Efektivitas pola kemitraan kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life cabang syari'ah dalam mengembangkan sharia mega covers

(1)

Efektivitas Pola Kemitraan dalam Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life Cabang Syari’ah dalam Mengembangkan Sharia Mega Covers

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh:

SRI FADHILAH 106046101697

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

EFEKTIVITAS POLA KEMITRAAN DALAM KERJASAMA BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN MEGA LIFE CABANG SYARI’AH DALAM

MENGEMBANGKAN SHARIA MEGA COVERS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

SRI FADHILAH

NIM: 106046101697

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ

NIP. 195607121981031003 NIP.196905282008012010

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1431 H / 2010 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pola Kemitraan dalam Kerjasama Bank

Muamalat Indonesia dengan Mega Life Cabang Syari’ah dalam Mengembangkan Sharia Mega Covers” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 01 Februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 01 Februari 2011

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP: 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM (……….)

NIP: 195505051982031012

2. Sekretaris : Mu‟min Rauf, S.Ag., M.A (……….)

NIP: 150281979

3. Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (……….)

NIP: 195607121981031003

4. Pembimbing II : Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ (……….)

NIP: 196905282008012010

5. Penguji I : Dr. H. Umar Al Hadad, M.Ag (……….)

NIP: 1968090419940110

6. Penguji II : Mohammad Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si (……….)


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 Shafar 1432 H 01 Februari 2011 M


(5)

ABSTRAK

SRI FADHILAH NIM 106046101697. Efektivitas Pola Kemitraan Bank Muamalat

Dengan Mega Life Cabang Syari‟ah Dalam Mengembangkan Sharia Mega Covers. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas dalam kerjasama yang

dilakukan oleh Bank Muamalat dengan Mega Life Cabang Syari‟ah dan mengetahui

manfaat yang diperoleh dari kerjasama tersebut bagi kedua belah pihak. Pada penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh langsung dari data-data dan wawancara dari kedua belah pihak mulai tanggal 28 September 2010 sampai dengan 30 November 2010. Sedangkan untuk metode analisis yang penulis gunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan model Spradley, yaitu dengan metode

purposive sampling dan snowball sampling.Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya ketidakefektifan dalam kerjasama ini karena sasaran/target dan tujuan dari kerjasama ini belum tercapai, yaitu tidak tercapainya target nasabah yang dipengaruhi oleh penambahan biaya administrasi pada produk Shar-E. Selain itu, pada tahun 2009 penjualan terhenti selama 3 (tiga) bulan karena ada perubahan system IT baru pada Bank Muamalat dan kerjasama ini belum diperpanjang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.

Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd NIP. 195607121981031003 Pembimbing II : Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Efektivitas Pola

Kemitraan Dalam Kerjasama Bank Muamalat Indonesia Dengan Mega Life Cabang

Syari‟ah Dalam Mengembangkan Sharia Mega Covers”, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ, Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, motivasi, pengarahan dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang telah didapat oleh penulis dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

5. Ayahanda tercinta Bapak Sumanta, A.Ma dan Ibunda tersayang Ibu Aryati, karena doa, kesabaran, kasih sayang dan motivasi yang diberikan kepada penulis,


(7)

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Emak, Abah, hatur nuhun nya yang sebesar-besarnya, kasih sayangmu tak terhingga sepanjang masa. “Ya

Allah, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sejak

kecil…”amiiin.

6. Teruntuk kakak-kakakku yang sangat penulis cintai, yaitu Kakak, Teteh, T‟Muth,

K‟Ucup, dan K‟Ijal, terima kasih atas dukungannya baik moril maupun materil.

Adik-adikku yang cantik-cantik dan pinter-pinter, Icha, Iim, dan Zizah, terima kasih atas do‟a yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. 7. Sahabat-sahabatku di kampus UIN Na, Umi, Eka, Lia, Riri n Eti yang selalu

bersedia mendengarkan keluh kesah dan memberikan solusi yang paling baik kepada penulis, serta untuk seluruh sahabat-sahabatku tercinta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Seluruh sahabat-sahabatku di HMB Jakarta, Neneng, Teny, Yoe2, Ari, Ipin,

Aang, terima kasih banyak atas motivasi dan do‟a yang diberikan kepada penulis

selama proses dalam menyusun skripsi ini, dan kawan-kawan HMb yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.

9. Segenap guru-guru, pengurus, dan anak-anak TPA Al-Muhajirun Komplek Telkom, terima kasih yang sebesar-besarnya telah mengisi hari-hari dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Bapak Ahmad Sehu Ibrahim selaku Manager SalamMuamalat yang telah banyak

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi, “maaf ya pak udah banyak ngerepotin bapak”.


(8)

11.Bapak Yan Edwinariel, SH dan bapak Ichwan Jufri, S.H.I selaku staff marketing

Mega Life Cabang Syari‟ah yang telah meluangkan waktunya hanya untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, serta segenap karyawan Mega

Life Cabang Syari‟ah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian di Mega Life Cabang Syari‟ah.

12.Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSD 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.

13.Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Jazakumullahu Khairul Jaza.

Ciputat, 27 Shafar 1432 H 01 Februari 2011 M


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL…...………..viii

DAFTAR GAMBAR………...ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah…...………...….7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..………8

D. Review Studi Terdahulu………...10

E. Kerangka Teori……….12

F. Kerangka Pemikiran……….16

G. Metodologi Penelitian………..17

H. Sistematika Penulisan………...…20

BAB II : LANDASAN TEORI A. Efektivitas...23

1. Pengertian Efektivitas…..………23

2. Tolak Ukur Efektivitas………27

B. Kemitraan……….29

1. Pengertian Kemitraan………..29

2. Jenis-jenis Mitra………..30

3. Hubungan Antar Mitra……….…………31

C. Kerjasama (Musyarakah)……….33

1. Pengertian Kerjasama (Musyarakah)………..34

2. Dasar Hukum Kerjasama (Musyarakah)……….36

3. Jenis-jenis Musyarakah/ Syirkah………...37


(10)

D. Kerjasama bagi hasil (Mudharabah)………....43

1. Pengertian Mudharabah………..…43

2. Landasan Syari‟ah………...…44

3. Jenis-jenis Mudharabah………...………...45

4. Rukun Mudharabah………46

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….48

1. Metode dan Sifat Penelitian………...48

2. Data Penelitian……….48

3. Populasi dan Sampel………49

4. Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data………...50

5. Objek Penelitian………...……...52

B. Analisis Data………53

1. Metode Analisis Data………..53

2. Analisis Sebelum di Lapangan………53

3. Analisis Selama di Lapangan Model Spradley………54

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..57

BAB IV : GAMBARAN UMUM SHARIA MEGA COVERS DAN ANALISIS EFEKTIVITAS KERJASAMA A. Gambaran Umum Produk Sharia Mega Covers………...64

1. Definisi Sharia Mega Covers………...64

2. Kenapa Sharia Mega Covers………...64

3. Sharia Mega Covers “Satu Shar-E Mega Fasilitas”……….…....…..65

4. Plan Sharia Mega Covers………...…….66

5. Manfaat Sharia Mega Covers………..70

6. Ketentuan Peserta Sharia Mega Covers………...70

7. Ketentuan Seleksi Risiko Sharia Mega Covers………...71

8. Polis dan Ketentuan Lainnya………...73


(11)

10.Data Tambahan Dalam Aplikasi………74

11.Pengecualian………...………...74

12.Mekanisme Klaim………..76

B. Pola dan Akad Kerjasama Produk Sharia Mega Covers………..79

1. Pola Kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dan Mega Life Cabang Syari‟ah………...……...79

2. Akad Kerjasama……….. 80

C. Efektivitas Kerjasama Produk Sharia Mega Covers………81

1. Sasaran……….81

2. Tujuan………..82

3. Target Peserta Sharia Mega Covers……….82

4. Manfaat Kerjasama bagi Kedua Belah Pihak………..83

D. Analisis Data Perkembangan Produk Sharia Mega Covers……….84

1. Data Penerbitan Produk Sharia Mega Covers……….84

2. Rekapitulasi Peserta Sharia Mega Covers………...86

3. Perbandingan antara Penerbitan Kartu dengan Perolehan Peserta Sharia Mega Covers……….87

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan…………..………...…...92

B. Saran………...94


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu………….………...………..………10

2. Tabel 2.1. Berbagai Bentuk Syirkah dan Pandangan Ulama………..….40 3. Tabel 3.1. Analisis Domain Kerjasama Produk Sharia Mega Covers….55 4. Tabel 4.1. Kesimpulan Efektivitas Kerjasama Produk Sharia Mega

Covers………...…84

5. Tabel 4.2. Jumlah Penerbitan Paket Sharia Mega Covers…………..….84 6. Tabel 4.3. Jumlah Perolehan Peserta Sharia Mega Covers………..…...86 7. Tabel 4.4. Akumulasi Kartu dan Peserta Sharia Mega Covers..……….87 8. Tabel 4.5. Persentase Jumlah Kartu dan Peserta Sharia Mega Covers…88


(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran..……….16

2. Gambar 2.1. Efisiensi dan Efektivitas dalam Manajemen………...…26

3. Gambar 2.2. Skema Musyarakah………...35

4. Gambar 2.3. Skema Mudharabah……..………..46

5. Gambar 3.1. Analisis Taksonomi pada Kerjasama Sharia Mega Covers………...56

6. Gambar 4.1. Grafik Penerbitan Kartu Sharia Mega Covers Periode 2007-2010...…85

7. Gambar 4.2. Grafik Rekapitulasi Peserta Sharia Mega Covers Periode 2007-2010……….86

8. Gambar 4.3.Grafik Perbandingan Penerbitan dan Jumlah Peserta Sharia Mega Covers……...……….89


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat. Bank juga melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan

uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Dalam perbankan syari‟ah, ketiga

fungsi tersebut harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan

syari‟ah yang secara formal di Indonesia ditetapkan oleh Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Pada dasarnya praktek ekonomi Islam sudah mulai dilakukan semenjak masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Secara bertahap teori, syari‟at dan praktek perekonomian Islam terus terbangun seiring dengan perkembangan peradaban Islam. Setelah Rasulullah wafat, generasi Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Utsmaniyyah, kerajaan mamalik di Mesir, kerajaan Murabithin dan Muwahhidin di Maroko dan Kerajaan Mongol di India dan Asia, telah mempraktekan dan mengembangkan sistem perekonomian Islam yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran.1 Dalam suatu perekonomian tidak terlepas dari produksi, distribusi dan konsumsi, dan dalam dunia modern

1 Ali Sakti. Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, cetakan pertama, Maret 2007. h. 29.


(15)

adanya intermediasi dan kebijakan pemerintah, yang mana semua itu bergantung pada tenaga kerja, sumber daya alam, manajemen, dan lain sebagainya.

Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara internasional muncul pada sekitar dasawarsa 70-an, ketika pertama kali diselenggarakan konferensi internasional tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.2

Upaya intensif pendirian Bank Islam di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu pada saat Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (PAKTO) yang mengatur tentang deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0% (nol persen).3

Pesatnya perkembangan lembaga perbankan Islam karena bank Islam memiliki keistimewaan-keistimewaan, salah satu keistimewaannya yang paling utama yaitu melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan. Selain itu, sebagai lembaga yang keberadaannya lebih baru dari pada bank-bank konvensional, bank Islam menghadapi permasalahan-permasalahan, baik yang melekat pada aktivitas maupun pelaksanaannya.

2 Warkum Sumitro. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI, Takaful,

dan Pasar Modal Syari‟ah) di Indonesia, Ed. Revisi, cet. 4, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004. h. 1.

3 Zainul Arifin. “Shariah Life”, artikel dipublikasikan pada tanggal 16 Januari 2007, diakses pada tanggal 26 Oktober 2010 dari http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/perkembangan-bank-islam-di-indonesia.


(16)

Islam melarang memboroskan, menghamburkan harta atau uang, dan menimbun harta benda atau uang (ihtikar). Menimbun berarti menghilangkan manfaat harta benda dan uang, serta menghilangkan kepentingan umum dalam peredaran harta dan uang. Sedangkan harta itu sendiri hakekatnya milik Allah, dan manusia adalah sebagai makhluk yang diamanati, dititipi yang harus menjalankannya dengan baik. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an :

……









“Belanjakanlah harta yang dikuasakan kepadamu oleh Allah untuk

mengurusnya”.(Q.S. Al-Hadid : 7).

Namun demikian, Islam juga memberikan batasan terhadap pemilik harta dalam pengembangan dan investasinya dengan cara-cara yang benar (syar‟i) dan tidak bertentangan dengan akhlak, norma dan nilai-nilai kemuliaan. Tidak pula bertentangan dengan kemaslahatan sosial karena dalam Islam ekonomi dan akhlak tidak dapat dipisahkan.4

Perbankan bebas bunga dalam bentuknya yang murni didasarkan atas konsep

syirkah (kemitraan) atau musyarakah, dan mudharabah (bagi-hasil). Sebuah bank Islam dipahami sebagai intermediator keuangan yang menggalang tabungan


(17)

masyarakat berdasarkan prinsip mudharabah dan menanamkan modal kepada pengusaha-pengusaha.5

Produk perbankan syari‟ah yang termasuk produk penghimpunan dana (funding) adalah tabungan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Adapun yang dimaksud dengan tabungan syari‟ah adalah tabungan yang

dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syari‟ah. Dalam hal ini, Dewan Syari‟ah

Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadi‟ah dan mudharabah.6

Kinerja perbankan syari‟ah memiliki andil besar bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Paling tidak terbukti ketika terjadi krisis keuangan sejak akhir 1997, sistim pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip syari‟ah mampu bertahan dan memiliki kinerja lebih baik.

Era perbankan syari‟ah di Indonesia dimulai pada 1992 dengan berdirinya

Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai lembaga perbankan syari‟ah yang pertama. Sejak saat itu, tingkat pertumbuhan perbankan syari‟ah di tanah air

5 Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algoud, Perbankan Syari‟ah : Prinsip, Ptaktik, dan Prospek, cetakan I, Jakarta, 2007. PT. Serambi Ilmu Semesta, h. 218.

6Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM : Analisis Fiqh dan keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, edisi 3-4, h. 297.


(18)

sangat signifikan, rata-rata mencapai 70% setiap tahun. Pada 2005 telah hadir 3 bank umum syari‟ah, 17 unit usaha syari‟ah dari bank umum konvensional, dan 90

bank perkreditan syari‟ah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.7

Seiring perkembangan perbankan syari‟ah di Indonesia, juga diikuti dengan

perkembangan lembaga keuangan syari‟ah, salah satunya adalah asuransi syari‟ah.

Asuransi syari‟ah (ta‟min, takaful atau tadhamun) dalam fatwa DSN MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang

sesuai dengan syari‟ah. Akad yang sesuai dengan syari‟ah yang dimaksud adalah

yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm

(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.8

PT. Asuransi Jiwa Mega Life mendapatkan penghargaan sebagai asuransi jiwa terbaik 2009 pada Investor Award 2009 yang diadakan di Jakarta pada 1 Juli 2009. Investor Awards merupakan ajang pemberian penghargaan bagi perusahaan asuransi dengan kinerja memuaskan. Predikat terbaik diraih Mega Life untuk kategori aset Rp 1,5 sampai dengan Rp 5 trilyun.

Dewasa ini, semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat, membuat mereka ingin memiliki cadangan dana untuk kebutuhan di masa depannya dan

7 Hermawan Kartajaya, Muhamad Syakir Sula., Syari‟ah Marketing, Jakarta, PT. Mizan Pustaka, 2006. h. 195.

8 Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Jakarta : Kencana, 2009., Edisi 1 cetakan 1., h. 245.


(19)

bagaimana agar dana mereka itu dikelola dengan baik. Selain memiliki simpanan, mereka juga berkeinginan agar dirinya bisa terjamin dengan asuransi sekaligus supaya dana yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan terjangkau oleh setiap orang terutama kalangan menengah ke bawah.

Semakin maraknya industri perbankan syari‟ah, sekarang sudah banyak bank

syari‟ah yang mengeluarkan berbagai macam produk terutama dalam

penghimpunan dana masyarakat, salah satunya yaitu produk Syari‟ah Mega Covers. Sharia Mega Covers adalah kartu multiguna bertabungan dan memiliki manfaat asuransi syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai (bebas biaya) di 12.000 ATM bersama, sebagai kartu debit di lebih dari 40.000 merchant dan sekaligus sangat memungkinkan sebagai kartu anggota dalam sebuah organisasi.

Adapun alasan penulis memilih judul “Efektivitas Pola Kemitraan Dalam Kerjasama PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan PT. Mega Life Cabang Syari’ah Dalam Mengembangkan Produk Sharia Mega Covers” yaitu karena adanya rasa keingintahuan penulis terhadap pola kemitraan dan sejauh mana tingkat efektivitas kemitraan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah dalam mengembangkan produk Sharia Mega Covers tersebut.


(20)

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mengenai kerjasama produk Sharia Mega Covers ini sangat kompleks dan penting untuk dibahas, karena pada umumnya produk asuransi yang dikelola oleh perusahaan asuransi hanya terfokus pada transaksi asuransi. Dalam hal ini produk Sharia Mega Covers merupakan produk asuransi bertabungan, dimana terdapat kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life

Cabang Syari‟ah. Dalam kerjasama tersebut terdapat tentunya ada beberapa permasalahan yang dihadapi antara kedua belah pihak, diantaranya dalam aspek pemasaran, tujuan, sasaran dan sistem kerjasama, kurangnya SDM yang

berbasis syari‟ah, akad, klasifikasi kerja, sosialaisasi produk. Dari permasalahan tersebut akan terlihat seberapa jauh tingkat efektivitas dari kerjasama produk Sharia Mega Covers.

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini tidak melebar dan lebih terarah, maka penulis hanya membatasi tentang bentuk pola kemitraan dan tingkat efektivitas kerjasama yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah dalam mengembangkan produk Sharia Mega Covers.


(21)

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan di atas maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :

a. Apakah akad yang diterapkan dalam kerjasama produk Sharia Mega

Covers sudah sesuai dengan prinsip syari‟ah?

b. Apakah kerjasama produk Sharia Mega Covers antara Bank Muamalat

Indonesia dengan Mega Life Cabang Syari‟ah sudah efektif, yaitu mencapai target, sasaran dan tujuan?

c. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia dan

Mega Life Cabang Syari‟ah dalam mengembangkan Sharia Mega

Covers?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menjelaskan akad yang diterapkan dalam kerjasama produk Sharia Mega Covers yang dilakukan antara PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah.

b. Untuk menganalisa tingkat efektivitas perkembangan produk Sharia Mega Covers dilihat dari pencapaian sasaran, tujuan, dan target peserta Sharia Mega Covers.

c. Untuk memaparkan kendala-kendala yang dihadapi dalam kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia dengan PT.


(22)

Mega Life Cabang Syari‟ah dalam mengembangkan produk Sharia Mega Covers.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi akademik, hasil penelitian ini dapat menjadi media untuk mengembangkan industri perbankan syari‟ah.

b. Bagi perusahaan, semoga dari hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam meningkatkan serta mengembangkan kinerja perbankan dan asuransi syari‟ah yang kompetitif. c. Bagi masyarakat umum, semoga dari hasil penelitian ini banyak

memberikan kontribusi pada perusahaan dalam mensejahterakan ummat.

D. Review Studi Terdahulu

Tabel 1.1

Review Studi terdahulu

No. Judul dan Penulis Fokus Penelitian

1 “Mekanisme Kerjasama PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan PT. Asuransi Takaful Keluarga

Dalam Pengembangan

fullProtek”. Disusun oleh Rahayu

Tridhoni Jurusan Perbankan

Skripsi ini meneliti tentang bagaimana mekanisme perjanjian kerjasama PT. Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Asuransi

Takaful Keluarga dalam


(23)

Syari‟ah Non-Reguler UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008.

hasil penelitian ini difokuskan kepada isi perjanjian dan bentuk kerjasama antara kedua belah pihak, dan bagaimana pandangan hukum Islam terhadap mekanisme kerjasama tersebut.

2 “Efektivitas Pemanfaatan Al Qardhul Hasan Bagi Pedagang

Kecil (Studi Pada BMT

Husnayain Jakarta Timur)”. Disusun oleh Rini Yulianti

Jurusan Perbankan Syari‟ah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 M/ 1429 H.

Dalam skripsi ini membahas mengenai bagaimana efektivitas pemanfaatan Al Qadhul Hasan Bagi Pedagang Kecil. Penelitian ini difokuskan pada efektivitas sebelum dan sesudah pinjaman Al Qardhul Hasan yang diberikan kepada pedagang dan perubahan pendapatan sebelum dan sesudah mendapat Al Qardhul Hasan. 3 “Analisis Efektivitas Iklan

Sebagai Salah Satu Strategi pemasaran Perusahaan Percetakan Dan Penerbitan PT. Rambang Dengan Menggunakan Metode

Jurnal ini membahas tentang analisis efektivitas perdagangan. Penelitian ini difokuskan pada efektivitas periklanan PT. Rambang dengan menggunakan


(24)

Epic Model”. Disusun oleh Yudi

Farola Bram, Alumni Magister

Manajemen Universitas

Sriwijaya. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Tahun 2005.

analisis Model EPIC (Empaty,

Persuasion, Impact, and

Communication).

4 “Telaah Tentang Revitalisasi Program Kerjasama Institusi UNLA Sebagai Respons Atas UU

BHP”. Ditulis oleh Asep Hidayat pada Jurnal Pendidikan dan

Budaya (EDUCARE) Tahun

2010.

Dalam jurnal ini dibahas

mengenai kerjasama antar

lembaga. Fokus pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

analisis SWOT (Kekuatan,

Kelemahan, Peluang dan

Hambatan), yakni fakta yang

mempengaruhi program

kerjasama Institusi UNLA.

Dengan melihat studi review terdahulu diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi fokus penulis yaitu bentuk pola kemitraan yang dilakukan serta mengukur tingkat efektivitas dalam kerjasama PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk dengan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah dalam mengembangkan produk Syari‟ah Mega Covers.


(25)

E. Kerangka Teori

1. Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan).9

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sementara itu Abdurahmat (2003:92) “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.10

Efektivitas juga menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. Ukuran efektivitas merupakan refleksi output.11 Efisien dan efektif itu satu seperti dua sisi mata uang, tidak bisa sepotong-sepotong. Efektif dan efisien adalah satu hal yang saling menyatu. Untuk mencapai sasaran yang efektif seperti high profit, return yang tinggi, margin yang tinggi, efisiensi (penghematan) harus dilakukan. Jika yang dilakukan hanya

9 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 1., Jakarta : Balai Pustaka, 1998. h. 284.

10

Danfar, artikel ini diakses pada 9 Juni 2010 dari

http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html.

11

Indra Bastian. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, (Yogyakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, 2006), h. 77-78.


(26)

efisiensi saja, efektivitas tidak akan tercapai. Efisiensi dan efektivitas itu merupakan satu paket.12

Adapun menurut Drucker, efektivitas erat kaitannya dengan efisiensi, dimana efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar (doing thing right), sedangkan

efektifitas adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right thing). Dalam

bahasa yang sangat sederhana lagi dapat kita artikan bahwa efisiensi adalah

kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Sebaliknya efektifitas adalah kemampuan suatu perusahaan

dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara cepat.13

Bagi Drucker, efektivitas adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan.14

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat (tepat waktu dan tepat guna), efektif, dan efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

2. Kemitraan

Dalam bahasa, mitra berarti teman, sahabat, kawan kerja, pasangan kerja, atau rekan. Sedangkan kemitraan itu sendiri adalah perihal hubungan (jalinan kerjasama) sebagai mitra.15

12Suryo Danisworo, Hendri Tanjung, Membuat Tempat Kerja Feel At Home 7 Prinsip Suryo Management, (Jakarta : PT. Grasindo, 2001), h. 142.

13 Amirullah dan Haris Budiyono,Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), cet ke-2 h. 8.

14Husein Umar. Business An Introduction, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. Ke-2, h. 73.

15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. 1, Jakarta : Balai Pustaka, 1988.


(27)

Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah : “Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.16

Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997

terutama dalam Pasal 1 menyatakan bahwa : “Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan”.

3. Kerjasama (Musyarakah)

Kemitraan dalam ekonomi Islam adalah kemitraan dengan menggunakan akad musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua orang atau lebih dalam melakukan suatu usaha tertentu, yang mana keuntungan dan kerugiannya telah dibagi berdasarkan kesepakatan bersama. Prinsip

musyarakah dimasukkan ke dalam struktur modal bank-bank Islam, sama dengan konsep kemitraan, dan konsep pemilikan saham gabungan.

16Artikel ini diakses pada tanggal 10 Juni 2010, jam 12:14 dari http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/article/viewFile/16220/16212.


(28)

Menurut Luth (2001 : 38), upaya untuk memilih pekerjaan dan menumbuhkan etos kerja yang Islami menjadi satu keharusan.17

4. Mudharabah (Kerjasama Bagi Hasil)

Mudharabah adalah kontrak kerjasama antara paling sedikit dua pihak, yaitu pemilik modal (shahibul maal) yang mempercayakan sejumlah dana kepada pengusaha/pengelola dana (mudharib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Mudharabah merupakan kontrak PLS yang akan memberi pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai.18

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

Akad

17Jusmaliani, dkk. Bisnis Berbasis Syari‟ah, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, Cet pertama, h. 76.

18

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syari‟ah (Prinsip, Praktik, dan Prospek), Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, h. 60.

BANK ASURANSI

Kerjasama Produk

Produk

Bentuk Kerjasama Sasaran dan Tujuan

Efektivitas Kerjasama


(29)

Pada bagan diatas menjelaskan bahwasanya perbankan melakukan akad kerjasama dengan perusahaan asuransi dalam menggabungkan produk kedua perusahaan tersebut dengan menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dari kedua belah pihak. Dari kerjasama itu dibentuklah sebuah produk penggabungan dari dua produk yang berbeda (co-branding), produk bank dengan asuransi dalam 1 (satu) paket. Pada kerjasama produk tersebut memiliki sasaran dan tujuan, diketahui pula bentuk dari kerjasama yang mereka sepakati. Kerjasama yang berhasil adalah kerjasama yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi, yakni sasaran dan tujuan dari kerjasama tersebut sudah dicapai dengan hasil yang maksimal dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yaitu Efektivitas Pola Kemitraan PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk dengan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah dalam


(30)

2. Data Penelitian

Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak yang bersangkutan, serta dokumentasi dan arsip perusahaan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, baik itu berupa buku-buku sumber, jurnal, surat kabar atau dari sumber-sumber lain yang relevan dengan pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan judul penelitian, penulis menggunakan jenis pengumpulan data sebagai berikut :

a. Riset Kepustakaan (Library Research)

Dalam riset kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah-majalah, buku-buku, artikel, jurnal dan informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Melalui riset ini akan didapat konsep, teori dan definisi-definisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berpikir dan analisa dan proses penulisan.


(31)

b. Riset Lapangan (Field Research)

Dalam riset ini, penulis bermaksud untuk mendapatkan data-data dengan menggunakan tiga cara:

1) Observasi, merupakan pengamatan langsung dan pencatatan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.

2) Interview, adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilakukan pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.19 Interview ini digunakan dengan tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang bersangkutan dan dikerjakan secara sistematis serta berlandaskan pada tujuan penelitian. Adapun penulis melakukan wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak yang terkait yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan PT.

Asuransi Jiwa Mega Life Cabang Syari‟ah.

3) Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data laporan yang didapat dari pihak yang bersangkutan yang berkaitan dengan penelitian.

4. Objek Penelitian

Yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, Gedung Arthaloka Lt. 4 Jl. Jenderal Sudirman No. 2,

19B. Sandjaja & Albertus Heriyanto. Panduan Penelitian, Jakarta, Prestasi Pustakaraya, 2006. h. 145.


(32)

Jakarta 10220 dan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah, Menara Bank Mega Lt.

22, Jl. Kapten Tendean Kav. 12 – 14 A, Jakarta 12790. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 28 September 2010 sampai dengan tanggal 30 November 2010.

5. Metode Analisis Data

Metode penelitian dalam skripsi ini seluruhnya menggunakan metode penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata/ lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang yang berkompeten dibidangnya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan.

6. Teknik Penulisan

Adapun mengenai teknik penulisan karya tulis ini, penulis mengacu

pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh Fakultas Syari‟ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

H. Sistematika Penulisan

Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam lima bab yang secara garis besar sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka


(33)

Pemikiran, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan tentang Pengertian Efektivitas, Tolak Ukur Efektivitas, Pengertian Kemitraan, Jenis-jenis Mitra, Hubungan Antar Mitra, Pengertian Kerjasama (Musyarakah), Dasar Hukum Kerjasama (Musyarakah), Macam-macam Kerjasama (Musyarakah), Rukun dan Syarat Sahnya Kerjasama (Musyarakah), Pengertian Mudharabah (Bagi Hasil), Landasan

Syari‟ah Mudharabah, Jenis-jenis Mudharabah, Jenis-jenis

Mudharabah, dan rukun Mudharabah.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Metodologi Penelitian yang mencakup Jenis Penelitian, Metode dan Sifat Penelitian, Data Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen dan teknik Pengumpulan Data, Objek Penelitian, Analisis Data, Metode Analisis Data, Analisis Sebelum di Lapangan, Analisis Selama di Lapangan model Spradley, serta Uji Validitas dan Reliabilitas.

BAB IV : GAMBARAN UMUMP RODUK SHARIA MEGA COVERS DAN ANALISIS EFEKTIVITAS KERJASAMA

Bab ini menguraikan tentang Gambaran Umum Produk Sharia Mega Covers yang mencakup Definisi, Plan, Manfaat, Ketentuan


(34)

Peserta, Ketentuan Seleksi Risiko, Polis, Mulai dan Berakhirnya Asuransi, Data Tambahan dalam Aplikasi, Pengecualian, dan Mekanisme Klaim, Pola dan Akad Kerjasama, Efektivitas Kerjasama, serta Analisis Data Perkembangan Produk Sharia Mega Covers.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan).20

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti

makin tinggi efektivitasnya. Sementara itu Abdurahmat (2003:92) “Efektivitas

adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.21

Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. Ukuran efektivitas merupakan refleksi output.22Efisien dan efektif itu satu seperti dua sisi mata uang, tidak bias sepotong-sepotong. Efektif dan efisien adalah satu hal yang saling menyatu. Untuk mencapai sasaran yang

20 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 1., Jakarta : Balai Pustaka, 1998. h. 284.

21Othenk, ”Kunci efektivitas untuk produktivitas maksimal”, Artikel ini di akses pada tanggal 9 Juni 2010 dari http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html.

22 Indra Bastian. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, (Yogyakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, 2006), h. 77-78.


(36)

efektif seperti high profit, return yang tinggi, margin yang tinggi, efisiensi (penghematan) harus dilakukan. Jika yang dilakukan hanya efisiensi saja, efektivitas tidak akan tercapai. Efisiensi dan efektivitas itu merupakan satu paket.23

Adapun menurut Drucker, efektifitas erat kaitannya dengan efisiensi, dimana efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar (doing thing right), sedangkan efektifitas adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right thing). Dalam bahasa yang sangat sederhana lagi dapat kita artikan bahwa efisiensi adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Sebaliknya efektifitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara cepat.24 Bagi Drucker, efektivitas adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan.25

Selanjutnya, Stoner, James A.F. dan Freeman, R. Edward (1994) menjelaskan, efisiensi yaitu kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan dengan benar. Pada sisi lain, efektivitas adalah kemampuan untuk memiliki sasaran yang tepat. Lalu James A.F. Stoner menyarankan, sebelum memusatkan

23 Suryo Danisworo, Hendri Tanjung, Membuat Tempat Kerja Feel At Home 7 PrinsipSuryo Management, (Jakarta : PT. Grasindo, 2001), h. 142.

24 Amirullah dan Haris Budiyono,Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), cet ke-2 h. 8.

25Husein Umar. Business An Introduction, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. Ke-2, h. 73.


(37)

perhatian pada efisiensi, kita perlu yakin bahwa telah menemukan hal yang benar untuk dilakukan.26

Perusahaan yang gagal meraih target yang telah ditetapkan tidak bisa disebut sebagai efisien apalagi efektif. Pencapaian target di sini bisa dinyatakan sebagai sebuah indeks obyektif dari efektivitas perusahaan. Yakni tidaklah cukup bagi sebuah perusahaan untuk mencapai tingkatan produksi tertentu, kualitas dan tingkat biaya dari produksi itu sendiri juga perlu

dipertimbangkan. Apabila biaya produksi meningkat karena banyaknya „bahan bakar‟ yang digunakan, dan kualitasnya buruk sehingga kerja tambahan

diperlukan, maka pencapaian target tersebut belumlah menggambarkan efektivitas perusahaan. Dan itu juga tak bisa disebut sebagai efisien. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.

Dari beberapa pengertian dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, dan efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu

26 Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : PT. Grasindo, Yayasan Trisakti, 2001), h. 9.


(38)

perusahaan telah memperhatikan efektifitas operasionalnya. Dengan demikian, dapat kita ambil kesimpulan bahwa antara efektifitas dan efisiensi saling terkait satu sama lain, suatu perusahaan tidak hanya dituntut untuk mengejar tujuan semata, akan tetapi bagaimana tujuan itu bisa dicapai dengan cara yang efektif dan efisien.

Gambar 2.1

Efisiensi dan Efektifitas Dalam Manajemen

Efisiensi (Alat) Efektifitas (hasil akhir)

Limbah tinggi Limbah Rendah Pencapaian Tinggi Pencapaian Rendah

Sumber: Stephen P. Robins dan Mary Coulter27

Banyak perusahaan maupun lembaga social masyarakat yang bekerja secara efisien tetapi belum tentu bisa efektif. Suatu perusahaan bisa saja melakukan tindakan-tindakan yang salah tapi dilakukan secara baik.

27 Stephen P. Robins dan Mary Coulter, Manajemen, edisi ke-6 (Jakarta: PT. Prenhallindo,1999), h. 9.

Penggunaan Sumber Daya

Pencapaian sasaran

Manajemen Sukses : Efisiensi Tinggi dan Efektifitas Tinggi


(39)

2. Tolak Ukur Efektivitas

Dengan melihat beberapa pengertian efektivitas diatas, maka dalam mencapai efektivitas dan efisiensi kerja haruslah memenuhi syarat-syarat ataupun ukuran sebagai berikut :

a. Berhasil guna. Yaitu suatu kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dan mencapai target sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

b. Ekonomis. Dalam usaha pencapaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak ada pemborosan serta penyelewengan.

c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab. Yakni untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

d. Pembagian kerja yang nyata. Yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.

e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab.

f. Prosedur kerja yang praktis. Kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, target efektif dan ekonomis, pelaksaan kerja yang dapat


(40)

dipertanggungjawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.28

Untuk itu suatu perusahaan perlu secara cermat dan terampil mempelajari kondisi lingkungannya. Maka program-program, kebijakan dan strategi pengembangan sangatlah tergantung pada kondisi ekonomi, teknologi, dan lingkungan sosial serta psikologis. Perusahaan juga perlu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan pasar, fiskal dan kebijakan lain dari pemerintah, kondisi ekonomi nasional dan faktor-faktor lain yang punya pengaruh penting pada efektivitas perusahaan.

Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar selalu efisien dan efektif adalah sebagai berikut:

a. Prinsip keseimbangan (tawazun), maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit. b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam

menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi lingkungan dan agamanya.

c. Prinsip tidak boros (mubazir), yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu dan tenaga tidak dipergunakan secara boros. Jika dilihat dari sudut ekonomi

28 Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta : CV. Masagung, 1990), Cet ke-3, h. 36-39.


(41)

sifat ekonomi sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen.

d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seseorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan adil daam semua perbuatannya.29

B. Kemitraan

1. Pengertian Kemitraan

Dalam bahasa, mitra berarti teman, sahabat, kawan kerja, pasangan kerja, atau rekan. Sedangkan kemitraan itu sendiri adalah perihal hubungan (jalinan kerjasama) sebagai mitra.30

Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah : “Kemitraan adalah suatu strategi

bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.31

Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997

terutama dalam Pasal 1 menyatakan bahwa : “Kemitraan adalah kerjasama

usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha

29Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Jakarta : Unsri, 2009, Cet III, h. 153-158.

30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. 1, Jakarta : Balai Pustaka, 1988, h. 588.


(42)

Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan”.

Kemitraan adalah hubungan yang terjadi antara orang-orang yang melakukan bisnis pada umumnya untuk memperoleh suatu keuntungan. Kemitraan terjadi atas persetujuan, yang mungkin secara lisan, berbentuk prilaku, tertulis (yang mencakup kemitraan), atau diatas segel (untuk akte hubungan yang resmi).32

2. Jenis-jenis Mitra

Ada empat pokok jenis mitra33:

a. Kemitraan Biasa, yaitu orang yang dipercaya secara pribadi atas semua hutang dan obligasi suatu perusahaan dan ia ikut ambil bagian dalam pengelolaan usaha tersebut. Oleh karena itu ia disebut mitra yang aktif;

b. Mitra Pasif, yang memberikan modalnya, memperoleh bagian keuntungan dan secara perseorangan dipercaya atas hutang dan obligasi perusahaan, tetapi tidak ambil bagian dalam managemen; c. Mitra Terbatas, orang yang wewenangnya dibatasi oleh besarnya

modal yang ia tanamkan, dan yang tidak dapat ambil bagian dalam managemen perusahaan. Berdasarkan hukum ia berada dalam deretan

32 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995, Jilid 4, h. 354.


(43)

yang lemah sedangkan mitra pasif juga demikian oleh karena kehendaknya sendiri;

d. Mitra yang mendatangkan Keuntungan, orang yang diijinkan untuk masuk ke dalam suatu perusahaan. Ia tidak diberi wewenang sebagai kreditor perusahaan bagi sesuatu yang telah dilakukan sebelum ia bergabung menjadi mitra. Namun demikian, mungkin ia dengan perjanjian khusus dapat diberi wewenang.

3. Hubungan Antar Mitra

Posisi mitra pada umumnya, dapat dilihat dengan dua cara ; (a) Harta Kemitraan, dan (b) Hak-hak Pokok Mitra.34

a. Harta Kemitraan

Harta kemitraan adalah harta yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu modal awal kemitraan atau hasil usaha, baik melalui perdagangan maupun dengan cara lain sebagai milik perusahaan atau untuk mencapai tujuan atau hal-hal yang menyangkut bisnis kemitraan.

b. Hak-hak pokok Mitra

Seorang mitra memiliki hak-hak pokok sebagai berikut yang diberikan oleh co-mitra:

1. Diberikan kepercayaan sepenuhnya secara fair dan baik dari co-mitranya dalam segala bentuk kemitraan.


(44)

2. Berhak untuk ikut ambil bagian dalam manajemen bisnis kemitraan.

3. Dapat mencegah masuknya mitra baru atas persetujuan co-mitranya.

4. Sifat dari bisnis kemitraan tidak dapat diubah tanpa persetujuan mutlak dari seluruh kemitraan, dan apabila menyetujui setiap mitra dapat menggunakan, menelliti dan mencontoh sebagian yang ada.

5. Mitra tidak dapat dipecat begitu saja dengan mayoritas co-mitra kecuali atas kesepakatan diantara para mitra.

6. Berhak untuk memperoleh upah atau bagian dari perusahaan yang dianggap sebagai gaji atau wewenang pribadi yang diberikan kepadanya.

7. Semua mitra berhak untuk andil yang sama dalam permodalan dan perolehan keuntungan bisnis dan juga sama-sama memikul beban jika mengalami kerugian.

8. Dapat memberikan secara mutlak atau melalui perwakilan asset dan keuntungan yang menjadi bagiannya di dalam kemitraan, dan orang yang diberi tersebut berhak untuk menerima, baik itu seluruhnya atau sebagian dari keuntungan tersebut.

Dalam bermitra syari‟ah, akad yang digunakan adalah seperti


(45)

penulis mengenai kerjasama musyarakah dan mudharabah berdasarkan referensi yang didapat.

C. Kerjasama (Musyarakah)

Kemitraan dalam ekonomi Islam adalah kemitraan dengan menggunakan akad musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua orang atau lebih dalam melakukan suatu usaha tertentu, yang mana keuntungan dan kerugiannya telah dibagi berdasarkan kesepakatan bersama. Prinsip musyarakah dimasukkan ke dalam struktur modal bank-bank Islam, sama dengan konsep kemitraan, dan konsep pemilikan saham gabungan.

Menurut Luth (2001 : 38), upaya untuk memilih pekerjaan dan menumbuhkan etos kerja yang Islami menjadi satu keharusan.35

Kerjasama (Musyarakah) merupakan salah satu bentuk transaksi bisnis

syari‟ah dalam mengembangkan asset para emiten. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai kerjasama (Musyarakah) sebagai landasan teori yang dipakai oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Pengertian Kerjasama (Musyarakah)

Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Muslim School Trust ,secara bahasa Al-Syirkah berarti Al-Ikhtilath

(percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari


(46)

musyarakah adalah syirkah atau syarikah atau kemitraan.36 Secara istilah, musyarakah berarti kemitraan dalam suatu usaha, dan dapat diartikan sebagai bentuk kemitraan antara dua orang atau lebih yang menggabungkan modal atau kerja mereka, untuk berbagi keuntungan serta menikmati hak dan tanggung jawab yang sama.

Dewan Syari‟ah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.

36 Sri Nurhayati Wasilah, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat, 2008, h. 134.


(47)

Gambar 2.2

Skema Musyarakah

Sumber: Sri Nurhayati, Akuntansi Syari‟ah di Indonesia

Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.37

37 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari‟ah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 51.

Mitra 1 Akad

Musyarakah

Mitra 2

Proyek Usaha

Apabila Untung, akan dibagi sesuai nisbah Apabila Rugi, akan ditanggung sesuai proporsi

modal Laba/Rugi

Mitra 1

Laba/Rugi Mitra 2 Akad


(48)

2. Dasar Hukum Kerjasama (Musyarakah)

Syirkah/Musyarakah hukumnya ja‟iz (mubah), berdasarkan dalil Hadis Nabi SAW berupa taqrir (pengakuan) beliau terhadap syirkah. Pada saat beliau diutus sebagai Nabi, orang-orang pada saat itu telah bermuamalah dengan cara bersyirkah dan Nabi SAW membenarkannya. Nabi SAW bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah r.a.:“Allah

Azza Wajalla berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang bersyirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, aku keluar dari keduanya.”( HR.Abu Dawud, al -Baihaqi, dan Ad-Daaruquthni).38

Adapun Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surat Shad ayat 24 :

..."



















"...

“…Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang

saleh…” (Q.S. Shad : 24).


(49)

Berdasarkan keterangan Al-Qur‟an dan Hadits tersebut, pada prinsipnya seluruh fuqaha sepakat menetapkan bahwa hokum syirkah adalah mubah/boleh, meskipun mereka masih memperselisihkan keabsahan hokum beberapa jenis syirkah. Selain itu, pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama (musyarakah) tersebut dengan sadar bersepakat untuk melakukan investasi bersama dan berbagi keuntungan sekaligus risiko (kerugian).

3. Jenis-jenis Musyarakah/Syirkah

Dalam khazanah ilmu fiqih, musyarakah meliputi jenis-jenis transaksi yang sangat luas. Secara garis besar, musyarakah terdiri atas empat jenis; Syarikat Keuangan (amwal), Syarikat Operasional (a‟mal), Syarikat Good Will (wujuh), dan Syarikat Mudharabah.39

Dan dalam terminologi Fiqih Islam musyarakah/syirkah dibagi dalam dua jenis, yaitu40 :

a. Musyarakah Kepemilikan (Milk), yaitu kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuag asset nyata, dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut. Misalnya warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih.

39Adiwarman A. Karim. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, Cet 1, h. 81.

40M. Syafi‟I Antonio, Bank Syari‟ah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta : Tazkia Institut, Central Bank of Indonesia, 1999, h. 188.


(50)

b. Musyarakah akad (kontrak), tercipta dengan cara kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk memberikan kontribusi dana musyarakah, juga keuntungan dan kerugiannya.

Musyarakah akad terbagi menjadi : al-„inan, mufawadha, a‟mal,

dan wujuh.41 Madzhab Hambali memasukkan syirkah mudharabah

sebagai syirkah akad yang kelima. Ulama lain menganggap

mudharabah tidak termasuk dalam musyarakah. 1. Syirkah Al-„Inan

Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, yang mana semua mitra usaha ikut andil dalam menyertakan modal dan kerja, yang tidak harus sama porsinya, namun berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak. Para ulama membolehkan jenis musyarakah ini. 2. Syirkah Mufawadhah

Adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih dengan syarat adanya kesamaan pada penyertaan modal, pembagian keuntungan dan kerugian, pengelolaan, kerja, serta orang. Madzhab Hanafi dan madzhab Maliki membolehkan musyarakah jenis ini tetapi memberikan banyak batasan terhadapnya. Sementara

madzhab Syafi‟i dan Hambali melarangnya karena secara realita

41M. Syafi‟I Antonio, Bank Syari‟ah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta : Tazkia Institut, Central Bank of Indonesia, 1999, h. 188-190.


(51)

sukar terjadi persamaan pada semua unsurnya, dan banyak mengandung unsur gharar atau ketidakjelasan.42

3. Syirkah A‟mal/Abdan

Adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagai keuntungan dari pekerjaan itu. Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali membolehkan bentuk syirkah ini, baik bila kedua orang tersebut satu profesi atau

tidak. Sementara itu, madzhab Syafi‟i melarangnya karena hanya

membolehkan syirkah modal, tidak boleh syirkah kerja. 4. Syirkah Wujuh

Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli komoditas dengan pembayaran tangguh dan menjualnya secara tunai.

Madzhab Hanafi dan Hambali membolehkan jenis musyarakah ini, sedangkan madzhab Maliki dan Syafi‟i melarangnya.

Secara ringkas pandangan berbagai ulama terhadap berbagai jenis syirkah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(52)

Tabel 2.1

Berbagai Bentuk Syirkah dan Pandangan Ulama43

Syirkah Hanafi Maliki Syafi‟i Hambali

1. Al-Milk V V V V

2. Al-„Aqd

a. Al-„Inan V V V V

b. Al-Mufawadhah V V X X

c. Al-A‟mal V V X V

d. Al-Wujuh V X X V

Catatan : V dibolehkan, X dilarang.

Terlepas dari jenisnya, akad kerjasama dibolehkan secara syari‟ah asalkan

memenuhi rukun dan ketentuan syari‟ahnya. Oleh karena itu, dibawah ini akan dijelaskan beberapa rukun dan syarat sahnya kerjasama (musyarakah/syirkah).

4. Rukun dan Syarat Sahnya Kerjasama (Musyarakah)

a. Rukun Musyarakah44

1) Sighat (ucapan): Ijab dan qabul (penawaran dan penerimaan). 2) Pihak yang berkontrak (para mitra usaha).

3) Objek Kesepakatan : modal, kerja, dan keuntungan.45 b. Syarat Musyarakah46

43 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari‟ah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 50. 44M. Syafi‟I Antonio, Bank Syari‟ah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta : Tazkia Institut, Central Bank of Indonesia, 1999, h. 190.


(53)

1) Ucapan

Bentuk pengucapan menunjukkan tujuan. Berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah dicatat dan disaksikan.

2) Pihak yang berkontrak

Mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

3) Objek kontrak (dana dan kerja) a) Dana

Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang bernilai sama. Para ulama menyepakati hal ini.

Madzhab Syafi‟i dan madzhab Maliki mensyaratkan dana yang disediakan oleh masing-masing pihak harus dicampur, tidak boleh dipisah dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus. Tetapi madzhab Hanafi tidak mencatumkan syarat ini jika modal itu dalam bentuk tunai, sedangkan madzhab Hambali tidak mensyaratkan pencampuran dana.

b)Kerja

Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah ketentuan dasar. Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara

46M. Syafi‟I Antonio,Bank Syari‟ah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta : Tazkia Institut, Central Bank of Indonesia, 1999, h. 190-191.


(54)

mereka menyatakan tak akan ikut serta menangani pekerjaan dalam kerja sama itu. Namun, tidak ada keharusan mereka untuk menanggung beban kerja secara sama. Salah satu pihak boleh menangani pekerjaan lebih banyak dari yang lain, dan berhak menuntut keuntungan lebih bagi dirinya.

Jadi, Menurut jumhur ulama, rukun syarikah ada tiga: (1) Shighat/aqad

(ijab dan qabul), (2) pihak yang berakad baik yang membawa modal (syariku al-mal) ataupun membawa keahlian dan tenaga (syariku al-abdan), dan (3) usaha. Adapun syarat sah dan tidaknya akad syarikah tersebut amat bergantung pada sesuatu yang ditransaksikan, yaitu harus sesuatu yang bisa ditransaksikan.47

Norhasyimah Mohd. Yasin (1997) menyebutkan beberapa ketentuan

musyarakah48, yaitu:

1. Musyarakah dapat dilakukan untuk transaksi umum atau khusus dalam jangka waktu tertentu, yang bisa diperpanjang jika kedua mitra setuju. 2. Semua mitra harus menerima informasi berkala mengenai kemajuan usaha

(progress report) dan pembiayaannya.

3. Para mitra harus bersepakat sebelum menjalin kontrak musyarakah yang baru dengan pihak lain.

47 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, h. 126.

48 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syari‟ah (Prinsip, Praktik, dan Prospek), Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, h. 71-72.


(55)

4. Proporsi keuntungan yang akan dibagikan harus disepakati pada saat membuat perjanjian.

5. Rasio penanggungan kerugian bersama harus benar-benar sesuai dengan proporsi investasi.

6. Idealnya, modal harus berupa uang, bukan barang. Jika dalam bentuk barang harus dihitung dalam nilai moneter.

7. Perjanjian musyarakah berakhir apabila salah satu pihak meninggal atau mengundurkan diri dari kontrak.

D. Kerjasama Bagi Hasil (Mudharabah)

Selain kerjasama musyarakah, dalam bisnis syari‟ah terdapat juga

kerjasama dengan akad mudharabah. Berikut akan dipaparkan oleh penulis mengenai kerjasama dengan menggunakan akad mudharabah berdasarkan referensi yang didapat.

1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,


(56)

sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.49

Mudharabah adalah kontrak kerjasama antara paling sedikit dua pihak, yaitu pemilik modal (shahibul maal) yang mempercayakan sejumlah dana kepada pengusaha/pengelola dana (mudharib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Mudharabah merupakan kontrak PLS yang akan memberi pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai.50

Menurut definisi yang dikemukakan oleh Al-Quduri :” mudharabah

adalah bentuk perjanjian untuk berpartisipasi dalam keuntungan dengan

(modal) harta dari suatu mitra dan (modal) kerja dari mitra lainnya.”51 Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga untuk mendapatkan persentase keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama..

2. Landasan Syari‟ah

Secara umum, landasan dasar syari‟ah dalam akad al-Mudharabah

lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur‟an maupun Hadits.

49 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah : Dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, h. 95.

50

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syari‟ah (Prinsip, Praktik, dan Prospek), Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, h. 60.

51Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syari‟ah (Prinsip, Praktik, dan Prospek), Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, h.62


(57)

a. Al-Qur‟an









...

Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu...”( Q.S. Al-Baqarah : 198) b. Al-Hadits

Dari Shalih bin Shuahaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yyang didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk

dijual.”(HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab At-Tijarah).

c. Ijma‟

Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.

3. Jenis-jenis Al-Mudharabah

Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua jenis: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.52

52 Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syari‟ah : Dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, h.97.


(58)

a. Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah

restricted mudharabah/specified mudharabah yang mana si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.

4. Rukun Mudharabah

Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun mudharabah adalah53 : a. ShahibulMaal (Pemilik Modal)

b. Mudharib (Pengelola) c. Keuntungan

d. Usaha yang dijalankan e. Akad Perjanjian

53M.I Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Cet-1, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, h. 130.


(59)

Gambar 2.3

Skema Al-Mudharabah

Keahlian Modal 100%

Nisbah X% Nisbah Y%

Pengembalian Modal Pokok

Sumber : Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah : Dari Teori ke

Praktik

Para ahli hukum Islam seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Khaldun (Siddiqi, 1992) sepakat bahwa mudharabah merupakan bentuk organisasi bisnis yang sangat bermanfaat, yaitu realita adanya heterogenitas dalam masyarakat baik dalam keterampilan, kekayaan, maupun minat usaha. Artinya bahwa setiap anggota masyarakat akan memperoleh rezeki dan keuntungan dengan adanya kerjasama usaha ini.54

54Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syari‟ah, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, h. 52. Perjanjian

Bagi Hasil

Muhammad

Syafi‟I

Syari‟ah :

Pembagian Keuntungan Proyek/Usaha

Modal Nasabah

(Mudharib)

Bank (Shahibul Maal)


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Metode dan Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yaitu Efektivitas Pola Kemitraan dalam Kerjasama PT. Bank Muamalat Indonesia

Tbk dengan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah dalam Mengembangkan Produk

Sharia Mega Covers.

2. Data Penelitian

Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak yang bersangkutan, serta dokumentasi dan arsip perusahaan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, baik itu berupa buku-buku sumber,


(61)

jurnal, surat kabar atau dari sumber-sumber lain yang relevan dengan pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi ini.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial dengan kasus yang dipelajari. Menurut Spradley, populasi dalam penelitian kualitatif dinamakan “social situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.55

Pada penelitian ini penulis memasuki situasi sosial tertentu yaitu

Bank Muamalat Indonesia dan Mega Life Cabang Syari‟ah, melakukan

observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber atau patisipan, informan, teman, guru, dan lain

55

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: ALFABETA, 2009, Cetakan Ke-14, h. 389-390.


(1)

BAB V PENUTUP

Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan maka dapat diambil suatu kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Akad yang diterapkan pada kerjasama produk Sharia Mega Covers adalah sesuai dengan prinsip syari‟ah, yaitu dengan menggunakan akad musyarakah. dimana masing-masing pihak mengeluarkan dana berupa biaya-biaya tertentu yang disepakati dan berhak atas pengelolaan produk tersebut, baik itu dalam aspek pemasaran maupun pengelolaan dana premi sesuai kesepakatan. Selain itu, keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Sedangkan bentuk perjanjian dalam kerjasama ini adalah co-branding, yaitu penggabungan dua produk menjadi satu produk, yang tertulis dalam sebuah draft perjanjian kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life Cabang Syari‟ah.

Sharia Mega Covers adalah produk co-branding dari produk Shar-e Bank Muamalat dengan produk Hospital Cash Plan, Term Life, Personal Accident dan Tabungan Wadi‟ahMega Life Cabang Syari‟ah.

Sharia Mega Covers merupakan kartu investasi berasuransi yang dikelola secara murni syari‟ah.


(2)

Perjanjian yang terjadi antara Bank Muamalat dengan Mega Life Cabang Syari‟ah hanya perjanjian sebagai mitra saja, sedangkan akad yang terjadi pada Bank Muamalat dengan nasabah investasi (Shar-e) adalah akad

Mudharabah dan Mega Life Cabang Syari‟ah dengan nasabah asuransi.

2. Tingkat Efektivitas dalam kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life Cabang Syari‟ah adalah sangat tidak efektif. Selisih antara penjualan kartu dengan peserta yang diperoleh yang sangat jauh sekali perbandingannya sehingga banyak kartu yang tidak terjual sampai akhir tahun 2010, serta target pencapaian peserta yang telah disepakati pada perjanjian juga tidak tercapai yaitu untuk memperoleh nasabah/peserta Sharia Mega Covers sebanyak 2.000 nasabah/peserta.

3. Dalam kerjasama produk Sharia Mega Covers ini terdapat berbagai macam kendala. Menurut hasil wawancara penulis dengan kedua belah pihak, kerjasama ini tidak efektif karena ada beberapa kendala, diantaranya :

a. Pada tahun 2009 penjualan kartu Sharia Mega Covers terhenti selama 3 bulan karena ada perubahan sistem IT baru.

b. Dalam transaksi pada produk Shar-e dikenakan biaya administrasi yang semakin meningkat, sedangkan pada awalnya tidak dikenakan biaya apapun (Rp 0,-).

c. Masa periode produk Sharia Mega Covers adalah pertahun, nasabah tidak membayar premi tiap tahunnya maka akan tutup secara otomatis, sehingga nasabah menjadi kurang berminat untuk melanjutkan transaksi tersebut.


(3)

B. Saran

Bagi kedua pihak yang melakukan kerjasama, dalam hal penjualan produk Sharia Mega Covers, pamasaran hendaknya tidak hanya dilakukan oleh Mega Life Cabang Syari‟ah saja melainkan dari Bank Muamalat juga, karena dapat menarik lebih banyak lagi nasabah untuk melakukan investasi berasuransi. Dan juga lebih melakukan pengenalan tentang produk Sharia Mega Covers kepada masyarakat, sehingga masyarakat tahu lebih banyak akan keunggulan-keunggulan dari produk Sharia Mega Covers.

Dalam hal sosialisasi terhadap kerjasama ini, sebaiknya antara Bank Muamalat Indonesia dengan Mega Life Cabang Syari‟ah harus terjalin kerjasama yang baik salah satunya dengan menjaga komunikasi antar kedua belah pihak, agar tidak ada miscommunication diantara keduanya.

Semoga dari hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi kedua belah pihak dan menjadi bahan evaluasi untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik agar ekonomi syari‟ah tetap berkembang pesat dan menjadi solusi bagi ummat dalam menjalani hidup secara syari‟ah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004, Cet ke-2.

Antonio, M. Syafi‟i. Bank Syari‟ah : Dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2001.

Antonio, M. Syafi‟i. Bank Syari‟ah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta : Tazkia Institut, Central Bank of Indonesia, 1999.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari‟ah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Bastian, Indra. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Yogyakarta : PT. Gelora

Aksara Pratama, 2006.

Danfar. artikel diakses pada 9 Juni 2010 dari http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html.

Danisworo, Suryo, dan Hendri Tanjung. Membuat Tempat Kerja Feel At Home 7 Prinsip Suryo Management, Jakarta : PT. Grasindo, 2001.

Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Jakarta: Unsri, 2009, Cet III.

Herujito, Yayat M. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta : PT. Grasindo, Yayasan Trisakti, 2001.

Ibrahim, Ahmad Sehu. Wawancara pribadi dengan Ahmad Sehu Ibrahim, Divisi Channel Management Bank Muamalat Indonesia di Gedung Arthaloka Lt. 2 Bank Muamalat Indonesia, Jl. Jenderal Sudirman No. 2, JAKARTA 10220. Jusmaliani, dkk. Bisnis Berbasis Syari‟ah, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, Cet pertama. Karim, Adiwarman A. , BANK ISLAM : Analisis Fiqh dan keuangan, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2007, Edisi 3-4.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, Cet 1.


(5)

Kartajaya, Hermawan, dan Muhamad Syakir Sula. Syari‟ah Marketing, Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2006.

Lewis, Mervyn K. & Latifa M. Algoud. Perbankan Syari‟ah : Prinsip, Ptaktik, dan Prospek, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007 , Cetakan I.

M. Sholahuddin. Asas-asas Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Mujahidin, Akhmad. Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 , Ed. 1.

Othenk. ”Kunci efektivitas untuk produktivitas maksimal”, Artikel di akses pada tanggal 9 Juni 2010 dari http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html.

Rahman, Afzalur Doktrin Ekonomi Islam, Jakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995, Jilid 4. Robins, Stephen P. dan Mary Coulter. Manajemen, Jakarta: PT. Prenhallindo,1999,

Edisi ke-6.

Sakti, Ali. Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta : AQSHA Publishing, cetakan pertama, 2007.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Jakarta : Kencana, 2009, Edisi 1, Cetakan 1.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: ALFABETA, 2009, Cetakan Ke-14.

Sujadi F.X. O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, Jakarta: CV. Masagung, 1990, Cet ke-3.

Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI, Takaful, dan Pasar Modal Syari‟ah) di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004 , Ed. Revisi, Cet. 4.

Tim Penyusun. Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988, Cet. 1.

Tim Penyusun. Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998, Cet. 1.


(6)

Umar, Husein. Business An Introduction, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cet. Ke-2.

Wasilah, Sri Nurhayati. Akuntansi Syari‟ah di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat, 2008.

Yusanto, M. Ismail, dan M. Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002.

Zainul Arifin. “Shariah Life”, diposkan pada tanggal 16 Januari 2007, artikel diakses

pada tanggal 26 Oktober 2010 dari

http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/perkembangan-bank-islam-di-indonesia.