Makalah Ekspor Perikanan Indonesia docx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul
Makalah yang kami beri judul “Pembahasan Ekspor Komoditas Perikanan di
Indonesia” ini akan membahas mengenai pemecahan masalah-masalah ekspor produk
kelautan. Alasan kami memberi judul tersebut karena Indonesia memiliki sumber daya alam
yang besar, terutama dalam hal keanekaragaman produk laut. Tetapi pengelolaan sumber daya
laut tersebut belum maksimal, sehingga kami menetapkan judul ini untuk dibahas dan
dikupas lebih dalam demi kemajuan pasar ekspor ikan dan seafood di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para
mahasiswa/i jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Kwik Kian Gie School of Business
agar nantinya dapat lebih memahami kegiatan-kegiatan ekspor di Indonesia, terutama dalam
bidang perikanan, dan dapat berkontribusi dalam pemecahan masalah ekspor komoditi
perikanan di Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
a. Langkah apa yang dapat dilakukan oleh para pelaku tata niaga perikanan untuk
mengatasi ketidaksesuaian permintaan dan penawaran produk?

b. Bagaimana cara para pelaku tata niaga perikanan menanggulangi kelemahan yang
dimiliki komoditi perikanan (sifat mudah rusak)?
c. Bagaimana cara para pelaku tata niaga mengatasi isu strategis dalam pengembangan
usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan?

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Ekspor (Perdagangan International)
Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang Ketentuan Umum di
Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah
pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia.
Defenisi lain menyebutkan bahwa ekspor merupakan upaya mengeluarkan barangbarang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan
pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing (Amir, 2004).
Ekspor juga dapat diartikan sebagai berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi
di dalam negeri lalu di jual di luar negeri (Mankiw, 2006). Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:
 Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.
 Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.
 Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli
mata uang asing.

 Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negri.
 Ongkos angkutan barang antarnegara.
 Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Ditinjau darisudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari
Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan
masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Tingginya ekspor suatu negara
akan menyebabkan perekonomian tersebut sangat sensitif terhadap keguncangankeguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasar internasional (Irham dan Yogi, 2003).
Menurut Priadi (2000), kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan
yangberlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke
negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun
tertentu.

Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama.
Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama
lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu relatif
lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk
mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika
setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan
barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika

dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang. Pola-pola
perdagangan dunia yang terjadi mencerminkan perpaduan kedua motif ini. (Basri, 2010).

2.2 Teori Tata Niaga Ekspor Perikanan
Proses pengaliran produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen disebut
sebagai tata niaga (pemasaran). Secara khusus, tata niaga dapat didefinisikan sebagai telaah
terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik, dari produsen kepada konsumen.
Dalam perekonomian saat ini, konsumen dan produsen jarang berinteraksi/bertemu
secara langsung dalam melakukan proses tata niaga, melainkan dilaksanakan bersama atau
dengan mengikutsertakan beberapa lembaga tata niaga lain yang membantu terjalinnya
pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari
pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain
sebagainya.
Pada hakikatnya, proses tata niaga adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan, menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa. Kegunaan
yang mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai
kegunaan tempat, waktu, dan pemilikan. Semua lembaga pemasaran akan berusaha untuk
meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkannya. Dengan demikian, kegiatan tata
niaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan
nilai dan kegunaan yang meningkat.

Tingkat keuntungan yang diambil oleh lembaga tata niaga selalu diduga kurang wajar
karena di satu pihak konsumen membayar pada tingkat harga yang tinggi, sedangkan
produsen menerima harga yang rendah. Produsen menginginkan adanya harga yang wajar
yang lebih tinggi, sedangkan para konsumen menginginkan untuk membayar pada harga
wajar yang lebih rendah. Dengan demikian, terdapat perbedaan kepentingan dari produsen,
konsumen, dan lembaga tata niaga. Keadaan dimana posisi tawar menawar diperankan lebih
besar oleh lembaga pemasaran maka lembaga pemasaran akan mampu mengambil
keuntungan yang lebih besar dan jauh dari tingkat harga kewajaran. Keadaan yang demikian,
disebut sebagai tata niaga yang tidak efisiense hingga untuk memperbaikinya perlu dilakukan
penyempurnaan dalam proses alur dan kelembagaan tata niaganya.

Beberapa ciri khusus komoditi perikanan dan implikasinya terhadap tata niaga hasil
perikanan meliputi:
 Produksinya bersifat musiman terutama perikanan laut, dan sebagai hasil
penangkapan ikan di daerah tropis maka hasil perikanan terdiri dari bermacam-macam
jenis dalam jumlah relatif kecil bila dibandingkan dengan hasil perikanan di daerah
non-tropis.
 Permintaan terhadap hasil perikanan diserap dengan stabil sepanjang tahun.
 Saluran tata niaga perikanan pada umumnya melalui saluran tata niaga: petani/nelayan
produsen, pedagang pengumpul, pedagang penyebar, dan pedagang pengecer, lalu ke

konsumen akhir atau konsumen pengolah.
 Fungsi tata niaga yang terpenting adalah para pedagang pengumpul karena pada
umumnya hasil perikanan berasal dari daerah yang terpencil dan terpencar pencar, di
samping skala produksinya kecil dan terdiri dari bermacam-macam jenis.
 Produksi perikanan dipengaruhi oleh sifat : Common Property, yaitu sumber daya
perikanan terutama perikanan laut tidak ada yang memiliki sehingga setiap orang
boleh memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan masing-masing orang tidak
mempunyai kewajiban untuk menjaga kelestarian dari sumberdaya tersebut. Dengan
demikian, sulit bagi pengusaha penangkapan perikanan untuk mengatur jumlah
produksi ikan di pasar, sesuai dengan permintaan pasar.
 Dengan berkembangnya usaha penangkapan ikan, maka hasil produksi masingmasing nelayan akan berkurang, disebabkan adanya keterbatasan sumber daya yang
tersedia.

2.3 Dokumen Ekspor Perikanan
Produk Perikanan Indonesia Diburu Pasar Internasional
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pasar internasional terus berburu produk
perikanan Indonesia. Permintaan dari sejumlah negara terus berdatangan, termasuk dari Asia
dan Amerika.
"Permintaan produk perikanan itu tidak hanya datang dari Taiwan, tapi juga Jepang,
Australia, India, Malaysia, Singapura, RRT, Kanada, Honduras, dan Filipina,” ujar Arlinda,

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Kamis
(24/11/2016) di Jakarta.
Arlinda mencontohkan, pada Taiwan International Fisheries and Seafood Show 2016
yang berlangsung di Kaohsiung, Taiwan, 9 hingga 11 November 2016 lalu, produk perikanan
dan seafood dalam negeri berhasil membukukan kontrak dagang sebesar US$ 9,78 juta.
Dalam lima tahun terakhir, ekspor produk perikanan ke Taiwan mengalami
pertumbuhan sekitar 8,76 persen. Para pembeli (buyer) tersebut mencari pemasok baru demi
menjaga pasokan produk perikanan untuk kepentingan industrinya. Jenis ikan yang menjadi
incaran buyer diantaranya ikan tuna, ikan marlin, king fish, dan lainnya.
Perubahan iklim yang mempengaruhi musim panen dan paceklik telah memicu
berkurangnya pasokan ikan.
Terkait dengan pembelian produk perikanan dalam negeri, Pemerintah mendorong
para buyer membeli produk perikanan tanpa melalui perantara. Di sisi lain, Pemerintah telah
menutup kesempatan bagi pihak asing untuk melakukan usaha penangkapan ikan di wilayah
perairan Indonesia.

Data Total Ekspor Perikanan dan Produk Kelautan pada Tahun 2009 (dalam ribuan USD)

Berdasarkan data total ekspor perikanan dan produk kelautan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2009 negara Indonesia masih kalah bersaing dengan negaranegara lain, seperti Norwegia, Cina, Amerika Serikat, Kanada, dan Thailand. Namun, pada

tahun 2016 permintaan produk kelautan Indonesia sudah banyak diincar oleh negara-negara
asing (seperti yang disebutkan pada berita ‘Produk Perikanan Indonesia Diburu Pasar
Internasional’). Dapat katakan bahwa ekspor produk perikanan Indonesia sudah mengalami
perkembangan.

Berikut ini data volume dan nilai ekspor hasil perikanan Indonesia menurut provinsi,
menurut negara tujuan, dan menurut komoditi utama pada tahun 2009 sampai tahun 2014.

Jawa Timur merupakan provinsi yang mengekspor hasil perikanan dengan volume
terbesar dan terus meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
sumber daya laut di Jawa Timur sangat banyak dan dapat dimanfaatkan.

Data ekspor hasil perikanan Indonesia menurut negara tujuan dari tahun sampai 2014
di atas menunjukan bahwa kebutuhan akan produk kelautan di negara-negara asing masih
besar. Itu berarti negara Indonesia masih memliki peluang tinggi untuk meraih pasar
international yang lebih besar lagi terutama dengan cara memfokuskan ekspor ke negara
Cina. Negara Cina merupakan negara pengimpor komoditas perikanan terbesar karena jumlah
penduduknya yang sangat banyak.

Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas.

Total volume ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2009 sebesar 881 ribu ton,
sedangkan pada tahun 2014 volume ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 1,3 juta ton.
Pertumbuhan rata-rata volume ekspor hasil perikanan selama tahun 2009 sampai 2014 adalah
sebesar 8% per tahun. Komoditi yang berkontribusi terbesar pada interval waktu tersebut
adalah udang dan lobster serta tuna, tongkol, cakalang. Kedua jenis komoditi tersebut
masing-masing mempunyai rata-rata pertumbuhan volume ekspor sebesar 5,66% dan 10,70%
per tahun. Total volume ekspor udang dan lobster pada tahun 2009 sebesar 151 ribu ton,
sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 197 ribu ton. Volume ekspor komoditi tuna,
tonggkol, cakalang pada tahun 2009 sebesar 132 ribu ton, meningkat menjadi 207 ribu ton
pada tahun 2014.
Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor hasil perikanan tahun 2009 sampai 2014 cukup
signifikan yaitu sebesar 13,61% per tahun. Pada tahun 2009, nilai ekspor hasil perikanan
Indonesia sebesar USD 2,5 milyar meningkat menjadi USD 4,6 milyar pada akhir tahun
2014. Peningkatan ini banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan rata-rata nilai ekspor per tahun
beberapa komoditi utama, seperti kepiting, TTC, serta udang dan lobster.

BAB III ANALISIS & PEMBAHASAN
3.1 Analisis Permasalahan Ekspor
Masalah mendasar dalam pengembangan agroindustri adalah ketidaksesuaian antara
permintaan dan penawaran bahan baku (produksi primer) terutama dalam arti kuantitas,

kualitas, waktu penyerahan, dan harga. Hal ini sering menimbulkan permasalahan mendasar
dalam bidang manajemen produksi, penyediaan bahan baku, dan perencanaan tata niaga hasil
agroindustri.
Terdapat beberapa kendala dalam produksi hasil perikanan, salah satunya adalah sifat
produksinya yang berfluktuasi secara musiman dan dalam waktu singkat. Tetapi permintaan
akan hasil perikanan relatif konstan setiap saat. Sehingga fungsi pengolahan yang bertujuan
menstabilkan penyediaan (supply atau penawaran) untuk memenuhi permintaan konsumen
yang relatif konstan sangat diperlukan.
Hal lain yang menjadi kendala dalam produksi hasil perikanan adalah sifat hasil
perikanan yang mudah rusak. Sifat ini disebabkan terkandungnya bakteri pembusuk yang ada
pada ikan itu sendiri, dimana tingkat keaktifannya meningkat setelah ikan tersebut mati dan
temperatur udara bersuhu kamar. Sifat inilah yang mengharuskan untuk cepat memasarkan
hasil perikanan atau melakukan suatu proses pengawetan, agar komoditi tersebut tertunda
proses pembusukannya sehinggaharga komoditi dapat terjaga dan tidak cepat merosot.
Sementara itu, yang menjadi isu strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan adalah sebagai berikut :
1. Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan
food safety). Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para
eksportir) agar produk yang dihasilkan memenuhi ketentuanketentuan sbb : penerapan
HACCP, Bioterrorism Act, sanitasi kekerangan, cemaran logam berat dan histamin

pada tuna dan certificate eco labelling selain health certificate. Hal ini disebabkan
oleh lemahnya jaminan dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food
safety) di Indonesia.

2. Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8% untuk
mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan
baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi
konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya
banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya
pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan
pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).
3. Kurangnya intensitas promosi dan rendahnya partisipasi stakeholders. Produk
perikanan yang bernilai tambah (value added products) di masyarakat belum
populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya intensitas promosi serta rendahnya
partisipasi stakeholders (khususnya produsen produk perikanan) dalam
mengembangkan program promosi.

3.2 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Dalam pengembangan tata niaga perikanan yang berwawasan agroindustri, para
pelaku pembina sebaiknya harus memiliki kemampuan mencari, mengakses, menggunakan,

dan menganalisis data dan informasi yang tersedia, yaitu informasi yang akurat mengenai:


Analis pasar domestik dan internasional (kebijaksanaan dan peraturan perdagangan,



pajak, quota, standar mutu, dan harga).
Rencana pembangunan daerah (rencana pembangunan sarana dan prasarana,



tataruang, dan komoditas unggulan dari suatu wilayah).
Analisis hasil penelitian suatu wilayah (sosial, ekonomi, teknologi, sumber daya alam



serta manusianya).
Peraturan dan kebijaksanaan pemerintah (perizinan, keuangan, dan pengembangan




ekonomi daerah).
Analisis kebutuhan dan permintaan konsumen.
Analisis pendugaan terhadap permintaan di masa mendatang berdasarkan data



pertumbuhan penduduk dan pendapatan, serta indikator ekonomi lainnya.
Rencana dan strategi tata niagaperikanan.
Apabila seorang pelaku tata niaga ingin menganalisis dan memproyeksikan besarnya

permintaan di masa mendatang, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
 Proyeksi pertumbuhan penduduk. Dalam analisis pendugaan dan proyeksi besarnya
permintaan dimasa mendatangdiperlukan beberapa data dasar yang meliputi:
 Peta penyebaran penduduk di pedesaan dan perkotaan.
 Penyebaran pendapatan penduduk serta pertumbuhan penduduk.
 Pendapatan masyarakat.
Data tersebut merupakan data dasar yang dapat diperolehpada buku statistik tingkat
kabupaten, kota maupun nasional, yang merupakan hasil sensus ekonomi yang dilakukan
oleh kantor statistik setempat.
 Peningkatan kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah dengan berkembangnya
pertokoan, pasar ataupun dengan adanya pusat dan jenis perindustrian baru.
Pendapatan para pekerja industri tidak dipengaruhi oleh keadaan musim, cuaca, dan
faktor alam lainnya. Di samping itu, pendapatan rata-rata pekerja industri lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani pada umumnya.
 Indikator lain yang dapat digunakan adalah adanya pertumbuhan ekonomi daerah
yang dapat digambarkan dengan dibangunnya pemukiman dan perumahan disuatu

wilayah. Adanya pendirian perumahan merupakan indikator adanya pertumbuhan
pendapatan masyarakat yang tinggi.
 Penyusunan rencana dan strategi pengembangan tata niaga perikanan. Penyusunan ini
harus berkaitan erat dengan rencana produksi, ketersediaan bahan baku, dan bentuk
organisasi tata niaga, dilandasi dengan usaha untuk menjaga aspek pencegahan
kerusakan lingkungan dan penurunan tersedianya sumber daya alam.
Sedangkan untuk menanggulangi kelemahan yang dimiliki oleh komoditi perikanan
primer (ikan segar), usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pelaku tata niaga adalah
melakukan usaha pengawetan dan pengolahan. Fungsi pengawetan dalam tata niaga
perikanan. Tujuan dari pengawetan dan pengolahan komoditi perikanan adalah:
 Membuat komoditi perikanan menjadi lebih mudah di konsumsi (misalnya udang
yang telah dipotong kepala, udang kupas, udang kering, dan ikan di-fillet).
 Membuat komoditi perikanan lebih mudah dan murah untuk ditransportasikan antara
lain dengan cara:
 Mengurangi kadar air (ikan kering).
 Membuang bagian yang tidak dikonsumsi (ikan yang di-fillet, udang tanpa



kepala).
Pembekuan dan dibentuksehingga menjadi bentuk kotak.
Meningkatkan daya tahan penyimpanan (misalnya udang beku, ikan pindang,



dan ikan asin).
Meningkatkan gizi, rasa, dan bentuk agar lebih dapat memenuhi kebutuhan
dan persyaratan yang diminta oleh konsumen.

Kemudian langkah-langkah untuk mengatasi masalah isu strategis dalam
pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, para pelaku tata
niaga perikanan dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produkproduk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada
meningkatnya nilai ekonomis.
2. Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam pengembangan
produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa peralatan
dan sentuhan teknologi modern.
3. Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena dalam
pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses teknologi modern
saja yang menjadi fokus perhatian, produk tradiosional pun perlu memperoleh
apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan produk olahan lainnya. Nilainya dapat
ditingkatkan

melalui

berbagai

cara

antara

lain

kebersihannya/higienisnya,

pengemasannya, proses pembuatannya, dan sebagainya.
4. Keempat, Membentuk SDM berkualitas dan kompeten, karena dalam menciptakan
pengembangan produk diperlukan kreativitas seseorang dalam menciptakan produkproduk yang diminati konsumen, sehingga secara tidak langsung dapat menciptakan
SDM berkualitas dan kompeten.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
:
1. Definisi ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah
pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia.
2. Definisi tata niaga adalah proses pengaliran produk melalui suatu sistem dari
produsen ke konsumen.
3. Pasar perikanan Indonesia telah berkembang sejak tahun 2009 hingga tahun 2014
dengan komoditi udang dan lobster sebagai kontributor terbesar dan terus meningkat
hingga tahun 2016.
4. Dalam mengekspor komoditas perikanan, para pelaku tata niaga perlu memperhatikan
hal-hal seperti : jumlah permintaan & penawaran dan sifat produk kelautan. Untuk
mengetahui jumlah permintaan & penawaran, pelaku tata niaga dapat menganalis
pasar domestik dan internasional. Sedangkan untuk mengatasi sifat produk kelautan
yang mudah rusak, bisa dilakukan pembekuan produk, membuang bagian produk
yang tidak dibutuhkan, dan mengurangi kadar air pada produk.
5. Dalam memasarkan komoditas perikanan, pelaku tata niaga dapat meningkatkan nilai
ekonomi produk olahan, memanfaatkan teknologi modern untuk inovasi produk,
meningkatkan nilai produk tradisional, dan membentuk sumber daya manusia yang
kompeten dan berkualitas.

4.2 Saran
Setelah membahas dan mencari solusi untuk permasalahan yang ada, kami
menyarankan agar para pelaku tata niaga komoditas perikanan untuk:
1. Berfokus pada ekspor komoditi udang dan lobster karena komoditi tersebut memiliki
nilai ekspor yang paling tinggi dibandingkan dengan komoditi utama lainnya.
2. Mengembangkan kegiatan ekspor perikanan di Jawa Timur dengan cara menggunakan
alat/ mesin yang memadai karena terdapat banyak sumber daya laut di Jawa Timur
yang bisa dimanfaatkan.
3. Menjadikan negara Cina sebagai prioritas dalam mengekspor komoditas perikanan
karena negara Cina merupakan importir terbesar dibandingkan dengan negara-negara
lain.
4. Lebih tanggap terhadap pasar internasional agar mampu mengendalikan jumlah
penawaran produk yang disesuaikan dengan permintaan luar negeri.
5. Menambah nilai/value pada produk kelautan supaya memiliki nilai jual yang lebih,
dapat memenuhi keinginan konsumen, dan untuk memudahkan pemasaran.
6. Mengenalkan teknologi modern kepada para nelayan. Seiring dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesat dan globalisasi, para nelayan harus dididik untuk
memakai teknologi perikanan yang terbaru dan juga diperlengkapi dengan teknologiteknologi tersebut agar tidak tertinggal dengan negara-negara luar dan bisa bersaing
dengan lebih baik.
7. Melatih para eksportir agar memiliki keahlian & daya saing dengan produsen negaranegara lain.

DAFTAR PUSTAKA
Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015.
http://statistik.kkp.go.id/sidatik-dev/Publikasi/src/analisisdatakkp2015.pdf (diakses 4
Februari 2017).
Rifianto, Iwan. “Tata Niaga Perikanan”. 2005.
http://repository.ut.ac.id/4479/1/LUHT4335-M1.pdf (diakses 4 Februari 2017).
Universitas Sumatera Utara. “Teori tentang Ekspor”.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44748/4/Chapter%20II.pdf (diakses 4
Februari 2017).
Satrio, Ferry Agusta. “Produk Perikanan Indonesia Diburu Pasar
Internasional”. 24 November 2016.
http://www.timesindonesia.co.id/read/137357/20161124/185900/produk-perikananindonesia-diburu-pasar-internasional/ (diakses 4 Februari 2017).
Bima, Netri. “Permasalahan Hasil Produksi Perikanan dalam Pemasaran“. 26
Januari 2012. http://netrbima.blogspot.co.id/2012/01/permasalahan-hasil-produksiperikanan_26.html. (diakses 8 Februari 2017).

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pengolahan Data Pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP4K Kabupaten Sukabumi

10 84 1