaan hak serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO), utamanya pada ketersesuaian peran dan fungsi serikat pekerja dalam memenuhi hak-hak para pekerja dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti mengenai bentuk konsekuensi pengaturan kewajiban pihak manajemen atau pengusaha dalam memberikan kebebasan berorganisasi bagi para pekerjanya.

2. Sifat Penelitian Sifat dalam penelitian hukum adalah preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat prespektif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai- nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma- norma hukum. Sedangkan sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22). Sifat preskriptif dalam penelitian ini yaitu penulis akan mempelajari konsep hukum mengenai pelaksanaan hak berserikat bagi para pekerja, kemudian bentuk terapannya berupa menelaah berdasarkan aturan legislasi menurut ketentuan pada

commit to user

Buruh.

3. Pendekatan Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach). Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang dianalisis. Selanjutnya, pendekatan konseptual diaplikasikan dengan beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan- pandangan dan doktrin-doktrin yang ada, penulis akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Telaah demikian diperlukan oleh penulis karena maksud penelitian ini memang ingin diperoleh suatu analisis berkaitan dengan aspek filosofis dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari, di mana hal itu merupakan kelanjutan perkembangan dari proses isu hukum yang sebelumnya.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Untuk memecahkan memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitan yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum dan jurnal-jurnal hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 141).

commit to user

hukum primer dan sekunder. Tentunya sumber bahan hukum yang dimaksud berkaitan dan menunjang diperolehnya jawaban atas pemasalahan penelitian yang diketengahkan penulis. Mengenai jenis dan sumber bahan hukum yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

1) Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya;

2) Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil Dan Politik;

3) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang

digagas PBB pada tahun 1945;

4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia;

6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

pekerja/serikat buruh;

7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan;

8) Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan.

b. Bahan Hukum Sekunder

1) Buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan;

2) Jurnal hukum yang berkaitan dengan permasalahan;

3) Kamus hukum;

4) Artikel-artikel baik di media cetak maupun internet yang

berkaitan dengan permasalahan.

c. Bahan Hukum Tersier

commit to user

maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder yaitu kamus.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka. Studi pustaka yang dimaksud dilakukan dengan cara melakukan pengkodean atas bahan-bahan hukum baik primer maupun sekunder yang telah didapatkan. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dipaparkan, disistemisasi, kemudian dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik análisis bahan hukum yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode deduktif, yaitu cara berpikir berpangkal pada prinsip-prinsip dasar, kemudian penelitian menghadirkan objek yang akan diteliti yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap fakta- fakta yang bersifat khusus. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi (Johny Ibrahim, 2006 : 393).

Dalam penulisan hukum ini yang dimaksud fakta umum adalah konsep serikat pekerja Indonesia yang telah diakomodasi dalam Pasal 28 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sedangkan fakta khususnya adalah implikasi pelaksanaan serikat pekerja bagi para pelaku usaha di PT. PLN (PERSERO).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta untuk

commit to user

peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari

4 (empat) bab dan dalam tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. Metode penelitian terdiri atas jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, jenis dam sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum dan teknik analisis bahan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua ini membahas mengenai kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah tinjauan umum mengenai pengertian dan tata cara pendirian serikat pekerja/serikat buruh, pengaturan hak berserikat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, fungsi serikat pekerja/serikat buruh beserta hak dan kewajibannya, dan perlindungan hukum kepada pekerja atas kebebasan berorganisasi. Kerangka pemikiran berisi alur pemikiran yang hendak ditempuh oleh penulis yang dituangkan dalam bentuk skema/ bagan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan memuat hasil penelitian dan pembahasan tentang apakah pendirian serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO) sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pelaksanaan fungsi serikat pekerja di PT. PLN (PERSERO), dan implikasi hukum bagi PT. PLN (PERSERO) jika mendiskriminasikan salah satu serikat pekerja dikaitkan dengan sistem hukum positif di Indonesia yang mengatur tentang serikat pekerja/serikat.

commit to user

BAB IV : PENUTUP

Berisi simpulan-simpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran-saran yang diajukan penulis sebagai implikasi dari simpulan yang didapat.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Kepada Pekerja Atas Kebebasan Berorganisasi

Alinea ketiga dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu negara melindungi segenap bangsa dan negara Indonesia. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Setiap warga negara berhak atas penghasilan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Buruh adalah bagian dari bangsa Indonesia, sehingga berhak pula untuk dilindungi dan mendapatkan penghidupan yang layak.

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul dalam suatu wadah serikat pekerja/serikat buruh. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar yang dimiliki oleh warga negara dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia. Hak asasi manusia dalam negara hukum tidak dapat dipisahkan dari ketertiban dan keadilan. Pengakuan atas negara hukum salah satu tujuannya melindungi hak asasi manusia, berarti hak dan sekaligus kemerdekaan atau kebebasan perorangan diakui, dihormati dan dijunjung tingg. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikatakan sebagai tujuan dari negara hukum.

15

commit to user

Nomor 87 Tahun 1948 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi, telah diratifikasi dan dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998, dan Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 tentang hak berorganisasi dan berunding bersama, telah diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956. Konvensi Nomor 87 dimaksudkan secara keseluruhan untuk melindungi kebebasan berserikat terhadap kemungkinan campur tangan pemerintah. Konvensi Nomor 98 ditujukan untuk mendorong pengembangan penuh mekanisme perundingan kolektif sukarela.

Esensi pentingnya pekerja membentuk organisasi atau serikat pekerja/serikat buruh ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh. Secara eksplisit konsideran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menyebutkan, serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan, melindungi dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja/buruh beserta keluarganya, serta mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Ketentuan demikian ditegaskan kembali dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh dan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yang intinya menyatakan serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Panitia pembentuk serikat pekerja/serikat buruh dalam mendirikan serikat pekerja/serikat buruh dilindungi oleh:

a. Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul;

commit to user

Serikat pekerja/serikat yang menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota Serikat pekerja/serikat buruh. Pihak yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk

membentuk serikat pekerja/serikat buruh dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja dikenakan sanksi pidana paling singkat satu tahun dan paling lama lima tahun dan atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 dan paling banyak Rp 500.000.000,00. Hal ini diatur dalam pasal 28 jo. pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh.

Dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh tidak diatur bahwa adanya kewajiban bagi pekerja untuk meminta ijin terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum mendirikan serikat pekerja/serikat buruh. Yang diatur dalam Undang-Undang serikat pekerja/serikat buruh adalah pemberitahuan setelah serikat pekerja/serikat buruh itu mencatatkan diri ke dinas Tenaga Kerja Setempat (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh). Jika manajemen perusahaan tetap memberikan ancaman PHK jika serikat pekerja/serikat buruh terbentuk, maka hal tersebut dapat dilaporkan ke bagian Pengawasan Dinas Tenaga Kerja setempat atau kepolisian.

Salah satu tujuan penegakan hukum adalah terjaminnya hak-hak asasi manusia (HAM). Manusia mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum. Manusia adalah obyek dan subyek dalam rangka penegakan hukum tersebut. Hak asasi manusia memang menyangkut masalah di dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut hak asasi manusia individu maupun hak asasi manusia kolektif. Hak asasi manusia individu merupakan hak yang menyangkut kepentingan perorangan dan hak asasi manusia kolektif menyangkut kepentingan bangsa dan negara.

Hak hak asasi merupakan suatu perangkat asas-asas yang timbul dari nilai-nilai yang kemudian menjadi kaidah-kaidah yang mengatur

commit to user

hak-hak asasi manusia, menurut Magnis Suseno, terletak dalam kesadaran bahwa masyarakat atau umat manusia tidak dapat dijunjung tinggi kecuali setiap manusia individual, tanpa diskriminasi dan tanpa kekecualian, dihormati dalam keutuhannya (Frans Magnis Suseno, 2001 : 145).

Konsep tentang hak asasi manusia bukan merupakan hal baru bagi bangsa Indonesia. Salah satu komitmen Indonesia terhadap penghormatan dan jaminan perlindungan hak asasi manusia terkandung dalam sila kedua Pancasila, dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu

“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Selanjutnya, sejumlah Pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan perlindungan hak- hak asasi manusia yang paling utama, yaitu di bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Bahkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini dirumuskan tiga tahun sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Universal of Human Rights) 1948 dicetuskan. Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam bidang hubungan kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara tanpa memandang segala perbedaan yang ada pada diri seseorang berhak mendapatkan dan melakukan pekerjaan serta menerima imbalan secara adil.

Berdasarkan Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga negara tanpa memandang segala perbedaan baik ras, jenis kelamin, agama

commit to user

memanfaatkan organisasi tersebut guna kepentingannya secara adil dengan memperoleh perlindungan akan kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

HAM dan demokrasi memiliki kaitan yang sangat kuat. Demokrasi memberikan pengakuan lahirnya keikutsertaan publik secara luas dalam pemerintahan. Dalam perkembangan sejarah awal demokrasi, desakan ke arah hadirnya peran serta publik mencerminkan adanya pengakuan kedaulatan. Aktualisasi peran publik dalam ranah pemerintahan memungkinkan untuk terciptanya keberdayaan publik. Adapun HAM memberikan perluasan otoritas bagi manusia untuk diakui dan dilindungi sebagai makhluk yang bermartabat. Perlindungan dan pemenuhan HAM melalui rezim yang demokratik berpotensi besar untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. (Majda El Mhtaj, 2008 : 45).

Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 deklarasi PBB tentang hak asasi manusia 1948, Pasal 23 menentukan : (Bahder Johan Nasution, 2004 : 100-101)

a. Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilihan pekerjaan secara bebas, atas kondisi-kondisi kerja yang adil dan menguntungkan serta atas perlindungan dari pengangguran.

b. Setiap orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.

c. Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan yang adil dan menguntungkan yang menjamin suatu eksistensi yang layak bagi martabat manusia untuk dirinya sendiri dan keluarganya, dan dilengkapi, manakala perlu oleh sarana perlindungan sosial lainnya.

d. Setiap orang berhak untuk membentuk dan bergabung ke dalam serikat buruh guna melindungi kepentingan-kepentingannya.

Peraturan hukum di Indonesia serikat pekerja/serikat buruh diatur dan dibentuk berdasarkan :

a. Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya;

commit to user

c. Piagam dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (4);

d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 98 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar Dari Hak Untuk Berorganisasi Dan Untuk Berunding Bersama;

e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh;

g. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

h. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI);

i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Convention (Number 87) Concerning Freedom Of Association And Protection Of The Right To Organise (Konvensi Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi); j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP- 201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat pekerja/serikat buruh; k. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP- 16/MEN/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat pekerja/serikat buruh;

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, membagi serikat pekerja/serikat buruh itu menjadi serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan dan serikat pekerja/serikat buruh di luar perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh,

commit to user

pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang bekerja di luar perusahaan.

Selanjutnya serikat pekerja/serikat buruh itu dapat membentuk federasi serikat pekerja/serikat buruh maupun konferensi serikat pekerja/serikat buruh. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh, konferensi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan federasi serikat pekerja/serikat buruh.

Pekerja yang ada di suatu perusahaan dapat bergabung membentuk serikat pekerja/serikat buruh. Antara serikat pekerja/serikat buruh yang ada di beberapa perusahaan dapat bergabung membentuk federasi serikat pekerja/serikat buruh. Beberapa federasi serikat pekerja/serikat buruh selanjutnya dapat membentuk konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

2. Tinjauan Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

a. Pengertian Serikat pekerja/serikat buruh

Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah bagi buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul dalam suatu wadah Serikat Pekerja/Buruh. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta menyampaikan pendapat merupakan hak dasar yang dimiliki warga negara dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat. Hak-hak yang dimiliki manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan bukan karena pemberian masyarakat atau negara disebut hak asasi manusia (Frans Magnis Suseno, 1999 : 73).

Upaya pemerintah untuk memberikan jaminan kebebasan berserikat dan berkumpul bagi buruh selanjutnya dituangkan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh. Hak berserikat dan berkumpul mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Terdapat norma perlindungan hak berserikat yang dituangkan dalam

commit to user