Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai Bahan Pe

Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai Bahan
Penyerap Logam Krom,
Kadmiun dan Besi Dalam Air Lindi TPA
Imtihana Rosidatul Ummah
10630049

Limbah Tahu
Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa
pengolahan kedele menjadi tahu yang terbuang
karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu
sehingga tidak dapat dikonsumsi.
Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cair
dan limbah padat. Limbah ini terjadi karena adanya
sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu
yang hancur karena proses penggumpalan yang tidak
sempurna serta cairan keruh kekuningan yang dapat
menimbulkan bau tak sedap bila dibiarkan (Nurhasan
dkk., 1991).

Limbah Tahu
Limbah tahu yang berasal dari buangan industri

tahu masih memiliki sifat yang sama dengan tahu
yang telah jadi meskipun telah hancur. Pemanfaatan
limbah tahu ini sebagai penyerap karena tahu
mengandung protein yang memiliki daya serapan dari
asam-asam amino yang membentuk zwitter ion
bermuatan dua). Protein yang memiliki sisi-sisi aktif ini
dapat mengikat ion-ion logam ataupun senyawa
lainnya. Logam-logam bebahaya seperti kadmium,
timbal, merkuri dan arsen bersifat toksik dapat diikat
dengan protein sebagai metalotionein (Darmono,
1995).

Asam amino memiliki sifat khas antara lain:
a. Asam amino rnempunyai gugus -COOH yang bersifat asam dan gugus
–NH2 yang bersifat basa sehingga molekul ini bersifat amfoter.

b. Oleh karena asam amino mengandung gugus yang bersifat asam dan
basa di dalam larutannya, asam amino membentuk zwitter ion.
Zwitter ion sebenarnya terletak di tengah-tengah sistem
keseimbangan antara kation dan anion seperti di bawah ini.


c. Asam amino mempunyai pH isoelektrik, yaitu pH yang muatan positif
dan muatan negatifnya sama kuat.
Dari sifat asam amino inilah sehingga tahu dan limbah tahu dapat
mengikat logam berat.

Pengolahan Limbah Padat Tahu
Proses pengelolaan limbah padat sebelum
pengolahan juga tidak jauh berbeda, setiap ampas
yang dihasilkan dari proses penyaringan ditampung
dalam sak (karung) atau ember, kemudian dijual ke
pelanggan dengan harga Rp2.500/ember atau
Rp7.000/sak.
Upaya pengolahan limbah padat tahu rata-rata
dibuat pakan ternak, tempe gembus, kerupuk ampas
tahu dan sebagian tepung ampas tahu yang
digunakan sebagai bahan pembuat roti kering dan roti
basah.

Biosorpsi dan Serapan

Gadd and White dalam Nurdin (1998) menyatakan
bahwa biosorpsi adalah proses penyerapan yang tidak
bergantung pada metabolisme yang terjadi terutama
pada permukaan dinding sel dan permukaan lainnya
melalui mekanisme fisik dan kimia.
Serapan merupakan fenomena yang terjadi pada
permukaan zat lain (Sukardjo, 1990). Atau serapan
adalah suatu akibat medan gaya pada permukaan
padatan (penyerap) yang menarik molekul-molekul
gas/uap atau cairan (adsorbat) (Majid, 2001).
Penyerapan secara umum dapat diartikan sebagai proses
pengumpulan benda-benda terlarut yang terdapat dalam
larutan dua permukaan itu bisa antar cairan dan gas,
padatan dan cairan (Baba, 1999).

Lindi
Pembuangan sampah secara land fill akan
mengalami perubahan fisik, kimia dan biologis secara
simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang
disebut lindi atau leachate (Damanhuri, 1993). Clark

(dalam lchrar, 2001) menyatakan bahwa cairan lindi
dari TPA merupakan cairan yang berasal dari luar
seperti aliran permukaan, curah hujan dan air tanah
setelah melewati atau memasuki limbah padat yang
mengalami dekomposisi. Dalam keadaan normal, lindi
dijumpai pada dasar land fill, pergerakan lindi bisa ke
arah vertikal maupun horizontal tergantung pada
karakteristik material di sekitarnya (Fungaroli dalam
Ichrar, 2001).

Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan
kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain.
Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam
berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme
hidup (Drs. Heryanto Palar, Oktober 2004).
Menurut Arnold (1990 dalam Subowo et.al. 1999), Logam
berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih
besar dari g/cm3 antara lain Cd, Hg, Pb, Cu, Zn, Cr dan Ni. Logam
berat Cu, Zn dan Ni merupakan logam esensial sedangkan Cd, Hg

dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat
tertentu menjadi logam beracun bagi mahluk hidup. Logam berat
berbahaya umumnya memiliki rapat massa tinggi dan jumlah
konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya, seperti
merkuri atau air raksa (Hg), Kadmium (Cd), Arsen (As), kromium
(Cr), Talium (Ti) dan timbal (Pb) .

Pembahasan
Limbah industri tahu dapat dimanfaatkan untuk
menjadi pengadsorpsi dengan nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Hal ini dapat kita lakukan karena dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa tiap 1 kg limbah tahu
dapat menghasilkan ±0,250 kg pengadsorpsi. Proses
pengolahan sangat sederhana, waktu yang relatif
singkat (±14 jam) serta tidak menggunakan bahan
kimia.

Pengaruh Waktu Kontak Pengadsorpsi Terhadap
Adsorpsi Logam Krom, Kadmium dan Besi


Grafik hubungan waktu kontak pengadsorpsi dengan
jumlah Cr teradsorpsi.

Pengaruh Waktu Kontak Pengadsorpsi Terhadap
Adsorpsi Logam Krom, Kadmium dan Besi
Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui
bahwa pengadsorpsi dari limbah tahu memiliki
kemampuan untuk mengadsorpsi krom.
Akan tetapi setelah 90 menit sampai 150 menit
tidak mengalami peningkatan adsorpsi krom yang
signifikan lagi. Hal ini dapat dimungkinkan karena
gugus-gugus aktif yang ada pada pengadsorpsi mulai
jenuh oleh krom dan konsentrasi krom dalam larutan
semakin kecil jumlahnya.

Pengaruh Waktu Kontak Pengadsorpsi Terhadap
Adsorpsi Logam Krom,Kadmium dan Besi.

Grafik hubungan waktu kontak pengadsorpsi dengan
jumlah Cd teradsorpsi.


Pengaruh Waktu Kontak Pengadsorpsi Terhadap
Adsorpsi Logam Krom,Kadmium dan Besi.
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa
secara umum logam kadmiun akan teradsorpsi
semua pada menit 30 sampai dengan menit ke 150.
Hal ini terjadi karena logam kadmiun yang terdapat
dalam sampel lindi terlalu kecil hanya 0,01 mg/L.

Pengaruh Waktu Kontak Pengadsorpsi Terhadap
Adsorpsi Logam Krom, Kadmium dan Besi

Grafik hubungan waktu kontak pengadsorpsi dengan
jumlah Fe teradsorpsi.

Pengaruh Waktu Kontak Pengadsorpsi Terhadap
Adsorpsi Logam Krom, Kadmium dan Besi
Berdasarkan grafik tersebut, semakin lama
penyerap kontak dengan limbah air lindi akan
berbanding lurus dengan teradsorpsinya besi. Hal ini

menunjukkan bahwa pengadsorpsi dari limbah tahu
memiliki kemampuan untuk menyerap besi.
Setelah 120 menit sampai 150 menit tidak
mengalami peningkatan serapan besi yang signifikan
lagi. Hal ini dapat dimungkinkan karena gugus-gugus
aktif yang ada pada pengadsorpsi mulai jenuh oleh besi
dan konsentrasi besi dalam larutan semakin kecil
jumlahnya. Kondisi ini sangat kecil kemungkinan untuk
terjadinya adsorpsi oleh gugus aktif dari ion zwiter dari
senyawa protein yang ada dalam bahan pengadsorpsi
terhadap molekul-molekul besi.

Pengaruh Variasi Berat Penyerap Terhadap Serapan
Logam Krom, Kadmiun Dan Besi

Grafik hubungan berat pengadsorpsi dengan jumlah Cr
teradsorpsi.

Pengaruh Variasi Berat Penyerap Terhadap Serapan
Logam Krom, Kadmiun Dan Besi

Berdasarkan grafik tersebut, memperlihatkan
bahwa massa pengadsorpsi yang berinteraksi dengan
limbah air lindi berbanding lurus dengan
teradsorpsinya krom.
Terlihat bahwa peningkatan konsentrasi logam
krom yang teradsorpsi pada massa pengadsorpsi 100
mg dan 300 mg mengalami peningkatan secara
signifikan. Hal ini disebabkan karena efektivitas
pengadsorpsi masih tinggi dimana kapasitas gugus
aktifnya masih banyak begitu juga jumlah krom dalam
larutan masih cukup tinggi.

Pengaruh Variasi Berat Penyerap Terhadap Serapan
Logam Krom, Kadmiun Dan Besi

Grafik hubungan berat pengadsorpsi dengan jumlah
Cd teradsorpsi.

Pengaruh Variasi Berat Penyerap Terhadap Serapan
Logam Krom, Kadmiun Dan Besi

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa
secara umum logam krom akan teradsorpsi semua
pada massa 100 mg sampai dengan massa 1000 mg.
Hal ini terjadi karena logam kadmiun yang terdapat
dalam sampel air lindi terlalu kecil hanya 0,01 mg/L.

Pengaruh Variasi Berat Penyerap Terhadap Serapan
Logam Krom, Kadmiun Dan Besi

Grafik hubungan berat pengadsorpsi dengan jumlah Fe
teradsorpsi.

Pengaruh Variasi Berat Penyerap Terhadap Serapan
Logam Krom, Kadmiun Dan Besi
Pada keadaan gugus aktif pengadsorpsi belum
jenuh oleh adsorban, maka peningkatan adsorban
yang berinteraksi akan meningkatkan secara linier
jumlah adsorban yang teradsorpsi. Peningkatan
konsentrasi adsorban yang diinteraksikan tidak akan
meningkatkan jumlah yang teradsorpsi apabila gugus

aktif pengadsorpsi telah jenuh oleh adsorban.
Kecenderungan ini diperlihatkan oleh pengadsorpsi
(100, 300 dan 500 mg) bahwa serapan mula-mula naik
secara linier sebab konsentrasi besi masih tinggi,
kemudian serapan berlangsung secara perlahan-lahan
dan pada berat pengadsorpsi 700 dan 1000 mg tidak
terlalu besar peningkatan serapan besi.

Interaksi Berat Pengadsorpsi dengan Waktu Kontak
1. Limbah Tahu dengan Waktu Kontak Terhadap
Logam Krom

Dari tabel Anava, perlakuan variasi berat
penyerap pengadsorpsi (A) menunjukkan bahwa Fhitung
(23,55) > Ftabel (6,61 dan 16,26) ini menyatakan bahwa
Ho ditolak, yang menyatakan bahwa ada perbedaan
rata-rata perlakuan variasi berat pengadsorpsi
terhadap kadar logam krom yang teradsorpsi dalam
limbah air lindi. Begitu juga pada perlakuan variasi
waktu kontak (B) dengan perbedaan yang nyata yaitu
Fhitung (35,60) > Ftabel (6,61 dan 16,26) sehingga variasi
waktu kontak antara pengadsorpsi dengan limbah air
lindi memiliki perbedaan rata-rata terhadap adsorpsi
logam krom. Uji ini menunjukkan tidak ada interaksi
antara perlakuan berat pengabsorpsi dan waktu
kontak terhadap adsorpsi logam krom dalam limbah

Interaksi Berat Pengadsorpsi dengan Waktu Kontak
2. Limbah Tahu dengan Waktu Kontak Terhadap
Logam Kadmium
Dari tabel Anava, tidak menunjukkan pengaruh
perlakuan berat penyerap dan waktu kontak (AB)
terhadap adsorpsi logam kadmiun dalam limbah air
lindi karena Fhitung (0,000021) < Ftabel (4,24 dan 7,77).
Uji ini menunjukkan tidak ada interaksi antara
perlakuan berat penyerap dan waktu kontak terhadap
adsorpsi logam kadmiun dalam limbah air lindi.

Interaksi Berat Pengadsorpsi dengan Waktu Kontak
3. Limbah Tahu dengan Waktu Kontak Terhadap
Logam Fe
Dari tabel Anava, perlakuan variasi berat penyerap (A)
menunjukkan bahwa Fhitung(106,21)> Ftabel(6,61 dan 16,26) ini
menyatakan bahwa Ho ditolak, yang menyatakan bahwa ada
perbedaan rata-rata perlakuan variasi berat pengadsorpsi
terhadap kadar logam besi yang teradsorpsi dalam limbah air
lindi. Begitu juga pada perlakuan variasi waktu kontak (B)
dengan perbedaan yang nyata yaitu Fhitung (113,44) > Ftabel (6,61
dan 16,26) sehingga variasi waktu kontak antara pengadsorpsi
dengan limbah air lindi memiliki perbedaan rata-rata terhadap
adsorpsi logam besi.
Dari tabel Anava, menunjukkan pengaruh perlakuan berat
pengadsorpsi dan waktu kontak terhadap adsorpsi logam besi
dalam limbah air lindi karena Fhitung (4,77) < Ftabel (4,24 dan 7,77).
Uji ini menunjukkan ada interaksi antara perlakuan berat
pengadsorpsi dan waktu kontak terhadap adsorpsi logam besi
dalam limbah air lindi pada tarap kepercayaan 95% tetapi pada
taraf kepercayaan 99% tidak menunjukkan adanya interaksi.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Ada pengaruh variasi berat dan waktu kontak pengadsorpsi dari
limbah tahu terhadap adsorpsi logam Cr dan Fe pada limbah air
lindi TPA.
b. Tidak ada pengaruh variasi berat dan waktu kontak pengadsorpsi
dari limbah tahu terhadap adsorpsi logam Cd pada limbah air lindi
TPA.
c. Kondisi optimum pengadsorpsi dari limbah tahu mengadsorpsi
logam Cr dan Fe dalam limbah air lindi TPA adalah pada berat 1000
mg dan waktu kontak 150 menit.
d. Kemampuan maksimum adsorben dari limbah tahu mengadsorpsi
krom dalam limbah air lindi TPA sebesar 100% dan besi sebesar
95,53%, sedangkan kemampuan maksimum limbah tahu dalam
mengadsorpsi logam kadmiun tidak diperoleh.
e. Untuk analisa anava yang dilakukan pada pengaruh perlakuan
berat pengadsorpsi (limbah tahu) dan waktu

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17