Studi Fenomenologi: Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi Menopause Di Kabupaten Aceh Tenggara

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Secara umum menopause merupakan fase terakhir perdarahan haid dan

kemampuan reproduksi wanita berakhir dan terjadi secara alamiah Kasdu (2002).
Northrup (2006) mendefenisikan menopause secara klinis dimana seorang wanita
tidak mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak
teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode mentruasi.
Menurut Nirmala (2003) menopause adalah kejadian biasa yang dihadapi wanita
menopause ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian
wanita menimbulkan rasa cemas dan risau, sementara bagi wanita yang lain
mendatangkan rasa percaya diri. Jika dipersiapkan dengan baik, menopause dapat
menjadi masa regenarasi bagi wanita. Masalahnya, lingkungan tidak membantu
persiapan ini dan perhatian meraka jauh lebih dicurahkan untuk mendampingi
wanita dalam mempersiapkan pertunangan, perkawinan, persalinan, kelahiran, dan
tuntutan mendampingi anak balita, remaja dan seterusnya.
Umumnya gejala fisik dan psikologis pada wanita menopause, seperti hot

flushes (rasa panas) pada wajah, leher, dada yang berlangsung selama beberapa
menit, pusing dan lemah. Sedangkan gejala psikologis berupa mudah tersinggung,
depresi, cemas, suasana hati (mood) yang tidak menentu, dan

susah untuk

berkonsentrasi spencer (2007). Menurut nirmala (2003) wanita menopause juga
mengeluh mengalami kerontokan rambut, sulit tidur, atau tidak lagi menikmati
hubungan seksual. Kasdu (2002) menjelaskan kseluhan psikis pada menopause

1
Universitas Sumatera Utara

2

sifatnya individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan,
dan ekonomi.
Persoalan perubahan fisik pada tubuhnya yang ditandai dengan menurunnya
produksi hormon, menstruasi tidak teratur dan keadaan fertilitas digantikan
dengan infertilitas, sedangkan perubahan psikologis terjadi karena produksi

hormon estrogen di indung telur tiba-tiba berhenti, biasanya di tandai dengan
terjadinya perasaan mudah cemas dan depresi (Monopausel depression) Palupi
(2012).
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh
karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres. Adaptasi melibatkan
refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping, dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi Potter & Perry
(1999). Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi,
baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan
stres Sunaryo (2002).
Psikososial adalah hubungan interaksi perilaku antara manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok Sarwono
(2009). Menurut larasati (2000) wanita yang mengalami menopause mulai
menarikdiri dari pergaulan sosial karena merasa dirinya tidak ada harganya dan
merasa tidak berguna lagi. Seperti membatasi untuk berinteraksi sosial dengan
teman maupun dengan keluarga. Mereka lebih suka jauh dari keramaian. Wanita
yang mengalami menopause akan membutuhkan keluarga dan teman-teman
terdekat sebagai dukungan agar tidak minder dalam beradaptasi dengan

Universitas Sumatera Utara


3

lingkungan dan adanya motivasi dari dirinya untuk menjalani hidupnya dengan
penuh semangat.
Adaptasi psikososial merupakan cara individu untuk menyesuaikan status
mental dan emosionalnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
lingkungan sosialnya nadia (2006).Adaptasi psikososial melibatkan cara
seseorang menyesuaikan diri secara emosional dan mental sebagai self sistem.
Hubungan individu dengan orang lain dan pada masyarakat pada umumnya Sari
(2011).Menurut Ibrahim (2005) kegiatan wanita pada masa menopause
merupakan salah satu mekanisme pertahanan ego, di mana ia berusaha untuk
merespon kematian parsial yang mengancamnya dan merasa bahwa ia berada di
depan pintu penuaan serta muncul semacam konflik dalam mempertahankan
kewanitaannya sampai menjelang terjadinya stagnasi pada organ reproduksinya.
Perubahan yang terjadi di masa menopause tidak hannya mencakup terhentinya
produksi fisiologis, tetapi juga berarti adanya gangguan total dan mengarah
kepada pusat-pusat yang mengancam ego. Sedikit demi sedikit wanita kehilangan
yang pernah ia raih di masa pubertas, sehingga kecantikannya mulai sirna. Pada
saat inilah perilaku wanita berubah.

Hasil penelitian Crhristiani, sofia & Esti (2002) Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, hasil perhitungan dengan menggunakan Teknik Korelasi Product
Moment (dengantaraf signifikansi 0,01) diperoleh koefisien korelasi sebesar –
0,568, berarti terdapat hubungan yang negatif antara persepsi tentang menopause
dengan tingkat kecemasan pada wanita yang sedang menghadapi menopause.
Semakin positif persepsi seorang wanita tentang menopause, maka akan semakin

Universitas Sumatera Utara

4

rendah tingkat kecemasannya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif
persepsiseseorang tentang menopause, maka akan semakin tinggi tingkat
kecemasannya, menopause suatu masa transisi dari periode reproduktif ke periode
non reproduktif, menuntut penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan peranan.
Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan
psikologis dan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa ada tingkat kecemasan pada wanita yang
menghadapi menopause. Wanita yang memiliki persepsi negatif tentang
menopause


akan

menganggap

menopause

merupakan

persoalan

yang

mengganggu dirinya, akibatnya muncul simtom-simtom, baik simtom fisiologis
maupun psikologis. Sebaliknya persepsi yang positif tentang menopause akan
membuat wanita menganggap menopause sebagai peristiwa yang wajar yang akan
dialami oleh setiap wanita.
Perubahan psikis sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam
menjalani masa menopause. Di kabupaten Aceh Tenggara ditemukan wanita
menopause yang kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya, mudah

tersinggung dari pergaulan sosial karena banyaknya perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa menopause. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan fisik,
psiko, sosial dan spiritual khususnya pada

wanita menopause, peneliti ingin

melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan “Adaptasi Psikososial Wanita
Yang Menghadapi Menopause” agar memberi perhatian yang lebih besar dan
dapat membantu mereka dalam beradaptasi

terhadap perubahan-perubahan

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

5

2.


Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

fenomena adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause di Kabupaten
Aceh Tenggara.

3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untukmenggali fenomena adaptasi psikososial

wanita yang menghadapi menopause.

4.

Manfaat Penenlitian
4.1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penilitian ini diharapkan sebagai pengembangan informasi dan
pengetahuan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan adaptasi psikososial
wanita yang menghadapi menopause.

4.2. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penilitian ini diharapkan sebagai pengembangan informasi dan
pengetahuan bagi perawat dalam adaptasi psikososial wanita yang
menghadapi menopause sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
4.3. Bagi penelitian keperawatan
Hasil penilitian ini diharapkan sebagai masukan atau sumber data bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan
dengan adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause.

Universitas Sumatera Utara