Partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok

(1)

SAWANGAN KOTA DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial (S.Pd.)

Oleh:

ANISA DWI KHOLIFAH

NIM: 1110015000066

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ANISA DWI KHOLIFAH (1110015000066). Partisipasi Masyarakat dalam Mengurangi Risiko Bencana Banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. November 2014.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

Penelitian ini dilakukan di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok. Populasi penelitian adalah warga Perumahan Sawangan Asri. Dari jumlah keseluruhan warga adalah 25 KK, penulis memutuskan mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Penelitian dilakukan dengan menyebar angket ke 25 KK dengan 25 butir pertanyaan dan melakukan wawancara ke beberapa warga Perumahan Sawangan Asri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri yaitu masyarakat sering berpartisipasi dalam mengurangi risiko banjir dengan cara membersihkan saluran drainase, pengaturan pembuangan sampah yang tepat, membuat tanggul atau benteng penahan banjir dan menanam pohon sehingga ada perubahan dari yang sering banjir sekarang berkurang dan tidak mencapai banjir yang tinggi. Dan tingkat partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri adalah baik atau sikap positif.


(6)

ABSTRACT

ANISA DWI KHOLIFAH (1110015000066). Public Participation in Flood Disaster Risk Reduction in Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok. Thesis Department of Education, Social Sciences, Faculty of Science of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah. November 2014.

Purpose of research is to determine the shape and the level of community participation in reducing the risk of floods in Perumahan Sawangan Asri

Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

The research was carried out in the Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok. The study population was Sawangan Asri housing residents. Of the total number of residents is 25 families, the authors decided to take the entire population to be sampled so that the research is the study population. Research carried out by spreading the questionnaire to 25 families with 25 grains of questions and conduct interviews to several residents Housing Sawangan Asri. The method used in this research is quantitative descriptive.

The study states that public participation in reducing the risk of floods in Housing Sawangan Asri that people often participate in reducing the risk of flooding by cleaning the drainage channels, setting the proper garbage disposal, making embankments or retaining fort flooding and plant trees so that there is a change from the often now reduced flooding and did not reach a high flood. And the level of participation of citizens Housing Sawangan Asri is good or positive attitude.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Mengurangi Risiko Bencana Banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan umatnya.

Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi dan dorongan dari berbagai pihak yang memiliki kepedulian dengan pendidikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada beliau yang telah bersedia melayani penulis untuk berkonsultasi tentang segala hal yang erat hubungannya dengan penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.d, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan IPS sekaligus pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sampai skripsi ini selesai.

3. Bapak Sodikin, M.Si. selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sampai skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen yang telah mengajarkan berbagai ilmu kepada penulis, semoga Allah SWT membalas dengan karunia-Nya.

5. Keluarga tercinta, Bapak Markidi, Ibu Rukmiati dan kakakku Taufik Rifbawono yang selalu mencurahkan kasih sayang serta memberi dukungan dan mengajari penulis untuk selalu berusaha, berdo’a, bersabar dan tawakal.

6. Teman-teman satu perjuangan dan satu almamater Pendidikan IPS angkatan 2010.


(8)

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, khususnya kepada penulis sebagai calon guru.

Jakarta, 4 Desember 2014 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 6

1. Partisipasi ... a. Pengertian Partisipasi Masyarakat dan Bentuk Partisipasi 6 b. Proses Membangun Partisipasi Masyarakat ... 9

c. Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Bencana Banjir ... 12

2. Bencana Banjir……….. 13

a. Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir Paling Dominan 13

b. Pengertian dari Rawan Bencana, Bahaya, Kerentanan dan Risiko Bencana……….. 16


(10)

c. Karakteristik Bencana Banjir dan Permasalahan dalam

Pengelolaan Bencana Banjir………... 20

d. Mekanisme Perusakan dari Bencana Banjir…………... 21

e. Kajian Bahaya Banjir dan Parameter……… 22

f. Penanggulangan Bahaya Banjir……… 23

g. Gejala dan Peringatan Dini………... 24

h. Tindakan Penyelamatan Diri Sebelum dan Saat Datangnya Banjir……….. 24

i. Kerugian yang Timbul Akibat Banjir………... 26

j. Definisi Pola Pemukiman Penduduk dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemukiman Penduduk Serta Bentuk-Bentuk Pola Pemukiman Penduduk………….. 28

B. Hasil Penelitian Relevan ... 32

C. Kerangka Berfikir ... 34

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ………... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Alat dan Bahan Penelitian ………. . 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian... 39

G. Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 43

1. Letak Geografis Daerah Penelitian………... .... 43

a. Lokasi Penelitian………. .... 43

b. Kondisi Iklim……… .. 43

c. Kondisi Hidrologi………. .. 44

d. Kondisi Geologi dan Geomorfologi………. ... 44


(11)

a. Kondisi Kependudukan……… ... 46

b. Kondisi Kehidupan Beragama……… .... 46

c. Tingkat Pendidikan ………. ... 47

d. Kondisi Mata Pencaharian………... ... 47

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Wawancara dengan warga Perumahan Sawangan Asri……… .. 49

2. Hasil Penyebaran Angket ………. .... 50

3. Skala Likert ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Matrik program dan tindakan perlindungan sumber

daya air ………... 11

Tabel 2.2 Penyebab banjir………. 13

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian………... 39

Tabel 3.2 Skala likert ………... 42

Tabel 4.1 Unsur Cuaca dan Iklim ……….... 44

Tabel 4.2 Stratigrafi Wilayah Depok ………... 45

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk ………. 46

Tabel 4.4 Kondisi Kehidupan Beragama ………. 46

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan ……….. 47

Tabel 4.6 Kondisi Mata Pencaharian ………... 48

Tabel 4.7 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri dalam menjaga kelestarian lingkungan khusus di Daerah Aliran Sungai ……….. 50

Tabel 4.8 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri dalam membuang sampah pada tempatnya ………. 51

Tabel 4.9 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri dalam membersihkan selokan di sekitar rumah ………….. 51

Tabel 4.10 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar ……….. 52

Tabel 4.11 Partisipasi warga dalam memperhatikan kondisi benteng atau tanggul Perumahan Sawangan Asri … 53

Tabel 4.12 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri dalam menanam pohon ………... 54

Tabel 4.13 Warga Perumahan Sawangan Asri dalam mendaur ulang sampah (sampah organik dan plastik) ……... 54


(13)

Tabel 4.14 Warga Perumahan Sawangan Asri dalam memperbaiki saluran air yang berada di

sekitar rumah ……….. 55

Tabel 4.15 Partisipasi Pemerintah Daerah Kota Depok dalam membantu perbaikan tanggul atau benteng

pengendali banjir di Perumahan Sawangan Asri ... 56 Tabel 4.16 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri

dalam membuat lubang resapan air (biopori) ….. 57 Tabel 4.17 Partisipasi warga Perumahan Sawangan Asri

dalam memperbaiki jalan sekitar yang rusak …… 57 Tabel 4.18 Partisipasi masyarakat sekitar dalam memberikan

bantuan berupa tenaga dan logistik kepada

warga Perumahan Sawangan Asri ……… 58

Tabel 4.19 Partisipasi Pemerintah Daerah Kota Depok kepada warga Perumahan Sawangan Asri setelah

terjadinya banjir ……… 59

Tabel 4.20 Sosialisasi pengendalian banjir di Perumahan

Sawangan Asri ……….. 60

Tabel 4.21 Warga Perumahan Sawangan Asri dalam

memperhatikan ketinggian Sungai Pesanggrahan

pada waktu musim hujan tiba ………... 60

Tabel 4.22 Peran warga Perumahan Sawangan Asri dalam menanamkan nilai-nilai menjaga lingkungan

kepada anak-anak ……….. 61

Tabel 4.23 Peran warga Perumahan Sawangan Asri dalam mendorong anak-anak untuk berperan aktif

dalam menjaga lingkungan sekitar ………. 62

Tabel 4.24 Peran warga Perumahan Sawangan Asri dalam memberikan contoh menjaga lingkungan sekitar


(14)

Tabel 4.25 Peran warga Perumahan Sawangan Asri

dalam mengajak anak-anak untuk menanam

pohon dalam menjaga lingkungan ……… 63

Tabel 4.26 Warga Perumahan Sawangan Asri ………...

berperan aktif dalam mengurangi risiko banjir … 64

Tabel 4.27 Sikap siaga warga Perumahan Sawangan

Asri dalam menghadapi musim hujan tiba …….. 65 Tabel 4.28 Satgas Kelurahan Sawangan Baru dalam

membantu penanganan bencana banjir ………… 66

Tabel 4.29 Hasil rekapitulasi angket ………. 67

Tabel 4.30 Rentang Skor untuk Tiap Responden ………….. 68


(15)

DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ……….. 34


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Observasi ……….. 74

Lampiran 2 Lembar Angket ……….. 75

Lampiran 3 Pedoman Wawancara………. 79

Lampiran 4 Tabel Distribusi Hasil Pengumpulan Data

Responden ………. 80


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang berada di garis khatulistiwa, secara astronomis letak Indonesia berada diantara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT. Secara geografis terletak diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.

Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, musim penghujan terjadi di antara bulan Oktober–bulan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi di antara bulan April–bulan September. Dalam musim penghujan seringkali terjadi banjir, “peristiwa banjir adalah meluapnya air dari saluran dan menggenangi kawasan sekitarnya”.1

Banjir di Perumahan Sawangan Asri pernah terjadi pada tanggal 21 November 2012 dan pada 7 Agustus 2013 dengan ketinggian 1-1,5 meter. Banjir tersebut disebabkan oleh curah hujan yang tinggi serta sampah-sampah yang berada disungai dan jebolnya tanggul benteng pembatas Perumahan Sawangan Asri serta di bagian Utara perumahan terdapat sungai yang sangat besar yaitu Sungai Pesanggrahan kemudian sungai tersebut meluap sampai ke pemukiman menjebol pembatas bagian belakang mengakibatkan air masuk ke Perumahan Sawangan Asri.

Akibat banjir tersebut warga Perumahan Sawangan Asri ada yang mengungsi di rumah tetangga yang berada di atas dan ada yang tidak mengungsi karena mereka tinggal di lantai dua (sumber: Bu Riana). Kejadian tersebut hanya berlangsung beberapa jam saja kemudian air langsung surut. Perumahan tersebut berada di RT 04/ RW 09 kelurahan Sawangan Baru. Akibat terjadinya banjir banyak warga yang menderita

1 Henri Subiakto, Memahami Bencana, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008), h.29.


(18)

gatal-gatal, diare, dan lain-lain yang disebabkan sumber air tercemar oleh sampah dan air kotor.

Dari Pemerintah daerah kota Depok, Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Depok memberikan bantuan yaitu mendirikan dapur umum, matras, kebutuhan anak dan kebutuhan keluarga. Tagana memberikan bantuan tersebut ke 17 rumah di RT02/08 dan 32 rumah di RT03,04/09. Dengan adanya bantuan dari Pemerintah Kota Depok dan warga sekitar, warga korban banjir sangat berterima kasih karena dapat meringankan beban mereka.

Setelah banjir surut, warga setempat bergotong royong untuk membersihkan sampah-sampah yang masuk ke Perumahan Sawangan Asri, warga setempat menyebutkan bahwa akibat banjir dari meluapnya saluran kali di sekitar perumahan membuat banyak barang elektronik milik warga yang rusak.

Berdasarkan observasi langsung letak Perumahan Sawangan Asri yang berada di dataran rendah serta berada di dekat aliran sungai tersebut mempengaruhi adanya faktor terjadinya banjir. Kemudian letak pemukiman yang akan diteliti adalah Komplek Perumahan Sawangan Asri yang terletak di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, daerah ini memang benar terletak paling rendah di antara pemukiman penduduk Komplek Sawangan Permai (sebelah selatan) dan kali Pesanggrahan (sebelah utara dan timur).

Berdasarkan observasi langsung di Perumahan Sawangan Asri, masyarakat sangat peduli akan kebersihan lingkungan yaitu memperhatikan kebersihan saluran atau selokan air.

Maka dari itu, partisipasi masyarakat sangat penting dilakukan dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan tempat tinggal. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat di dalam Al-Qur’an surat Al -A’raf ayat 56-58 yang menceritakan tentang perbuatan manusia yang merusak bumi setelah Allah SWT memperbaikinya. Adapun rincian surat Al-A’raf ayat 56-58 dalam bentuk lengkap adalah sebagai berikut:


(19)

























Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.2

Berdasarkan permasalahan lingkungan di Perumahan Sawangan Asri yang telah dipaparkan diatas, penulis berpendapat penanganan masalah banjir tersebut sangat penting dilakukan karena adanya banjir dapat mengakibatkan kerugian pada masyarakat dan juga kerusakan lingkungan. Langkah penanggulangan harus dimulai dari pencegahan dengan merubah pola prilaku serta paradigma masyarakat. Banjir tidak bisa dianggap sebagai satu persoalan tunggal melainkan sesuatu yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor alam dan manusia.

Faktor penyebab banjir yang berasal dari alam diantaranya adalah curah hujan, pengaruh fisiografi atau geofisik sungai, penurunan tanah, drainase lahan sedangkan faktor yang berasal dari manusia adalah

2


(20)

perubahan penggunaan lahan, pembuangan sampah, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, bendung dan bangunan air.3

Partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam menjaga lingkungan, maka dari itu diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi banjir. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Partisipasi Masyarakat dalam Mengurangi Risiko Bencana Banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasi beberapa masalah:

1. Letak perumahan Sawangan Asri yang berada di dataran rendah dan dekat dengan sungai pesanggrahan yang dapat mengakibatkan risiko banjir.

2. Curah hujan yang cukup tinggi pada musim hujan di Kota Depok 3. Kurangnya daerah resapan air di sekitar Perumahan Sawangan Asri

Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini terfokus dan terarah. Adapun pembatasan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah “Partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.”

3

Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (banjir, longsor, kekeringan dan tsunami). (Jakarta: Yarsif Watampone (Anggota IKAPI), 2006), h. 161.


(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi para mahasiswa dan guru dalam melaksanakan pendidikan IPS.

2. Sebagai bahan masukan bagi warga Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok

3. Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa UIN Jakarta dan mahasiswa lainnya.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori 1. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi Masyarakat dan Bentuk Partisipasi

Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “perihal turut berperan serta suatu kegiatan atau keikutsertaan atau peran serta. Partisipasi adalah ikut serta atau berperan serta dalam suatu keputusan atau kegiatan sedangkan masyarakat adalah suatu kesatuan personal yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil”.1

“Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatan”.2

“Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses keterlibatan masyarakat secara sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat perencanaan (perumususan kebijakan) hingga pada tingkat pengendalian (pengawasan dan evaluasi) program pembangunan”.3

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan, partisipasi masyarakat adalah proses dimana masyarakat turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Masyarakat yang

1

Phill dan Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Binacipta, 1979), h. 11.

2

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir.(Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h.15.

3


(23)

dimaksud dalam uraian ini adalah masyarakat yang terkena dampak. Keikutsertaan publik membawa pengaruh positif. Mereka akan bisa memahami atau mengerti berbagai permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil. Pada hakikatnya pelibatan masyarakat merupakan bagian dari proses perencanaan yang dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan, aspirasi dari mereka.

Beberapa Pandangan tentang Partisipasi Ditinjau dari Segi Kualitas, yaitu:

1. Partisipasi sebagai masukan kebijaksanaan

Partisipasi ini dilakukan berdasarkan dari pemikiran bahwa publik yang terkena dampak memiliki hak untuk dimintai pendapatnya. Informasi yang merupakan pendapat, aspirasi dan perhatian dari publik akan dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi sebagai strategi

Partisipasi dalam konteks ini diberlakukan sebagai alat untuk memperoleh dukungan dari publik. Jika pendapat, aspirasi dan perhatian dari publik telah ditampung, maka publik (masyarakat) akan mendukung rencana usaha/ kegiatan.

3. Partisipasi sebagai komunikasi

Partisipasi ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menampung pendapat, aspirasi dan perhatian masyarakat.

4. Partisipasi sebagai media pemecahan politik

Dalam konteks ini,“partisipasidianggap sebagai cara untuk mengurangi ketegangan dan memecahkan konflik. Dengan kata lain partisipasi ditujukan untuk memperoleh consensus”.4

4

Sudharto P. Hadi, Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997), h. 93.


(24)

5. Partisipasi sebagai terapi sosial

Partisipasi ini dilakukan untuk menyembuhkan penyakit sosial seperti rasa keterasingan (alienation).Powerlessnessseperti rasa kurang percaya diri dan sebagainya.

Partisipasi masyarakat dapat dibedakan beberapa jenis. Dalam hal ini, partisipasi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu “partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan, dan partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan ini adalah pelaksanaan program lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan”.5

“Partisipasi masyarakat dapat pula diartikan sebagai keterlibatan langsung warga dalam proses pengambilan keputusan, kontrol dan koordinasi dalam mempertahankan hak-hak sosialnya. Beberapa bentuk partisipasi yaitu:

1. Spontan yaitu masyarakat berinisiatif secara spontan dalam aksi bersama. 2. Fasilitasi yaitu partisipasi masyarakat yang dirancang dan didorong. 3. Induksi yaitu masyarakat dibujuk melalui propaganda, emosi patriotisme. 4. Koptasi yaitu masyarakat dimotivasi dengan keuntungan materi.

5. Paksaan yaitu masyarakat berpartisipasi di bawah tekanan dan sangsi”.6 Tingkat partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Anggota masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan

dari program pemerintah.

2. Anggota masyarakat ikut menghadiri pertemuan–pertemuan perencanaan, pelaksanaan dan pengkajian ulang proyek walaupun sebatas sebagai pendengar semata.

5

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir.(Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h. 16.

6


(25)

3. Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan tentang cara melaksanakan sebuah proyek dan ikut menyediakan bantuan serta bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proyek.

4. Masyarakat terlibat secara aktif dalam semua tahapan proses pengambilan keputusan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan pengawasan dan monitoring.

5. Anggota masyarakat mampu membuat rencana usaha sendiri yaitu Rencana Usaha Keluarga (RUK) dan Rencana Kegiatan Kelompok (RKK).7

b. Proses Membangun Partisipasi Masyarakat

Membangun partisipasi masyarakat dalam pengurangan risiko banjir perlu dilakukan dalam siklus manajemen bencana banjir secara menyeluruh, dari mulai kesiapsiagaan, masa sebelum bencana banjir, masa selama bencana banjir dan masa setelah bencana banjir.

Pada kesiapsiagaan dilakukan sosialisasi, pembuatan pemetaan swadaya, identifikasi potensi komunitas lokal dan penguatan kelompok masyarakat serta pemahaman penanganan banjir kepada masyarakat.Partisipasi masyarakat yang bisa dilakukan pada masa sebelum bencana banjir berupa pemberian peringatan dini kepada komunitas sekitar, penanganan evakuasi korban banjir, pencarian dan penyelamatan korban banjir, pertolongan pertama pada korban banjir, penyiapan dapur umum.8

Pada masa selama banjir partisipasi masyarakat berupa: penyiapan tenda darurat untuk penanganan korban banjir, kewaspadaan pada area banjir, pengumpulan, pengelolaan, dan penyaluran berbagai bantuan dan pelaporan kejadian banjir kepada pihak berwenang. Bentuk paritisapasi masyarakat pada masa paska bencana bisa dilakukan dengan: pencatatan

7

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir.(Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h. 17.

8


(26)

berapa jumlah korban dan kerugian akibat banjir, penguburan korban, pemberian trauma healing kepada komunitas, perbaikan infrastruktur, pengobatan korban banjir di area rumah pertolongan, pelaporan penanganan banjir ke pihak berwenang.

1. Pemetaan Swadaya

Pemetaan Swadaya adalah teknik pembelajaran untuk mengidentifikasi persoalan, potensi dan kebutuhan di kampung mereka.Masyarakat diminta menggambarkan, memberikan batasan dan simbol-simbol menurut wawasan dan kemampuan yang ada dalam media gambar datar. Dengan demikian peserta dapat mengapresiasi lingkungan sendiri dan merencanakan perbaikan yang mereka butuhkan, dan mengetahui pengalamannya ditimpa bencana dan cara mereka melakukan evakuasi.

Masyarakat memahami secara praktis lingkungannya sendiri secara mendetil, khususnya di kawasan banjir.Masyarakat dapat memahami pentingnya pemetaan yang dilaksanakan oleh mereka sendiri.“Masyarakat dengan mudah dapat menggambarkan lingkungan kampungnya sendiri, sesuai dengan kemampuan nalar peserta sekitar.Masyarakat dapat menggali masalah, potensi dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan sekitar kawasan banjir”.9

2. Tahapan Penyampaian Materi

Penyampaian materi kepada masyarakat bersifat khusus sesuai dengan karekteristik wilayah yang menjadi target.Fasilitator harus mampu menangkap karakter masyarakat setempat, sehingga komunikasi berjalan lancar.

9

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. (Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h. 20


(27)

3. Rencana Program (Action Plan)

Dalam partisipasi masyarakat untuk mengurangi risiko banjir diperlukan “rencana program partisipasi masyarakat dalam pengendalian daya rusak air, khususnya pengendalian bahaya banjir, bertujuan untuk menurunkan risiko yang ditimbulkan oleh bencana banjir.Rencana program dibuat berdasarkan atas dasar kesepakatan masayarakat”.10

Tabel 2.1

Matrik Program dan Tindakan Perlindungan Sumber Air

No. Program Tindakan

1. Pengisian air pada sumber air

1. Membangun sumur resapan di halaman rumah

2. Tidak membuang limbah pada sumber air

2.

Pengaturan daerah sempadan sumber air

1. Tidak mendirikan bangunan di sempadan sumber air

2. Tidak mengurangi kapasitas tampung badan sungai 3. Pengendalian bahaya

banjir dengan cara berwujud fisik

1. Membangun bangunan pengendali banjir

2. Pengaturan dan normalisasi alur sungai

3. Pembuatan tanggul banjir 4. Pembangunan banjir kanal 5. Membangun tampungan banjir

sementara 4. Pengendalian bahaya

banjir dengan cara non fisik

1. Sistem peringatan dini banjir 2. Memberikan penyuluhan kepada

masyarakat yang membudidayakan dataran banjir

3. Pengelolaan sampah 5. Pengendalian

kerusakan sumber air

1. Berperan dalam mencegah

masuknya pencemar pada sumber air dan prasarana sumber air

2. Melaporkan kepada yang berwenang tentang perilaku pihak-pihak yang mencemari sumber air.

10


(28)

Dari tabel 2.1 maka dapat disimpulkan bahwa proses membangun partisipasi masyarakat diperlukan manajemen bencana banjir secara menyeluruh serta dibutuhkan rencana program partisipasi masyarakat dalam pengendalian bahaya banjir. Contoh matrik program dan tindakan perlindungan sumber air diatas bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungannya.

c. Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Bencana Banjir

Partisipasi masyarakat adalah suatu proses ikut serta masyarakat secara sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat perencanaan (perumususan kebijakan) hingga pada tingkat pengendalian (pengawasan dan evaluasi) program pembangunan.

“Penanganan bahaya banjir tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga pihak swasta dan masyarakat. Pentingnya peran masyarakat dalam pengendalian daya rusak air seperti bahaya banjir telah mempunyai dukungan peraturan perundangan yaitu Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air”. 11

Partisipasi masyarakat dalam menangani pengurangan risiko bencana banjir dilakukan dengan tindakan-tindakan melalui paparan lokasi bahaya dan identifikasi pola kerentanan fisik. Pengurangan risiko bencana banjir merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir yang meliputi: kesiagaan, bencana dan pemulihan.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dengan pengembangan partisipasi masyarakat diharapkan masyarakat tidak hanya ditempatkan dalam perspektif sebagai kelompok penerima bantuan saja, tetapi sebagai garda terdepan dalam menghadapi bencana banjir yang

11

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. (Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h.3


(29)

mampu menjadi subjek pengelola penanganan bahaya banjir secara integrasi dengan kekuatan lainnya.

2. Bencana Banjir

a. Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir Paling Dominan

Pengertian “banjir adalah meluapnya air dari saluran dan menggenangi kawasan sekitarnya.Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam berhubungan dengan banjir.Ada dua jenis banjir, yaitu banjir bandang (kiriman) dan banjir pasang-surut”.12

Tabel 2.2 Penyebab Banjir

No Penyebab Banjir Alam Manusia

1 Perubahan Land- Use v

2 Pembuangan Sampah v

3 Erosi dan sedimentasi vv v

4 Kawasan kumuh di sepanjang sungai/ drainase v

5

Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak

tepat v

6 Curah hujan v

7 Pengaruh fisiografi/ geofisik sungai vv v

8 Kapasitas sungai/ drainase yang tidak memadai v vv

9 Pengaruh air pasang (rob) v

10 Penurunan tanah v v

11 drainase lahan v v

12 Bendung dan bangunan air v

13 kerusakan bangunan pengendali banjir v

Keterangan: tanda v menunjukkan penyebab banjir, vv menunjukkan dominan penyebab.

12

Henri Subiakto, Memahami Bencana, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008), h. 29


(30)

Adapun beberapa penyebab terjadinya banjir, adalah :

1. Hujan, dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan selama berhari-hari

2. Erosi tanah, menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

3. Buruknya penanganan sampah, yang menyumbat saluran-saluran air sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya

4. Pembangunan tempat pemukiman, dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.13Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai enam kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap air tinggi. Masalah ini sering terjadi di kota-kota besar yang pembangunannya tidak terencana dengan baik. Peraturan pembuatan sumur resapan di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan kurang diawasi pelaksanaannya.

5. Bendungan dan saluran air yang rusak, walaupun tidak sering terjadi namun bisa menyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang panjang.

6. Keadaan tanah dan tanaman, tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar. “Tanah yang tertutup semen, paving, atau aspal sama sekali tidak menyerap air. Pembatasan hutan juga dapat merupakan penyebab banjir”.14

7. Di daerah bebatuan, daya serap air sangat kurang sehingga bisa menyebabkan banjir kiriman (banjir bandang). Dampak banjir adalah tersebarnya berbagai penyakit disebabkan oleh penggunaan air yang digunakan masyarakat, baik air minum maupun air sumur yang telah

13

Alan Strahler, Physical Geography Science and System of The Human Environment, (New York: John Wiley and Sons, Inc, 1997), h.377.

14

Henri Subiakto, Memahami Bencana, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008), h. 29


(31)

tercemar oleh air banjir. “Air banjir membawa banyak bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia yang berbahaya. Umumnya penyakit yang sering terjadi adalah diare dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk atau serangga, seperti demam berdarah, malaria dan lain-lain”.15

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan lebat yang berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman maka debit puncak sungai akan meningkat antara 5-20 kali. Angka 5 dan angka 20 ini tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman demikian pula untuk perubahan yang lainnya maka akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan.

Perlu pula diketahui bahwa perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada aliran permukaan (run-off). Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi aliran permukaan diatas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah tergantung kondisi tanahnya.

Sudah sering ada pernyataan bahwa apabila hutan digunduli atau menjadi kawasan pemukiman resapannya hilang terjadilah banjir. Pernyataan ini kurang tepat, seharusnya yang perlu disampaikan adalah apabila hutan digunduli atau menjadi kawasan pemukiman maka run-off (aliran permukaan) akan meningkat signifikan dan terjadilah banjir.

Resapan yang masuk ke dalam tanah relatif tetap karena jenis tanahnya tidak berubah.Namun, kuantitas resapan menjadi kecil karena di atas tanah yang bisa meresap air berubah menjadi bnagunan permanen yang kedap air.

15

Henri Subiakto, Memahami Bencana, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008), h. 29


(32)

“Hubungan antara run-off dan resapan mempunyai perbedaan tingkat besaran (order of magnitude) yang besar”.16 Bila yang dibicarakan adalah run-off maka, kecepatan air berkisar dari 0,1-1 m/detik bahkan bisa mencapai 10 m/detik tergantung dari kemiringan lahan tinggi aliran, penutup lahan. Bila yang dibicarakan adalah resapan maka kecepatan air yang meresap ke dalam tanah tergantung dari jenis tanah.17

Oleh karena itu faktor penutup lahan cukup signifikan dalam pengurangan atau peningkatan aliran permukaan.“Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang tinggi, sehingga apabila hujan turun ke wilayah hutan tersebut, faktor penutup lahan akan memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa terjadi kecepatannya mendekati nol”.18

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab banjir yaitu curah hujan tinggi, buruknya penanganan sampah, kawasan kumuh di sepanjang sungai.Dan faktor penyebab banjir yang paling dominan adalah perubahan tata guna lahan.

b. Pengertian dari Rawan Bencana, Bahaya, Kerentanan dan Risiko Bencana

1. Rawan Bencana

Rawan Bencana adalah “kondisi atau karakter geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan

16

Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (banjir, longsor, kekeringan dan tsunami). (Jakarta: Yarsif Watampone (Anggota IKAPI), 2006), h. 164

17

Ibid.

18


(33)

mengurangi kemampuan untuk menanggagapi dampak buruk bahaya tertentu”.19

Resiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Arti Mitigasi Bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang. 2. Bahaya (Hazards)

Bahaya adalah “suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Berdasarkan United Nations-International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), bahaya ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu:”20

a. Bahaya beraspek geologi, antara lain gempabumi, tsunami, gunungapi, longsor.

b. Bahaya beraspek hidrometerologi, antara lain: banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang.

c. Bahaya beraspek biologi, antara lain : wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman.

d. Bahaya beraspek teknologi, antara lain : kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, kegagalan teknologi.

e. Bahaya beraspek lingkungan, antara lain : kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, pencemaran limbah.

19

http://kawasan.bappenas.go.id diakses pada tanggal 25 April 2014

20


(34)

3. Kerentanan (Vulnerability)

Kerentanan merupakan “suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya”.21

Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila bahaya terjadi pada kondisi yang rentan.Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik (infrastruktur), sosial kependudukan, dan ekonomi.

Kerentanan fisik (infrastruktur) menggambarkan suatu kondisi fisik (infrastruktur) yang rawan terhadap faktor bahaya tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator sebagai berikut: persentase kawasan terbangun; kepadatan bangunan; persentase bangunan konstruksi darurat; jaringan listrik; rasio panjang jalan; jaringan telekomunikasi; jaringan PDAM; dan jalan KA. Wilayah permukiman di Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentasi kawasan terbangun, kepadatan bangunan dan bangunan konstruksi darurat di perkotaan sangat tinggi sedangkan persentase, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM , jalan KA sangat rendah.

4. Risiko Bencana (Disaster Risk)

Menurut Bappenas, risiko bencana adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya (hazard) yang ada. “Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga internal maupun eksternal, sedangkan tingkat

21


(35)

kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat”.22

“Bencana tidak akan terjadi apabila masyarakat mempunyai kapasitas untuk mengatasi ancaman bencana banjir.Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi gagasan dan peningkatan kapasitas masyarakat sehingga mampu mengelola resiko yakni menanggulangi bencana, mengurangi dampak dan mempunyai kesiapan menghindari risiko”.23

“Pengurangan risiko bencana merupakan desain baru dalam pengembanganan kerangka kerja untuk mengurangi risiko dengan menitikberatkan pada upaya pemberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi bencana”.24

Secara umum, resiko dapat dirumuskan:

Atau dapat ditulis sebagai berikut:

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rawan bencana, bahaya, kerentanan dan risiko bencana memiliki kaitan yang erat mengenai karakteristik daerah yang dapat mengakibatkan banjir.

22

http://kawasan.bappenas.go.id diakses pada tanggal 25 April 2014 23

Ermawan Susanto, Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Daerah Aliran Sungai Code dalam Menanggulangi Dampak Bencana Banjir, 2010.

24

Hermawan Hendarsah, Pemetaan Partisipatif Ancaman, Strategi Coping dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, 2012.

Resiko = Bahaya X Kerentanan Kemampuan


(36)

c. Karakteristik Bencana Banjir dan Permasalahan dalam Pengelolaan Bencana Banjir

1. Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, diantaranya: a.Waktunya tergantung dari besarnya banjir, bisa lama atau singkat.

Pengertian ini banjir bisa sesaat dalam hitungan menit namun datangnya tiba-tiba, bisa menggenang atau membanjiri suatu wilayah dengan proses perlahan.

b. Genangan bisa sesaat, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu dan datangnya pun bisa cepat dan perlahan-lahan.

c. Kecepatan datang secara perlahan-lahan atau langsung, bisa menjadi banjir bandang, bahkan dalam kondisi tertentu akibat daya rusak air yang besar bisa berupa banjir air bercampur lumpur, batu besar dan kecil serta benda lainnya.

d. Pola banjirnya musiman

e. Akibat yang ditimbulkan adalah “terjadinya genangan, erosi dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya terisolasinya daerah pemukiman dan diperlukan evakuasi penduduk”.25

2. Permasalahan dalam Pengelolaan Bencana Banjir

Beberapa permasalahan dalam pengelolaan bencana banjir adalah: a. Kesulitan jalan ke lokasi bencana

b. Kesulitan dalam upaya penyelamatan terutama di daerah yang terpencil

c. Kesulitan obat-obatan d. Kesulitan evakuasi

e. Terbatasnya ketersediaan bantuan

f. Apabila bencana terjadi dalam waktu yang lama diperlukan persediaan pangan yang cukup.

25

Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (banjir, longsor, kekeringan dan tsunami).(Jakarta: Yarsif Watampone (Anggota IKAPI), 2006), h. 161.


(37)

Dari deskripsi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bencana banjir memiliki karakteristik tertentu yang menyebabkan lama atau singkat banjir tersebut terjadi.

d. Mekanisme Perusakan dari Bencana Banjir

Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan bergolak (turbulent) meskipun tidak terlalu dalam dapat menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret material yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan mampu merusakan pondasi bangunan, pondasi jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada bangunan‐bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan diendapkan dan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman, perumahan serta timbulnya wabah penyakit.

Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungainya curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat, dapat mencapai ketinggian lebih dari 12 meter (Banjir Bahorok, 2003) limpasannya dapat membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta dapat merusak atau menghanyutkan apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali. “Banjir semacam ini dapat menyebabkan jatuhnya korban manusia (karena tidak sempat mengungsi) maupun kerugian harta benda yang besar dalam waktu yang singkat”.26

26


(38)

e. Kajian Bahaya Banjir dan Parameter

1. Kajian Bahaya Banjir

Diperlukam kajian atas kejadian banjir yang telah terjadi sebagai data historis dan empiris yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kerawanan dan upaya antisipasi banjir suatu daerah. Kajian tersebut diantaranya mencakup :

a. Rekaman atau catatan kejadian bencana yang telah terjadi memberikan indikasi awal akan datangnya banjir dimasa yang akan datang atau dikenal dengan banjir periodik (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima puluh tahunan atau seratustahunan).

b. Pemetaan topografi yang menunjukkan kontur ketinggian sekitar daerah aliran atau sungai yang dilengkapi dengan estimasi kemampuan kapasitas system hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan serta plotting berbagai luas genangan yang pernah terjadi.

c. Data curah hujan sangat diperlukan untuk menghitung kemungkinan kelebihan beban atau terlampauinya kapasitas penyaluran sistem pengaliran air baik system sungai maupun sistem drainase.

2. Parameter atau tolak ukur bahaya dapat ditentukan berdasarkan: a. Luas genangan (km², hektar)

b. Kedalaman atau ketinggian air banjir (meter) c. Kecepatan aliran (meter/detik, km/jam)

d. Material yang dihanyutkan aliran banjir (batu, bongkahan, pohon, dan benda keraslainnya)

e. Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur (meter, centimeter) f. Lamanya waktu genangan (jam, hari, bulan).27

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa data historis dan data empiris pada saat kejadian banjir sangat penting untuk dikaji guna

27


(39)

menentukan tingkat kerawanan dan upaya antisipasi banjir di suatu daerah.

f. Penanggulangan Bencana Banjir

Penanggulangan bahaya banjir pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis kegiatan yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Penanganan yang bersifat fisik yaitu kegiatan pengendalian banjir yang bersifat mengatur dan mengubah kondisi alamiah sungai sedemikian rupa sehingga kerugian yang ditimbulkannya dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya.

Jenis kegiatan fisik yang diterapkan tergantung pada kondisi sungai yang bersangkutan dan faktor-faktor alamiah penyebab timbulnya masalah banjir. Penanganan fisik dilakukan dengan cara merendahkan elevasi muka air banjir atau mencegah agar aliran banjir tidak melimpah menggenangi daerah kanan kiri sungai.

Penanganan bahaya banjir yang bersifat fisik adalah kegiatan pengendalian banjir dengan pengaturan dan normalisasi alur sungai, pengendalian banjir dengan tanggul atau tembok banjir, pengendalian banjir dengan saluran bypass atau banjir kanal, pengendalian banjir dengan tampungan banjir sementara atau kolam retensi, dan pengendalian banjir dengan sistem drainase dan pompanisasi.

Kegiatan non fisik dilakukan dengan mengembangkan sistem peringatan dini banjir, sosialisasi penanggulangan bencana kepada masyarakat setempat, pelatihan pengungsian, pembuatan peta bahaya dan sebagainya.28

Jenis-jenis kegiatannya antara lain adalah: (1) Pengaturan tata guna lahan di dataran banjir yang penggunaannya disesuaikan dengan kemungkinan terjadinya genangan banjir,(2) Pemindahan penduduk dari daerah ancaman banjir. (3) Pemasangan sistem prakiraan dan pemberitaan dini akan adanya banjir kepada masyarakat. (4) Pengaturan

28

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. (Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h. 13


(40)

elevasi lantai bangunan di daerah banjir. (5) Pembinaan kesadaran masyarakat terhadap kejadian dan bahaya banjir.29

g. Gejala dan Peringatan Dini

Datangnya banjir diawali dengan gejala‐gejala sebagai berikut: (1) Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan peringatan akan datangnya bencana banjir di daerah rawan bencana banjir, (2) Tingginya pasang laut yang disertai badai mengindikasikan akan datangnya bencana banjir beberapa jam kemudian terutama untuk daerah yang dipengaruhi pasang surut, (3) Evakuasi dapat dimulai dengan telah disamai atau dilampauinya ketinggian muka banjir tertentu yang disebut muka banjir/air siaga. Upaya evakuasi akan efektif jika dilengkapi dengan sistem monitoring dan peringatan yang memadai.30

h. Tindakan Penyelamatan Diri Sebelum dan Saat Datangnya Banjir

1. Tindakan penyelamatan diri sebelum datangnya banjir

a. Untuk menghindari risiko banjir, sebaiknya membuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi dan melakukan tindakan pencegahan

b. Untuk daerah-daerah yang berisiko banjir, sebaiknya:

Mengerti akan ancaman banjir, melakukan persiapan untuk mengungsi, mengembangkan program penyuluhan, memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah, mengatur aliran air ke luar daerah, menjaga agar system pembuangan limbah dan air kotor, dan memasang tanda ketinggian air.

c. Untuk tindakan di rumah berisiko banjir, sebaiknya simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman. d. Untuk aktivitas mengurangi risiko banjir, dilakukan tindakan:

29

Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. (Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011), h. 13

30


(41)

“Buat sumur resapan bila memungkinkan, tanam lebih banyak pohon besar”.31

2. Tindakan penyelamatan diri saat banjir

a. Jika banjir skala kecil terjadi, tetapi hujan masih berlangsung dan sudah diumumkan agar bersipa-siap mengungsi, maka lakukan tindakan:

 Dengarkan pengumuman dari pihak yang berwenang melalui radio dan televisi, sebarkan status siaga banjir lewat masjid atau media lainnya

 Bila status masih siaga banjir, telitilah dan periksalah isi koper barang bawaan adakah yang sudah kadaluarsa atau ada yang rusak.  Kalau rumah berlantai 2, maka segera pindahkan barang berharga

ke lantai 3.

b. Kumpulkan keluarga, ambil koper atau tas yang sudah dipersiapkan untuk mengungsi dan evakuasi.

c. Matikan aliran listrik dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik yang terkena banjir.

d. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah

e. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.

f. Segera mengungsi ke tempat yang aman (lebih tinggi). “Dengarkan instruksi dari pihak yang berwenang setempat bila hendak mengungsi”.32

31

Henri Subiakto, Memahami Bencana. (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008), h. 30

32


(42)

i. Kerugian yang timbul akibat banjir

Pembangunan infrastruktur terus dikembangkan baik itu infrastruktur transportasi, pemukiman, perumahan, komunikasi, system keairan, dan lain-lain.Konsekuensi dari perkembangan infrastruktur adalah perubahan tata guna lahan dari kondisi alam seperti hutan, tanaman bakau dan tanaman lainnya menjadi kondisi buatan manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Karena perubahan tata guna lahan cenderung merubah saja tanpa memperhitungkan dampaknya maka salah satu kerugian nyata adalah kerugian banjir terus meningkat.Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor kunci meningkatnya persoalan banjir.

Walaupun upaya-upaya pengendalian banjir telah banyak dilakukan, namun banjir masih terus meningkat.Karena sesuai teori perubahan tata guna lahan mengkontribusi peningkatan banjir puluhan kali sedangkan pengendalian banjir terutama dengan pembangunan fisik hanya mampu dan berkapasitas dua sampai empat kali saja. Dengan kata lain apabila tidak dilakukan dengan cara yang benar persoalan banjir tidak akan pernah bisa dipecahkan.

“Kerugian akibat banjir pada umumnya reatif dan sulit diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak langsung.Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik atau rusaknya infrastruktur akibat banjir yang terjadi”.33

Contoh kerugian langsung meliputi, antara lain: 1. Hilangnya nyawa atau terluka

2. Hilangnya harta benda

3. Kerusakan di pemukiman (pedesaan atau perkotaan)

4. Kerusakan di wilayah perdagangan (pasar, took, pusat-pusat perbelanjaan)

33

Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (banjir, longsor, kekeringan dan tsunami). (Jakarta: Yarsif Watampone (Anggota IKAPI), 2006), h. 162


(43)

5. Kerusakan di daerah industry atau pabrik

6. Kerusakan di daerah pertanian (padi maupun tanaman palawija)

7. Kerusakan daerah peternakan (sapi, kambing, kuda, ikan atau udang di kolam atau tambak)

8. Kerusakan jembatan 9. Kerusakan system irigasi 10.Kerusakan system drainase

11.Kerusakan system pengendalian banjir termasuk bangunannya 12.Kerusakan system air bersih

13.Kerusakan sungai

14.Kerusakan system kelistrikan

15.Kerusakan komunikasi (telekomunikasi)

Sedangkan kerugian akibat banjir tidak langsung berupa kerugian dan kesulitan yang timbul secara tidak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti terputusnya komunikasi, terganggunya pendidikan, kesehatan dan kegiatan bisnis dan lain sebagainya.

Trauma psikis akibat banjir (yang menimbulkan kerugian harta benda dan kehilangan anggota keluarga ). “Oleh karena itu analisis kerugian akibat banjir harus dilakukan dengan sangat detail dan ditinjau dari semua aspek. Data yang diambil harus data primer terkini dan data sekunder yang memadai”.34

34

Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (banjir, longsor, kekeringan dan tsunami). (Jakarta: Yarsif Watampone (Anggota IKAPI), 2006), h.163


(44)

j. Definisi Pola Pemukiman Penduduk dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemukiman Penduduk serta Bentuk- Bentuk Pola Pemukiman Penduduk

1. Definisi Pola Pemukiman Penduduk

Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya.Pengertian pola dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat.“Sebaran permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya”.35

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemukiman penduduk adalah bentuk persebaran tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemukiman Penduduk

Kalau diperhatikan, ternyata bentuk atau pola pemukiman antara daerah satu dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi, karena faktor geografi yang berbeda.

Secara umum adanya perbedaan pola pemukiman penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Relief

Permukaan muka Bumi terdiri dari berbagai relief seperti pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai. Kondisi ini

35


(45)

menyebabkan penduduk membuat pemukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat ia berada.

b. Kesuburan Tanah

Tingkat kesuburan tanah di setiap tempat berbeda-beda.Di daerah pedesaan, lahan yang subur merupakan sumber penghidupan bagi penduduk.Oleh karena itu mereka mendirikan tempat tinggal berkumpul dan memusat dekat dengan sumber penghidupannya.

c. Keadaan Iklim

Faktor-faktor iklim seperti curah hujan, intensitas radiasi Matahari dan suhu di setiap tempat berbeda-beda. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan kondisi alam daerah tersebut. Kondisi ini akan berpengaruh pada pola pemukiman penduduk di daerah itu. “Pada daerah dingin seperti pegunungan, dataran tinggi serta di Kutub utara orang akan cenderung mendirikan tempat tinggal saling berdekatan dan mengelompok. Sedangkan di daerah panas pemukiman penduduk cenderung lebih terbuka dan agak terpencar”.36

d. Keadaan Ekonomi

Kegiatan ekonomi seperti pusat-pusat perbelanjaan, perindustrian, pertambangan, pertanian, perkebunan dan perikanan akan berpengaruh pada pola pemukiman yang mereka pilih, terutama tempat tinggal yang dekat dengan berbagai fasilitas yang menunjang kehidupannya. Karena hal itu akan memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. e. Kultur Penduduk

Budaya penduduk yang dipegang teguh oleh suatu kelompok masyarakat akan berpengaruh pada pola pemukiman kelompok tersebut. Di beberapa daerah tertentu seperti suku badui di Banten, Suku Toraja di

36


(46)

Sulawesi Selatan, Suku Dayak di Kalimantan, cenderung memiliki pola pemukiman mengelompok dan terisolir dari pemukiman lain.

3. Bentuk-Bentuk Pola Pemukiman Penduduk

Pola persebaran pemukiman penduduk dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan tanah, tata air, topografi dan ketersediaan sumber daya alam yang terdapat di wilayah tersebut.

“Ada tiga pola pemukiman penduduk dalam hubungannya dengan bentang alamnya, yaitu sebagai berikut”:37

a. Pola Pemukiman Memanjang (Linear).

Pola pemukiman memanjang memiliki ciri pemukiman berupa deretan memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api atau pantai.

1. Mengikuti Jalan

Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri jalan.Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di dataran rendah yang morfologinya landai sehingga memudahkan pembangunan jalan-jalan di pemukiman.Namun pola ini sebenarnya terbentuk secara alami untuk mendekati sarana transportasi.

2. Mengikuti rel kereta api

Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri rel kereta api. Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di daerah perkotaan terutama di DKI Jakarta dan atau daerah padat penduduknya yang dilalui rel kereta api.

3. Mengikuti Alur Sungai

Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti aliran sungai.Biasanya pola pemukiman ini terdapat di daerah pedalaman yang memiliki sungai-sungai besar.Sungai-sungai

37


(47)

tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan penduduk.

4. Mengikuti Garis Pantai

Daerah pantai pada umumnya merupakan pemukiman penduduk yang bermata pencaharian nelayan.“Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti garis pantai.Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu mencari ikan ke laut”.38

b. Pola Pemukiman Terpusat

Pola pemukiman ini “mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan menyebar, umumnya terdapat di daerah pegunungan atau daerah dataran tinggi yang berelief kasar, dan terkadang daerahnya terisolir”.39Di daerah pegunungan pola pemukiman memusat mengitari mata air dan tanah yang subur.Sedangkan daerah pertambangan di pedalaman pemukiman memusat mendekati lokasi pertambangan. Penduduk yang tinggal di pemukiman terpusat biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan dan hubungan dalam pekerjaan.Pola pemukiman ini sengaja dibuat untuk mempermudah komunikasi antarkeluarga atau antarteman bekerja.

c. Pola Pemukiman Tersebar.

Pola pemukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada daerah dataran tinggi atau daerah gunung api penduduk akan mendirikan pemukiman secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman. Sedangkan pada daerah kapur pemukiman penduduk akan tersebar mencari daerah yang memiliki kondisi air yang baik. Mata pencaharian penduduk pada pola

38

Enok Maryani, Geografi Desa Kota, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), h. 12 39


(48)

pemukiman ini sebagian besar dalam bidang pertanian, ladang, perkebunan dan peternakan.

d. Bentuk perkampungan mengelilingi fasilitas tertentu

Bentuk perkampungan seperti ini umumnya kita temui di daerah dataran rendah, dimana banyak terdapat fasilitas-fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.“Fasilitas tersebut misalnya mata air, danau, waduk dan fasilitas lain”. 40

B. Hasil Penelitian Relevan

I. Susi Anggraini (0389060534). 1996. Wilayah Banjir di Cekungan Bandung. Universitas Indonesia: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dari hasil analisis diperoleh gambaran penyebab terjadinya banjir di cekungan Bandung adalah:

Curah hujan maksimum tahun 1994 di cekungan Bandung; curah hujan bulanan lebih dari 400 mm dengan curah hujan harian lebih dari 50 mm dan intensitas curah hujan 102-178 mm/jam.

Keadaan fisik daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, lereng antara 0-2% hingga 2-15% terletak di tengah-tengah wilayah penelitian yang merupakan cekungan dengan penggunaan tanah persawahan dan pemukiman di daratan alluvial.41

II. Sari Aulia Santri. 2007. Karakteristik Sempadan dan Korelasinya dengan Wilayah Rawan Banjir DA Ciliwung di Jakarta. Universitas Indonesia: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Berdasarkan survey lapang dan hasil pengolahan data diketahui bahwa karakteristik sempadan DA Ci Liwung di Jakarta berdasarkan kondisi alur

40

Enok Maryani, Geografi Desa Kota, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), h. 12

41

Susi Anggraini, Wilayah Banjir di Cekungan Bandung, (Depok: Universitas Indonesia, 1996)


(49)

sungai sebagian besar masih alami, berdasarkan struktur vegetasi sebagian besar terganggu, sedangkan berdasarkan intensitas penggunaan tanah sebagian besar sudah tidak alami lagi.Korelasi terhadap banjir topografi berdasarkan variable penggunaan tanah intensif tidak berhubungan signifikan, kemudian berdasarkan variable kondisi alur berhubungan signifikan, dan berdasarkan variable struktur vegetasi hanya sisi sempadan timur yang berhubungan signifikan.Sedangkan korelasi terhadap banjir hidrologi, semua variable tidak berhubungan secara signifikan.42

III. Novi Irawati. Banjir di Jakarta Bagian Barat. 1987. Universitas Indonesia: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Banjir di Jakarta bagian barat ternyata disebabkan oleh curah hujan maksimum dengan intensitas tertinggi saat itu dan pasang naik air laut yang tinggi, serta didukung oleh kondisi fisik wilayahnya.Banjir ditemui di rawa-rawa, sekitar tanggul pantai, daratan rendah alluvial yang memeng berbakat untuk banjir dan terletak di sepanjang badan-badan sungai yang lebih rendah dengan ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut atau merupakan cekungan-cekungan.Selain itu, penggunaan tanah di wilayah tersebut berupa areal pemukiman atau bangunan industry, jasa, fasilitas umum dan tanah kosong yang telah diperuntukkan, dimana tadinya merupakan rawa-rawa tempat air menggenang dan meresap.43

42

Sari Aulia Santri, Karakteristik Sempadan dan Korelasinya dengan Wilayah Rawan Banjir Da Ci Liwung di Jakarta, (Depok: Universitas Indonesia, 2007)

43


(50)

C.

Kerangka Berpikir

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Faktor Manusia:

1. Kerusakan bangunan pengendali banjir 2. Kurangnya daerah

resapan air

Faktor Alam: 1. Curah hujan 2. Letak daerah yang

rendah

3. Pengaruh fisiografi atau geofisik sungai

Banjir di Perumahan Sawangan Asri Partisipasi

Masyarakat

1. Pengaturan pembuangan sampah 2. Membersihkan saluran drainase 3. Pembuatan benteng atau tanggul 4. Penanaman pohon


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Perumahan Sawangan Asri, Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

Sumber peta: http://mediacenterkpudepok.blogspot.com

Gambar 3.1 Peta Kota Depok Tahun 2013

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dimulai dari perencanaan, penentuan alat pengumpulan data penelitian, persiapan instrumen kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian ini secara


(52)

keseluruhan dimulai pada saat permohonan izin penelitian sampai proses penelitian adalah pada bulan Februari sampai November 2014.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode deskriptif yaitu “metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian pada masa sekarang berdasarkan realitas sosial dan kemudian dianalisa”.1

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu harus ditentukan populasi penelitian. Batasan populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah “keseluruhan obyek penelitian”. 2

Populasi penelitian adalah seluruh warga Perumahan Sawangan Asri yang berjumlah satu RT yaitu RT 04 dan terdapat 25 KK.

2. Sampel Penelitian

Dilihat dari prinsip pengambilan sampel, jumlah populasi tersebut akan diambil sampelnya dengan merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu: “apabila obyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaliknya, apabila obyeknya lebih besar dapat diambil 10%-15% atau 20% atau lebih.

1

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 68.

2

Suharsimi Arikunto, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Rineka Cipta. Cet. Ke -15, hal. 173.


(53)

Sampel diambil dari populasi, populasi berjumlah 25 kepala keluarga, maka diputuskan untuk mengambil seluruh populasi yang ada yaitu 25 kepala keluarga di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, sehingga menjadi penelitian populasi.3

D. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat Penelitian

a. Kamera digital b. Laptop

2. Bahan Penelitian

a. Laporan Tahunan Kelurahan Sawangan Baru tahun 2011 b. Peta Kota Depok Tahun 2013

c. Angket

d. Pedoman wawancara

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya adalah:

1. Angket

Teknik untuk mengumpulkan data melalui komunikasi tidak langsung berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh sumber data, dalam hal ini sampel penelitian yaitu sebagian warga perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan peneliti dalam “mengumpulkan data untuk tujuan penelitian dengan cara bertemu langsung atau bertatap muka

3

Suharsimi Arikunto, (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Rineka Cipta. Cet. Ke -15, hal. 173.


(54)

dengan informan dengan menggunakan pedoman wawancara atau pun tidak”.4 Adapun informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini antara lain ketua RT dan warga Perumahan Sawangan Asri.

3. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian dengan mengunjungi daerah yang menjadi objek penelitian dan survei langsung kondisi lingkungan serta melakukan pertemuan dengan masyarakat setempat. Dalam hal ini, “peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data (informan) bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan”.5

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai bentuk partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

4. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan situasi sosial warga Perumahan Sawangan Asri. Kemudian yang dapat dijadikan data dokumentasi yaitu “berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang atau masyarakat sekitar. Serta sebagai data pendukung dari data observasi dan wawancara”.6

4

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 68.

5

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 312. 6

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,


(55)

F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan instrumen yang ditujukan kepada responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian, yaitu:

1. Angket merupakan “suatu teknik informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang”.7

Angket berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

2. Wawancara tentang partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Penelitian Indikator

Penyebab Banjir 1. Buang sampah

2. Curah hujan

3. Pengaruh Fisiografi atau geofisik sungai 4. Drainase lahan

5. Kerusakan bangunan pengendali banjir Bentuk Partisipasi

Masyarakat

1. Pengaturan buang sampah 2. Pembersihan saluran drainase 3. Pembuatan benteng atau tanggul 4. Penanaman pohon

7


(56)

G. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut dianalisis. Data yang dianalisis adalah data yang dikumpulkan dari hasil angket, wawancara dan observasi, yang kemudian menjadi data yang konkret.

1. Data Partisipasi Masyarakat dalam Mengurangi Risiko Bencana Banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok

Pengolahan data hasil jawaban angket responden dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengelola data dalam penulisan ini, penulis melakukan langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah

diselesaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.

2. Scoring yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pertanyaan dalam angket terdapat 4 butir jawaban yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak pernah yang harus dipilih oleh responden.

3. Tabulating yaitu setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk kemudian diketahui perhitungannya.8

8

Mardialis Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 137.


(57)

b. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis kuantitatif, yaitu menggambarkan apa adanya.

Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Prosentase f = Frekuensi N = Jumlah sampel 100 = Bilangan tetap

2. Skala Pengukuran Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpulan data dalam suatu penelitian yang dapat berupa kuesioner atau angket, sehingga skala pengukuran instrumen adalah menentukan satuan yang diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert sebagai skala pengukuran instrumen penelitian. Kemudian yang dimaksud dengan skala likert adalah “skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.9 Dan peneliti menggunakan skala likert untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam mengurangi risiko bencana banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 134


(58)

Langkah-langkah menyusun skala Likert’s Summeted Rating : a. Tentukan secara tegas sikap terhadap topik apa yang akan diukur. b. Tentukan secara tegas, subvariabel atau dimensi yang menyusun sikap

tersebut, kognitif, afektif dan konatif (kecenderungan perilaku).

c. Susun pernyataan atau pertanyaan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang menyusun sikap yang akan diukur sesuai dengan indikator.

d. Setiap item diberi respon yang sifatnya tertutup (closed questionare). e. Untuk setiap respon, jawaban diberi skor berdasarkan kriteria sebagai

berikut: apabila item positif maka angka terbesar diletakkan pada respon selalu sedangkan bila item negatif maka angka terbesar diletakkan pada respon tidak pernah.

f. Untuk mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, tentukan skor maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh responden.10

Skor pada Skala Likert yaitu pada bentuk pertanyaan positif, pilihan jawaban selalu memperoleh skor tertinggi dan pilihan jawaban tidak pernah memperoleh skor terendah. Pada bentuk pertanyaan negatif, pilihan jawaban selalu memperoleh skor terendah dan tidak pernah memperoleh skor tertinggi.11

Tabel 3.2 Skala Likert

Pilihan Jawaban Pertanyaan

Positif Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Jarang 2 3

Tidak pernah 1 4

10

http://file.upi.edu/Direktori.pdf diakses pada tanggal 20 April 2014

11


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’ 00”–6° 28’ 00” Lintang Selatan dan 106° 43’ 00”–106° 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek.1

Wilayah Kecamatan Sawangan berada di kota Depok yang terletak pada koordinat 6°40’52” Lintang Selatan dan 106°75’89” Bujur Timur. Kelurahan Sawangan Baru merupakan salah satu kelurahan yang berada pada wilayah Kecamatan Sawangan Kota Depok dengan luas wilayah +216,48 Ha, dengan batas wilayah:

 Sebelah Utara : Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

 Sebelah Timur : Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

 Sebelah Selatan : Kelurahan Pasirputih

 Sebelah Barat : Kelurahan Sawangan

b. Kondisi Iklim

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim, secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara Oktober-Maret.2

Adapun kondisi unsur cuaca dan iklim di kota Depok terdapat pada tabel 4.1:

1

http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi diakses pada tanggal 5 Oktober 2014

2


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Anisa Dwi Kholifah, NIM 1110015000066, Jurusan Pendidikan IPS (Geografi), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis lahir di Jakarta, 24 April 1992. Bertempat tinggal di jalan Pasirputih RT 05 RW 03 No. 25 Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penulis merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ayahanda penulis Markidi dan Ibunda penulis bernama Rukmiati.

Riwayat pendidikan, SDN 01 Pasirputih, SMPN 10 Depok, SMA Sejahtera 1 Depok, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengalaman Organisasi: Ekstra Kurikuler Karate SMPN 10 Depok, PRAMUKA SMPN 10 Depok.

Skripsi ini didedikasikan untuk orang tua tercinta. Semoga bermanfaat untuk sesama dan orang lain.