kerjasama cina uni eropa mengurangi emis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan pemilihan Judul
Pembangunan industialisasi dan penggunaan bahan bakar fosil merupakan
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang berdampak buruk
bagi dunia. Menurut kajian Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada tahun 19902004, negara maju seperti AS, Jerman, dan Kanada menambah Emisi gas karbon 16
hingga 17 persen, sementara Inggris malah menurunkan emisi sebesar 14 persen.
Sedangkan emisi yang di hasilkan Cina meningkat menjadi 47 persen.1 Peningkatan
emisi yang dihasilkan oleh Cina diketahui berasal dari berkembangnya sektor industri
Cina yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. Dapat diketahui bahwa motor
penggerak kemajuan perekonomian Cina yakni dengan kemajuan sektor industri yang
telah dikembangkan oleh pemerintah Cina sejak terjadinya reformasi ekonomi pada
tahun 1978. Perkembangan industri tersebut ternyata menimbulkan permasalahan
yang krusial bagi negara Cina.
Dalam sebuah perjanjian Protokol Kyoto menyatakan bahwa di mana negaranegara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca.2 Pengurangan emisi gas
rumah kaca secara kolektif sebesar 5,2% yang akan dihitung sesuai rata-rata lima
tahun. Dengan adanya perjanjian tersebut, Cina mendapatkan tekanan dari berbagai
pihak agar mengurangi emisi gas karbon yang tinggi, antara lain dari PBB yang
mengharapkan semua negara di dunia berpartisipasi menyelamatkan lingkungan
dengan cara ikut meratifikasi Protokol Kyoto dan harus memenuhi target emisi yang

telah ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Tekanan lain datang dari negara-negara Uni
Eropa yang berkewajiban mengurangi karbon yang diasilkan dengan batasan yang
1 Muhammad Yunus, “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan : Bagaimana Bisnis Sosial
Mengubah Kehidupan Kita”. Jakarta, 2008
2 Gas rumah kaca antara lain : metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC

1

telah ditentukan dalam Protokol Kyoto. Uni Eropa dengan tegas menyatakan bahwa
harus ada hukum yang mengikat dalam menjaga lingkungan yang lebih bersih.
Hampir semua negara Uni Eropa berpartisipasi dalam meratifikasi Protokol Kyoto.
Hal inilah yang kemudian mendorong Cina untuk bekerjasama dengan Uni Eropa
karena melihat banyak negara-negara Uni Eropa yang berperan penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan.
Dari penjelasan diatas, adapun hal yang menarik untuk diteliti yaitu tentang
kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa dalam mengurangi emisi gas karbon yang
menjadi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh Cina rentang tahun 2009
hingga 2016. Kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa terjalin pada tahun 2006. Yang
menarik untuk diteliti pada tahun 2009-2016 yakni dari kerjasama tersebut Cina
berinovasi melakukan upaya-upaya melestarikan lingkungan dan dapat mengurangi

emisi gas karbon namun tetap dapat menjalankan industri di negaranya. Dengan
adanya kerjasama tersebut, diperkirakan Cina dapat mengurangi emisi gas karbon
hingga tahun 2020 seperti yang telah ditetapkan oleh Protokol Kyoto.
B. Latar Belakang Masalah
Pembakaran gas buang yang sering di sebut dengan emisi gas rumah kaca kini
menjadi perhatian dunia. Penggunaan emisi gas rumah kaca mempunyai komponen
gas yang berbahaya. Salah satu yang membahayakan yakni penggunaan gas karbon.
Gas karbon terjadi akibat pembakaran sebuah mesin suatu industri yang menggunakan
bahan bakar batu bara. Dikhawatirkan apabila penggunaan emisi gas karbon yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia akan menaikkan suhu yang berdampak pada
perbahan dalam pola cuaca termasuk lebih banyak musim kering, gelombang panas,
serta badai yang semakin hebat.3 Para ilmuwan mendesak adanya langkah-langkah
yang tegas utuk memangkas timbulnya gas karbon.
3 'What are the effects of climate change' (Apa dampak perubahan iklim)
www.wri.org/publication/hot-climate-cool-commerce/what-are-effects-of-climate-change
diakses 1 Maret 2017

2

Menanggapi hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama dengan

para pemimpin dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan
di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992 telah sepakat untuk melakukan berbagai
rencana besar yang terkait dengan upaya konservasi lingkungan bumi dan pada saat
yang sama juga meningkatkan kesejahteraan umat manusia disebut juga dengan
United Nation Conference on Environment and Development (UNCED). KTT
tersebut membahas diantaranya kesepakatan terhadap Konvesi Kerangka Kerja PBB
tentang perubahan iklim (UNFCCC, United Nation Framework Convention on
Climate Change)4 dengan tujuan untuk menstabilkan emisi gas rumah kaca sehingga
tidak mempengaruhi sistem iklim bumi.
Negara-negara peserta konvesi mulai melakukan negosiasi-negosiasi untuk
membentuk suatu aturan yang lebih detil dan lebih berupa instrument operasional
dalam mengurangi efek gas rumah kaca. dalam suatu konvensi diperlukan wadah
untuk mempersatukan dan meghasilkan sebuah keputusan sejalan dengan konvensi.
Oleh karenanya, dibentuklah sebuah pertemuan para pihak yang dilaksanakan secara
periodic (CoP, Conference of the Parties). Pada pertemuan CoP3 diadakan di Kyoto,
Jepang melahirkan sebuah kesepakatan mengenai penurunan emisi gas rumah kaca
yang bernama Protokol Kyoto yang diadopsi sebagai pendekatan mengurang emisi
gas rumah kaca. Isi dari Protokol Kyoto merupakan seperangkat aturan yang mengikat
negara-negara industri untuk berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca.
Protokol Kyoto bertujuan untuk menjaga konsentrasi gas rumah kaca di

atmosfer agar berada pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim bumi dan
meratifikasinya. Protokol Kyoto mengatur pelaksanaan penurunan emisi oleh negara
industri sebesar 5,2% dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 1990 dengan
mekanisme mekanisme Implementasi Bersama (Joint Implementation), Perdagangan
4 UNFCCC 101, Greenpeace Organisation
http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/unfccc-101/blog/37307/ diakses pada 3 Maret
2017

3

Emisi (Emission Trading), dan Mekanisme PembangunanBersih (Clean Development
Mechanism)5
Dalam mengurangi emisi gas rumah kaca negara-negara industri meratifikasi
Protokol Kyoto dan mempunyai tanggung jawabbnya masing-masing dalam
mengurangi emisi gas rumah kaca setiap negara-nya. Dalam Protokol Kyoto dianut
prinsip tanggung jawab bersama namun semua pihak mempunyai tanggung jawab
yang berbeda dalam usaha perbaikan iklim. seperti halnya kelima negara besar
penghasil gas rumah kaca
Tabel 1. Lima negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar tahun 1990


No

Presentasi Emisi
Negara

.
1.
2.
3.
4.
5.

(%)
Amerika Serikat
36.1
Rusia
17.4
Jepang
8.5
Jerman

7.4
Inggris
4.2
Sumber : Daga Ardianto, Pembentukan UNFCCC
Sementara Cina tidak terikat dalam upaya pengurangan emisi karbon di bawah
Protokol Kyoto karena Cina masih dianggap berkembang ketika kesepakatan dibuat.
Namun seiring dengan ekonomi Cina yang semakin pesat diperkirakan akan
melampaui Amerika Serikat dalam beberapa tahun mendatang, Cina juga merupakan
negara penghasil gas rumah kaca terbesar. Fakta bahwa Cina merupakan negara
terbesar emitor gas rumah kaca di dunia dan memproduksi lebih dari 6.000 mega ton
karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya. Dari tahun 1990 hingga 2001 emisi CO2 di
Cina meningkat sejumlah 82,3 juta ton dengan 27% peningkatan di seluruh dunia
dalam periode yang sama. Dapat diperkirakan pada tahun 2025 Cina dapat
menggantikan Amerika Serikat sebagai negara dengan emisi CO2 tertinggi di dunia.
Cina tidak terlalu memprioritaskan isu-isu perubahan iklim dan tidak terlibat dalam
5 BPKP,.”Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pengesahan
Kyoto Protocol To The United Nations Framework C'onvention On Climate Change
(Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa -Bangsa Tentang
Perubahan Iklim)”. www.BPKP.go.id diakses pada 3 Maret 2017


4

organisasi mapun dalam penandatanganan perjanjian internasional mengenai
penguragan emisi gas rumah kaca. Fakta bahwa Cina merupakan negara Industri yang
membu

tuhkan pasokan energy batu bara dalam menjalankan industrinya,

mempertegas bahwa Cina berada pada peringkat pertama penghasil emisi karbon di
dunia dimana posisi tersebut sebelumnya di tempati oleh Amerika Serikat.

6

Kebutuhan batu bara meningkat sebanyak 7% pada tahun 2010 dan diperkirakan akan
terus mengalami peningkatan. Bahaya kesehatan akan emisi gas buang karbon
tersebut dapat membahayakan kesehatan masyarakat Cina dimana dalam emisi gas
tersebut membawa bahaya kesehatan berupa penyakit asma, kanker paru-paru bahkan
kematian. Beberapa provini di Cina menjadi penyumbang tersebasr emisi gas karbon
seperti yang terjadi di Beijing dan Zaozhuang yang merupakan salah satu provinsi di
Cina dimana polusi udara berasal dari konsumsi 3,1 juta ton batu bara sebagai

sumber energi industri pada tahun 2000.

Tabel 2. Kenaikan emisi gas karbon negara industri

6 JGJ Olivier et.al, 2011, Long-Term Trend in Global CO2 Emissions: 2011 Report, PBL
Netherlands Environmental Assesment Agency, The Hague, 2011 and European Union,
hal.14.

5

Sumber : Negara-Negara Penyumbang Karbon Terbesar di Dunia.
www.mongabay.co.id diakses pada 5 Maret 2017
Pemerintah Cina mulai menyadari akan bahaya emisi gas karbon yang
dihaslkan dari kegiatan industri di negaranya akan menghambat pertumbuhan
ekonomi di Cina, aktivitas perekonomian CIna juga

mulai terganggu akibat

peningkatan emisi gas karbon. Cina berada dalam dilemma pembangunan dimana
Cina ditempatkan di antara kepentingan pembangunan ekonomi yang mengutamakan

industri dan keselamatan lingkungan dalam hal ini adalah penurunan karbn yang
berpengaruh besar pada keselamatan lingkungan masyarakat Cina. Kondisi dilemma
pembangunan tersebut mendesak Cina melakukan berbagai upaya dalam menurunkan
emisi gas karbon. Untuk itu pemerintah Cina menekan pembaharuan untuk
pembangunan ekonomi dan sosialnya dengan melakukan penurunan emisi gas karbon
sebesar 20% intensitas energy per PDB dan penguranan 10% debit polutan utama.
Desakan mengurangi emisi gas karbon berasal dari berbagai pihak, salah
satunya negara-negara Uni Eropa yang merupakan negara Annex I dimana negaranegara Uni Eropa berkewajiban mengurangi karbon yang dihasilkan dengan batasan
yang telah ditentukan oleh Protokol Kyoto. Uni Eropa telah berkomitmen untuk
6

mengurangi emisi menjadi 20% dibawah tingkat 1990. Komitmen ini merupakan
salah satu sarana utama Uni Eropa dalam mengurangi emisi gas karbon hingga tahun
2020 yang dituangkan dalam undang-undang yang mengikat seperti the Emissions
Trading Directive, Renewable Energy Directive, Energy Efficiency Directive dan the
Geological Storage of Carbon Dioxide (CCS) Directive.7
Menengok keadaan Cina yang berda dalam upaya enurunan emisi gas karbon,
Uni Eropa mengajak Cina untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah emisi gas
karbon. Ajakan tersebut disambut baikoleh pemerintah Cina. Kepentingan Uni Eropa
dalam melakukan kerjasama dengan Cina untuk mengurangi emisi gas karbon di Cina

dikarenakan Uni Eropa menganggap Cina sebagai mitra dagang bagi Uni Eropa dan
mempunyai tingkat serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Cina juga membuthkan
dukungan Uni Eropa dalam ekspansinya ekonomi. Kebutuhan oleh Cina dan Uni
Eropa ini kemudian mendorong terjalinnya hubungan kerjasama yang interaksional
dimana sama-sama memiliki kebutuhan dan kebutuhan tersebut dimiliki satu sama
lain. Tidak ada yang mendominasi dikarenakan di kedua pihak sama-sama memiliki
kebutuhan dan kepentingan. Kerjasama tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman
mengenai kerjasama dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik melalui tenaga
CCS.
Pada KTT Uni Eropa-Cina pada September 2005 lalu, dimana Inggris selaku
pimpinan KTT tersebut. Nota kesepahaman ini ditandatangani langsung oleh
Departemen Ilmu dan Teknologi Cina dan Komisi Uni Eropa. Fokus dari kemitraan
adalah pada teknologi energi bersih. Perjanjian ini memiliki visi 2020 mendorong
kerjasama teknologi yang berlandaskan “Mendekati Nol Emisi Teknologi Batubara”
melalui penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di Cina dan Uni Eropa.8
7 Komisi Uni Eropa, The EU climate and energy package, diakses dari
http://ec.europa.eu/clima/policies/package/index_en.htm 3 Maret 2017
8 China-UK Near Zero Emissions Coal Iniatiative pdf, diakses dari
http://www.nzec.info/en/assets/Uploads/New-Folder-4/NZEC-article-in-IEA-GHGNewsletterv0.7.pdf diakses pada 22 Februari 2017


7

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, adapun hal yang ditarik rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu : “Bagaimana Kerjasama Cina-Uni Eropa dalam Mengurangi
Emisi Gas Karbon Pada Tahun 2009-2016?”
D. Kerangka Pemikiran
Emisi gas karbon merupakan salah satu gas buang dari gas rumah kaca. Emisi
gas karbon terjadi akibat pembakaran tak sempurna oleh mesin berbahan bakar batu
bara dan mengakibatkan meningkatnya suhu atmosfer. Beberapa pertemuan
internasional telah di selenggarakan guna membahas mengenai pengurangan emisi
gas rumash kaca terutama gas karbon salah satunya dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) yang menghasilkan Protokol Kyoto. Dimana dalam Protokol Kyoto para
negara-negara industri mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi gas karbon di
negaranya masing-masing.
Cina yang pada saat itu sebagai negara berkembang dan sedang memajukan
perekonomiannya dengan memajukan sector industri, menghasilkan emisi gas karbon
yang cukup tinggi. Sehingga para negara-negara Annex 1 terutama negara-negara
anggota Uni Eropa mendesak Cina agar segera mengurangi emisi gas karbon
negaranya. Sehingga terjadilah kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa dalam
mengurangi gas karbon. Dalam melakukan analisis kasus tersebut akan digunakan
teori sebagai berikut:
1. Konsep Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bentuk hubungan yang terjalin antara
individu yang satu dengan yang lainnya, antara kelompok mbahkan antar negara guna
mencapai tujuan bersama, karena semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri
sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena dengan adanya saling
ketergantungan sesuai dengan kebutuhan negara masing-masing. Kerjasama dalam
bidang ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan keamanan dapat dijalin oleh suatu

8

negara dengan satu atau lebih negara lainnya. Kerjasama ini bertujuan meningkatkan
kesejahteraan bersama karena hubungan kerjasama antar negara dapat mempererat
proses peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua atau lebih
negara tersebut.
Menurut K.J Holsti, proses kerjasama atau kolaborasi terbentuk dari
perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional atau global yang muncul dan
memerlukan perhatian lebih satu negara. Masing-masing pemerintah saling
melakukan pendekatan yang membawa usul penanggulangan masalah mengumpulkan
bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau yang lainnya dan mengakhiri
perundingan dengan suatu perjanjian atau pengertian yang memuaskan semua pihak.
Menurut K.J Holsti, kerjasama internasional dapat didefenisikan sebagai berikut: 9
a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling bertemu
dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak
sekaligus.
b. Pandangan atau harapan dari suatu Negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh
Negara lainnya akan membantu Negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilainilainya.
c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu anatar dua negara atau lebih dalam
rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan.
d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi dimasa depan yang dilakukan
untuk melaksanakan persetujuan.
e. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.
2. Konsep Carbon Trading
Konsep Carbon Trading sendiri merupakan sebuah sistem di mana negara atau
perusahaan individu menetapkan target emisi. Di mana ketika mereka yang tidak
dapat memenuhi target, dapat membeli karbon dari negara atau perusahaan yang
menanggung mereka. Dalam ilmu ekonomi perdagangan karbon atau Carbon Trading
adalah bentuk perdagangan emisi yang memungkinkan negara untuk memenuhi
9 K.J Holsti. Politik Internasional, Kerangka Untuk Analisis, Jilid II, Terjemahan M. Tahrir
Azhari. Jakarta : Erlangga. 1998. Hal 652-653

9

komitmen pengurangan emisi karbon, negara yang melakukan hal tersebut karena
untuk memenuhi persyaratan perjanjian Protokol Kyoto, dan juga memakan biaya
rendah dengan memanfaatkan pasar bebas. Ini adalah cara privatisasi biaya umum
atau biaya sosial polusi oleh karbon dioksida.
Perdagangan karbon adalah istilah yang di terapkan untuk perdagangan
sertifikat yang mewakili berbagai cara, terkait target pengurangan emisi karbon yang
harus di penuhi dan sudah di tetapkan. Peserta dalam penjualan karbon membeli dan
menjual komitmen kontrak atau sertifikat yang mewakili salah satu jumlah karbon
yang berhubungan dengan emisi tersebut yaitu : Di perbolehkan untuk dilepaskan,
pengurangan emisi terdiri (teknologi baru, efisiensi energi, energi terbarukan. Konsep
ini dapat menjelskan kerjasam kedua belah pihak antar Cina dan Uni Eropa, dimana
kedua belah pihak dapat mencapai tujuan yang sama dan akan berdampak baik untuk
kedua belah pihak Cina – Uni Eropa.
E. Asumsi Dasar
Dengan memahami latar beakang dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut :
a. Kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa merupakan salah satu strategi Cina
untuk mengurangi emisi gas karbon di negaranya. Dengan adanya kerjasama
tersebut, diperkirakan Cina dapat mengurangi emisi gas karbon hingga tahun 2020
seperti yang telah ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Dalam kerjasama tersebut Cina
dengan Uni Eropa akan melakukan pertukaran teknologi yang menguntungkan
kedua belah pihak
F. Metode Penelitian
F.1 Metode Penelitian
Dalam proses penulisan, metode yang dipakai yakni menggunakan metode
penelitian kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan hubungan antara variablevariabel yang ada untuk memperoleh jawaban atas rumusan permasalahan.

10

F.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan teknik
pengumpulan dan studi kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini, melakukan
pengumpulan data dan kemudian mengolah data sekunder yang diperoleh dari
literature-literatur, jurnal ilmiah, surat kabar, website serta sumber-sumber lain yang
memiliki kolerasi.
F.3 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan dan analisa data yang digunakan adalah eksplanatif
deskriptif yaitu penulisan yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian
kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya.
G. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Cina dalam
mengurangi emisi gas karbon di negaranya melalui kerjasma bilateral antara Cina
dengan Uni Eropa dalam rentang waktu antara 2009 – 2016, dan mengetahui
bagaimana perkembangan yang telah dicapai dengan adanya kerjasama tersebut.
Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah ilmu serta wawasan penulis meupun
pihak-pihak yang memerlukan pengetahuan umum mengenai isu lingkungan yang
berhubungan langsung dengan upaya negara industri khususnya CIna dalam
menurangi emisi gas karbon.
H. Jangkauan Penelitian
Jangkauan penelitian ini mengambil rentang waktu sejak tahun 2009 sampai
dengan 2016. Jangkauan penelitian diawali pada tahun 2009 karena pada tahun ini
Cina menerapkan pembangunan kerjasama yang ditawarkan oleh Uni Eropa melalui
kerjasama fungsional antara Cina dengan Uni Eropa. Cina juga mulai menerapkan

11

transfer teknologi kepada Uni Eropa guna mengurangi emisi gas karbon di negaranya.
Sejak saat itu Cina melakukan berbagai upaya untuk mengurangi emisi gas karbon.
Jangkauan penelitian diakhiri pada tahun 2016 karena pada tahun ini negara Cina
telah mencapai hasil yang signifikan dari adanya kerjasama dengan Uni Eropa dalam
mengurangi emisi gas karbon yang sangat merugikan.
Dalam kerjasama antara Cina dengan Uni Eropa terdapat gagasan bahwa
erjasama tersbut dimulai sebelum tahun 2009. Artinya tidak menutup kemungkinan
bahwa focus pada penulisan dapat diarahkan ke periode waktu sebelum tahun 2009.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini terdiri dari 4 ( empat ) bab, yaitu:
Bab I :
Berupa pendahuluan yang mengemukakan alas an pemilihan judul,
latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran,
argument pokok, metodologi penelitian, tujuan penelitian, jagkauan
Bab II :

penelitian, dan sistematika penulisan
Fenomena emisi gas karbon yang dihasilkan oleh negara-negara

Bab III :

industri
Bentuk kerjasama anatara Cina dengan Uni Eropa dalam upaya
mengurangi gas karbon serta hasil yang telah dicapai dari adanya

Bab IV :

kerjasama tersebut
Kesimpulan

12

Dokumen yang terkait

Partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok

2 15 107

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Efektivitas pola kemitraan kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life cabang syari'ah dalam mengembangkan sharia mega covers

0 17 111

Perkembangan agama Khonghucu di Indonesia pada masa reformasi(1998-2007) : studi kasus di masyarakat cina penganut agama khonghucu di tangerang

1 32 68

Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak dan shodaqoh (Lazis) PLN P3B Jawa Bali dengan pos keadilan peduli umat (PKPU) dalam pemberdayaan dana zakat

0 6 102

Pengaruh tradisi lokal dalam tata cara ibadah agama cina : studi kasus kelenteng Boen Tek Bio di lingkungan komunitas Cina Benteng, Tengerang

0 17 0

Kewenangan pemerintah kota Bandung dalam menjalankan kerjasama sister city dengan Kota Braunschweig 2000-2012

0 8 1

Peranan united nations of children's fund (UNICEF) melalui kampanye women and children first pada Tahun 2004 dalam mengurangi dampak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Cina

2 21 144

Perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian kontrak kerjasama antara PT.Beringin dengan PT.Wijaya Kusuma Emindo : laporan kerja praktek

0 3 54