ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HNP

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,
atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau
kambuh ( Doenges, 1999).
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi
kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus
Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % .
Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah
pada saat melakukan aktiftas seperti duduk lama, membungkuk,
mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan
mengejan.

Rose

dan

Engstorm


menyebutkan

bahwa

nyeri

yang

bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh
peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter.
Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa
nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.
Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada
anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus
dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus
sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan
infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan
kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus
pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae

bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal yang
mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian dari HNP ?
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari HNP ?

Page
1

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian dari HNP ?
2. Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari HNP ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus pulposus keluar

menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna
vertebralis pada diskus intervertebralis/diskogenik.
Protrusi atau ruptur nukleus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang
terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein dalam polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
anulus melemahkan pertahanan pada harniasi nukleus. HNP terjadi kebanyakan karena
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervertebralis
sehinggah menimbulkan robeknya anulus fibrosus.
Pada kebanyakan klien, gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada
generasi diskus, kapsul mendorong ke arah medula spinalis, atau mungkin reptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal
saat muncul dari kolumna spinal.

B. PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Oleh karena
adanya gaya traumatis yang berulang, robekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan
radial. Jika hal ini telah terjadi, maka risiko herniasi nukleus pulposus hanya menunggu
waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya

traumatis ketika hendak menegakkan badan waktu terpleset, mengangkat benda berat, dan
sebagainya.

Page
2

Penonjolan (herniasi) nukleus pulposus dapat ke arah korpus vertebra di atas atau
dibawahnya. Dapat juga menonjol langsung ke kanalis vertebralis. Penonjolan sebagai
nukleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radial pada anulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang
mendasari low back pain subkronik atau kronik yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai iskialgia atau skiatika. Penonjolan nukleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan
arteria

radikularis

berada


dalam bungkusan dura. Hal
itu

terjadi

kalau

tempat

penjebolan di sisi lateral. Jika
tempat herniasinya di tengahtengah, tidak ada radiks yang
terkena. Selain itu, karena
pada tingkat L2 dan terus ke
bawah sudah tidak terdapat
medula spinalis lagi, herniasi
di garis tengah tidak akan
menimbulkan kompresi pada
kolumna

anterior.


Setelah

terjadi

hernia

nukleus

sisa

diskus

pulposus

intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tampa
ganjalan.
HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada
rasa nyeri yang terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah abtra bokong dan betis,

belakang tumit, dan telapak kaki. Di tempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan
ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiles negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa
nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian
lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela
negatif. Sensabilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.

Page
3

C. ANAMNESIS
Anamnesis pada HNP meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis. HNP terjadi pada
usia pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas
berat (mengngkat barang berat atau mendorong benda berat).
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada
punggung bawah. Untuk lebih lengkap pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.

o Provocking Accident. Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong
benda berat)
o Quality and Quantity. Sifat nyari seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemang yang terus-menerus.
o Region, Radiating, and Relief. Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri
dengan tepat sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
o Scale of Pain. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri.
o Time. Sifatnya akut, subakut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,
hilang timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang berat.
Pengkajian yang didapat, meliputi keluhan paraparesis falasid, parestesia, dan retensi
urin. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di tengah-tengah abtra bokong dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau
bual bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronik, yang juga dapat
menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhan hampir mirip dengan keluhan
nyeri HNP sangat diperlukan agar penegakan masalah klien lebih komprehensif dan

memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan selanjutnya.

Page
4

4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita TB tulang,
osteomalitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis) yang sering
berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus(HNP).
Pengkajian lainnya untuk mendengar adanya riwayat hipertensi, riwayat
cedera tulang belakang sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung yang berguna
sebagai tindakan lainnya untuk menghindari komplikasi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami hipertensi dan diabetes
melitus.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berguna untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehariharinya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah dampak yang timbul pada
klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan, rasa cemas, rasa ketidak

mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak
bawah memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien mengalami gangguan
tulang belakang dan HNP. Semakin lama klien menderita paraparese bermanifestasi
pada koping yang tidak efektif.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan hipotensi
yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
2. B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya didapatkan: pada inspeksi,
ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak napas, dan frekuensi pernapasan normal.
Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi, terdapat suara resonan
pada seluruh lapang paru. Auskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan.

Page
5


3. B2 (Blood)
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya nadi kualitas dan
frekuensi nadi normal, dan ada auskultasi tidak di temukan bunyi jantung tambahan.
4. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di
bandingkan pengkajian pada sistem lainnya
5. Keadaan Umum
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya ungulus, pelvis
miring/asimetris, muskulatur paravetrebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai
yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama
bergerak
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat keterjagaan klien biasanya compos mentis.
7. Pengkajian Fungsi Serebral
Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien yang telah lama menderita HNP biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
8. Pengkajian Saraf Kranial
Penkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
o Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
o Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
o Saraf III,IV, dan VI. Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isekor.
o Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak di dapatkan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
o Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
o Saraf VIII. Tidak di temukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
o Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik
o Saraf XI. Tidak ada otrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
o Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi tidak ada fasikulasi.
Indara pengecapan normal

Page
6

9. Pengkajian Sitem Motorik
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungaki bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan
gerakan. Atrofi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan anggota
tubuh kanan kiri. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.

Page
7

10. Pengkajian Refleks
Refleks achiles pada HNP lateral L 4-5 negatif, sedangkan refleks lutut/patela pada
HNP di L 4-5 negatif
11. Pengkajian Sistem Sensorik
Pemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda dan sensai getaran (vibrasi) untuk
menentukan dermatom yang tergaggun sehingga dapat ditentukan pula radiks mana
Page
8

yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau cermat
sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi di mulai dari area nyeri yang ringan ke
arah yang paling terasa nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusi syaraf
skhiatik. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring keduduk, nyeri mulai dari bokong dan
terus menjalar kebagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri berambah
hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pingggang batuk atau mengejang,
berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang jika berbaring.
Penderita sering mengeluh kesemutan (parestisia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat. Nyeri bertambah jika
ditekan daerah L5-S1(garis antara dua krista liraka).
Pada percobaan laseque test atau test mengangkat tungkai yang lurus (straight
leg raising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi pinggul,
akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang (tanda laseque positif).
12. B4 (baladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karekteristik urine, termasuk berat
jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi pada ginjal
13. B5 (bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adannya mual dan asupan nutrisi yang kurang.
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut
atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.

14. B6 (bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri,
kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.

Page
9

o Look. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus,
pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang
asimetris, dan postur tungkai yang abnormal.
o Feel. Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi
kelateral atau antero-posterior. Palpasi dari area dengan rasa nyeri ringan
kearah yang paling terasa nyeri.
o Move. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan
punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak.

E. PENGKAJIAN PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi konservatif
 Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, yaitu tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi punggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak
boleh memakai pegas sehingga tempat tidur harus dari papan yang lurus dan
ditutup dengan lembara busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri
punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring bergantung pada berat
ringannya ganguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu
paling

lama.

latihan/dipasang

Setelah
korset

berbaring
untuk

dianggap

mencegah

cukup

terjadinnya

maka

dlakukan

kontraktur

dan

mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

 Medikamentosa
o Simtomatik
o Kausa; kolagen
 Fisioterapi
Biasannya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
2. Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan jika dengan tindakan konservasi tidak memberikan hasil
yang nyata, kambu berulang atau terjadi defisit neurologis.
3. Rehabilitasi

Page
10

Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak menggantungkan
diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
serta klien tdak mengalami koplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan
sebagainnya.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen foto lumbosakral
Tidak dapat didapatkan kelainan. Kadang-kadang didapatkan artrosis, menunjang
tanda-tanda devormutas vertebra, penyempitan diskus intervertibralis

2. MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Jika secara klinis tidak
didapatkan pada MRI maka pemeriksaan CT scan dan mielogram dengan kontraks
dapat dilakukan untuk melihat drajat gangguan pada diskus vertebralis.
3. Mielografi
Mielografi merupakan pemeriksaan dengan bahan kontraksi melalui tindakan lumbal
fungsi dan penyinaran dengan sinar. Jika diketahui adanya penyumbatan hambatan
kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi
terhadap organ lain dari cedera tulang belakang.

G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan penyempitan saraf pada diskus intervertebralis,
tekanan di area distribusi ujung saraf
2. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan
atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai.
3. Gangguan

ADL

yang

berhubungan

dengan

kelemahan

fisik

umum,

himepereses/hemiplagia
4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lam
5. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis kondisi sakit, program
pengobatan, tirah baring lama.

Page
11

H. PERENCANAAN
Sasaran pada klien in meliputi nyeri yang berkurang dan kemandirian dalam melakukan
aktivitas fisik.
NYERI AKUT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPRESI SARAF TEKANAN
DI DAERAH DISTRIBUSI UJUNG SARAF
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang atau beradaptasi.
Keiteria: secara subjektif melaporka nyeri berkurang atau dapat beradaptasi. Dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah.
Skala 0-1 atau teradaptasi.
INTERVENSI
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4.

RASIONAL
Nyeri merupakan respons subjektif yang
bisa dikaji dengan menggunakan skala
nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di

atas tingkat cedera.
Bantu klien dalam identifikasi faktor pencetus. Nyeri dipengaruhi

oleh

kecemasan,

ketegangan, suhu, distensi kandung kemih,
dan berbaring lama.
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pendekatan
dengan
pereda nyeri nonfamakologi dan noninvasif.

menggunakan

relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam

Ajarkan

relaksasi:

teknik-teknik

mengurangi nyeri.
untuk Akan melancarkan

peredaran

darah,

menurunkan ketegangan otot rangka, yang sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan
dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga terpenuhi, sehingga akan mengurangi
tingkatkan relaksasi masase.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

nyerinya
Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-

hal yang menyenangkan.
Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa Istirahat akan merelaksasi semua jaringan
nyeri dan berikan posisi yang nyaman; misal sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
waktu tidur, belakangnya dipasang bantal
kecil.
Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab Pengetahuan

yang

akan

dirasakan

nyeri dan menghubungkan beberapa lama membantu mengurangi nyerinya dan dapat
nyeri akan berlangsung.

membantu

mengembangkan

kepatuhan

klien terhadap rencana terapeutik.
Observasi tingkat nyeri dan respons motorik Pengkajian
yang
optimal

Page
12

akan

klien, 30 menit setelah pemberian obat memberikan perawat data yang objektif
analgetik atau mengkaji efektivitasnya dan untuk mencegah kemungkinan komplikasi
setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan dan melakukan intervensi yang tepat.
selama 1-2 hari.
Kolaborasi denaga dokter, pembrian anlgetik.

Analgetik

memblok

lontasan

n.yeri,

sehingga nyeri akan berkurang

HAMBATAN

MOBILITAS

FISIK

YANG

BERHUBUNGAN

DENGAN

KERUSAKAN NEUROMOSKULAR
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemapuannya.
Kriteria: klien dapat ikut serta dalam progran latihan. Tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara melakuka aktifitas
teratur fungsi motorik.
Ubah posisi klien setiap 2 jam

Menurunkan

resiko

terjadinya

iskemia

jaringan akibat sirkulasidarah yang jelek
pada daerah yang terkenah.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
gerak aktif pada ekstrmitas yang tidak sakit.

kekuatan otot serta memperbaiki fungsi

jantung dan pernaapasan
Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang Otot volunter akan kehilangan tonus dan
sakit.

kekuatannya

bila

tidak

dilatih

untuk

digerakkan.
Inspeksi kulit bagian diatas setiap hari. Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
Pantau kulit dan membran mukosa terhadap hilangnya sensasi isiko tinggi kerusakan
iritasi, kemerahan, atau lecet.

integritas kulit kemungkinan komplikasi

imobilisasi.
Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
perawatan dari sesuai toleransi
kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Peningkatan kemampuan dalalam mobilisasi
latihan fisik klien

ekstremitas

dapat

ditingkatkan

latihan fisik dari tim fisioterapis.

Page
13

dengan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus pulposus keluar
menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna
vertebralis pada diskus intervertebralis/diskogenik.
Pada tahap pertama robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Oleh
karena adanya gaya traumatis yang berulang, robekan itu menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. Jika hal ini telah terjadi, maka risiko herniasi nukleus pulposus hanya
menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti
gaya traumatis ketika hendak menegakkan badan waktu terpleset, mengangkat benda berat,
Page
14

dan sebagainya. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. Anamnesis pada HNP
meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.

B. SARAN
Demikianlah penulisan makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa isi dalam makalah ini
belum bisa dikatakan sempurna atau lengkap, tetapi kiranya bermanfaat bagi para
pembaca. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki penulisan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arief. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
http://docslide.blogspot.com/2014/02/askepHNP.html

Page
15

DAFTAR KATA SULIT
Herniasi : Penonjolan sebagian organ atau jaringan melalui lubang yang abnormal
Nukleus : Bagian pusat tubuh atau objek
kanalis spinalis :
anulus fibrosis :
patologik di kolumna :
vertebralis :
diskus intervertebralis/diskogenik :
Protrusi atau ruptur nukleus :
Degeneratif :

Page
16

Polisakarida :
Sakus :
Reptur :
kolumna spinal :
sirkumferensial :
Radial :
Gaya presipitasi :
korpus vertebra :
nodus schmorl : foto rontgen polos
paraparesis : paralisis parsial ekstremitas bawah
parestesia : perasaan sakit atau perasaan yang menyimpang

Page
17