Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan dan Prediksi Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara akan

memberikan comparative advantage dibandingkan negara lain yang tidak
mempunyai sumber daya alam. Namun negara yang tidak mempunyai sumber
daya alam dapat lebih unggul dibandingkan negara yang kaya dengan sumber
daya alam. Hal ini disebabkan oleh adanya knowledge asset yang dimiliki oleh
negara, dengan kekayaan sumber daya alam langka, lebih tinggi dibandingkan
dengan negara yang kaya akan sumber daya alamnya (Knowledge asset inilah
yang merupakan nilai tersembunyi untuk menghasilkan kekayaan bagi suatu
negara. Knowledge asset biasa juga disebut dengan intellectual capital.
Fenomena Intellectual Capital berkembang setelah munculnya PSAK
No.19 Tahun 2000 tentang aktiva tidak berwujud, walaupun tidak dinyatakan
secara eksplisit sebagai intellectual capital, namun intellectual capital telah
mendapat perhatian. Dimana intangible asset atau aset tak berwujud adalah aset
non moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan
dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak

lainnya, atau untuk tujuan administratif.
Implementasi intellectual capital tidak hanya terdapat pada organisasiorganisasi private, tetapi juga terdapat pada organisasi yang bersifat publik
(public sector). Di Indonesia organisasi sektor publik mel (Mardiasmo, 2002)
meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, yayasan, LSM,

1
Universitas Sumatera Utara

2

dan koperasi. Sebagai sebuah pendekatan scientific, ruang lingkup intellectual
capital di wilayah sektor publik masih mengalami masa pertumbuhan (Stahle, S,
& S, 2011). Adanya transfer dari pemerintah pusat cenderung menimbulkan
ketergantungan yang berlebih, sehingga potensi sumber daya manusia dan
ekonomi lokal seringkali tidak diikelola secara maksimal. Implementasi
intellectual capital sangat penting dalam hal ini untuk peningkatan kinerja
keuangan daerah tersebut.
Pemberlakuan Otonomi Daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001
telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan
fenomena politis yang menjadikan penyelenggaraan Pemerintahan


yang

sentralistik-birokratis ke arah desentralistik-partisipatoris. UU No.22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004 telah
melahirkan paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang meletakkan
otonomi penuh, luas dan bertanggung jawab pada daerah kabupaten dan kota.
Perubahan
masyarakat,

ini

dimaksudkan

menumbuhkan

untuk

meningkatkan


semangat

efektivitas

demokratisasi

dan

pelayanan
pelaksanaan

pembangunan daerah secara berkelanjutan, dan lebih jauh diharapkan akan
menjamin tercapainya keseimbangan kewenangan dan tanggung jawab antara
pusat dan daerah.
Otonomi Daerah yang diberikan kepada Daerah merupakan sebuah
peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan bangsa. Disebut peluang karena
dengan kewenangan yang luas disertai berbagai sumberdaya yang telah
diserahkan, Daerah memiliki kebebasan untuk melakukan kreasi dan inovasi.

Universitas Sumatera Utara


3

Disebut tantangan karena untuk mencapai kemajuan, daerah dituntut untuk
bekerja keras dan bekerja cerdas mendayagunakan berbagai modal yang dimiliki,
baik berupa uang (money capital), modal intelektual (intellectual capital) maupun
modal social (social capital) guna mencapai kesejahteraan masyarakat
(Sawarjuwono, Tjiptohadi, Kadir, & Prihatin, 2003) daerah khususnya, dan
bangsa pada umumnya.
Untuk pengelolaan keuangan daerah dibutuhkan dua sumber daya di
dalamnya yaitu sumber daya manusia yang berupa aparat atau pegawai dan
sumber daya ekonomi yang berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu
anggaran pemerintah daerah (Hamzah, 2008). Anggaran daerah atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrument kebijakan utama
bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektivitas pemerintah daerah.

(Sawarjuwono,
2003)


Tjiptohadi,

Kadir,

&

Prihatin,

menyatakan bahwa salah satu bentuk nilai lebih yang diperoleh

organisasi karena masuknya faktor intellectual adalah kemampuan organisasi dalam
memotivasi karyawannya sehingga produktivitas dapat dipertahankan atau bahkan
meningkat. Dalam kaitannya dengan sebuah organisasi sektor publik, salah satu
bentuk nilai lebih yang diperoleh organisasi sebagai hasil dari masuknya intellectual
capital adalah pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan secara ekonomis,
efisien, dan efektif atau memenuhi value for money.

Universitas Sumatera Utara

4


Tabel 1.1
Anggaran dan Realisasi Pendapatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2013-2014 (dalam jutaan rupiah)
Anggaran
Pendapatan
2013
2014
1,057,746
1,144,408
Kabupaten.Asahan
Kab..Deli Serdang
2,390,481
2,823,458
Kab.langkat
1,592,146
1,679,121
Kab.Mandailing Natal
780,590

847,289
Kota Medan
4,330,231
4,324,553
Kota Pematang Siantar
777,127
768,127
Sumber :www.djpk.go.id, data diolah
Kabupaten/Kota

Realisasi
Pendapatan
2013
2014
1,611,145.07
1,061,312
3,194,928.91
1,764,185
2,082,591.77
2,007,236

1,299,620.87 1,345,754
4,466,321.95
4,775,034
1,074,701.07
1,706,362

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan anggaran pendapatan dengan
realisasi pendapatan. Setiap daerah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
mencapai

target

anggaran

yang

telah

ditetapkan.


Rata-rata

daerah

Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara telah mencapai target dari anggaran
yang ditetapkan. Tetapi realisasi pendapatan setiap daerah rata-rata mengalami
penurunan pada tahun 2014. Hal ini menggambarkan bagaimana pemerintah
daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara belum dapat mengelola dan
mengoptimalkan sumber pendapatan dengan baik sehingga pendapatan dapat
meningkat setiap tahunnya.
Tabel 1.2
Anggaran dan Realisasi Pengeluaran
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2013-2014 (dalam jutaan rupiah)
Anggaran
Pengeluaran
2013
2013
Kab.Asahan
1,057,746

1,141,908
Kab.Deli Serdang
2,390,481
2,818,272
Kab.langkat
1,686,70
1,787,985
Kab. Mandailing Natal
782,790
876,510
Kota Medan
4,524,738
4,366,467
Kota Pematang Siantar
789,237
815,561
Sumber :www.djpk.go.id, data diolah
Kabupaten/Kota

Realisasi

Pengeluaran
2013
2014
877,686.08
623,225
2,407,609.47
1,183,544
1,406,102.53
1,349,388
847,685.69
1,014,764
3,097,405.13
3,091,162
800,570.42
844,628

Universitas Sumatera Utara

5

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata pemerintah daerah di
Sumatera Utara realisasi pengeluarannya lebih kecil dibandingkan dengan
anggaran pengeluarannya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah
Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara memiliki kemampuan dalam
mengoptimalkan belanja daerah.
Tabel 1.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus, dan Dana
Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2013-2014 (dalam jutaan rupiah)
Kabupaten/
Kota

Pendapatan Asli Daerah

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Asahan
Deli Serdang

2013
62,808.55
420,305.66

2014
29,113
229,093

2013
1,283,925.93
2,206,321.40

2013
71,887.93
73,680.83

2014
20,386
31,406

Langkat

69,295.88

102,117

1,555,875.33

73,049.16

40,298

Mandailing
Natal
Medan

37,107.97

45,066

46,549.52

1,454,692.16

1,461,75
9

2,222,928.31

1,042,572.
3
18,394.16

1,095,87
8
44,466

2014
729,072
1,822,52
2
1,472,83
9
62,688
1,974,13
1

Sumber :www.djpk.go.id, data diolah

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
pemerintah dan Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara tidak selalu
mengalami peningkatan. Seperti Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Asahan
yang mengalami penurunan pada tahun 2014. Hal ini mengambarkan pemerintah
daerah belum dapat mengelola dan mengoptimalkan sumber pendapatan internal
baik yang berasal dari sumber daya alam, pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah, dan sumber-sumber internal lainnya.
Proksi

yang

digunakan

untuk

mengukur

Intellectual

Capital,

perusahaan dapat menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM),
yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1998. Komponen utama dari

Universitas Sumatera Utara

6

(VAICTM) dapat dilihat dari capital employed (value added capital employedVACA) merupakan hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan
dengan para mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan,
masyarakat, pemerintah, dan sebagainya. Human capital (value added human
capital-VAHU) merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
perusahaan seperti pengetahuan, pengalaman, keterampilan, komitmen, hubungan
kerja yang baik di dalam dan di luar lingkungan perusahaan, dan sebagainya.
Structural Capital (value added structural capital-STVA) meliputi struktur
organisasi, strategi, rangkaian proses, budaya kerja yang baik, serta kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan ( I f a d a & H ,
2012)
TM

Tujuan

utama

VAIC

adalah untuk menciptakan value added,

sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat
tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential
(direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang
TM

dimilikinya). VAIC

menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut

(physical capital dan ntellectual potential) telah secara efisien dimanfaatkan oleh
perusahaan (Yuniasih, 2010).
Penelitian di Indonesia yang berkaitan dengan IC diantaranya adalah
penelitian yang mengambil intellectual capital sebagai variabel independen dan
komponen yang membentuknya yaitu VACA, VAHU, dan STVA. Variabel
independen lainnya adalah ROGIC (Rate of Growth of Intellectual Capital)
.Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja

Universitas Sumatera Utara

7

keuangan daerah yang diproksikan oleh Rasio Kemandirian, Rasio Efektivitas,
dan Rasio Efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital
berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah dan tidak terdapat pengaruh yang
signifikan Intellectual Capital (VAIC) terhadap kinerja keuangan daerah
masa depan. Selanjutnya penelitian (Aditama, 2009) yang menggunakan
intellectual

capital

sebagai

variabel

independen

dan

komponen

yang

membentuknya yaitu Human Capital, Structural Capital, dan Customer Capital.
Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja manajerial pemerintah daerah
di wilayah Surakarta. Hasil peneltian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang sigifikan human capital , structural capital, dan customer capital terhadap
kinerja manajerial.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel
independen yang dipakai adalah Intellectual Capital yang diukur dengan
menggunakan menggunakan metode Value Added Intellectual Coeficient (VAIC)
yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2001) dan ROGIC ((Rate of Growth
Intellectual Capital).Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kinerja keuangan yang diproksikan oleh rasio kemandirian, rasio
efektivitas, dan rasio efisiensi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah karya
tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Kinerja Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten dan
Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

Universitas Sumatera Utara

8

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara?
2. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa
depan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara?
3.

Apakah rata-rata pertumbuhan Intellectual Capital (Rate of Growth
Intellectual Capital) berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara ?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalis :
1.

Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan Pemerintah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Pengaruh intellectual capital

terhadap kinerja keuangan masa depan

Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.
3.

Pengaruh Intellectual Capital (Rate of Growth Intellectual Capital)
terhadap kinerja keuangan masa depan Pemerintah Kabupaten dan Kota di
Provinsi Sumatera Utara.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian mengenai Intellectual Capital (IC) ini diharapkan

dapat memberikan manfaat, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

9

1. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk selalu
mengelola dan memanfaatkan potensi terpendam di organisasinya terutama
yang berkaitan dengan intellectual resources sehingga dapat diketahui nilai
lebih yang terdapat dalam organisasi. Dari sini maka peningkatan kinerja
keuangan diharapkan akan dapat tercapai.
2.

Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti baik dalam hal penelitian
maupun obyek penelitian yang dalam hal ini adalah memperoleh bukti adanya
pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan daerah.

3.

Bagi Peneliti Selanjutya
Memperkaya penelitian-penelitian tentang intellectual capital yang telah ada
dan dapat dijadikan literature untuk penelitian-penelitian berikutnya.

Universitas Sumatera Utara