Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Mengkonsumsi Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar,
dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional dan
bahkan politis. Terpenuhinya kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas
merupakan hal yang sangat penting bagi landasan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Pangan pokok ialah pangan yang
muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan
merupakan sumber energi yang terbesar. Sedangkan pangan pokok utama ialah
pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi
normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditi lain (Khumaidi,1997).
Beras merupakan komoditas pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar
penduduk Indonesia sehingga masalah konsumsi beras dan pemenuhannya akan
tetap menjadi hal penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras juga
sangat penting terkait jumlah produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi
produsen, usahatani padi di Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga.
Sedangkan dari sisi konsumen, lebih dari 90 persen penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, dan sekitar 30 persen dari total
pengeluaran rumah tangga miskin dipergunakan untuk membeli beras. Dari sisi
gizi dan nutrisi, beras relatif unggul dari pangan lain, kandungan energi 360 kalori

dan protein 6,8 gr per 100 gr. Pangsa beras pada konsumsi energi per kapita
mencapai 54,3 persen. Ini menunjukkan posisi beras yang sangat strategis sebagai
penopang ketahanan pangan di Indonesia (Bustaman, 2003).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Tabel 1.1 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan menurut Kelompok
Barang Tahun 2013-2014 (Rupiah)
Kelompok
Barang

2013
Kota

Desa

2014

Kota+Desa

Kota

Desa

Kota+Desa

Padi-padian

53.431

62.449

57.956

54.117

66.376


60.235

Umbi-umbian

2.410

3.886

3.151

2.566

4.570

3.566

Ikan

30.578


26.150

28.356

33.385

30.307

31.849

Daging

17.917

8.621

13.252

19.361


10.583

14.980

Telur dan susu

28.966

14.168

21.540

31.508

16.310

23.923

Sayur-sayuran


32.339

29.985

31.158

30.177

29.957

30.068

Kacang-kacangan

10.628

8.268

9.444


11.271

9.381

10.328

Buah-buahan

20.257

12.528

16.379

23.106

15.366

19.243


Minyak dan lemak

11.714

11.376

11.545

12.412

12.972

12.691

Bahan minuman

13.439

13.332


13.385

12.986

13.939

13.461

Bumbu-bumbuan

7.114

6.454

6.783

7.538

7.209


7.374

Konsumsi lainnya

8.371

6.241

7.302

8.484

7.050

7.768

Makanan,minuman jadi

130.449


54.331

92.254

142.784

64.593

103.762

Tembakau dan Sirih

46.557

41.323

43.930

50.075

48.125

49.102

Jumlah Makanan

414.170

299.112

356.435

439.770

336.738

388.350

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 tingkat konsumsi jenis pangan
padi-padian perkapita penduduk Indonesia masih tinggi, baik sebagai konsumsi
energi maupun konsumsiprotein dibandingkan jenis pangan lainnya. Rata-rata
pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang (rupiah) tahun 2013
hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang mengindikasikan bahwa
padi-padian menempati posisi kedua setelah makanan dan minuman jadi dalam
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menurut kelompok barang. Rata-rata
pengeluaran per kapita untuk padi-padian di desa lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata pengeluaran di kota.

Universitas Sumatera Utara

3

Tabel 1.2 Perkembangan Konsumsi Bahan Makanan yang Mengandung
Beras di Rumah Tangga Tahun 2009-2014
Konsumsi
Pertumbuhan
Tahun
(%)
(Kg/kapita/minggu) (Kg/kapita/tahun)
2009
1,96
102,21
-2,55
2010
1,93
100,74
-1,44
2011
1,97
102,86
2,11
2012
1,87
97,64
-5,08
2013
1,86
97,40
-0,25
2014
1,87
97,67
0,27
Sumber : SusenasBPS, 2015
Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa dari tahun 2009-2014, konsumsi total beras
nasional Indonesia relatif stabil dan hanya sedikit berfluktuasi. Tabel yang sama
juga menunjukkan bahwa konsumsi beras perkapita penduduk Indonesia
cenderung menurun dari tahun ke tahun terkait dengan penganekaragaman pangan
sebagai efek perubahan pendidikan, pendapatan, dan gaya hidup. Namun
penurunan tersebut tidak terlalu mempengaruhi konsumsi total beras nasional. Hal
ini diduga akibatpeningkatan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk setiap
tahunnya mengakibatkan kebutuhan konsumsi total beras tetap tinggi.
Menurut Sutrisno (1998) dalamSelamet (2003), masyarakat pada kelas menengah
ke atas, semakin meningkat pendapatan kelas tersebut, semakin menurun
konsumsi berasnya, beralih ke susu dan telur, dan jajanan lainnya yang cenderung
protein. Ini memperlihatkan bahwa bagi masyarakat kelas menengah ke atas,
beras termasuk jenis barang inferior. Namun untuk masyarakat kelompok
menengah ke bawah, peningkatan pendapatan cenderung membuat konsumsi
pangan pokok beralih ke beras. Ini memperlihatkan bahwa bagi masyarakat
kelompok menengah ke bawah, beras termasuk jenis barang normal, dimana jika
pendapatanmeningkat, konsumsi barang tersebut juga meningkat.

Universitas Sumatera Utara

4

Beras dikonsumsi oleh masyarakat baik individu, rumah tangga, maupun usaha
jasa. Konsumen beras pun terdiri dari berbagai karakteristik, baik ditinjau dari
pekerjaan, pendapatan, kekayaan, umur, jumlah anggota keluarga dan variabel
sosial ekonomi lainnya. Pendapatan merupakan karakteristik sosial ekonomi yang
menjadi indikator perbedaan kelas sosial. Perilaku konsumen dalam pembelian
bahan pangan termasuk beras berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendapatan
masyarakat.
Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan peningkatan tuntutan
terhadap mutu. Konsumen kelas menengah ke atas lebih menekankan pada
keseimbangan kualitas, gizi, dan nilai estetika, sedangkan konsumen kelas bawah
lebih memperhatikan harga. Konsumen daerah perkotaan lebih memilih beras
yang

dikemas

sedemikian

rupa

sehingga

beras

mudah

dimasak,

dan

mudahmenyiapkannya.Selain pendapatan, karakteristik konsumen lainnya seperti
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, tingkat
kesejahteraan, serta kondisi kesehatan,juga mempengaruhi proses pengambilan
keputusan mengkonsumsi beras.
Menurut Lipsey dkk (1995), perbedaan pendapatan merupakan salah satu
indikator perbedaan kelas sosial. Hal ini menyebabkan perbedaan keputusan
konsumen dalam mengkonsumsi beras pada kelas sosial yang berbeda.Dengan
demikian, penting untuk menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen
dalam mengkonsumsi beras. Penelitian ini akan membahas karakteristik sosial
ekonomi konsumen beras, proses pengambilan keputusan konsumen dalam
mengkonsumsi beras, dan seberapa besar pengaruh variabel karakteristik sosial
ekonomi konsumen terhadap jumlah konsumsi beras.

Universitas Sumatera Utara

5

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang perlu diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi konsumen beras berdasarkan tingkat
pendapatan di daerah penelitian?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusanyang dilakukan konsumen dalam
mengkonsumsi beras?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen terhadap jumlah
konsumsi beras di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian ini yaitu :
1.

Untuk mengkaji karakteristik sosial ekonomi konsumen beras berdasarkan
tingkat pendapatan di daerah penelitian.

2.

Untuk menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukankonsumen
dalam mengkonsumsi beras.

3.

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen
terhadap jumlah konsumsi beras di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.

Bagi produsen dan pengusaha beras, penelitian ini diharapkan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usaha perberasan yang
disesuaikan dengan karakteristik sosial ekonomi konsumen beras.

Universitas Sumatera Utara

6

2.

Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perberasan.

3.

Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang komoditas beras.

Universitas Sumatera Utara