01 Sejarah Koperasi di Indonesia dan Dun (2)

Sejarah Koperasi
Pengetahuan tentang sejarah koperasi semenjak situasi yang menyebabkan kelahiran
koperasi yang pertama kali didirikan (Rochdale) sampai saat ini, sangat penting untuk
disimak. Terutama apabila kita ingin mengetahui kondisi-kondisi yang:
- memungkinkan berdirinya koperasi,
- memungkinkan berhasil dan berkembangnya koperasi serta
- memungkinkan gagalnya koperasi.
Sejarah koperasi di berbagai negara dapat menceritakan berbagai keadaan yang
memperlihatkan gagal atau suksesnya koperasi.

A. Situasi Menjelang Kelahiran Koperasi Rochdale
Dapat dikatakan bahwa meskipun koperasi nantinya dapat berubah menjadi sebuah
sistem ekonomi, namun pada dasarnya koperasi lahir sebagai akibat dari adanya situasi
ekonomi yang terkondisi oleh suatu sistim ekonomi, dalam hal ini adalah kapitalisme.
Suatu sistem ekonomi yang lebih menyenderkan dirinya pada kapital. Kapital menjadi
sangat penting dalam sistim ekonomi yang berlaku, sedemikian sehingga segala sesuatu
selalu dibandingkan dan diperhitungkan berdasarkan kapital. Dalam keadaan sedemikian
ini, manusia menjadi tidak bermakna sama sekali. Jelas saja, manusia dapat sakit, kapital
tidak. Manusia mempunyai kebutuhan lain selain sebagai input produksi, sedangkan
kebutuhan kapital ya hanya sebatas untuk produksi. Oleh karena itu manusia sering
melawan keadaan yang dianggapnya tidak adil, di sisi lain kapital paling-paling rusak bila

dipakai “over-burden”.
Sebagai akibatnya nilai manusia dari aspek produksi dan dari sudut kapitalis menjadi
inferior dalam persaingannya dengan kapital. Dalam keadaan seperti ini, pengusaha akan
selalu berusaha untuk mengurangi pemakaian tenaga kerja manusia. Pengusaha dalam
hal ini kapitalis akan mengutamakan mesin atau kapital lainnya. Kedudukan buruh
menjadi terjepit dan dalam menghadapi para pengusaha mereka tidak dapat berbuat apaapa.
Di sinilah timbul pikiran positif dari para buruh. Mereka akan selalu berusaha untuk
bekerja dengan baik, berusaha untuk tidak membolos, karena perbuatan ini akan dapat
menjadi alasan bagi para pengusaha untuk memecat mereka. Untuk dapat melaksanakan
hal tersebut sekaligus juga agar tetap dapat melaksanakan tugas keluarga seperti
berbelanja misalnya, mereka melakukannya secara bersama-sama dan bergantian
dengan teman-temannya. Mungkin tanpa diduga, usaha ini menimbulkan keuntungan
ganda. Selain mereka tetap dapat masuk kerja dengan baik, mereka akhirnya juga
menyadari bahwa melakukan pembelian bersama, ternyata barang mejadi lebih murah.
Hal ini mungkin merupakan akibat dari:
a. Pembelian bersama merupakan pembelian dalam jumlah besar, sehingga biaya per
unitnya menjadi lebih kecil.
b. Pembelian bersama mengurangi kesempatan terjadinya persaingan antar pembeli.
c. Pembelian bersama akan menurunkan biaya transportasi baik untuk mengangkut
barang maupun untuk transportasi si pembeli.

Lebih jauh, kegiatan pembelian bersama tersebut ternyata memperluas wawasan mereka
terhadap sumber atau pemasok barang yang lebih besar lagi, misalnya dengan membeli
bersama-sama volume pembelian mereka cukup untuk melakukan pembelian secara
grosir, atau bahkan dapat membeli langsung ke pabrik atau produsennya. Hal ini jelas
akan lebih menguntungkan para buruh tersebut. Namun lebih daripada itu, para buruh
mulai terbuka pikirannya. Ternyata dalam situasinya yang terpojok oleh persaingan
dengan kapital, mereka masih mempunyai daya, masih mempunyai kekuatan, bilamana
saja mereka mau bersatu, mau bekerjasama. Jadi kuncinya adalah kerjasama. Kerjasama
merupakan dasar dari koperasi.

1

Namun demikian, tidak pula dapat dilupakan bahwa semenjak kelahiran dan kemudian
pertumbuhannya, koperasi sangat banyak didorong oleh pemikiran-pemikiran yang
dipelopori oleh aliran-aliran sosialis. Ada dua alasan mengapa pertumbuhan koperasi
sangat dipengaruhi pemikiran sosialis:
1. Motif utama sistim kapitalis, yang pada waktu itu berkuasa di banyak negara di
Eropa, adalah memperoleh laba sebesar-besarnya. Sebagaimana telah dinyatakan
di atas, sistim kapitalis sangat memberatkan kaum buruh. Dan gerakan sosialis
berusaha untuk melenyapkan penderitaan ini. Di lain pihak Koperasi membentuk

suatu dasar bagi organisasi kemasyarakatan (sosial) yang berbeda dengan bentuk
cita-cita sistim kapitalisme. Kesempatan inilah yang memberikan peluang kepada
sosialisme untuk mempunyai pengaruh dalam koperasi.
2. Gerakan sosialis menganggap koperasi sebagai cara praktis kaum buruh
melepaskan diri dari penindasan kaum kapitalis. Oleh karenanya, maka gerakan
sosialis sangat menganjurkan berdirinya koperasi.
Akan tetapi, meskipun sangat disemangati oleh pemikiran sosialis, koperasi justru dapat
lebih berkembang dengan baik di negara-negara demokrasi yang sebenarnya juga
kapitalis itu. Hal ini disebabkan karena di negara-negara ini,
-

koperasi dapat melahirkan bibit-bibit yang baik (sebagai akibat dari adanya
tekanan-tekanan terhadap buruh, timbullah kesadaran untuk bekerjasama)

-

sekaligus juga mendapat pupuk yang pas (yang berupa kebebasan berpikir dan
bertindak)

B. Peristiwa-peristiwa di Inggris menjelang lahirnya koperasi

Sebagai akibat dari ditemukannya mesin uap oleh James Watt dan pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan lainnya, di Inggris pada pertengahan abad XVIII dan kemudian
dilanjutkan pada abad XIX, terjadi Revolusi Industri. Banyak pekerjaan yang semula
dikerjakan oleh tenaga manusia, digantikan dengan tenaga mesin. Dari segi produksi,
muncullah pabrik-pabrik. Timbullah persaingan antara tenaga manusia dengan mesin.
Dapat diperkirakan bahwa dalam persaingan tersebut tenaga manusia akan mengalami
kekalahan dan mesin muncul sebagai pemenang. Para pemilik lebih mengutamakan
penggunaan tenaga mesin daripada tenaga manusia, karena penggunaan tenaga mesin
mempunyai berbagai macam keunggulan. Mesin tidak mempunyai tuntutan selain bahan
bakar dan kebutuhan penggerak mesin lainnya, mesin juga tidak mengenal jam kerja dan
dapat dioperasikan kapan saja, mesin dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas,
dll. Dari meluasnya penggunaan mesin dalam pabrik-pabrik ini, pada para pemilik pabrik
timbullah cara berpikir yang lebih kapitalistis, yaitu cara berpikir yang sangat
mengutamakan kapital. Para pemodal atau para kapitalis ini kemudian mempergunakan
dengan sebaik-baiknya penemuan-penemuan baru, untuk memperkuat kedudukan
ekonominya. Sistim ekonomi kapitalis ini dalam mencari keuntungan yang sebesarbesarnya mengacu kepada kebebasan individu, menimbulkan pemerasan oleh manusia
atas manusia lainnya atau yang kemudian disebut sebagai homo homini lupus atau
manusia adalah serigala bagi manusia lain. Hal ini berarti bahwa dalam sistim kapitalis,
hanya sebagian kecil manusia dapat mengembangkan kemakmuran dirinya, sebagian
besar manusia lainnya hidup dalam kemiskinan yang semakin luar biasa.

Akibat-akibat yang timbul sebagai akibat dari revolusi industri adalah:
1. Perbedaan kemakmuran antara kaum kapitalis (pemilik pabrik) dengan kaum
buruh semakin besar.
2. Agar dapat bersaing dengan mesin, jam kerja buruh semakin panjang.
3. Pengoperasian mesin-mesin tidak seberat dengan tenaga sehingga selain
penggunaan buruh dapat ditekan, pemecatan juga terjadi sebagai akibat dari
pengoperasian mesin dapat dilakukan oleh wanita dan anak-anak berumur di
bawah 10 tahun.

2

4. Harga mesin yang relatif mahal
perusahaan-perusahaan besar.

mengakibatkan

semakin

bertumbuhnya


Keempat hal di atas berarti bahwa revolusi industri mengakibatkan kehidupan buruh
menjadi semakin merana. Namun selain itu revolusi industri masih mempunyai dampak
lain yaitu:
- Hancurnya tatanan lama dalam pergeseran urutan pentingnya faktor produksi
serta kepemilikan faktor produksi. Dulu faktor produksi tanah atau alam yang
dimiliki oleh para tuan tanah (kaum feodal) merupakan faktor produksi terpenting.
Kini faktor produksi kapital yang dimiliki oleh kaum kapitalis menjadi lebih penting.
- Revolusi industri juga menjadi penyebab timbulnya sistim pemikiran yang saling
bertentangan, bahkan sampai saat ini, yaitu kapitalisme yang mendasarkan diri
pada liberalisme di satu pihak dan sosialisme di pihak lain.
Lahirnya sistim-sistim pemikiran ini dimulai dari terbitnya buku karangan Adam Smith,
yang kemudian dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi: “An Inquiry into the nature and
causes of the wealth of nations” (1776). Dalam buku ini terkenal ungkapan Laisser faire
lazer passer, yang kurang lebih bermakna biarkanlah semuanya berjalan sendiri
sebagaimana mustinya, tidak perlu ada campur tangan. Selain itu, dalam buku ini juga
tertulis tentang The invisible hands yaitu tangan-tangan yang tak terlihat yang akan
mengatur keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan barang. Masalahnya buku ini
tidak memuat penanganan korban-korban yang timbul sebagai akibat dari kemelut
terjadinya perubahan fundamental dari sistim feodal menuju sistim kapitalis.
Wacana atau pemikiran Adam Smith ini didukung oleh Thomas Robert Malthus dalam

bukunya “An essay on the principle of population as it affects the future improvement of a
society” (1798). Dalam buku ini dikemukakan bahwa tanpa intervensi manusiapun
keseimbangan kebutuhan dan pasokan pangan oleh manusia akan tercapai dengan
sendirinya, meskipun dengan pengorbanan di pihak manusia misalnya berupa kelaparan,
penyakit dan lain-lain. Buku ini sebetulnya sudah memberikan sumbangan kemajuan
karena bagaimanapun juga dalam buku ini telah ditunjukkan mekanisme yang akan
menjadi jalan bagi terjadinya keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan pangan.
Timbulnya wacana tentang kapitalisme, menimbulkan wacana baru yaitu ekonomi politik.
Meskipun belum seterus terang John Meynard Keynes, namun wacana ini telah bicara
mengenai campur tangan pemerintah antara lain melalui perpajakan. Tokoh-tokoh wacana
ini adalah:
- David Ricardo, dengan bukunya: The Principle of Political Economy and Taxation.
(1817) dan
- John Stuart Mill, dengan bukunya: The Principles of Political Economy (1848)
Wacana campur tangan negara tersebut kemudian berkembang menuju masyarakat
sosialis. Sebenarnya, sosialisme muncul sebagai reaksi atas akibat dari kapitalisme pada
industri modern. Robert Owen (1771-1858), dianggap sebagai pendiri sosialisme Inggris.
Ia pulalah orang Inggris yang pertama-tama mempergunakan istilah sosialisme.
Robert Owen dilahirkan dari keluarga miskin pada tahun 1771. Pada waktu berumur 9
tahun ia keluar dari sekolah untuk kemudian magang kerja pada seorang pedagang kain.

Dari keuletannya bekerja, kemudian ia mampu membeli sebuah pabrik di New Lanark,
suatu daerah yang kotor. Tetapi satu tahun kemudian ia sudah berhasil mengubah
masyarakat New Lanark dan menciptakan pemandangan yang bersih, dengan rumahrumah buruh yang rapi. Owen memperjuangkan penurunan jam kerja buruh serta
penghapusan pemakaian tenaga kerja anak-anak di pabrik-pabrik.
Sebagai seorang sosialis utopis, ia mencita-citakan reorganisasi sosial dengan
menganjurkan agar masalah kemiskinan dipecahkan dengan cara menjadikan orangorang miskin, produktif. Untuk mencapai cita-citanya itu, ia menganjurkan didirikannya
village of cooperative, atau desa gotong royong. Di desa tersebut, antara 800-1200 orang

3

yang sebagian besar terdiri dari petani dan buruh pabrik, bekerja secara swa-sembada.
Karena itu usaha Owen ini juga disebut sebagai self supporting home colony.
Cita-cita Robert Owen menjadikan sistem masyarakat sosialis kurang mendapat sambutan
dari masyarakat feodal dan kapitalis di lingkungannya, karena mereka menganggap
rencana tersebut sebagai ancaman atas posisi mereka. Akibatnya Owen pindah ke
Amerika untuk mempromosikan idenya itu, tetapi di sanapun ia mengalami kegagalan dan
pulang ke Inggris. Ia kemudian mendirikan gerakan moral yang luas dan dimulai dari
kalangan buruh, dengan sebutan: The Grand National Moral Union of The Productive and
Usefull Classes. Umumnya, pimpinan-pimpinan serikat buruh bernaung di bawah panji
“the grand national” tersebut. Dalam bukunya yang berjudul “A New View of Society”,

Owen menyatakan bahwa kejahatan-kejahatan dalam masyarakat bukan disebabkan oleh
jeleknya moral mereka tetapi lebih disebabkan oleh keadaan. Ia yakin bahwa kejahatan
dan kebejatan moral merupakan akibat dari keadaan sosial dan ekonomi yang jelek.
Pendidikan dalam suatu lingkungan yang baru akan dapat menghasilkan manusiamanusia rasional, bersungguh-sungguh, hidup teratur dan rajin.
Pada tahun 1821, Owen, sebagaimana tertera dalam laporannya kepada kota kotapraja
Lanark, menyatakan bahwa seharusnya yang digunakan sebagai dasar perhitungan yang
adil dalam tukar menukar barang adalah tenaga buruh dan bukan uang. Oleh karenanya
buruh berhak untuk menerima seluruh hasil produksinya.
Pada tahun 1832 di Gray’s Inn Road, London, Robert Owen mendirikan equitable labour
exchange. Melalui equitable labour exchange ini, diharapkan buruh dapat menjual barangbarang yang harganya dihitung berdasarkan jam kerja yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk menghasilkan barang yang dijual. Ini berarti akan tercipta suatu standar ukuran
baru atas nilai suatu barang, sebagai pengganti uang, yang disebut sebagai labour notes.
Untuk beberapa waktu, usaha ini menunjukkan keberhasilan, banyak pedagang yang mau
menerima labour notes. Tetapi pada akhirnya toh mengalami kegagalan. Sebab-sebab
kegagalan ini adalah:
1. Untuk menghasilkan barang yang sama, seorang buruh membutuhkan waktu kerja
yang berbeda dengan buruh yang lain.
2. Labour notes sulit dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai hasil pekerjaan
intelektual
3. Adanya kemunduran dari serikat-serikat pekerja pada pertengahan tahun 1830-an.

Pada tahun 1833, secara resmi mulailah gerakan kaum buruh di Inggris, Tujuannya bukan
hanya untuk memperjuangkan hak-hak buruh, seperti masalah jam kerja dan kenaikan
upah, tetapi lebih luas dari itu, yaitu ingin mengubah sistim sosial masyarakat. Meskipun
Robert Owen gagal dalam mengembangkan cita-cita village cooperation dan usaha
menciptakan labour notes tetapi masyarakat menilai Owen telah berhasil menciptakan
iklim kerjasama (cooperation) di kalangan masyarakat sebagai pengganti iklim persaingan
(competition) yang merupakan iklim yang mendominasi era revolusi industri.
Robert Owen sendiri lebih tepat dikatakan sebagai pejuang bagi kaum buruh daripada
sebagai seorang pendiri koperasi. Namun banyak penulis mengakui bahwa koperasi
Rochdale yang didirikan pada 12 Desember 1844 oleh 28 buruh yang dipimpin oleh
Charles Howarth, diilhami oleh pemikiran Owen. Lebih dari separuh pendiri Rochdale
adalah pengikut sosialisnya Owen, Owenist socialist. Sebagai bukti adanya pengaruh dari
pandangan Owen terhadap koperasi Rochdale, dapat dilihat dari adanya surat dari Charles
Howarth kepada Robert Owen, yang menyarankan agar Owen datang dan meninjau
Rochdale, serta mengatakan bahwa orang-orang sosialis di Rochdale telah berhasil
membawa banyak kaum buruh dan golongan menengah kepada pemikiran sosialisme.

4

C. Kelahiran dan Perkembangan Koperasi di berbagai Negara

1. Kelahiran dan Perkembangan Koperasi di Inggris
Buruh Inggris termasuk buruh yang paling menderita sebagai akibat dari kemajuan
teknologi pada watu itu. Revolusi Industri menjadi mimpi buruk bagi kaum buruh di
Inggris. Inggris memang merupakan negara tempat berbagai penemuan teknologi.
Penemuan mesin uap oleh James Watt, telah menjungkir balikkan tatanan sosial yang ada
pada waktu itu. Hampir seluruh tenaga buruh industri diusahakan untuk diganti dengan
mesin. Dalam keadaan seperti inilah, posisi buruh Inggris menjadi sangat rentan untuk
terkena pemecatan.
Di Rochdale, sebuah kota kecil di selatan London, Inggris, pada tahun 1844, terjadi
pemogokan besar, buruh tenun di kota tersebut menuntut kepada para majikan agar
tingkat gaji yang mereka potong dikembalikan ke tingkat gaji yang telah disetujui semula.
Pemogokan inilah yang kemudian melahirkan the equitable pioneers of Rochdale, julukan
yang diberikan kepada koperasi Rochdale. Julukan lain bagi koperasi ini adalah the hungry
fortier, yang menunjukkan adanya kelaparan yang melanda buruh pabrik di Inggris pada
tahun 1840-an. Sejumlah 28 orang pekerja pabrik tekstil, pada 12 Desember 1844
sepakat bekerjasama dalam kemampuan mereka yang sangat terbatas, dengan
membentuk sebuah perkumpulan untuk meningkatkan kemakmuran mereka atau
menolong diri mereka sendiri melalui kerjasama. Mereka inilah yang kini dikenal sebagai
pelopor koperasi Rochdale, Rochdale Pioneers. Kemampuan mereka sangat terbatas
sehingga mereka hanya mampu mengumpulkan masing-masing £1,- atau terkumpul
£28,- sebagai modal pertama. Beberapa hal yang mereka canangkan untuk dapat
meningkatkan kemakmuran mereka adalah:
1. Mendirikan toko/warung yang menjual berbagai kebutuhan harian
2. Membangun/membeli rumah agar mereka dapat saling membantu dalam rangka
memperbaiki taraf hidup
3. Mendirikan pabrik untuk menampung pekerja yang menganggur
4. Menyewa dan membeli tanah sebagai lahan bercocok tanam bagi buruh yang
terkena PHK
5. Membangun masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
6. Membangun hotel-hotel sederhana di lingkungan perumahan kaum buruh.
Tentu saja hal-hal tersebut tidak dapat langsung dilaksanakan sekaligus, mengingat
keterbatasan kemampuan mereka itu. Hal pertama yang mereka lakukan adalah
mendirikan warung/toko kebutuhan sehari-hari. Mereka inilah pemilik dan pengawas
bersama atas warung tersebut. Warung tersebut menjual kebutuhan sehari-hari dengan
cara yang lebih baik daripada pelayanan yang diberikan oleh warung-warung yang telah
ada sebelumnya.
Sepintas, nampak seolah-olah usaha warung ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
konsumtif. Namun pelopor-pelopor gerakan koperasi Rochdale itu sejak semula yakin
bahwa usaha tersebut juga merupakan usaha produktif, karena mereka sekaligus juga
merupakan pemilik warung tersebut. Mereka adalah majikan perkumpulan tersebut.
Ruangan atas warung koperasi Rochdale dipergunakan untuk ruangan berita koperasi.
Dari tempat itu dapat diikuti kejadian-kejadian sehari-hari koperasi mereka sendiri. Di
samping itu, disediakan pula ruangan perpustakaan yang memungkinkan para anggota
menambah pengetahuan mereka. Soal-soal yang menyangkut kehidupan masyarakat
mulai pula didiskusikan di dalam ruang koperasi itu. Tegasnya, koperasi Rochdale
berusaha dengan sungguh-sungguh serta dengan tekun meningkatkan mutu pribadi dan
mental berkoperasi anggota-anggotanya. Para pelopor Rochdale, dalam bekerja untuk
perkumpulan, berpegang teguh pada azas-azas:
1. Pengawasan oleh anggota secara demokratis
2. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela

5

3. Pembatasan bunga atas modal
4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota sebanding dengan pembelian yang
dilakukan pada koperasi
5. Penjualan dilakukan sepenuhnya atas dasar tunai
6. Penjualan hanya atas barang-barang yang sungguh-sungguh bermutu dan tidak
dipalsukan
7. Menyelenggarakan usaha pendidikan bagi anggota sesuai dengan prinsip-prinsip
koperasi
8. Netral terhadap politik dan agama.
Selanjutnya para perintis Rochdale berusaha menanamkan kepada setiap anggota
koperasi, tentang: dasar-dasar berkoperasi dan tentang cara-cara berusaha dengan
bekerjasama untuk meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran masing-masing secara
bersama-sama. Di kemudian hari di Inggris berdiri sekolah khusus koperasi di Manchester:
The Cooperative College.
Koperasi Rochdale berhasil mengembangkan dirinya, dari sebuah warung menjadi usaha
yang mampu mendirikan pabrik dan perumahan untuk para anggota sebagaimana dicitacitakan, serta bahkan menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan
anggota dan para pengurus koperasi. Ini semua dihasilkan bukan dalam sekejap mata
tetapi melalui usaha yang tekun, jujur, rajin, penuh dengan kesadaran, dan kesetiakawanan baik dari para pengurus dan para anggotanya. Pada awal perkembangannya,
koperasi-koperasi konsumsi menghadapi sedikit kesulitan. Di antara koperasi-koperasi
tersebut, terjadi persaingan pembelian. Hal ini menyebabkan harga barang-barang yang
dibutuhkan naik. Namun kemudian koperasi-koperasi konsumsi yang mulai banyak
tersebar di seluruh Inggris, berusaha bergabung dan bekerjasama dalam membeli barangbarang kebutuhan sehari-hari anggotanya untuk mengisi toko-toko mereka. Dengan
bergabung dan bekerjasama serta membeli secara besar-besaran, harga menjadi lebih
murah dan mutu barang yang diinginkan dapat pula dijamin. Koperasi-koperasi di sekitar
Rochdale menguasakan kepada koperasi Rachdale untuk membeli barang-barang yang
dibutuhkan untuk mengisi toko-toko koperasi mereka. Cara seperti ini ternyata
mempererat hubungan antar koperasi-koperasi itu sendiri dan juga hubungan antara
koperasi dengan pedagang besar. Dengan demikian, pekerjaan dapat berjalan dengan
lebih lancar, lebih menguntungkan dan yang terpenting dapat mencegah persaingan yang
tidak sehat di antara koperasi-koperasi itu sendiri. Namun koperasi-koperasi itu belum
cukup puas. Timbul gagasan untuk mendirikan pabrik-pabrik yang menghasilkan barangbarang kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh koperasi.
Pada tahun 1852, 8 tahun sesudah perkumpulan Rochdale berdiri, di Inggris telah
terdapat tidak kurang dari seratus buah perkumpulan koperasi. Pada tahun 1862,
koperasi-koperasi ini menyatukan diri menjadi Koperasi Pusat Pembelian dengan nama:
The Cooperative Wholesale Society, yang disingkat dengan C.W.S.
Pada konggres koperasi nasional yang pertama yang diadakan oleh pemimpin-pemimpin
koperasi di Inggris dan dihadiri oleh wakil-wakil koperasi dari negara-negara: Jerman,
Denmark, Perancis dan Italia, terbentuklah sebuan kantor koperasi di kota Manchester.
Tugas kantor ini diawasi oleh sebuah panitia atau komite yang disebut central board.
Kemudian central board dan kantornya itu digabungkan dengan nama cooperative union.
Tugas badan ini terutama memberikan petunjuk serta penyuluhan tentang persoalanpersoalan yang dihadapi koperasi kepada perkumpulan koperasi. CWS mengalami
kemajuan pesat terutama ketika berada di bawah pimpinan J.T.W. Mitchel yang menjabat
sebagai ketua dari tahun 1874-1895. Sepuluh tahun setelah berdirinya CWS, badan ini
telah mampu memiliki dan memproduksi beberapa macam kebutuhan para anggota. Pada
tahun 1873 badan ini mulai mendirikan pabrik biskuit, dan kemudian pabrik sepatu untuk
dijual di toko-toko koperasi.
Pada tahun 1945, seratus tahun setelah koperasi Rochdale berdiri, C.W.S. telah memiliki
200 buah pabrik dan tempat usaha dan 43.000 pekerja. Peredaran modalnya meliputi

6

£55.000.000,- Sedangkan The Scottisch CWS memberi lapangan pekerjaan kepada sekitar
9.000 orang buruh menghasilkan barang senilai kira-kira £12.000,Di sini cita-cita para Rochdale Pioneers untuk menjadi konsumen dari warungnya
sekaligus menjadi produsen dari usahanya telah tercapai. Pada tahun 1950, penduduk
Inggris berjumlah 50 juta orang, lebih dari 11 juta orang di antaranya adalah anggota
koperasi.
Pada awalnya, koperasi-koperasi di Inggris memang didirikan oleh para konsumen,
sehingga juga merupakan koperasi konsumsi. Dalam perkembangan selanjutnya,
koperasi-koperasi di Inggris, melalui pabrik-pabriknya yang modern, kemudian juga
bergerak di bidang industri pengolahan (prosesing), terutama industri kebutuhan seharihari: susu, es krim, konveksi dan batubara untuk pemanasan perumahan. Usaha ini juga
berkembang di bidang pembungkusan, usaha pertanian dan juga seperti pada awalnya
yaitu warung-warung. Bersama dengan Scotish Cooperative Wholesale Society, C.W.S.,
bahkan juga memiliki dan mengoperasikan perkebunan dan pabrik teh di Srilangka, kapalkapal penangkap ikan di Laut Utara, pabrik tepung gandum, pabrik sepatu dan lainlainnya. Sebagian besar dari usaha ecerannya (70%) meliputi penjualan makanan,
minuman, daging, hasil-hasil ternak dan susu. Pada waktu perang dunia II, koperasi di
Inggris ini melayani kebutuhan konsumsi bagi 25% dari penduduk seluruh negeri itu.
Koperasi juga menyelenggarakan pendidikan bagi para anggota dan bukan anggota;
menerbitkan majalah berkala yang berpengaruh terhadap pendapat umum. Keinginan
Inggris untuk tidak tergantung pada impor bahan-bahan makanan, dipenuhi dengan
makin menumbuh-kembangkan koperasi pertanian, sehingga peranan koperasi menjadi
semakin kokoh dan berpengaruh kuat terhadap perkembangan ekonomi di Inggris.
Sejak berdirinya tahun 1844, dari kota industri yang kecil ini, koperasi konsumen
kemudian menyebar ke seluruh dunia. Selanjutnya, jenis koperasi konsumen ini dapat
membanggakan diri sebagai koperasi paling sejati, koperasi paling tulen, baik karena
kemurnian hubungan kerjanya yang disebabkan oleh:
a. semua anggota koperasi kosumen adalah pemilik
b. semua pekerja (buruh) koperasi konsumen adalah anggota koperasi,
sehingga tidak mengenal hubungan majikan-buruh.
Maupun karena cirinya yang khusus sebagai gerakan konsumen (Consumer’s movement).
Bahkan aliansi Koperasi Internasional terbesar di dunia, yaitu The International Cooperative Alliance (ICA) sebenarnya adalah aliansi koperasi konsumen, berdasarkan
prinsip-prinsip Rochdale.

2. Perkembangan Koperasi di Perancis
Revolusi Perancis dan pembangunan-pembangunan yang mengikutinya, mengakibatkan
timbulnya kemiskinan dan penderitaan rakyat Perancis. Tokoh-tokoh seperti Charles
Fourier (1772-1837); Louis Blanc (1811-1882) dan Ferdinand Lasalle memelopori
perbaikan nasib rakyat kecil. Mereka membangun koperasi produksi di antara para
pengusaha kecil yang terbatas kemampuannya. Koperasi ini jenis koperasi “productive
cooperative” atau “cooperative workshop” yang juga disebut sebagai “co-operatives”.
Kemudian di antara para pekarya, timbul koperasi kredit, yang kemudian berkembang
menjadi koperasi produksi dalam arti co-opertive workshop atau koperasi di antara kaum
pengusaha yang berasal dari kaum pekarya, demikianlah pula koperasi yang timbul di
Perancis adalah koperasi produksi dalam bentuk co-operative workshop, yang juga
berkembang menjadi koperasi pengusaha, ketika mempekerjakan buruh.
Saat ini jumlah koperasi di Perancis ada 476 dengan anggota + 3,5 juta orang, memiliki
toko 9.900 buah dan perputaran modal sebesar 3.600 milyar frank

7

3. Perkembangan Koperasi di Jerman
Sekitar tahun 1848, ketika Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan dalam
pembangunan industri mereka, hal sebaliknya terjadi di Jerman. Perekonomian Jerman
bersifat agraris. Barang-barang Inggris dan Perancis yang diimpor ke Jerman menekan
perkembangan industri Jerman. Rakyat petani pedesaan mengalami penderitaan.
Walikota Flammersfield, Frederich Wilhelm Raiffesen, memelopori dengan menganjurkan
rakyat untuk bersatu dalam perkumpulan simpan pinjam. Setelah melalui beberapa
kegagalan dan rintangan, Raiffesen mendirikan perkumpulan koperasi dengan pedoman
kerja sebagai berikut:
1. Para petani anggota koperasi wajib menyimpan sejumlah uang, walaupun dalam
jumlah yang sangat kecil, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2. Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman bagi petani-petani yang
memerlukannya, dengan membayar bunga yang ringan. Penggunaan uang itu
diawasi, dan terutama untuk tujuan produktif.
3. Usaha koperasi, mula-mula dibatasi pada desa setempat, pada sekelompok orang
yang saling mengenal agar tercapai kerjasama yang erat.
4. Kepengurusan koperasi diselenggarakan dan dipegang sendiri oleh anggota yang
dipilih tanpa mendapat upah.
5. Keuntungan yang diperoleh dari perputaran uang simpanan merupakan milik
perkumpulan koperasi dan digunakan untuk membantu kesejahtera-an masyarakat
setempat.
Di sini terlihat bahwa para petani bergabung dalam koperasi dengan tujuan untuk
saling membantu sesama mereka. Petani mendapatkan kredit dari sejumlah uang
yang dari waktu ke waktu terkumpul dari uang simpanan mereka sendiri. Dari sinilah
di Jerman tumbuh koperasi simpan pinjam yang bergerak di bidang pertanian, yang
kemudian terkenal dengan nama Koperasi Kredit Pertanian model Reiffesen. Pada
tahun 1866, Reiffesen menuliskan pengalamannya pada sebuah buku untuk dijadikan
sebagai buku pegangan. Gerakan koperasi simpan pinjam di jerman ini pada awalnya
tumbuh sangat lambat. Pada tahun 1885 baru terdapat 245 buah koperasi. Ketika
Reiffesen meninggal pada tahum 1888, di Jerman telah berdiri 425 perkumpulan
koperasi kredit yang ternyata sangat membantu pembangunan di Jerman pada waktu
itu. Dalam perkembangannya, koperasi-koperasi kredit pertanian tersebut kemudian
juga menangani kebutuhan sarana pertanian dan pemasaran hasil pertanian, sehingga
menjadi koperasi kredit dan pembelian bersama. Dengan lain perkataan, koperasi
Reiffeisen telah berkembang dari koperasi simpan pinjam menjadi koperasi serba
usaha, yaitu: usahasimpan pinjam dan pembelian bersama. Di sini kita dihadapak
pada pilihan: Pada sektor pertanian, di kalangan petani pedesaan, jenis koperasi
apakah yang sebaiknya ada? Sejarah koperasi di Jerman telah membuktikan bahwa
koperasi kredit yang ada telah berkembang menjadi koperasi serba usaha. Pada tahun
1891, jumlah ini sudah meningkat menjadi 885 buah koperasi dan di tahun 1938,
jumlah itu telah mencapai 1800 buah dengan jumlah anggota seluruhnya sekitar dua
juta orang.
Di Jerman ada seorang pelopor lagi, Hermann Schultze, seorang hakim, dari kota
Delitzcsh, sehingga lebih terkenal dengan sebutan Schultze Delitzcsh. Ia memperoleh
kesempatan untuk memperhatikan serta mempelajari kehidupan kaum buruh dan
tukang-tukang pengrajin di kota-kota. Pada waktu itu nasib kaum buruh dan tukangtukang sangat menderita. Nasib mereka sangat menyedihkan bukan saja karena tidak
mampu bersaing dengan kaum industriawan yang bermodal besar, tetapi juga karena
sukarnya memperoleh modal atau kredit dengan syarat-syarat yang mudah dan

8

ringan. Untuk itu Herman Schultze memelopori pembangunan koperasi simpan pinjam
di daerah perkotaan yang susunan serta cara kerjanya mirip dengan susunan dan cara
kerja sebuah bank. Pada tahun 1849, ia merumuskan pedoman kerja untuk
koperasinya sebagai berikut:
1. Uang simpanan modal kerja perkumpulan koperasi dikumpulkan dari siapa saja
yang menjadi anggota koperasi. Anggota-anggota terdiri dari setiap unsur dalam
masyarakat, terutama pengusaha kecil dan pedagang kecil.
2. Daerah kerjanya bukan daerah pertanian melainkan daerah perkotaan, dimana
banyak tinggal pengusaha dan pedagang kecil.
3. Pengurus koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.
4. Pinjaman-pinjaman yang dikeluarkan bagi anggota terutama bersifat jangka
pendek dan diberikan kepada mereka yang berusaha sebagai pedagang atau
pengusaha kecil.
5. Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.
Pada koperasi Schultze-Delitzsch, terjadi perkembangan lebih lanjut, Dari koperasi kredit
di kalangan kaum pekerja dan pekarya, koperasi ini terus berkembang sebagai koperasi
kredit (yang kemudian dikenal sebagai Credit Union). Koperasi antar pekarya ini kemudian
juga berkembang menjadi apa yang kita sebut sebagai “Co-operative Workshop” atau
“Bengkel Koperasi” yang dikelola oleh para pekarya, tanpa adanya hubungan majikan
buruh, namun setelah usahanya maju, para pekarya (artisan) ini kemudian dapat
menerima buruhke dalam bengkel/pabrik atau badan usahanya. Dalam hal ini si artisan
kemudian berubah menjadi pengusaha. Oleh karena itu, Co-operative Workshop ini
kemudian berkembang menjadi kaum pengusaha. Sekali lagi, dalam perkembangan
koperasi telah muncul jenis koperasi kredit di antara para pekerja dan buruh di daerah
perkotaan, yang kemudian berkembang menjadi koperasi pengusaha.
Koperasi Reiffesen dan Schultze Delitzcsh berhasil tumbuh dan berkembang dengan baik
di seluruh Jerman. Koperasi Reiffesen di Jerman kemudian juga berkembang menjadi
bank. Persatuan koperasi di Jerman sampai Desember 1969 berjumlah 115 buah dengan
anggota 2.235.000 orang dan perputaran modal sebesar 4.827 milyard D.M.

4. Perkembangan Koperasi di Swedia
Sejak semula koperasi di negeri ini terutama ditujukan untuk dapat menyediakan barang
dengan harga yang rendah tetapi dengan mutu yang baik. Kuatnya kekuasaan monopoli
di Swedialah yang telah menyebabkan tumbuhnya koperasi untuk meniadakan kekuatan
tersebut. Mereka mempersatukan diri dalam koperasi dengan keyakinan bahwa dengan
menyatukan kaum konsumen mereka dapat menolong diri-sendiri dan terhindar dari
sistim kapitalis yang kuat memgang monopoli dagang. Berkat kesadaran anggota dan
upaya pengurus, koperasi-koperasi di Swedia pada tahun 1911 berhasil merobohkan
monopoli perseroan besar milik sekelompok perusahaan yang semula sangat berkuasa
dalam menentukan harga penjualan margarine di degara itu.
Pada tahun 1926, koperasi berhasil menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu
yang dimiliki perusahaan swasta. Pada tahun-tahun berikutnya koperasi berhasil pula
menyelenggarakan usaha pembuatan lampu pijar dan sepatu untuk keperluan penduduk
seluruh negeri dan mengalahkan saingannya yang sudah bertehun-tahun berusaha di
bidang itu. Sejak koperasi berhasil mengambil peranan dalam usaha pembuatan barangbarang keperluan rakyat, hasil dan jumlah produksinya semakin meningkat. Minyak
nabati, tepung terigu, barang-barang makanan dalam kaleng, sepatu, pipa untuk salurang
air ledeng, keramik, kertas, papan untuk dinding, fiber, pakaian jadi, pupuk dan sarana
pertanian merupakan barang-barang yang termasuk dalam kegiatan koperasi. Semua itu
dilaksanakan dengan kepemilikan sebanyak lebih dari 90 buah pabrik dan tempat usaha.
Toko-toko eceran milik koperasi tersebar luas di seluruh negeri dan menduduli 20% dari
seluruh penjualan eceran di negeri itu. Dapat dikatakan satu dari dua orang Swedia

9

adalah anggota koperasi. Pada tahun 1949, jumlah anggota dari 674 buah koperasi
dengan 7.500 buah cabangnya mencapai hampir satu juta keluarga. Dalam gerakan
koperasi Swedia terkenal tokohnya Albin Johansen, yang memimpin koperasi selama
bertahun-tahun. Kesempatannya duduk di pemerintahan Swedia memberikan kesempatan
bagi koperasi untuk lebih mengembang-kan sayap dan usahanya. Ia berhasil
menasionalisasikan perusahaan penyaringan minyak bumi dan menyerahkannya kepada
koperasi.
Rahasia keberhailan koperasi-koperasi di Swedia adalah berkat program-program
pendidikan mereka yang disusun secara teratur, pendidikan orang dewasa di Sekolah
Tinggi Rakyat serta kelompok lingkaran studi (Study Circle) dalam pendidikan luar
sekolah. Koperasi Pusat Penjualan (Cooperative forbunded), mensponsori programprogram pendidikan yang meliputi 400 jenis kursus teknis yang diberikan bagi karyawan
koperasi dan anggota pengurus. Selain itu diberikan pula pendidikan bagi rakyat pada
umumnya di daerah kerja koperasi.

5. Perkembangan Koperasi di Denmark
Denmark merupakan salah satu negara di Eropah yang dapat menjadi contoh baik dalam
penyelenggaraan koperasi pertanian. Para petani Denmark yang umumnya hanya
memiliki tanah sempit serta dengan produksi yang kecil, namun dengan koperasi mereka
telah berhasil menyatukan usaha-usaha pertanian skala kecil ini, sehingga baik dalam
cara produksi maupun dalam pengolahan hasil produksi dapat dilakukan pembakuan hasil.
Sampai dengan tahun 1952, jumlah anggota koperasi mencapai satu juta orang atau
merupakan + 30% dari seluruh penduduk Denmark. Perkembangan pesat koperasi
merupakah hasil dari tingkat pendidikan masyarakat yang sudah maju. Usaha pendidikan
banyak diberikan kepada masyarakat melalui Perguruan Tinggi Rakyat. Lembaga ini
terkenal sebagai tempat bagi rakyat untuk menambah pengetahuan mereka dengan cara
praktis dan mudah. Seperempat sampai sepertiga dari jumlah penduduk pedesaan yang
berusia anatar 18 S/d 30 tahun rata-rata pernaha duduk di Perguruan Tinggi ini. Berkat
sisitim pendidikan inilah rakyat tani Denmark umumnya menjadi terpelajar. Sehingga
mereka mudah mennyatukan diri dalam koperasi, karena mereka menyadari akan peran
koperasi bagi perkembangan ekonomi mereka.
Dengan mendirikan koperasi penjualan bersama, mereka melihat langsung manfaat
koperasi. Harga penjualan melalui koperasi lebih baik, sehingga pengadaan kebutuhan
sarana pertanian juga diadakan bersama-sama melalui koperasi. Selain koperasi
pertanian, Denmarka juga mempunyai koperasi-koperasi konsumsi yang didirikan oleh
serikat-serikat pekerja, namun perkembangannya kurang pesat.

6. Perkembangan Koperasi di Jepang
Untuk pertama kalinya koperasi di Jepang berdiri pada tahun 1900, tigapuluh tiga tahun
setelah Restorasi (pembaharuan) Meiji. Pada tahun yang sama juga dilaksanakan undangundang Koperasi Industri Kerajinan. Walaupun bernama koperasi industri kerajinan, namun
koperasi ini juga bergerak di sektor pertanian. Pada tahun 1906, dengan dimulainya
kegiatan pembelian dan pemasaran hasil pertanian secara bersama, koperasi semakin
bertumbuh dan berkembang.
Pada tahun 1920-an, ketika Jepang sedang mengembangkan industrinya, koperasi
menjadi tulang punggung pembangunan pertanian yang menunujang industrialisasi.
Gerakan koperasi pertanian mengalami kemajuan sangat pesat sejak tahun 1930-an
terutana pada periode krisis ekonomi dunia pada anatara tahun 1933-1940. Rencana
pembangunan koperasi 5 tahun yang diikuti dengan rencana pembangunan koperasi 3
tahun telah menghasilkan pembangunan koperasi di setiap kota dan desa di Jepang, dan

10

mempersatukan semua petani dalam satu gerakan dan mengokohkan posisi bisnis
perkumpulan koperasi. Organisasi koperasi yang ada sekarang, berkembamg berdasarkan
Undang-undang Koperasi Pertanian yang mulai diberlakukan pada tahun 1947. Ada dua
bentuk koperasi pertanian:
a. Koperasi Pertanian Umum: Koperasi ini bekerja atas dasar serba usaha,
misalnya menyelenggarakan usaha pemasaran hasil pertanian, menyediakan
kredit untuk usaha, perasuransian, pemberian bimbingan dan penyuluhan
pertanian bagi usaha tani.
b. Koperasi Pertanian Khusus: Koperasi ini hanya menyelenggara-kan satu jenis
usaha, misalnya koperasi buah, koperasi daging ternak, koperasi bunga dan
sebagainya.
Pada umumnya koperasi-koperasi di Jepang menyelenggarakan bentuk usaha koperasi
yang pertama. Inilah pula sebabnya mengapa pada saat ini hampir semua petani di
Jepang merupakan anggota koperasi. Koperasi yang menyelenggarakan serba usaha ini
kemudian menyatukan diri dalam koperasi induk, yang disebut: Gabungan Perkumpulan
Koperasi Pertanian Nasional (Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai) yang lebih dikenal
dengan sebutan Zen-Noh, dengan titik berat pada penyaluran sarana produksi dan
pemasaran hasil pertanian.
Koperasi-koperasi kecil, secara berangsur-angsur meleburkan diri dalam bentuk koperasi
yang berskala lebih besar, sehingga menjadi koperasi-koperasi yang besar dan kuat yang
mampu memperkerjakan tenaga-tenaga ahli dan trampil serta bisa menggunakan alatalat modern. Jumlah koperasi primer di Jepang 5198 buah, dengan jumlah anggota 5,1
juta keluarga petani. Seluruh usaha pertanian bersatu di bawah bimbingan koperasi atau
dalam rangka kegiatan usaha koperasi. Di Jepang selain terdapat Koperasi Induk Pertanian
(Zen-Noh) juga terdapat:
-

Induk Koperasi Asuransi Bersama,
Induk Koperasi Perbankan untuk Pertanian dan Kehutanan dan
Pusat Assosiasi Penerbitan.

7. Perkembangan Koperasi di Korea
Keberadaan koperasi di Korea dimulai pada awal abad XX. Koperasi simpan pinjam berdiri
pada tahun 1907, oleh rakyat pedesaan untuk membantu para petani yang membutuhkan
uang untuk membiayai usaha pertaniannya. Koperasi kerajinan (industri kecil) dan
koperasi pertanian
mulai diorganisir pada tahun 1936, yang terutama untuk
mengusahakan pembelian kebutuhan bersama serta mengelola kegiatan usaha. Kepada
dua organisasi koperasi ini, diberikan perlindungan dan pengawasan oleh pemerintah.
Pada tahun 1956, koperasi simpan pinjam diorganisir menjadi Bank Pertanian Korea,
khusus untuk melayani kebutuhan kredit di sektor pertanian. Sebagai bagian dari
pertumbuhan gerakan koperasi modern di daerah pedesaan, pada tahun 1957 di negeri
ini dibangun koperasi pertanian lain, sehingga terdapat dua koperasi pertanian di daerah
pedesaan, untuk melayani petani di bidang kebutuhan kredit, yaitu Bank Pertanian Korea
dan Koperasi Pertanian. Akan tetapi timbulnya persaingan usaha pada kedua koperasi
pertanian di daerah pedesaan ini, menjadikan kerja mereka menjadi kurang efisien. Hal ini
mendorong untuk diadakannya koperasi serba usaha yang modern dari kot-kota sampai
ke daerah pedesaan. Ini mencakup bidang-bidang usaha kedua koperasi di atas.
Pada tahun 1961, dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Koperasi Pertanian yang
baru, Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian disatukan dengan nama Gabungan
Koperasi Pertanian Nasional (National Agricultural Cooperative Federation, disingkat
NACF). NACF berdasarkan prinsip-prinsip koperasi serba usaha modern. Sejak NACF
berdiri, koperasi di korea maju pesat. NACF mempunyai anggota sebanyak 1545 buah
11

koperasi primer, 145 buah koperasi kerajinan, 104 buah koperasi pedesaan/Country
Cooperative dengan anggota sebanyak 1.972.550 orang, atau meliputi 60% dari seluruh
petani di negeri itu.
NACF bertugas meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan peran dan kedudukan
ekonomi dan sosial petani serta menyelenggarakan usaha-usaha peningkatan budaya
rakyat. Untuk mencapai dan melaksanakan tugas ini, NACF menyelenggarakan:
- usaha-usaha pembinaan koperasi pertanian,
- menyelenggarakan pusat-pusat pemasaran dan penjualan hasil-hasil pertanian di
pusat-pusat kota-kota besar di seluruh Korea Selatan,
- usaha kredit dan perbankan
- export dan import barang-barang kebutuhan rakyat banyak
- pemasaran hasil pertanian
- menyediakan mesin-mesin pertanian
- asuransi
- penelitian dan penerbitan majalah-majalah koperasi
- serta kerjasama internasional dengan koperasi-koperasi di seluruh dunia.
- Mengorganisir perkumpulan pemuda dan perkumpulan ibu-ibu pedesaan untuk
mendukung usaha-usaha kegiatan koperasi.
-

8. Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat
Semacam bentuk koperasi (Pra koperasi) pertama kali didirikan di Amerika Serikat pada
tahun 1752 oleh Benyamin Franklin. Ia mendirikan The Philadelphia Contributionship For
The Insurance Of The House Loss By Fire. Pada waktu yang hampir bersamaan, kaum
Mormon yang sampai ke negara bagian Utah, menyatukan tenaga dan uangnya untuk
bersama-sama membuat sistim irigasi bersama untuk pertanian mereka.
Koperasi peternakan susu dibangun sekitar tahun 1847 di Connecticut. Namun para
pelopor koperasi di negeri ini tidak mengenal adanya para pelopor Rochdale. Baru pada
tahun 1860, mereka mendengar kegiatan tentang Rochdale. Setelah itu, banyak koperasi
konsumsi dibangun oleh serikat-serikat pekerja dan penduduk daerah perkotaan. Pada
waktu itu, keadaan kehidupan sosial di Amerika hampir sama dengan keadaan di Inggris.
Upah kerja rendah dan jam kerja sangat panjang. Keadaan inilah yang menumbuhkan
banyak koperasi di daerah perkotaan. Sayangnya banyak pemimpin koperasi yang kurang
mentaati prinsip-prinsip seperti yang dianut oleh Rochdale, banyak koperasi yang
akhirnya gulung tikar.
Pada awal tahun 1880 an, perkumpulan-perkumpulan petani gandum, persatuan petani
sayur dan buah-buahan, persatuan peternak susu, produsen wol dan lain-lain tumbuh
pesat. Petani-petani telah lama menyadari bahwa bekerja secara individual terutama
dalam hal menjual hasil-hasil pertaniannya akan sangat merugikan. Oleh karena itu
mereka kemudian bergabung dalam koperasi. Hal yang sama kemudian juga dilakukan
oleh para konsumen yang bergang ke dalam koperasi konsumsi. Dengan bergabung ke
dalam koperasi konsumsi, para konsumen dapat memperoleh barang dengan harga yang
lebih murah dan kwalitas yang lebih terjamin bila dibandingkan dengan barang-barang
yang diperoleh dari para tengkulak. Lebih dari 2.600 perkumpulan koperasi berdiri antara
tahun 1863 dan tahun 1939. hampir 57% dari koperasi-koperasi ini mengalami kegagalan,
namun sisanya tetap bertahan dan menjadi dasar yang kuat dari koperasi-koperasi yang
ada sekarang.
Sebuah komisi untuk kehidupan pedesaan yang dibentuk oleh Presiden Theodore
Rosevelt, pada tahun 1908 mengemukakan dalam laporannya, bahwa peran petani-petani
besar sekali dalam memajukan kehidupan pedesaan. Salah satu kebutuhan utama yang
dirasakan oleh masyarakat pedesaan adalah: kerjasama efektif antar petani untuk
mempersatukan usahanya pada tingkat yang sesuai dengan kepentingan bersama.
Sebagai hasil dari laporan komisi ini, pada tahun 1913 dikirim sebuah perutusan ke Eropa
untuk meninjau dan mempelajari pola-pola permodalan, sistim produksi dan sisitim
12

kehidupan pedesaan yang diselenggarakan oleh koperasi-koperasi pertanian di negaranegara Eropa. Beberapa waktu kemudian, pengalaman-pengalaman koperasi di Eropa
dipraktekkan secara luas di Amerika Serikat.
Hampir semua pejabat pemerintah desa mulai memelopori pembentukan koperasi untuk
membantu para petani dalam pemasaran hasil dan pembelian kebutuhan bahan-bahan
untuk usaha pertanian. Selama 12 tahun sejak tahun 1909 sampai tahun 1921 + 52% dari
seluruh perkumpulan koperasi yang tercatat telah bekerja efektif. Setelah Perang Dunia I
berakhir dan krisis ekonomi melanda seluruh dunia tahun 1933 sampai dengan tahun
1940, dimana harga hasil pertanian merosot sangat rendah, koperasi-koperasi pertanian
di Amerika Serikat mengatasi masalah yang dihadapi bersama itu dengan membentuk
koperasi-koperasi pertanian dalam skala besar. Berdirinya koperasi-koperasi ini
dimaksudkan agar para petani secara bersama-sama mempunyai kemampuan
organisatoris yang lebih besar dan lebih kuat dalam mengamankan harga hasil pertanian
mereka. Pada akhirnya koperasi-koperasi dapat menguasai pemasaran produksi gandum,
kapas, tembakau, dan hasil pertanian lainnya.
Pada tahun 1928, Undang-Undang Pemasaran Bersama (Uniform Marketing Laws)
dinyatakan berlaku di 46 negara bagian. Menghadapi kenyataan akan rendahnya harga
jual hasil pertanian dan tingginya harga sarana produksi pertanian, para petani
menyatakan diri dalam perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian, baik pada tingkat
lokal maupun pada tingkat nasional. Perkumpulan-perkumpulan koperasi ini dibentuk atas
anjuran dewan pertanian (farm board) untuk hasil kapas, wool, biji-bijian, buah-buahan
dan sayur mayaur, tembakau, susu dan hasil pertanian lainnya.
Pada saat ini, koperasi telah merupakan salah satu penyalur penting untuk
menyelenggarakan usaha perekonomian di Amerika Serikat. Koperasi-koperasi tumbuh
dan berkembang karena membuktikan manfaat bagi masyarakat dan berjasa melayani
kebutuhan para petani di pedesaan maupun penduduk di daerah perkotaan. Namun di
Amerika Serikat koperasi lebih banyak dikenal oleh penduduk pedesaan daripada oleh
penduduk perkotaan. Banyak jenis koperasi di Amerika Serikat, tetapi yang paling terkenal
adalah jenis koperasi pemasaran. Jenis koperasi di daerah pedesaan lainnya adalah:
- koperasi asuransi bersama
- koperasi listrik dan telpon
- koperasi pengawetan makanan
- koperasi simpan pinjam dan
- koperasi penyediaan benih.
Koperasi-koperasi di daerah perkotaan seringkali menyelenggarakan toko eceran yang
menjual barang-barang makanan dan minuman, barang-barang kebutuhan rumah tangga,
perabotan dan barang-barang lainnya, koperasi kredit atau simpan pinjam serta koperasi
perumahan. Koperasi yang saat ini berkembang dengan pesat adalah koperasi Rumah
Sakit.
Koperasi yang bergerak dalam suatu lokasi tertentu biasa disebut koperasi lokal.
Umumnya koperasi-koperasi ini sekarang menyatukan diri dalam koperasi sekunder pada
tingkat daerah atau negara bagian dan menyelenggarakan usaha pembelian/penjualan
bersama untuk kepentingan anggota mereka. Jumlah rakyat Amerika yang menjadi
anggota koperasi + 20 juta orang. Pada umumnya satu orang menjadi anggota dari dua
koperasi atau lebih, menurut kebutuhannya. Di sini perlu pula dikemukakan bahwa
timbulnya koperasi di Amerika terutama didorong oleh tradisi self-help, yaitu menolong
diri sendiri sebagaimana dipaksakan oleh kondisi di awal orang Eropa bermukim ke
Amerika, ditambah dengan semangat setiakawan dalam menghadapi setiap
permasalahan secara bersama.

13

D. Perkembangan Koperasi di Di Indonesia
1

Zaman Penjajahan Belanda

Tahun 1896 R. Aria Wiriatmaja, Patih Purwokerto, memelopori pertama kali berdirinya
cikal-bakal koperasi di Indonesia, dengan berdirinya perkumpulan yang kegiatan
usahanya koperasi yakni Bank Penolong dan Tabungan (Hulp end Spaarbank). Usaha
ini mula-mula bergerak dikalangan pegawai Pamong Praja rendahan yang sering
sekali memikul beban utang yang berat. Usaha ini dibantu oleh seorang Belanda yang
bertugas di Purwokerto juga, yang bernama E. Sieburg. Pada tahun 1898, De Walf Van
Westerrode, pengganti Sieburg, memperluas usaha R. Aria Wiriatmadja, dengan juga
membantu pedagang kecil, sebagaimana cita-cita Raiffesen dan Schultze-Delitzsch.
Kemudian usaha ini berkembang dengan juga juga memberikan kredit kepada sektor
pertanian, mencoba meniru pola koperasi pertanian di Jerman (Raiffesen)
Dengan tumbuhnya gerakan nasional, kaum pergerakan juga mempergunakan
koperasi sebagai salah satu sarana perjuangan, antara lain Boedi Oetomo (1908),
Sarikat Dagang Islam (1913), yang juga memelopori berdirinya beberapa jenis
Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan. Boedi Oetomo, mencoba memajukan koperasikoperasi rumah tangga dan koperasi toko yang kemudian menjadi koperasi konsumsi,
yang dalam perkembangannya kemudian menjadi koperasi batik.
Pada jaman Belanda ini (sampai awal tahun 1942), koperasi banyak mengalami
rintangan. Hal ini disebabkan oleh karena Belanda juga telah menyadari latar
belakang maksud dari gerakan koperasi tersebut. Tindakan politik pemerintah
penjajah yang merintangi usaha koperasi ini dapat dibuktikan dengan didrikannya
algemene nallescrediet bank, rumah gadai, bank desa dan sebagainya.
Perkembangan koperasi pada waktu itu memang kurang memuaskan yang
disebabkan oleh adanya hambatan dari pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda
khawatir koperasi makin tumbuh dan berkembang di kalangan bumi putra. Supaya
koperasi tidak semakin meluas, pemerintah Belanda pada tahun 1915 mengeluarkan
suatu undang-undang.
Pada tahun 1915 itulah lahir Undang-Undang Koperasi yang pertamakali di negara
jajahan Hindia Belanda, yang disebut verordening op de cooperatieve verenegingen
(koninkklijk Besluit, 7 April, stb.431). Undang Undang ini merupakan konkordan
dengan Undang-Undang Koperasi Belanda Tahun 1876 dan Undang-Undang Koperasi
Tahun 1915 ini berlaku bagi semua

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24