Studi Fenomenologi: Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi Menopause Di Kabupaten Aceh Tenggara

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.

Konsep Menopause
1.1. Defenisi Menopause
Menopause dari bahasa Latin, Mensis, bulan, dan bahasa Yunani pausis,
berhenti merujuk hanya pada periode menstruasi terakhir. Menopause baru
bisa ditentukan dengan pasti satu tahun setelah menstruasi berhenti. Usia ratarata terjadinya menopause alami ialah 51,4 tahun, dengan rentang umur dari
35 sampai 60 tahun Bobak (2005). Menurut Webster’s Ninth New Collegiate
Dictionary menopause adalah periode menstruasi terakhir dan terjadi ketika

hormon-hormon yang mengontrol siklus menstruasi berada dalam kadar yang
sangat rendah sehingga menstruasi tidak mungkin terjadi lagi. Dimana, kadar
estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti
merespons FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (Luteinising hormone)
yang diproduksi oleh kelenjar hipopisa yang ada di otak Kasdu ( 2002).
Nirmala (2003) juga mendefenisikan menopause adalah kejadian biasa yang
dihadapi wanita menopause ketika tahun-tahun kesuburannya menurun,
sehingga bagi sebagian wanita menimbulkan rasa cemas dan risau, sementara

bagi wanita yang lain mendatangkan rasa percaya diri.
Menopause secara klinis dimana seorang wanita tidak mengalami
menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya periode
menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode mentruasi Northdrup
(2006).

6
Universitas Sumatera Utara

7

Dengan

demikian

dapat

disimpulkan

menopause


adalah

masa

berakhirnya reproduksi wanita yang disebabkan oleh berkurangnya hormon
estrogen dan progesteron yang ditandai dengan berhentinya menstruasi
seiring dengan bertambahnya usia ditandai dengan gejala perubahan fisik dan
psikologis.

1.2. Tahap Terjadinya Menopause
Klimakterium (perimenopause) adalah fase transisi di mana fungsi
ovarium dan produksi hormon menurun. Fase ini mempunyai rentang waktu
sejak

awitan

penurunan

ovarium


pramenopause

sampai

masa

pascamenopause, yakni saat gejala-gejala berhenti. Menopuase bisa
ditentukan dengan pasti satu tahun setelah menstruasi berhenti Bobak (2005).

1.3. Perubahan Wanita Menopause
Perubahan pada wanita menopause menurut Kasdu ( 2002) adalah :
Perubahan organ reproduksi pada rahim yang mengalami atropi,
panjangnya menyusut dan dindingnya menipis serta jaringan miometrium
(otot rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik
(sifat berserabut secara berlebihan). Leher rahim menyusut tidak menonjol ke
dalam vagina bahkan lama-lama akan merata dengan dinding vagina dan
saluran telur menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut. Ukuran indung
telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput, terjadi sklerosis
(penebalan) dini pada sistem pembuluh darah indung telur sehingga

diperkirakan sebagai penyebab utama gangguan vaskulirisasi (pembuluh

Universitas Sumatera Utara

8

darah) indung telur. Serviks juga mengalami pengerutan dan memendek, otot
vagina mengalami kontraktur (melemahnya otot jaringan). Jaringan vulva
(mulut kemaluan) menipis karena berkurang dan hilangnya jaringan lemak
serta jaringan elastik. Payudara mengecil, mendatar, dan mengendor.
Perubahan hormonyang berlebihan atau kurang tentu mengakibatkan
timbulnya suatu reaksi. Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah
perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang dan perubahan pada
hormon lainnya, seperti progesteron serta mempengaruhi langsung kondisi
fisik dan juga psikis. Selain perubahan fisik, Perubahan Psikisjuga sangat
mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa
menopause, mereka cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berarti
berhentinya nafsu seksual dan fisik.

1.4. Gejala Fisik Wanita Menopause

Menurut (Northrup, 2006, livito, 2006) gejala fisik pada wanita
menopause, seperti, serangan rasa panas terjadi karena jaringan-jaringan yang
sensitif atau yang bergantung pada kadar estrogen yang menurun. Pancaran
panas diperkirakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh. Gejala yang terjadi
sekitar 70-80% dari semua wanita. Keringat berlebihan merupakan suatu
kesatuan dengan rasa panas dan dapat menjadi faktor yang berperan pada
gangguan tidur. Gangguan sistem konstitusional berupa jantung berdebardebar, nyeri tulang belakang, nyeri otot, dan migren. Gejala ini jarang yang
berbahaya, meskipun kadang bisa terasa sangat menakutkan. Itu merupakan

Universitas Sumatera Utara

9

akibat dari ketidakseimbangan antara syaraf simpatik dan parasimpatik, serta
sering berkaitan dengan ketakutan dan kecemasan. Disfungsi seksual sebagai
akibat wajar dari menopause. Sementara keinginan seksual secara alami
berkurang seiring dengan meningkatnya usia, merupakan tantangan tersendiri
untuk


melanjutkan seks

setelah menopause. Tanpa estrogen

yang

mempertahankan kesehatan vagina, vagina menjadi kering, rapuh dan
mengalami atrofi, membuat hubungan seks menyakitkan dalam berhubungan.
Hilangnya hasrat seksual atau menurunnya libido karena kadar hormon
estrogen yang menurun atau menipisnya jaringan vagina. Beberapa wanita
juga mengalami penurunan dalam kadar testosteron, ini dapat mengakibatkan
hilangnya hasrat seksual.

1.5. Gejala Psikologis Wanita Menopause
Menurut (Yatim, 2001, Kasdu, 2002) gejala psikis wanita menopause
berupa, gejala emosi seperti rasa tegang dan cemas, rasa tertekan, mudah
tersinggung, sedih tidak menentu dan emosi berubah-ubah. Perubahan prilaku
dengan menghindari hubungan sosial dan mengasingkan diri, perubahan
gairah seksual, bisa meningkat atau berkurang. Mungkin perubahan ini hanya
merupakan bagian dari tumbuh menjadi tua, tetapi perubahan ini sangat

tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause,
termasuk pengetahuannya tentang menopause. Karena pengetahuan yang
cukup akan membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya
menjalani masa ini dengan baik. Selain itu, latar belakang masing-masing
wanita sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita dalam menjalani masa

Universitas Sumatera Utara

10

menopause, misalnya apakah wanita tersebut menikah atau tidak, mempunyai
suami, anak, cucu atau keluarga yang membahagiakannya, serta yang mengisi
aktivitas sehari-harinya.

2.

Adaptasi Psikososial
2.1. Defenisi Adaptasi
Adaptasi adalah proses di mana dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespons terhadap stres. Proses adaptif terjadi ketika stimulus

dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan
keseimbangan organisme Potter & Perry (1999). Menurut Gerungan (2009)
adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (taks
oriented) ketika tingkah laku mengganggu integritas individu, hal ini
dianggap maladaptif.
Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri) Sunaryo (2002).
Adaptasi mengacu pada proses dan hasil dimana pemikiran dan perasa’an
orang sebagai individu maupun kelompok, menggunakan kesadaran dan
pilihan untuk membuat integrasi manusia dan lingkungan Tomey & Alligood
(2006).

2.2. Defenisi Psikososial
Psikososial adalah hubungan interaksi perilaku antara manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok

Universitas Sumatera Utara

11


Sarwono (2009). Menurut Nadia (2006) psikososial adalah menyangkut
aktivitas dan masalah sosial yang timbul sehubungan dengan faktor
psikologis atau proses mental.
Adaptasi psikososial cara individu untuk menyesuaikan status mental dan
emosionalnya terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi di dalam

lingkungan sosialnya Nadia (2006).
Erikson dalam Keliat (2007) menjelaskan perkembangan individu terjadi
secara simultan antara dimensi fisik, kognitif, psikososial moral, dan spiritual.
bahwa perkembangan psikososial mempunyai delapan tahap perkembangan,
yaitu bayi, kanak-kanak, prasekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda,
dewasa, dan lanjut usia.

2.3. Adaptasi Psikologis wanita menopause
Masa menopause memiliki nilai penting yang besar dalam kehidupan
wanita, karena masa ini menimbulkan berbagai gangguan psikis yang krusial.
Perubahan hormon yang terjadi pada tubuh wanita menimbulkan pengaruh

psikologis. Menopause memiliki tahap pengantar, sama dengan tahap prabalig pada masa pubertas. Wanita menopause pada masa ini mengalami
proses biologis yang bersifat internal sebelum mengalami perubahanperubahan fisik yang bersifat eksternal. Tanda-tanda internal disertai tandatanda penuaan dini, sehingga wanita semakin memperhatikan dirinya. Pada
diri wanita muncul semacam konflik dalam mempertahankan kewanitaannya
sampai menjelang terjadinya stagnasi pada organ reproduksinya. Akibatnya,
kegiatan wanita semakin berlipat ganda dan kegiatan itu mengarah kepada

Universitas Sumatera Utara

12

pusat-pusat yang mengancam ego (Ibrahim, 2005). Wanita yang mengalami
menopause merasakan pergeseran dan perubahan-perubahan fisik dan psikis

yang mengakibatkan timbulnya satu krisis dan dimanifestasikan diri dalam
simton-simtom psikologis antara lain adalah depresi, murung, mudah
tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan,
insomia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah.

Menopause sangat tergantung pada masing-masing individu. Pengaruh
ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap

menopause, termasuk pengetahuannya tentang menopause. Beberapa wanita
yang memasuki masa menopause dengan penuh kecemasan. Mereka cemas
dengan berakhirnya era reproduksi yang berhentinya nafsu seksual dan fisik.
Keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungannya dengan suami
maupun lingkungan sosialnya Kasdu (2002).

3.

Konsep Sosial
3.1. Defenisi sosial
Manusia

adalah

makhluk

sosial,

yaitu

makhluk

yang

selalu

membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari Sarwono (2009).
Menurut Nadia (2006) sosial adalah segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bersama kehidupan bersama berdasarkan suatu
sistem nilai dan norma yang berlaku pada sistem masyarakat pada waktu
tertentu. Sosial berasal dari bahas Latin yaitu socius yang berarti segala
sesuatu

yang

lahir,

tumbuh

dan

berkembang

dalam

kehidupan

bersama.Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang

Universitas Sumatera Utara

13

positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil
mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi
dalam hidup. Pemikiran yang irasional (tidak rasional) merupakan salah satu
tanda kurang sehatnya kondisi psikososial seseorang. Sering munculnya
prasangka buruk atau pikiran negatif (negatif thinking) terhadap banyak hal
yang ada dalam hidup adalah salah satu wujud nyata dari kondisi psikososial
yang buruk, yang bisa mengarah pada hubungan sosial yang buruk pula.
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik.
Masalah psikososial adalahmasalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang
mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibatterjadinya perubahan
social

dan

atau

gejolak

social

dalam

masyarakat

yang

dapat

menimbulkangangguan jiwa.

3.2. Bentuk interaksi sosial
Menekankan pada hubungan yang dekat dan dinamis, dekat antara aspek
psikologis dari pengalaman sesorang (pemikiran, perasaan, tingkah laku) dan
pengalaman sosial yang ada disekelilingnya (hubungan dengan orang lain,
tradisi, budaya), yang secara terus menerus saling mempengaruhi satu sama
lain. Keberadaan para saudara, teman dan rekan sejawat dalam menghadapi
stress atau masalah yang dapat menganggu keberlangsungan hidupnya seharihari. Dukungan sosial memiliki 2 aspek utama, dukungan sosial struktural
dan dukungan sosial fungsional. Dukungan struktural menyangkut jaringan
hubungan sosial yang dimiliki individu, misalnya status pernikahan, dan

Universitas Sumatera Utara

14

jumlah teman yang dimiliki. Dukungan sosial fungsional lebih menekankan
pada kualitas dari hubungan sosial yang dimiliki, seperti keharmonisan rumah
tangga Widury(2005)
Dalami (2009) menyebutkaninteraksi sosial adalah kunci dari semua
kehidupan sosial. Ada empat bentuk interaksi sosial, berupa : Kerjasama
(cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict), akomodasi atau

penyesuaian diri (accomodation).
3.2.1. Interaksi Sosial Asosiatif
Asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja
sama. Pembagiannya, kerja sama (cooperation) bentuk utama dari proses
interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh
seseorang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama.
4 macam kerjasama, yaitu, kerja sama spontan (spontaneous cooperation )
kerjasama yang timbul secara spontan. Kerja sama langsung (directed
cooperation) kerjasama karena adanya perintah atasan/penguasa. Kerja

sama kontrak (contractual cooperation) kerjasama yang berlangsung atas
dasar ketentuan tertentu yang disetujui dalam jangka waktu tertentu. Kerja
sama tradisional (traditional cooperation) kerjasama karena sistem tradisi
yang kondusif. Akomodasi (accomodation) adala`h proses penyesuaian
sosial dalam interaksi antarindividu dan antar kelompok untuk meredakan
pertentangan. Tujuan akomodasi, mengurangi perbedaan pandangan,
pertentangan politik, atau permusuhan antar suku atau antar negara.
Mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.

Universitas Sumatera Utara

15

Mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan
oleh sistem kelas atau kasta. Mengupayakan terjadinya proses pembauran
atau

asimilasi

di

antara

kelompok

kesukuan

atau

ras.Asimilasi

(assimilation)proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing
pihak

merasakan

adanya

kebudayaan

tunggal

sebagai

milik

bersama.Akulturasi (acculturation)proses sosial yang timbul akibat suatu
kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
3.2.2. Interaksi Sosial Disosiatif
Disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan
perpecahan. Pembagiannya :Persaingan (competition)perjuangan yang
dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh
kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau
benturan fisik. Kontraversibentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan pertentangan atau konflik. Pertentangan / Konflik
Sosialproses sosial antarperorangan atau kelompok masyarakat tertentu
akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar
sehingga menimbulkan adanya semacam

jurang pemisah diantara

mereka(Sunaryo, 2002, Badrujaman, 2008).
Larasati (2000) menjelaskan dalam beberapa kasus wanita
yangmengalami menopause mulai menarikdiri dari pergaulan sosial karena
merasa dirinya tidak ada harganya dan merasa tidak berguna lagi. Seperti
membatasi untuk berinteraksi sosial dengan teman maupun dengan
keluarga. Mereka lebih suka menyendiri jauh dari keramaian. Wanita yang

Universitas Sumatera Utara

16

mengalami menopause akan membutuhkan keluarga dan teman-teman
terdekat sebagai dukungan agar tidak minder dalam beradaptasi dengan
lingkungan. Selain itu adanya motivasi dari dirinya untuk menjalani
hidupnya dengan penuh semangat (kualitas hidup yang baik).

3.3. Psikososial Wanita Menopause
Kehadiran masa menopause pada wanita memiliki dampak psikologis
yang perlu dipahami untuk menjaga kesejahteraan hidup manusia fisik dan
nonmoral. Individu yang mengalami transisi dalam kehidupannya, baik
dalam pekerjaan, rumah tangga, hubungan sosial, yang semunanya itu dapat
memicu timbul nya stress pada wanita menopause Irmawati (2008).
Menurut Kasdu (2002) wanita yang memasuki menopause, tidak jarang
merasa tidak sempurna lagi sebagai wanita. Kondisi ini sering menimbulkan
tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak diatasi akan berkembang menjadi
stres yang berdampak buruk pada kehidupan sosial seorang wanita. Selain
perubahan fisik yang dialami wanita menopause, perubahan psikologis juga
sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa
menopause. Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah mudah
merasa tegang dalam kehidupan wanita seperti merawat orang tua lanjut
usia, memasuki masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh dewasa dan
meninggalkan rumah serta penyesuaian lain dalam kehidupan. Ketegangan
inidapat menimbulkan gejala pada fisik dan psikis, termasuk menjadi
pelupa, kurangdapat memusatkan perhatian, mudah cemas, mudah marah
dan depresi (Palupi, 2010).

Universitas Sumatera Utara