T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penurunan Kecemasan Melalui Terapi Musik pada Siswa Kelas X Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga Sebelum Menghadapi Ujian Kenaikan Kelas T1 BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kecemasan Siswa dalam menghadapi Ujian Kenaikan Kelas
2.1.1. Pengertian
Kecemasan
Siswa
dalam
menghadapi
Ujian
Kenaikan Kelas
Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu
untuk
berbuat
sesuatu.
Fungsi
kecemasan
adalah
untuk
memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego
yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk
mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan
kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka
ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistik, yakni
perilaku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence
mechanism (Freud dalam Corey, 2005)
Kecemasan
adalah
suatu
perasaan
takut
yang tidak
menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya ketegangan
fisiologis, suatu dorongan yang menjadi perantara antara suatu
situasi yang mengancam dan perilaku menghidar. Kecemasan dapat
diukur dengan self report, dengan mengukur ketegangan fisiologis,
dan dengan perilaku yang tampak (Davison, dkk. 2006). Dinyatakan
juga oleh Jefrrey dkk (2005) bahwa kecemasan (anxiety) adalah
suatu keadaaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan
8
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Masalah yang ada ketika siswa yang akan menghadapi ujian
kenaikan kelas, kecemasan siswa dalam mengerjakan soal ujian
kenaikan kelas, hasil ujian yang didapatkan kerjakan dan hasil ujian
apakah menentukan bisa naik kelas atau tidak. Siswa merasa cemas
karena ujian kenaikan kelas adalah suatu yang bisa menjadi beban.
Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kecemasan siswa siswi
dalam menghadapi Ujian Kenaikan Kelas adalah suatu perasaan
yang tidak menyenangkan yang dialami siswa siswi, sebagai akibat
perasaan khawatir berkaitan dengan ujian.
2.1.2. Ciri – Ciri Gangguan Kecemasan
Menurut Jeffrey dkk (2005), kecemasan terdiri dari begitu
banyak ciri fisik, kognisi, dan perilaku seperti :
1. Ciri – ciri fisik dari kecemasan
Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh
bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di
sekitar dahi, kekencangan pada pori – pori kulit perut atau dahi,
banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau
pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara,
sulit bernafas, bernafas pendek, jantung berdebar keras atau
berdetak kencang, suara yang bergetar, jari – jari atau anggota
tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa,
sulit menelan, kerongkongan terasa tersekat, leher atau
9
punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan,
tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut
atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa
memerah, diare, merasa sensitif atau mudah marah.
2. Ciri – ciri perilaku dari kecemasan
Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen,
perilaku terguncang.
3. Ciri – ciri kognitif dari kecemasan
Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan
ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa
depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera
terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi
ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa
terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit
atau tidak mendapat
perhatian, ketakutan akan
kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi
keruntuhan,
masalah,
berpikir
berpikir
bahwa
bahwa
semuanya
dunia
tidak
mengalami
lagi
bisa
dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat m
embingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal – hal
sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama berulang –
ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau
tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau
10
kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran – pikiran
terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak
menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan
ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan
fikiran.
2.2. Terapi Musik
2.2.1. Pengertian Musik
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat
menyenangkan telinga
pendengar
atau
mengkomunikasikan
perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan
harmoni
yang
memberikan
kedalaman
dan
memungkinkan
penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford
Ensiklopedi Pelajar dalam Ari dkk, 2016). Musik adalah seni
penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan
merdu yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik
biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna
bunyi (Syukur, 2005). Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa
musik adalah bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun
dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam
alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung
ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya
dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat
11
menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi
atau suasana hati. Musik adalah suatu bentuk kesenian yang dapat
mengeluarkan aneka perasaan dan gelora jiwa melalui media suara.
Mengacu pada beberapa definisi di atas dapat dikemukakan
bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai ragam bebunyian,
namun tidak hanya memandang bahwa musik hanya semata – mata
terletak pada aspek keindahan mengenai suara – suara ataupun pada
nada – nada yang membentuk musik tersebut.
Menurut Schneck dan Berger (dalam Lianto, 2013) ada enam
elemen musik yaitu :
1. Ritme
Ritme atau irama adalah variasi horizontal dan aksen dari suatu
suara yang teratur. Ritme terbentuk dari suara dan diam. Suara
dan diam tersebut digabungkan untuk membentuk pola suara yang
berulang untuk membuat ritme. Ritme memiliki tempo yang
teratur, namun dapat memiliki bermacam-macam jenis. Beberapa
ketukan dapat lebih kuat, lebih lama, lebih pendek, atau lebih
pelan dari lainnya.
2. Melodi
Melodi disebut juga suara, adalah suksesi linear nada musik yang
dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam arti yang paling harfiah,
melodi adalah urutan nada dan jangka waktu nada, sementara,
dalam arti lain, istilah tersebut memasukkan suksesi unsur musik
12
lain seperti warna nada.
3. Pitch
Seutas senar diyakini menghasilkan nada melalui vibrasi
pada kecepatan tertentu yang dikenal dengan sebut pitch A adalah
440 getaran permenit (diukur dalam Hertz), dan ini dapat
didengar karena membuat molekul – molekul udara bergetar
dalam kecepatan yang sama. Bila vibrasi ini bertemu dengan
telinga pendengar maka operasi rumit dari persepsi dan proses
kognitif dalam otak menyimpulkan bahwa nada yang terdengar
adalah nada A, seperti yang dimainkan oleh alat tiup kayu. Dalam
aspek psikologis, pikiran manusia merasakan vibrasi sebagai nada
dan mungkin nada yang saling mempengaruhi dalam musik.
Panjang senar dan kecepatan vibrasi dapat diukur (dikuantifikasi),
sementara nada adalah sebuah kualitas fenomena vibrasi yang
diinterpretasikan oleh pikiran manusia.
4. Tempo
Adalah rata – rata satuan waktu pada saat sebuah musik
dimainkan yang menggambarkan kecepatan musik tersebut.
5. Timbre
Disebut juga warna suara atau kualitas suara. Jika dua alat
musik, misal gitar dan trombon dimainkan bersama – sama pada
nada dasar/pitch yang sama, pendengar tetap dapat membedakan
mana suara gitar dan mana suara trombon karena keduanya
13
memiliki warna suara yang berbeda.
6. Dinamika
Adalah aspek musik yang terkait dengan tingkat kekerasan
bunyi, atau gradasi kekerasan dan kelembutan suara musik.
2.2.2. Pengertian Terapi Musik
Definisi terapi musik itu sendiri sangat beranekaragam,
tergantung pada
populasi klien dan dengan siapa para terapis
bekerja. Terapi musik adalah penggunaan musik sebagai peralatan
terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental,
fisik, dan kesehatan emosi. Dalam rumusan The American Music
Therapy Association (dalam Djohan 2006), terapi musik adalah
suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik dan
aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek
fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang
mengalami cacat fisik. Berbagai definisi masih terus berkembang
disebutkan bahwa terapi musik adalah penggunaan musik dalam
lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang
membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek
sosial dan psikologis (Wigram dalam Djohan, 2006).
Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa terapi musik
adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong individu yang mengalami masalah dalam bidang fisik,
psikis, maupun kognitif dengan penggunaan musik atau aktivitas
14
musik.
2.2.3. Proses dan Langkah – langkah Terapi Musik
1. Proses Terapi Musik
Proses terapi musik berawal dari adanya permintaan
untuk memperoleh terapi, baik dari dokter, psikolog, ahli
fisiologi, ahli gangguan wicara, guru, orangtua, pekerja sosial,
atau dari klien yang bersangkutan. Proses terapi musik menurut
Djohan (2005) adalah sebagai berikut.
a. Asesmen
Asesmen adalah hal yang pertama kali harus dipenuhi
untuk memulai suatu tindakan terapi. Di dalam asesmen,
terapis musik melakukan observasi menyeluruh terhadap
kliennya, sehingga ia memperoleh gambaran lengkap tentang
latar belakang, keadaan sekarang, keterbatasan klien dan
potensi – potensi yang masih dapat dikembangkan. Dengan
gambaran ini, terapis musik mengembangkan kerangka
asesmen yang kemudian diterjemahkan ke dalam rencana
perlakuan, lengkap dengan estimasi waktunya.
b. Rencana Perlakuan
Setelah data asesmen terkumpul dan dianalisis,
langkah berikutnya adalah mematangkan rencana perlakuan
terapi musik. Terapis musik merancang rencana perlakuan
bagi klien secara bertahap sampai klien dapat meraih batas
15
keinginan yang ditentukan sebelumnya.
c. Pencatatan
Sebuah proses terapi musik perlu mempertimbangkan
riwayat kesehata klien dari banyak sisi. Selain riwayat
sebelum terapi dimulai, seluruh proses terapi juga harus
dicatat. Salah satu metode dokumentasi yang banyak
digunakan di rumah sakit – rumah sakit disebut APIE
(Luksch dalam Djohan, 2005) yaitu A ; Asesmen, P ;
Perencanaan, I ; Intervensi, E; Evaluasi.
d. Evaluasi dan Terminasi Perlakuan
Langkah
terakhir
dalam
proses
terapi
adalah
mengevaluasi dan melakukan terminasi perlakuan. Pada
bagian ini, terapis menyiapkan kesimpulan akhir dari proses
perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti.
2. Langkah – langkah dalam Terapi Musik
Menurut Djohan (2006) terapi musik meliputi beberapa
langkah dalam pelaksanaannya yaitu:
a. Pembentukan
Sasaran
pembentukan
dalam
terapi
musik
diindikasikan melalui target yang akan dituju. Target harus
jelas berdasarkan alasan – alasan dan informasi yang
dikumpulkan dari hasil penilaian.
16
b. Membangun peralihan
Saat pertama kali bertatap muka dengan klien selalu
merupakan awal dari pengalaman baru, hubungan baru, dan
dinamika yang baru pula. Sesi pertama adalah saat memulai
proses membangun kepercayaan dan hubungan sebagai
elemen penting dalam terapi yang efektif.
c. Proses Kegiatan
Seorang terapis dapat mengkombinasikan beberapa
kemungkinan untuk mendapatkan strategi yang paling sesuai.
Berbagai strategi dapat dilakukan dalam terapi musik dengan
menggunakan aneka macam genre musik, pendekatan,
metode sistem dan aliran musik tertentu. Termasuk di
dalamnya adalah menyusun beberapa strategi pendekatan
yang diperoleh dari pengalaman maupun dari hasil penelitian.
d. Observasi Kegiatan
Observasi komprehensif diberikan bila klien belum
dirujuk untuk menjalani terapi musik dan masih bertanya –
tanya tentang manfaat yang diperoleh dari terapi musik.
Laporan komprehensif asesmen sama dengan garis besar
pada observasi awal tetapi lebih mendalam.
e. Evaluasi Terapi
Seorang terapis sedapat mungkin mencari gambaran
yang lengkap dan menyeluruh mengenai kliennya, meski
17
prosedur terapi dapat dilakukan dengan sederhana.
2.2.4. Terapi
Musik
untuk
Menurunkan
Kecemasan
Siswa
Menghadapi Ujian Kenaikan Kelas
Pada awalnya mungkin individu masih bertanya apakah
musik benar – benar dapat mempengaruhi suasana hati, walaupun
sudah banyak penelitian secara sistematis dilakukan terhadap
hubungan antara berbagai jenis musik dan reaksi emosi (Djohan,
2005). Penelitian Lewis (dalam Djohan, 2005) menemukan
pengaruh musik atau video dalam beberapa hasil pengukuran
suasana hati melalui kuesioner tentang optimisme/pesimisme
(OPQ), skala sikap dan skala Wessman-Ricks tentang Elation dan
Depression. Sebelumnya dipilih musik dan video dengan kategori
hati positif dan negatif. Hasil menunjukkan bahwa musik memiliki
pengaruh yang kuat terhadap suasana hati tetapi tidak demikian
dengan video. Musik dengan kategori positif menghasilkan
peningkatan suasana hati yang positif demikian pula musik sedih
juga menghasilkan peningkatan suasana hati negatif. Maka
disimpulkan bahwa sebuah musik cenderung menimbulkan suasana
hati yang sama dalam diri pendengarnya.
Universitas Michigan mempublikasikan hasil penelitian
mengenai pengaruh musik terhadap sekelompok orang dewasa
Amerika yaang mengikuti pelajaran kibor menunjukan efek
dramatis berupa terjadinya peningkatan sebesar 92% pada
18
pertumbuhan
hormonalnya
(hGH).
Pertumbuhan
hormon
manusia tercermin dalam beberapa fenomena usia seperti
osteoporosis, tingkat energi, pengkerutan, fungsi seksual, massa
otot, dan sakit. Konsistensi dengan hasil penelitian sejenis, ini
menunjukan terjadinya penurunan signifikan dalam hal kecemasan,
depresi, dan kesepian – tiga faktor kritis dalam menghadapi stres,
merangsang sistem kekebalan, serta meningkatkan kesehatan.
(Djohan, 2005) Dengan ini terapi musik akan memberikan
pengaruh
positif
untuk
merubah
suasana
hati
seseorang,
menumbuhkan perasaan gembira dan tenang, sehingga dengan
menggunakan terapi musik diharapkan dapat menurunkan perasaan
cemas siswa siswi dalam menghadapi Ujian Kenaikan Kelas.
2.2.5. Hasil Temuan Penelitian yang Relevan
Hasil temuan penelitian yang relevan merupakan publikasi
hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini:
Devi Winja Susanti dan Faridah (2011) dalam penelitian
Efektivitas
Musik
Klasik
dalam
Menurunkan
Kecemasan
Matematika (Math Anxiety) pada Siswa Kelas XI, menghasilkan
adanya penurunan skor yang signifikan antara pretest dan posttest
pada
kelompok
mengindikasikan
eksperimen
musik
(KE)
klasik
dengan
efektif
p=0,014
dalam
yang
menurunkan
kecemasan matematika pada siswa. Kecemasan matematika dapat
19
menurun seiring siswa mendengarkan musik klasik sambil belajar
matematika.
Lely Febriani (2011) dalam penelitian Efektifitas Terapi
Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin
Seksio Sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan, menyimpulkan
bahwa ada pengaruh terapi musik klasik yang signifikan untuk
mengurangi kecemasan pada ibu bersalin seksio sesarea pada
kelompok intervensi dan kontrol (P = 0.000). Dari hasil penelitian
ini diketahui bahwa terapi musik klasik efektif untuk mengurangi
kecemasan, sehingga bidan dapat menerapkan terapi musik klasik
dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin seksiosesarea .
Kedua penelitian tersebut meneliti tentang terapi musik
dan kecemasan yang relevan dengan penelitian penulis. Hanya saja
dalam kedua penelitian tersebut menggunakan instrumen musik
klasik, sedangkan penulis menggunakan terapi musik sebagai
perlakuan.
2.3. Hipotesis
Hipotesis penelitian dirumuskan adalah :
Penggunaan terapi musik dapat secara signifikan menurunkan
kecemasan siswa siswi dalam menghadapi ujian kenaikan kelas.
20
LANDASAN TEORI
2.1. Kecemasan Siswa dalam menghadapi Ujian Kenaikan Kelas
2.1.1. Pengertian
Kecemasan
Siswa
dalam
menghadapi
Ujian
Kenaikan Kelas
Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu
untuk
berbuat
sesuatu.
Fungsi
kecemasan
adalah
untuk
memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego
yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk
mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan
kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka
ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistik, yakni
perilaku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence
mechanism (Freud dalam Corey, 2005)
Kecemasan
adalah
suatu
perasaan
takut
yang tidak
menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya ketegangan
fisiologis, suatu dorongan yang menjadi perantara antara suatu
situasi yang mengancam dan perilaku menghidar. Kecemasan dapat
diukur dengan self report, dengan mengukur ketegangan fisiologis,
dan dengan perilaku yang tampak (Davison, dkk. 2006). Dinyatakan
juga oleh Jefrrey dkk (2005) bahwa kecemasan (anxiety) adalah
suatu keadaaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan
8
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Masalah yang ada ketika siswa yang akan menghadapi ujian
kenaikan kelas, kecemasan siswa dalam mengerjakan soal ujian
kenaikan kelas, hasil ujian yang didapatkan kerjakan dan hasil ujian
apakah menentukan bisa naik kelas atau tidak. Siswa merasa cemas
karena ujian kenaikan kelas adalah suatu yang bisa menjadi beban.
Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kecemasan siswa siswi
dalam menghadapi Ujian Kenaikan Kelas adalah suatu perasaan
yang tidak menyenangkan yang dialami siswa siswi, sebagai akibat
perasaan khawatir berkaitan dengan ujian.
2.1.2. Ciri – Ciri Gangguan Kecemasan
Menurut Jeffrey dkk (2005), kecemasan terdiri dari begitu
banyak ciri fisik, kognisi, dan perilaku seperti :
1. Ciri – ciri fisik dari kecemasan
Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh
bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di
sekitar dahi, kekencangan pada pori – pori kulit perut atau dahi,
banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening atau
pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara,
sulit bernafas, bernafas pendek, jantung berdebar keras atau
berdetak kencang, suara yang bergetar, jari – jari atau anggota
tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa,
sulit menelan, kerongkongan terasa tersekat, leher atau
9
punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan,
tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut
atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa
memerah, diare, merasa sensitif atau mudah marah.
2. Ciri – ciri perilaku dari kecemasan
Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen,
perilaku terguncang.
3. Ciri – ciri kognitif dari kecemasan
Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan
ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa
depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera
terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi
ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa
terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit
atau tidak mendapat
perhatian, ketakutan akan
kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi
keruntuhan,
masalah,
berpikir
berpikir
bahwa
bahwa
semuanya
dunia
tidak
mengalami
lagi
bisa
dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat m
embingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal – hal
sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama berulang –
ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau
tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau
10
kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran – pikiran
terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak
menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan
ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan
fikiran.
2.2. Terapi Musik
2.2.1. Pengertian Musik
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat
menyenangkan telinga
pendengar
atau
mengkomunikasikan
perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan
harmoni
yang
memberikan
kedalaman
dan
memungkinkan
penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford
Ensiklopedi Pelajar dalam Ari dkk, 2016). Musik adalah seni
penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan
merdu yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik
biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna
bunyi (Syukur, 2005). Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa
musik adalah bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun
dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam
alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung
ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya
dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat
11
menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi
atau suasana hati. Musik adalah suatu bentuk kesenian yang dapat
mengeluarkan aneka perasaan dan gelora jiwa melalui media suara.
Mengacu pada beberapa definisi di atas dapat dikemukakan
bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai ragam bebunyian,
namun tidak hanya memandang bahwa musik hanya semata – mata
terletak pada aspek keindahan mengenai suara – suara ataupun pada
nada – nada yang membentuk musik tersebut.
Menurut Schneck dan Berger (dalam Lianto, 2013) ada enam
elemen musik yaitu :
1. Ritme
Ritme atau irama adalah variasi horizontal dan aksen dari suatu
suara yang teratur. Ritme terbentuk dari suara dan diam. Suara
dan diam tersebut digabungkan untuk membentuk pola suara yang
berulang untuk membuat ritme. Ritme memiliki tempo yang
teratur, namun dapat memiliki bermacam-macam jenis. Beberapa
ketukan dapat lebih kuat, lebih lama, lebih pendek, atau lebih
pelan dari lainnya.
2. Melodi
Melodi disebut juga suara, adalah suksesi linear nada musik yang
dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam arti yang paling harfiah,
melodi adalah urutan nada dan jangka waktu nada, sementara,
dalam arti lain, istilah tersebut memasukkan suksesi unsur musik
12
lain seperti warna nada.
3. Pitch
Seutas senar diyakini menghasilkan nada melalui vibrasi
pada kecepatan tertentu yang dikenal dengan sebut pitch A adalah
440 getaran permenit (diukur dalam Hertz), dan ini dapat
didengar karena membuat molekul – molekul udara bergetar
dalam kecepatan yang sama. Bila vibrasi ini bertemu dengan
telinga pendengar maka operasi rumit dari persepsi dan proses
kognitif dalam otak menyimpulkan bahwa nada yang terdengar
adalah nada A, seperti yang dimainkan oleh alat tiup kayu. Dalam
aspek psikologis, pikiran manusia merasakan vibrasi sebagai nada
dan mungkin nada yang saling mempengaruhi dalam musik.
Panjang senar dan kecepatan vibrasi dapat diukur (dikuantifikasi),
sementara nada adalah sebuah kualitas fenomena vibrasi yang
diinterpretasikan oleh pikiran manusia.
4. Tempo
Adalah rata – rata satuan waktu pada saat sebuah musik
dimainkan yang menggambarkan kecepatan musik tersebut.
5. Timbre
Disebut juga warna suara atau kualitas suara. Jika dua alat
musik, misal gitar dan trombon dimainkan bersama – sama pada
nada dasar/pitch yang sama, pendengar tetap dapat membedakan
mana suara gitar dan mana suara trombon karena keduanya
13
memiliki warna suara yang berbeda.
6. Dinamika
Adalah aspek musik yang terkait dengan tingkat kekerasan
bunyi, atau gradasi kekerasan dan kelembutan suara musik.
2.2.2. Pengertian Terapi Musik
Definisi terapi musik itu sendiri sangat beranekaragam,
tergantung pada
populasi klien dan dengan siapa para terapis
bekerja. Terapi musik adalah penggunaan musik sebagai peralatan
terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental,
fisik, dan kesehatan emosi. Dalam rumusan The American Music
Therapy Association (dalam Djohan 2006), terapi musik adalah
suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik dan
aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek
fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang
mengalami cacat fisik. Berbagai definisi masih terus berkembang
disebutkan bahwa terapi musik adalah penggunaan musik dalam
lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang
membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek
sosial dan psikologis (Wigram dalam Djohan, 2006).
Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa terapi musik
adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong individu yang mengalami masalah dalam bidang fisik,
psikis, maupun kognitif dengan penggunaan musik atau aktivitas
14
musik.
2.2.3. Proses dan Langkah – langkah Terapi Musik
1. Proses Terapi Musik
Proses terapi musik berawal dari adanya permintaan
untuk memperoleh terapi, baik dari dokter, psikolog, ahli
fisiologi, ahli gangguan wicara, guru, orangtua, pekerja sosial,
atau dari klien yang bersangkutan. Proses terapi musik menurut
Djohan (2005) adalah sebagai berikut.
a. Asesmen
Asesmen adalah hal yang pertama kali harus dipenuhi
untuk memulai suatu tindakan terapi. Di dalam asesmen,
terapis musik melakukan observasi menyeluruh terhadap
kliennya, sehingga ia memperoleh gambaran lengkap tentang
latar belakang, keadaan sekarang, keterbatasan klien dan
potensi – potensi yang masih dapat dikembangkan. Dengan
gambaran ini, terapis musik mengembangkan kerangka
asesmen yang kemudian diterjemahkan ke dalam rencana
perlakuan, lengkap dengan estimasi waktunya.
b. Rencana Perlakuan
Setelah data asesmen terkumpul dan dianalisis,
langkah berikutnya adalah mematangkan rencana perlakuan
terapi musik. Terapis musik merancang rencana perlakuan
bagi klien secara bertahap sampai klien dapat meraih batas
15
keinginan yang ditentukan sebelumnya.
c. Pencatatan
Sebuah proses terapi musik perlu mempertimbangkan
riwayat kesehata klien dari banyak sisi. Selain riwayat
sebelum terapi dimulai, seluruh proses terapi juga harus
dicatat. Salah satu metode dokumentasi yang banyak
digunakan di rumah sakit – rumah sakit disebut APIE
(Luksch dalam Djohan, 2005) yaitu A ; Asesmen, P ;
Perencanaan, I ; Intervensi, E; Evaluasi.
d. Evaluasi dan Terminasi Perlakuan
Langkah
terakhir
dalam
proses
terapi
adalah
mengevaluasi dan melakukan terminasi perlakuan. Pada
bagian ini, terapis menyiapkan kesimpulan akhir dari proses
perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti.
2. Langkah – langkah dalam Terapi Musik
Menurut Djohan (2006) terapi musik meliputi beberapa
langkah dalam pelaksanaannya yaitu:
a. Pembentukan
Sasaran
pembentukan
dalam
terapi
musik
diindikasikan melalui target yang akan dituju. Target harus
jelas berdasarkan alasan – alasan dan informasi yang
dikumpulkan dari hasil penilaian.
16
b. Membangun peralihan
Saat pertama kali bertatap muka dengan klien selalu
merupakan awal dari pengalaman baru, hubungan baru, dan
dinamika yang baru pula. Sesi pertama adalah saat memulai
proses membangun kepercayaan dan hubungan sebagai
elemen penting dalam terapi yang efektif.
c. Proses Kegiatan
Seorang terapis dapat mengkombinasikan beberapa
kemungkinan untuk mendapatkan strategi yang paling sesuai.
Berbagai strategi dapat dilakukan dalam terapi musik dengan
menggunakan aneka macam genre musik, pendekatan,
metode sistem dan aliran musik tertentu. Termasuk di
dalamnya adalah menyusun beberapa strategi pendekatan
yang diperoleh dari pengalaman maupun dari hasil penelitian.
d. Observasi Kegiatan
Observasi komprehensif diberikan bila klien belum
dirujuk untuk menjalani terapi musik dan masih bertanya –
tanya tentang manfaat yang diperoleh dari terapi musik.
Laporan komprehensif asesmen sama dengan garis besar
pada observasi awal tetapi lebih mendalam.
e. Evaluasi Terapi
Seorang terapis sedapat mungkin mencari gambaran
yang lengkap dan menyeluruh mengenai kliennya, meski
17
prosedur terapi dapat dilakukan dengan sederhana.
2.2.4. Terapi
Musik
untuk
Menurunkan
Kecemasan
Siswa
Menghadapi Ujian Kenaikan Kelas
Pada awalnya mungkin individu masih bertanya apakah
musik benar – benar dapat mempengaruhi suasana hati, walaupun
sudah banyak penelitian secara sistematis dilakukan terhadap
hubungan antara berbagai jenis musik dan reaksi emosi (Djohan,
2005). Penelitian Lewis (dalam Djohan, 2005) menemukan
pengaruh musik atau video dalam beberapa hasil pengukuran
suasana hati melalui kuesioner tentang optimisme/pesimisme
(OPQ), skala sikap dan skala Wessman-Ricks tentang Elation dan
Depression. Sebelumnya dipilih musik dan video dengan kategori
hati positif dan negatif. Hasil menunjukkan bahwa musik memiliki
pengaruh yang kuat terhadap suasana hati tetapi tidak demikian
dengan video. Musik dengan kategori positif menghasilkan
peningkatan suasana hati yang positif demikian pula musik sedih
juga menghasilkan peningkatan suasana hati negatif. Maka
disimpulkan bahwa sebuah musik cenderung menimbulkan suasana
hati yang sama dalam diri pendengarnya.
Universitas Michigan mempublikasikan hasil penelitian
mengenai pengaruh musik terhadap sekelompok orang dewasa
Amerika yaang mengikuti pelajaran kibor menunjukan efek
dramatis berupa terjadinya peningkatan sebesar 92% pada
18
pertumbuhan
hormonalnya
(hGH).
Pertumbuhan
hormon
manusia tercermin dalam beberapa fenomena usia seperti
osteoporosis, tingkat energi, pengkerutan, fungsi seksual, massa
otot, dan sakit. Konsistensi dengan hasil penelitian sejenis, ini
menunjukan terjadinya penurunan signifikan dalam hal kecemasan,
depresi, dan kesepian – tiga faktor kritis dalam menghadapi stres,
merangsang sistem kekebalan, serta meningkatkan kesehatan.
(Djohan, 2005) Dengan ini terapi musik akan memberikan
pengaruh
positif
untuk
merubah
suasana
hati
seseorang,
menumbuhkan perasaan gembira dan tenang, sehingga dengan
menggunakan terapi musik diharapkan dapat menurunkan perasaan
cemas siswa siswi dalam menghadapi Ujian Kenaikan Kelas.
2.2.5. Hasil Temuan Penelitian yang Relevan
Hasil temuan penelitian yang relevan merupakan publikasi
hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini:
Devi Winja Susanti dan Faridah (2011) dalam penelitian
Efektivitas
Musik
Klasik
dalam
Menurunkan
Kecemasan
Matematika (Math Anxiety) pada Siswa Kelas XI, menghasilkan
adanya penurunan skor yang signifikan antara pretest dan posttest
pada
kelompok
mengindikasikan
eksperimen
musik
(KE)
klasik
dengan
efektif
p=0,014
dalam
yang
menurunkan
kecemasan matematika pada siswa. Kecemasan matematika dapat
19
menurun seiring siswa mendengarkan musik klasik sambil belajar
matematika.
Lely Febriani (2011) dalam penelitian Efektifitas Terapi
Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin
Seksio Sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan, menyimpulkan
bahwa ada pengaruh terapi musik klasik yang signifikan untuk
mengurangi kecemasan pada ibu bersalin seksio sesarea pada
kelompok intervensi dan kontrol (P = 0.000). Dari hasil penelitian
ini diketahui bahwa terapi musik klasik efektif untuk mengurangi
kecemasan, sehingga bidan dapat menerapkan terapi musik klasik
dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin seksiosesarea .
Kedua penelitian tersebut meneliti tentang terapi musik
dan kecemasan yang relevan dengan penelitian penulis. Hanya saja
dalam kedua penelitian tersebut menggunakan instrumen musik
klasik, sedangkan penulis menggunakan terapi musik sebagai
perlakuan.
2.3. Hipotesis
Hipotesis penelitian dirumuskan adalah :
Penggunaan terapi musik dapat secara signifikan menurunkan
kecemasan siswa siswi dalam menghadapi ujian kenaikan kelas.
20